• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit (Elaeis guineeensis Jacq)

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan kolonial belanda pada tahun 1848.Ketika itu ada penanaman pertama sekali dilakukan di kebun raya Bogor. Kebun industri kelapa sawit pertama dibuka pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu oleh maskapai Oliepalmen Cultuur dan di Pulau Raja oleh maskapai Huilleriesde Sumatra-RCMA kemudian oleh Seumadam Cultuur Mij, dan lain-lain. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2.715 ha, ditanam bersama dengan kulura lain seperti kopi, kelapa, karet, dan tembakau.

2.1.1. Botani dan Varitas

Kelapa sawit memiliki 36 khromosom menurut Henry (1945), sedang menurut Darlington & Wylie (1956) dan Arasu adalah sebanyak 32. Elaeis berasal dari Elaoin berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin.

Taksonomi dari tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) adalah :

Devisi :Tracheophyta. Subdevisi :Pteropsida Kelas :Angiospermeaae Subkelas :Monocotyledoneae Ordo :Cocoideae FamilI :Palmae Subfamili :Cocoideae Genus :Elaeis

(2)

5 2.2. Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil tanaman yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain itu juga gulma merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan kehilangan hasil panen. Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang dan cahaya. Dilahan irigasi, persaingan gulma dengan padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %, tergantung pada spesies dan kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan iklim. Selain itu juga gulma memiliki sifat mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan.

Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Disamping itu gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini yang memungkinkan gulma dapat berkembang biak dengan cepat. Gulma juga ada yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan mengeluarkan zat di sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa Allelopati). Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk menghambat laju pertumbuhan tanaman budidaya.

Perkembangan disiplin gulma modern menurut Soerjani (1988), gulma cenderung didefenisikan sebagai tumbuhan yang peranan, potensi, dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya kita ketahui. Sementara itu menurut kenyataan alamianya, relung gulma tidak hanya relung ruang (special niche), relung tropic (sumber daya hara yang diperlukan dan dampak yang dihasilkan), serta relung multidimensial (pengaruhnya terhadap suhu, pH, kelembaban dan sebagainya), tetapi juga relung genetik (perananya sebagai sumber-sumber daya genetik) (Yakup, 2002) .

(3)

6 2.3. Jenis-jenis Gulma

Berdasarkan morfologi gulma digolongkan atas :

2.3.1. Gulma Berdaun Sempit (golongan rumput – rumput)

Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut : daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar dan memiliki pelepah/helaian daun. Jenis gulma berdaun sempit adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tabel Jenis Gulma Berdaun sempit

1. Axonopus compressus 4. Panicum maximum

2. Brachxharia mutica 5. Sporolobus indicus

3. Eluesine indica 6. Themeda arguens

2.3.2. Gulma teki-tekian (sedges)

Gulma jenis teki-tekian mirip gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga. Beberapa contoh jenis gulma teki-tekian sebagai berikut : Tabel 2.2. Tabel Jenis Gulma teki-tekian

1. Cyperus aromaticus 4. Lipocarpha chinensis

2. Cyperus digitatus 5. Scirpus mucronatus

3. Cyperus rotundus 6. Scleria sumatrensi

2.3.3. Gulma Berdaun lebar (Broad Leaves)

Gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar mempunyai ciri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Jenis gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut :

(4)

7 Tabel 2.3. Tabel Jenis Gulma Berdaun lebar

1. Arschynomene Americana 4. Mimosa invisa

2. Boreria leavicaulis 5. Sida acuta

3. Mimosa pudica 6. Urena labota

2.3.4. Gulma Pakis – pakisan

Gulma jenis pakis – pakisan (Fems) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang atau menjalar. Adapun gulma jenis pakis – pakisan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4. Tabel Jenis Gulma pakis-pakisan

1. Dicranopteris linearis 4. Phymatosorus scolopenderia

2. Lygodium flexuosum 5. Stenochlaena palustris

3. Nephrolepis biserrata 6. Teanitis blechnoides Sumber : Gulma dan pengolahannya. Yogyakarta, Soembode 2010

2.3.5. Botani stenochlaena palustris

Menurut Anonimus (2009), botani stenochlaena palustris adalah sebagai berikut : Kingdom :Plantae Subkingdom :Viridaeplantae Divisio :Pteriodophyta Phytum :Tracheophyta Subphylum :Euphyllophytina Orda :Filicales Family :Blechnaceae Genus :Stenochlaena

(5)

8

Pakis udang, panjang 5-10 m. Akar rimpang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik sangat jarang, sering kali dengan tunas menjalar, yang kadang-kadang menjalar di atas permukaan tanah ke arah batang dekatnya. Daun menyirip tunggal, dimorph. Tangkai daun panjangnya 10-20cm dan kuat. Daun steril 30-200 kali 20-50cm, kuat, mengkilat, gundul, yang muda sering kali keungu-unguan, anak daun banyak, bertangkai pendek, berbentuk lanset, lebar 1.5-4cm, meruncing dengan kaki lancip baji atau membulat, kedua sisi tidak sama, di atas kaki bergerigi tajam dan halus, urat daun berjarak lebar. Anak daun fertile lebarnya 2-5mm, dapat tumbuh hingga pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Habitatnya di atas daerah yang lembab, becek dan teduh, hutan rawa, tepi hutan dan kerapkali membentuk selimut yang rapat (Steenis, 2003)

1.3.6. Kerugian Yang Di akibatkan Gulma Pakis Udang

Kehadiran gulma pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan pada tanaman budidaya adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan zat makanan (unsur hara), penyerapan cahaya, air dan ruang tempat tumbuh.

2. Sebagian besar gulma dapat mengeluarkan zat yang bersifat racun, berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman lain disekitarnya yang disbut dengan zat alelopati.

3. Sebagai inang hama pengganggu tanaman 4. Dapat menurunkan kualitas produksi tanaman.

(6)

9

2.4. Jenis-jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Beberapa jenis gulma yang umum terdapat di perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 2.5. Jenis – jenis gulma di perkebunan kelapa sawit :

Kategori Nama Latin Nama

Indonesia/Daerah Jahat/sangat mengganggu Imperata cylindrical Mikania micrantha Mikania cordota Mimosa pudika Mimosa invisa Eupatorium odoratum Lantana camara Clidemia hirta Melastoma affine Axonopus compressus Paspalum konjungatum Cyperus rotundus Gleichenia linearis Dryopetrus arida Lalang Sembung rambat Mikania

Putri malu, kucingan Piskucingan

Putihan

Tahi ayam, tembelekan Harendong Senduduk Rumput pahit/pahitan Rumput pahit/buffalogras Teki Pakis kawat Pakis kadal Sedang dan lunak Ageratum conyzoides

Boreri alatifolia Boreri alaevicaulis Phyllanthus niruri

Wedusan, babandotan Kentangan

Rumput kancing ungu Meniran

(7)

10 2.5. Metode Pengendalian Gulma

2.5.1. Secara Kimiawi (Chemist)

Pengendalian gulma secara kimiawi atau chemist adalah pengendalian gulma dengan pemberian zat-zat kimia tertentu pada gulma yang dimana zat-zat tersebut bersifat racun/toksin yang dapat merusak jarigan gulma. Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini sangat dimintai, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai pengendali gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida”. Jadi herbisida berarti suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma tanpa mengganggu tanaman pokok.

2.5.2. Secara Manual

Pengendalian secara manual merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam praktek dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tangan, alat sederhana, sampai pengguanaan alat berat yang lebih modern. Cara ini umumnya cukup baik dilakukan pada berbagai jenis gulma. Pengendalian secara manual atau mekanis merupakan cara yang relative tua dan masih banyak dilakukan meskipun secara ekonomis bias lebih mahal dibandingkan dengan cara-cara lain.

1. Pengolahan tanah pada prinsipnya melespakan ikatan antara gulma dengan media tempat tumbuhnya .

2. Mencabut dengan tangan atau membersihkan dengan garuk, semua gulma yang tumbuh diantar penutup tanah.

3. Pembabatan yang dilakukan terus menerus mengakibatkan pertumbuhan gulma dapat terganggu ( Yakup, 2002)

(8)

11 2.6. Penggolongan Herbisida

Herbisida berdasarkan cara kerjanya digolongkan menjadi 2 yaitu : 2.6.1. Herbisida Kontak

Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena/kontak langsung dengan herbisida karena sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak organ gulma yang terkena herbisida akan semakin baik daya kerja herbisida tersebut. Oleh karena itu, herbisida kontak umumnya diaplikasikan dengan volume semprot tinggi sehingga seluruh permukaan gulma dapat terbasahi. Daya kerja herbisida tersebut kurang baik bila diaplikasikan pada gulma yang memiliki organ perkembangbiakannya dalam tanah, seperti umbi (teki) atau rizom (alang – alang) karena bagian tersebut tidak dapat terjangkau oleh herbisida, atau mata tunas pada ruas rumputan yang tertutup oleh pelepah daun. Sedangkan kelebihan yang dimiliki adalah daya kerjanya yang lebih cepat terlihat. Herbisida ini umumnya di aplikasikan secara pasca tumbuh melalui tajuk gulma.

Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Gramoxone 2. Herbatop 3. Paracol

2.6.2. Herbisida Sistemik

Herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida ini dapat diaplikasikan melalui tajuk/pasca tumbuh ataupun melalui tanah/pratumbuh. Herbisida sistemik yang diaplikasikan melalui tajuk seperti herbisida gliposat, sulfosat. Translokasi herbisida

(9)

12

berlangsung secara simplastik (melalui jaringan hidup dengan pembuluh utama floem) bersamaan dengan translokasi hasil fotosintesis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik : 1. Keadaan gulma dalam masa tumbuh aktiv.

2. Cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat penyemprotan. 3. Tidak melaukan penyemprotan pada saat menjelang hujan. 2.7.HerbisidaTriklopir

Triklopir merupakan herbisida sistemik yang selektif, mengendalikan gulma berkayu dan berdaun lebar yang merupakan gulma tahunan. Hanya sebagian kecil atau tidak dapat sama sekali dalam mengendalikan gulma rerumputan. Ada 2 formula dasar dari triklopir yakni garam triethyamine dan butoksi etil ester. Triklopir dapat segera didegredasikan oleh mikroorganisme dalam tanah sehingga tidak menimbulkan residu. Rata-rata paruh hidup triklopir dalam tanah adalah 30 hari.

Triklopir diabsorbsi oleh daun dan akar, serta di translokasikan ke seluruh jaringan tumbuhan. Dalam percobaan laboratorium mengindikasikan bahwa translokasi melalui daun sangat cepat, dimana 90% triklopir butoksi etil ester yang diaplikasikan dapat melakukan penetrasi pada tumbuhan sekitar 12 jam. Triklopir dapat merusak tumbuhan melalui translokasi akar tetapi tidak terlalu efektif. Triklopir berperan sebagai auksin sintetis, memberikan tumbuhan auksin yang berlebihan sekitar 1000 kali dari yang dibutuhkan tumbuhan, sehingga menggangu keseimbangan hormon dan menggangu pertumbuhan. Pertama kerusakan terjadi di dalam sel-sel tumbuhan kemudian gejala luar akan terlihat.

Produksi protein dan etilen meningkat dan sekitar 1 minggu terjadi perubahan bentuk daun menjadi abnormal, terjadi pembengkakan pada batang dan akhirnya tumbuhan mati.

(10)

13 1.8. Herbisida Paraquat

Paraquat, 1,1-dimethy l-4,4-bipydium ion, dikenal sebagai herbisida bipyridilium, merupakan herbisida yang tidak selektif. Paraquat umumnya digunakan pada pengendalian gulma purna tumbuh dan gulma darat. Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma tahunan dan gulma berdaun lebar dan menekan pertumbuhan gula semusim. Dibawah kondisi intensitas sinar matahari yang tinggi, paraquat bertindak sebagai herbisida kontak, membunuh jaringan hijau tanaman dengan cepat. Pada kondisi gelap, paraquat akan berpenetrasi ke daun melalui sistem vascular dan selanjutnya ditransportasikan melalui jaringan xylem (Anderson, 1977)

Paraquat dalam waktu yang singkat menyebabkan gejala seperti terbakar dan kering pada daun yang kena semprot sehingga translokasinya sangat terbatas. Bekerja dengan cara menangkap electron dari photosystem I untuk menghasilkan satu ion radikal yang kemudian direoksidasi kembali ke ion awal (original ion) oleh oksigen molekular dan menhasilkan superoksida radikal (O2-). Superoksida radikal ini adalah oksidan yang sangat kuat merusak jaringan tumbuhan disamping menghasilkan spesies oksigen aktif lainnya, yaitu oksigen dan triplet oksigen, hidrogrn peroksida serta hidrosida radikal yang merusak jaringan (Purba dan Damanik, 1996)

2.9. Herbisida Glifosat

Nama kimia dari glifosat adalah N-(phosphonomethyl) glycine atau garam isopropylamine. Glifosat memiliki berat molekul 169.07, tidak berbau, dan berwarna putih jernih (kristal bening). Titik lebur C dengan massa jenis

0,5 g/cm3. Glifosat bersifat sistemik, yaitu mengendalikan gulma dengan cara menghambat proses metabolisme protein (Sukman dan Yakup, 1991).

Herbisida ini bekerja dengan cara menghambat biosintesis asam amino aromatik, seperti fenilalanin, tirosin, dan triptofan. Gejala keracunan terlihat agak lambat, dimana daun akan terlihat layu menjadi coklat dan mati.

Gambar

Tabel 2.1. Tabel Jenis Gulma Berdaun sempit
Tabel 2.4. Tabel Jenis Gulma pakis-pakisan
Tabel 2.5. Jenis – jenis gulma di perkebunan kelapa sawit :

Referensi

Dokumen terkait

2.3 Elektrokimia Elektrokimia merupakan ilmu yang menjelaskan tentang hubungan antara perubahan kimia dan kerja listrik yang biasa ditemukan setelah dilakukan percobaan dengan

11 telah ditentukan 30° - Bersihkan sisa tatal dari proses pengefraisan menggunakan kikir 2.5.2 Proses Pengelasan Material  Bersihkan benda kerja menggunakan cleaner hingga tidak

200; batasan klasifikasi yang mempunyai simbol double GP Kerikil bergradasi baik dan campuran kerikil- pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus Tidak

Bila daya input mekanis tidak cepat mengikuti perubahan beban maka kecepatan rotor generator dan tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi gangguan, maka sesaat

Selanjutnya pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sugandha dkk, 2017 Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Prestasi Kerja Karyawan, menyatakan bahwa

C merupakan material jenis baja carbon ferritic yang banyak diaplikasikan untuk heat exchanger pada industri pembangkit listrik karena keunggulannya yaitu structural integrity, memiliki

Definisi Tekanan Panas Tekanan panas heat stress di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolism

Stabilitas konstruksi untuk jembatan bagian bawah adalah kapasitas daya dukung tanah dan kekuatan konstruksi yang diperhitungkan dari jumlah kombinasi pembebanan yang terdiri dari