• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DATA PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DATA PERANCANGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DATA PERANCANGAN

A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh perancang secara langsung dan data yang diperoleh melalui metode wawancara, observasi dan metode kepustakaan. Dari dari hasil tersebut, perancang memperoleh beberapa data untuk dijadikan bahan dalam melakukan proses perancangan selanjutnya.

a. Sejarah Rumah Betawi

Secara keseluruhan rumah-rumah di Betawi berstruktur rangka kayu, beralas tanah yang diberi lantai tegel atau semen (rumah Depok). Berdasarkan bentuk dan struktur atapnya, rumah tradisional Betawi secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu potongan gudang, potongan joglo (limasan) dan potongan bapang atau kebaya. Masing-masing potongan atau bentuk itu berkaitan erat dengan pembagian denahnya. Secara umum rumah Betawi memiliki serambi bagian depan yang terbuka. Serambi bagian depan ini ada yang menyebutnya sebagai langkan. Di serambi, jika tidak berkolong, terdapat bale, semacam balai-balai yang kakinya dipancangkan di tanah. Di bagian kanan dan kiri serambi terdapat jendela tanpa daun dan kadang-kadang di bagian atas jendela melengkung menyerupai kubah masjid. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk membangun rumah adalah kayu sawo, kayu kecapi, bambu, ijuk, rumbia, genteng, kapur, pasir, semen, ter, plitur, dan batu untuk pondasi tiang. Dan sebagai pengisi sebagian besar digunakan kayu nangka atau

(2)

bambu bagi orang – orang yang tinggal di daerah pesisir. Ada juga orang yang sudah menggunakan dinding setengah tembok sebagai pengisi. Penggunaan tembok seperti ini adalah pengaruh dari Belanda.

b. Arsitektur Rumah Betawi

Bentuk tradisional rumah Betawi dengan sifat lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Hal ini bisa dilihat dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem stuktur dan bentuk serta detail dan ragam hiasnya. Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin, ke mana rumah harus menghadap dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi orientasi/pusat perkampungan. Pada pemukiman Betawi, orientasi atau arah mata angin rumah dan pekarangan lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan (kemudahan mencapai jalan) juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah. Di atas tapak rumah (pekarangan rumah) selain didirikan beberapa rumah tinggal (karena adanya pewarisan atau dibeli orang untuk dibangun rumah) juga dibangun fungsi-fungsi lain seperti kuburan, lapangan badminton, dsb. Di daerah pesisir, kelampok-kelompok rumah umumnya menghadap ke darat dan membelakangi muara sungai. Namun tidak tampak perencanaan tertentu atau keseragaman dalam mengikuti arah mata angin atau orientasi tertentu.

Berdasarkan tata ruang dan bentuk bangunannya, arsitektur rumah tradisional Betawi, khususnya di Jakarta Selatan dan Timur, dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis: (1) Rumah Gudang; (2) Rumah Joglo; (3) Rumah Bapang/Kebaya. Tata letak ketiga rumah itu hampir sama, terdiri dari ruang depan (serambi depan), ruang tengah (ruang dalam), dan ruang belakang. Pada rumah gudang,

(3)

ruang belakang secara abstrak berbaur dengan ruang tengah dari rumah sehingga terkesan hanya terbagi dalam dua ruang, ruang depan dan tengah. Dahulu ruang depan berisi balai-balai sedang sekarang umumnya diganti kursi dan meja tamu. Ruang tengah merupakan bagian pokok rumah Betawi yang berisi kamar tidur, kamar makan, dan pendaringan (untuk menyimpan barang-barang keluarga, benih padi dan beras). Kamar tidur ada yang berbentuk kamar yang tertutup tetapi juga ada kamar tidur terbuka (tanpa dinding pembatas) yang bercampur fungsi menjadi kamar makan. Kamar tidur terdepan biasanya diperuntukkan anak perempuan si empunya rumah. Sedang anak laki – laki biasanya tidur di balai – balai serambi depan atau di masjid. Sedang ruang belakang digunakan untuk memasak dan menyimpan alat – alat pertanian juga kayu bakar.

c. Senjata Tradisional Betawi

Golok biasanya digunakan oleh jawara sebagai senjata untuk membela diri. Namun hari ini beberapa senjata tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya sebagai alat pertanian. Masyarakat Betawi kerap menggunakan golok sebagai senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok di tengah masyarakat betawi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat-Banten. Setiap keluarga Betawi pasti memilikinya, bahkan setiap lelaki pada zaman dahulu selalu membawanya kemanapun mereka pergi. Namun karena perkembangan zaman serta teknologi sehingga golok sudah dianggap tidak praktis lagi dan mulai jarang ditemukan masyarakat Betawi yang memilikinya, kecuali yang masih populer golok gablongan (golok kerja). Walaupun secara fisik golok tidak lagi menyertai ke mana seorang lak – laki pergi, namun berbagai kesenian yang tumbuh di

(4)

kalangan orang Betawi, terutama lenong selalu menampilkan tokoh-tokoh yang menyelipkan golok sebagai senjata andalan, bahkan ada beberapa pantun yang diciptakan berkaitan dengan golok. Ada tiga jenis golok dalam tradisi betawi, yaitu :

1) Golok Gobag 2) Golok Ujung Turun 3) Golok Betok

Sementara itu Golok dalam masyarakat Betawi dibedakan ke dalam dua kategori, yakni golok kerja (gablongan bendo atau golok dapur) digunakan untuk keperluan rumah tangga. Kedua golok simpenan (sorenan) ini dibedakan lagi menjadi dua yakni sorenan simpenan untuk memotong hewan dan sorenan pinggang. Ada juga yang berbentuk trapesium. Gagangnya terbuat dari kayu yang keras seperti kayu jambu atau gading dan ada juga dari tulang hewan. Badannya terbuat dari besi bekas "per" kendaraan bermotor (truk). Sarungnya juga terbuat dari kayu yang kuat dan ulat yang kemudian dirapatkan dengan tali.

Gambar 3. Golok Ujung Turun (Sumber : http://jakartakita.com )

(5)

2. Data Sekunder

a. Definisi Vernakular

Vernakular, berasal dari bahasa Latin yaitu vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Bahasa nasional yang non-standar dan muncul dari beragam budaya lokal yang membentuk dialek. Berasal dari bidang linguistik berupa dialek- dialek regional dan sosial yang berkembang ke bidang arsitektur yang menghasilkan bangunan – bangunan bergaya vernakular seperti bangunan yang bentuknya dipengaruhi konteks lingkungan, sejarah, dan budaya yang ada pada saat itu. Berawal dari era pascamodern yang merespon era modern yang berlangsung lama dan dominan membuat desain vernakular muncul mulai dari arsitektur, sastra hingga ke tipografi dan masih banyak lagi.

Menurut kamus Oxford Advanced Learners , definisi vernakular adalah bahasa yang digunakan di daerah atau kelompok tertentu dan bukanlah bahasa resmi atau tertulis.

b. Pengertian Tipografi

Tipografi (dalam bahas inggris : Typography) adalah perpaduan antara seni dan teknik mengatur tulisan, agar maksud serta arti tulisan dapat tersampaikan dengan baik secara visual kepada pembaca. Pengolahan tipografi tidak hanya terbatas lewat pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, dekorasi, kesesuaian dengan tema, tetapi juga meliputi tata letak vertikal atau horizontal tulisan pada sebuah bidang desain. Ilmu tipografi digunakan pada banyak bidang diantaranya desain grafis, desain web, percetakan, majalah, desain produk dll.

Tipografi dalam hal ini huruf yang tersusun dalam sebuah alfabet merupakan media penting komunikasi visual. Media yang membawa manusia mengalami perkembangan dalam cara

(6)

berkomunikasi. Komunikasi yang berakar dari simbol – simbol yang menggambarkan sebuah objek (pictograph), berkembang menjadi simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain (ideograph). Kemudian berkembang menjadi bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (phonograph-setiap tanda atau huruf menandakan bunyi).

Bentuk/rupa huruf tidak hanya mengidentifikasi sebuah bunyi dari suatu objek. Bentuk/rupa huruf tanpa disadari menangkap realitas dalam bunyi. Lebih dari sekedar lambang bunyi, bentuk/rupa huruf dalam suatu kumpulan huruf (font) dapat memberi kesan tersendiri yang dapat mempermudah khalayak menerima pesan atau gagasan yang terdapat pada sebuah kata atau kalimat. Bisa dibayangkan bila huruf tidak pernah ada, dalam penyampaian sebuah pesan atau gagasan pasti akan membutuhkan waktu yang lama, dan bisa dibayangkan bila bentuk/rupa huruf seragam/sama.

Jangankan dapat memberi sebuah kesan dan menyampaikan sebuah pesan, terbaca pun tidak. Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, huruf dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk/rupa huruf) dan dapat menjadi sesuatu yang dapat dibaca (kata/kalimat). Selain itu huruf memiliki makna yang tersurat (pesan/gagasan) dan makna yang tersirat (kesan). Selain itu pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat makna tipografi semakin meluas. Menurut Rustan (2001:16) tipografi dimaknai sebagai “segala disiplin yang berkenaan dengan huruf”. Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain sbb :

(7)

a. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis – garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

b. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokh, kuat, kekar dan stabil.

c. Sans Serif

Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer sama.

d. Script

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.

e. Miscellaneous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

(8)

c. Peranan Tipografi

Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir – atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk – bentuk visual. Tipografi sebagai salah satu elemen desain juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan.

Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi. Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Penggunaan tanda tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan prinsip – prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi, antara lain:

a. Legibility : Kualitas pada huruf membuat huruf tersebut dapat dibaca.

b. Readibility : Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruflain sehingga terbaca. c. Clarity : Kemampuan suatu huruf, kata, kalimat dalam

(9)

d. Visibility : Kemampuan huruf-huruf dalam karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh pengamat yang dituju.

d. Kebudayaan

Menurut Edward B . Taylor kebudayaan didefinisikan sebagai kompleksitas yang meliputi kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan segala bentuk kehidupan yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari kata “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan dapat diartikan pula hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Ada pendapat lain tentang asal kata kebudayaan yaitu bahwa kata itu berasal dari pengembangan majemuk kata budi-daya yang berarti “daya dari budi”, kekuatan dari pikiran.

Sedang menurut Koentjaraningrat kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Bila dilihat dari bahasa inggris kata kebudayaan berasal darikata latin colera yang berarti mengolah atau menngerjakan, yang kemudian berkembang menjadi kata culture yang diartikan sebagai daya dan usaha manusia untuk merubah alam. Banyak berbagai definisi dari kebudayaan, namun terlepas dari itu semua kebudayaan pada hekekatnya mempunyai jiwa yang akan terus hidup, karena kebudayaan terus mengalir pada diri manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk yaitu :

1) Culture Experience

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural.

(10)

contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini. 2) Culture Knowledge

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

B. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ESTETIKA FUNGSI PRODUK RANCANGAN

1. Ragam Hias Rumah Betawi

Ragam hias bangunan pada arsitektur Betawi memiliki bentuk yang khas pada umumnya bersumber dari alam sekitar berupa flora, fauna dan tulisan huruf arab atau kaligrafi. Berdasarkan pola visual yang ditemukan pada rumah Betawi, ragam hias mempunyai nama – nama : Pucuk Rembung, Cempaka, Swastika, Matahari, Kipas, Jambu Mede, Delima Flora, dan Gigi Balang. Berdasarkan pola estetikanya, arsitektur tradisional Betawi dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

a. Pola bukaan

Pola yang dimiliki oleh rumah tradisional Betawi yang cenderung bersifat simetris, sangat mempengaruhi pola bukaan pada arsitektur rumah Betawi. Dengan mudah hal ini dapat

(11)

dilihat dari letak pintu masuk dari halaman ke ruang depan, ke ruang tengah, dan ke ruang belakang, dan dari letak jendela depan, yang membentuk garis sumbu abstrak dari depan ke belakang. Biasanya masyarakat Betawi menggunakan kayu cempaka untuk kusen pintu bagian atas.

Gambar 4. Rumah Pola Bukaan (Sumber : http://radar-subekti.blogspot.com )

b. Kosta atau Tiang Guru

Terletak pada teras rumah yang terbuat dari beton dengan dilapisi dengan kayu nangka. Berfungsi sebagai penopang atap rumah dengan ukuran 20 x 20 cm, tinggi + 350 cm dan jarak antar tiang 200-300 cm. Pengaruh dari kebudayaan Islam. Pada umumnya kolom ini berpasangan yang memiliki makna filosofi dalam Al-Qur’an, yatiu Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya saling berpasangan ( Q.S : Ar-Ruum).

c. Sekor Besi atau Konsul

Terdapat pada struktur atap yang terbuat dari besi cor serta berfungsi sebagai penahan dak, dengan panjang kira-kira

(12)

60 cm dan tinggi 40 cm. Sekor besi merupakan ornamen yang diperkenalkan oleh arsitektur Belanda dan Eropa yang dapat dilihat dari segi penggunaan bahannya, bentuknya tidak semata – mata fungsional tetapi juga bersifat dekoratif. Dalam hal ini bentuk dekoratif sekor besi ini cenderung mengadaptasi bentuk- bentuk yang juga berkembang di Eropa (deco, art-nouveau, dll).

Gambar 5. Sekor Besi

(Sumber : http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=252220) d. Sisir Gantung atau Gigi Balang

Terletak pada lisplang yang terbuat dari kayu dengan ukuran lebar 30 cm dan tebal + 3 cm. Berfungsi sebagai hiasan depan pada rumah Betawi. Lisplang atau yang biasa disebut gigi balang ialah salah satu ornamen arsitektur khas rumah Betawi kota Jakarta yang berbentuk segitiga berjajar berupa papan kayu. Disebut gigi balang karna bentuknya menyerupai gig belalang yang melambangkan bahwa hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Karena belalang hanya bisa mematahkan kayu jika dikerjakan terus menerus dan biasanya dalam tempo waktu yang lama namun secara keseluruhan bisa bermakna “pertahanan yang kuat”.

(13)

Gambar 6. Sisir Gantung/Gigi Balang (Sumber : http://radar-subekti.blogspot.com)

e. Langkan atau Railing Teras

Terdapat pada teras depan rumah yang bahan dasarnya berupa kayu denganukuran tinggi kira-kira 80 cm dan tebal antara 3-5 cm serta befungsi sebagai pembatas antara teras depan dengan halaman. Langkan atau railing teras pada rumah betawi terbuat dari papan kayu yang mempunyai motif berbeda-beda. Langkan atau pagar rumah betawi ini yaitu tempat bersantai dan tempat menerima tamu.

Gambar 7. Langkan

(14)

C. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK TEKNIS PRODUK RANCANGAN

Dalam perancangan sebuah huruf atau tipografi, sebagai seorang desainer atau tipografer sebelum melakukan proses perancangan dan produksi harus memperhatikan beberapa prinsip – prinsip tipografi dan anatomi huruf. Seperti halnya tubuh manusia, huruf memiliki berbagai organ yang berbeda. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan suatu identifikasi visual yang dapat membedakan antara huruf yang satu dengan huruf yang lain.

1. Anatomi Huruf

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalisis dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disebut dengan ground.

Berikut ini adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf, menurut Surianto Rustan (2011:25-30) :

(15)

Gambar 8. Anatomi Huruf (Sumber: Huruf Font Tipografi)

Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf. Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke).

Berikut ini beberapa karakter huruf berdasarkan klasifikasinya, antara lain sbb :

a. Vertical : stroke vertikal sebagai stroke utama ex. E, F, H, I, L, T.

b. Curved : stroke utama melengkung ex. C, O, Q, S c. Oblique : stroke utama diagonal ex. A, K, M, V, W, X,

Y, Z ex. A, K, M, V, W, X, Y, Z.

d. Combination : stroke utama gambar antara vertikal dan melengkung ex. B, D, G, J, P, R, U.

(16)

2.

Sistem Pengukuran a. Point dan Pica

Tiga dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah: point (biasa disingkat dengan pt), pica (dibaca: paika), dan unit. Point digunakan untuk mengukur tinggi huruf, sedangkan pica digunakan untuk mengukur panjang baris. Pengukuran dari lebar persatuan huruf serta jarak antar huruf dihitung dengan satuan unit. Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi phototypesetting dan digital composition, teknologi yang digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi. Pada tahun 1737, Pierre Fournier, seorang pembuat huruf (type founder) dari Paris menemukan sistem pengukuran huruf dalam satuan point. Sistem pengukuran huruf yang lain diperkenalkan 40 tahun kemudian oleh Francois Ambroise Didot dari Perancis. Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem Anglo-Saxon dengan perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2,539 cm. Sistem pengukuran tipografi tersebut berawal dari teknik cetak movable type yang pada perkembangan berikutnya diciptakan standarisasi pengukuran dan satuannya.

b. X-height

x-height bukan merupakan sistem pengukuran huruf, namun besar kecilnya x-height dapat mempengaruhi tinggi huruf secara visual. Di samping itu, perbedaan jenis huruf serta proporsi antara x-height dan body size memiliki pengaruh terhadap ukuran ascender dan descender. Besar kecilnya x-height memiliki pengaruh terhadap jumlah huruf yang dapat terakomodasi dalam satu baris.

(17)

c. Mm danen

Spasi adalah berupa interval antar elemen tipografi yang mencakup: jarak antar huruf atau yang disebut kerning, jarak antar kata atau yang disebut word spacing dan jarak antarbaris atau yang disebut leading. Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran ruang jarak antar kata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan di antara huruf yang satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut quad. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em. Ukuran setengah dari em adalah en. Apabila huruf dengan ukuran 10 pt maka emquad-nya berukuran 10 pt x 10 pt.

d. Kerning

Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam

phototypesetting dan digital composition dihitung dengan sistem

unit. Sistem ini tidak memiliki acuan pengukuran yang tetap, dalam pengertian bahwa unit memilikinilai yang berbeda-beda tergantung kepada sistem yang digunakan. Em berupa kotak seukuran besarnya huruf, kemudian bila kotak ini dibagi menjadi beberapa segmen yang sama besar, maka setiap segmen ini disebut sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 6 unit.

e. Leading

Pengukuran jarak antarbaris (leading) dihitung dengan menggunakan satuan point. Teknik tradisional memakai lembaran metal yang disisipkan di antara baris. Lembaran metal ini memiliki ketebaln yang beragam.

(18)

3.

Paragraf

Paragraf adalah Kumpulan dari kalimat yang membentuk sebuah bentuk kotak yang unik yang disebut kolom. Tanpa pemecahan atau pembagian paragraf, Teks akan sangat sulit untuk dibaca, maka dari itu kita harus memberi perhatian khusus pada bagaimana paragraf itu dibentuk. Desainer harus memperhatikan dan membuat keputusan mengenai fitur-fitur paragraf berikut ini sebelum membangun sebuah paragraf.

a. Lebar kolom

b. Font

c. Ukuran Font

d. Berat/bobot

e. Gaya (roman, italic)

f. Case (uppercase, large, and small caps or upper and lowercase)

g. Line Spacing (leading)

h. Character Spacing (tracking)

i. Paragraph Spacing

j. Alignment (rata kiri, rata kanan, rata tengah atau justified) k. First-line Indents atau Hanging Indents

l. Hanging Punctuation

m. Raised atau Dropped Initial Capitals n. Hypenation atau Tanda Penghubung

4. Produksi

Dalam proses produksi nya, perancangan desain huruf/typeface melalui berbagai proses langkah – langkah sebagai berikut :

1) Sketsa

Dalam sebuah perancangan huruf/typeface yang pertama dilakukan ialah proses sketsa huruf untuk mendapatkan karakter huruf yang akan dirancang. Setelah mendapatkan

(19)

karakter huruf yang diinginkan, lalu membuat sketsa huruf keseluruahannya yaitu huruf Uppercase, Lowercase, Symbols dan Numbers.

2) Scanning

Setelah semua sketsa huruf telah didaptkan, maka langkah selanjutnya dengan melakukan proses scanning untuk diolah lagi kedalam proses digital.

3) Digitalisasi

Dalam pembuatan desain huruf/font masuk ke dalam proses digitalisasi huruf/typeface menggunakan aplikasi grafis seperti adobe illustrator, adobe photoshop atau coreldraw.

4) Komputerisasi

Proses akhir dalam perancangan huruf ialah proses komputerisasi font dengan menggunakan aplikasi pengolah font, seperti Font Lab, High Logic Font Creator dll.

D. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK EKONOMI PRODUK RANCANGAN

Dalam aspek ekonomi produk rancangan tipografi, biaya produksi sampai dengan publishing relatif murah dan ekonomis. Dalam proses produksi yang tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal karena hanya dengan perangkat komputer, aplikasi grafis dan aplikasi pengolah font. Setelah semua proses perancangan telah selesai dan file font sudah didapatkan, maka selanjutnya adalah proses publishing font. Proses publishing ini dapat dilakukan dengan mengupload file yang telah jadi, yaitu format file TTF (True Type Font) ke dalam website – website download font yang ada di internet secara gratis dengan medaftarkan alamat email agar mendaptkan id untuk melakukan login. Situs – situs

(20)

website download font seperti www.dafont.com, www.1001freefonts.com, www.urbanfonts.com dll.

Gambar 9. Website Download font (Sumber: www.google.com)

Gambar

Gambar 3. Golok Ujung Turun  (Sumber : http://jakartakita.com )
Gambar 4. Rumah Pola Bukaan  (Sumber : http://radar-subekti.blogspot.com )
Gambar 5. Sekor Besi
Gambar 6. Sisir Gantung/Gigi Balang  (Sumber : http://radar-subekti.blogspot.com)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel V.3 pengujian dilakukan untuk menunjukkan pemamfaatan solar tracking sistem untuk menyalakan lampu, dimana energi listrik yang diperoleh dari sinar matahari

Adalah hal yang wajar saat anda masih menginginkan semua kebahagiaan masa kecil anda, dan menolak kehidupan yang penuh penderitaan, dan berita baiknya adalah,

Dari hasil penelitian antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen, diperoleh bahwa persentase responden yang mengkonsumsi suplemen, lebih banyak berpengetahuan gizi baik

Bagi masyarakat, jika pencatatan kelahiran dan kematian bisa dilakukan dengan baik dan terhubung secara online, semua penduduk DKI Jakarta akan memperoleh kemudahan untuk

1) Dari peternak lain yang diketahui memelihara kambing dengan silsilah keturunan yang bagus. Dengan adanya komunikasi antara peternak kambing perah akhirnya akan

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.. Pada

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat yang telah diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Protektif dan Faktor Resiko serta Resiliensi

dengan nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf keyakinan, dengan demikian hipotesa diterima. Artinya secara bersama-sama variabel semangat kerja dan