• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMILIHAN KONTRAKTOR DI PROYEK KONSTRUKSI PT. X DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMILIHAN KONTRAKTOR DI PROYEK KONSTRUKSI PT. X DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN KONTRAKTOR DI PROYEK KONSTRUKSI PT. X

DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS

Kristophorus Kanaprio Ola1)dan Tri Joko Wahyu Adi2)

1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia

e-mail: [email protected]

2) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK

PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan transmisi gas bumi melalui pipa, dimana infrastruktur pipa merupakan aset vital bagi perusahaan. Proyek konstruksi pipa menjadi aktivitas yang penting bagi perusahaan dan pemilihan kontraktor merupakan proses krusial dalam rangkaian aktivitas tersebut. Sebuah model pemilihan kontraktor dirancang melalui focus group discussion yang melibatkan pekerja pada tingkat manajemen atas dan manajemen menengah untuk menentukan kriteria pemilihan dan hubungan antar kriteria pemilihan. Perancangan model bertujuan untuk mendapatkan penilaian atas kualitas penawaran kontraktor berdasarkan tujuan dan kebutuhan perusahaan sehingga hasil penilaian tidak hanya didasarkan pada harga penawaran. Model yang diperoleh melibatkan 5 kriteria pemilihan, yaitu kemampuan teknis, kemampuan organisasi, keselamatan dan kesehatan kerja, kemampuan internal dan harga penawaran. Model tersebut kemudian diaplikasikan pada sebuah proyek konstruksi pipa untuk dan digunakan metode

Analytic Network Process untuk mengolah bobot kriteria dan hasil penilaian kontraktor. Data

masukan diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh tim evaluasi proyek di PT. X. Hasil studi kasus menunjukkan bahwa model yang dikembangkan memberikan hasil penilaian sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Kontraktor pemenang yang diperoleh memiliki kualitas penawaran yang tidak hanya mempertimbangkan harga penawaran. Analisis sensitivitas terhadap model menunjukkan bahwa hasil penilaian kontraktor sensitif terhadap perubahan pada bobot kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja. Kata kunci: model pemilihan kontraktor, pengambilan keputusan, analytic network process

PENDAHULUAN

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan transmisi gas bumi melalui pipa. Sebagai perusahaan yang menggunakan infrastruktur pipa sebagai media penyaluran produknya, pengembangan jaringan pipa merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi perusahaan. Pengembangan jaringan pipa bertujuan untuk menjamin pertumbuhan usaha perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penyaluran gas dan pendapatan usaha. Selain itu, pengembangan jaringan pipa menjadi salah satu motor penggerak perekonomian suatu wilayah melalui penyediaan sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, proyek konstruksi pipa menjadi aktivitas yang penting untuk menunjang pertumbuhan perusahaan dan penyediaan sumber energi bagi pengguna.

Proyek konstruksi merupakan aktivitas yang kompleks, dinamis dan memiliki tingkat ketidakpastian serta resiko yang tinggi (Singh dan Tiong, 2005). Hal-hal tersebut dapat memunculkan banyak faktor yang dapat menyebabkan terganggunya aktivitas proyek, misalnya keterlambatan dan pembengkakan biaya. Faktor-faktor tersebut muncul sejak tahap

(2)

ISBN : 978-602-97491-9-9

awal pelaksanaan proyek, yaitu tahap desain, proses pengadaan, pelaksanaan hingga serah terima. Untuk mengurangi atau mengoptimalkan semua resiko yang ada, pemilihan kontraktor menjadi salah satu proses krusial bagi pemilik proyek untuk dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan permintaan pemilik proyek (Singh dan Tiong, 2005).

Dalam aplikasinya pada sebuah perusahaan, pemilihan kontraktor diawali dengan proses pengambilan keputusan pada level middle management untuk memberikan usulan dan masukan kepada top management untuk menentukan kontraktor yang akan dipilih untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi. Proses pengambilan keputusan ini merupakan pengambilan keputusan berkelompok yang menggunakan beberapa kriteria sebagai dasar pengambilan keputusan. Pengambil keputusan pada level middle management ini terdiri dari pekerja dari fungsi-fungsi organisasi perusahaan yang terkait dengan perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, serah terima sampai dengan pengoperasian hasil pekerjaan tersebut.

Pemilihan kontraktor merupakan proses pengambilan keputusan yang memiliki karakteristik yang unik, misalnya menggunakan lebih dari satu kriteria, pengambilan keputusan yang dilakukan secara berkelompok, menggunakan data dan informasi yang tidak lengkap, melibatkan penilaian subjektif dan menggunakan kombinasi antara data kualitatif dan kuantitatif. Karakteristik tersebut tercermin pula dalam kriteria-kriteria yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu, metode yang digunakan dalam proses tersebut harus dapat mengakomodir karakteristik dari proses pemilihan kontraktor agar diperoleh hasil yang lebih baik (El-Sawalhi dkk., 2007).

El-Sawalhi dkk. (2007) melakukan penelitian terhadap beberapa metode pengambilan keputusan yang digunakan dalam proses pemilihan kontraktor. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa metode pengambilan keputusan yang digunakan untuk memilih kontraktor, antara lain dimensional weighting aggregation (DWA), knowledge based system

(KBS), multi-attribute analysis (MAA), fuzzy set, PERT model, analytic hierarchy process

(AHP), multi-attribute utility theory (MAUT), case-based reasoning (CBR), artificial neural

network (ANN), cluster analysis (CA) dan graph theory (GT). Dari beberapa metode

pengambilan keputusan diatas, Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang efektif dan sering digunakan dalam penelitian untuk mendukung proses pengambilan keputusan di bidang manajemen proyek konstruksi, misalnya pemilihan kontraktor, pemilihan metode konstruksi, evaluasi penggunaan teknologi baru, pemilihan peralatan dan penilaian resiko dari proyek konstruksi (Jaskowski dkk., 2010). Selain itu, AHP merupakan metode yang efektif untuk digunakan dalam pengambilan keputusan pada level

middle management yang dilakukan secara berkelompok dan mampu melakukan sintesa

keputusan berdasarkan input atau masukan dari beberapa pengambil keputusan (El Sawalhi dkk., 2007).

Namun, metode AHP memiliki kekurangan dalam aplikasinya, yaitu ketidakmampuan hierarki keputusan dalam AHP yang belum mampu mengakomodasi adanya hubungan timbal balik dan korelasi antar kriteria penilaian dalam model pengambilan keputusan. Dalam penelitian yang dilakukan Fong dan Choi (2000), disimpulkan bahwa beberapa kriteria yang digunakan dalam penelitian yang memiliki hubungan timbal balik atau korelasi antara kriteria yang satu dengan yang lain. Selain itu, bentuk hubungan atau korelasi antar kriteria dapat berupa hubungan positif (saling mendukung) ataupun hubungan negatif (saling melemahkan). Sedangkan dalam konsep metode AHP, elemen kriteria yang menyusun hierarki keputusan diasumsikan hanya memiliki hubungan satu arah (uni-directional) antar elemen atau kriteria yang berbeda level pada hierarki keputusan, misalnya antara kriteria dengan sub-kriteria atau sub sub-kriteria, dan tidak memiliki korelasi dengan elemen atau kriteria pada kelompok (cluster) yang lain (Cheng dan Li, 2007). Dengan kata lain, semua kriteria atau subkriteria

(3)

pada hierarki keputusan diasumsikan sebagai kriteria yang independen dan tidak memiliki korelasi dengan kriteria yang lain pada level yang sama dalam hierarki keputusan.

Untuk mengakomodasi hubungan atau korelasi antar kriteria keputusan tersebut, digunakan metode Analytic Network Process (ANP) untuk merancang model keputusan dalam pemilihan kontraktor. Metode ANP adalah metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari metode AHP yang bertujuan menyempurnakan model pengambilan keputusan dengan mengakomodir korelasi antar kriteria keputusan agar dapat memperoleh model keputusan yang mendekati kondisi atau fakta yang ada di lapangan.

Tujuan penelitian ini adalah merancang model pemilihan kontraktor berdasarkan kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Model tersebut kemudian diolah menggunakan metode ANP untuk memperoleh hasil penilaian kontraktor yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu, penelitian ini juga menganalisa pengaruh perubahan kriteria terhadap hasil keputusan yang diperoleh dengan mengimplementasikan model yang diperoleh pada sebuah proyek konstruksi.

METODE

Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu perancangan model dan studi kasus. Tahap perancangan model bertujuan merancang sebuah model pemilihan kontraktor yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan terhadap proyek konstruksi. Tahap studi kasus bertujuan mengimplementasikan model pemilihan kontraktor dan menganalisa hasil dan pengaruh perubahan kriteria terhadap hasil. Penjelasan lebih lanjut mengenai metode penelitian ini akan dipaparkan pada Gambar 1 dan penjelasan dibawah ini.

(4)

ISBN : 978-602-97491-9-9

Gambar 1. Metode Penelitian

Perancangan Model

Tahap ini diawali dengan studi pendahuluan terkait proses pemilihan kontraktor pada penelitian sebelumnya. Tujuan studi pendahuluan tersebut adalah untuk memperoleh beberapa kriteria dan subkriteria awal yang diusulkan untuk didiskusikan oleh manajemen perusahaan. Usulan awal tersebut kemudian didiskusikan dalam sebuah focus group discussion (FGD) yang melibatkan pekerja dari level top management dan middle management dilingkungan perusahaan. FGD tersebut bertujuan untuk menentukan kriteria dan subkriteria pemilihan serta hubungan antar kriteria dan subkriteria tersebut untuk menyusun sebuah model pemilihan kontraktor berdasarkan kesepakatan manajemen perusahaan.

Studi Kasus

Setelah diperoleh model pemilihan kontraktor, model tersebut kemudian diimplementasikan dalam sebuah proyek konstruksi. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menganalisa hasil keputusan yang diperoleh dari model tersebut dan sensitivitas hasil keputusan terhadap perubahan kriteria pemilihan. Pengambilan keputusan pada model ini dilakukan dengan metode ANP, dimana data masukan diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh tim evaluasi proyek. Kuisioner tersebut dirancang dalam bentuk metode perbandingan berpasangan dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala penilaian Saaty. Kuisioner terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner tingkat kepentingan kriteria/subkriteria, kuisioner pengaruh antar kriteria/subkriteria, kuisioner penilaian kontraktor. Kuisioner tingkat kepentingan kriteria/subkriteria dan kuisioner pengaruh antar kriteria/subkriteria digunakan untuk menentukan bobot kriteria/subkriteria pada model pemilihan kontraktor. Hasil kuisioner tersebut diolah dalam bentuk supermatriks. Supermatriks (W), atau disebut juga unweighted

(5)

supermatrix, disusun dari matriks hasil perbandingan berpasangan (wij) sesuai Persamaan (1) dan (2) dibawah ini (Saaty, 1999).

W = … … … … … … … … ⎣⎢ ⎢ ⎢ ⎡ ⋯ ⋮ ⋱ ⋮ ⋯ ⎦⎥ ⎥ ⎥ ⎤ (1) dengan, = ⎣ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡ ( ) ⋯ ( ) ⋮ ⋱ ⋮ ( ) ( )⎥ ⎥ ⎥ ⎤ (2) Keterangan:

N = jumlah komponen enn = elemen yang dimiliki oleh komponen

C = elemen yang saling berinteraksi n = banyaknya elemen yang dibandingkan Unweighted supermatrix dinormalisasi untuk memperoleh supermatriks baru, yaitu weighted supermatrix. Selanjutnya supermatriks tersebut dinormalisasi kembali dengan

berulangkali memangkatkan nilai dalam supermatriks hingga angka dalam satu baris bernilai sama besar, dengan Persamaan (3) berikut ini. Supermatriks ini disebut limit supermatrix dan setiap elemen dalam supermatriks ini menjadi bobot kriteria pemilihan.

lim (3)

Untuk mengetahui akurasi dari hasil ANP, salah satu parameter yuang digunakan adalah tingkat konsistensi yang digambarkan oleh parameter Consistency Ratio (CR). Jika nilai CR > 0.10, maka penilaian keputusan harus diperbaiki, sedangkan jika CR ≤ 10%, maka penilaian keputusan tersebut telah valid dan hasilnya dapat digunakan.

Bobot kriteria hasil ANP kemudian digabungkan dengan hasil penilaian atas penawaran kontraktor yang diperoleh dari kuisioner penilaian kontraktor untuk mendapatkan sintesa keputusan berupa urutan penilaian kontraktor. Selanjutnya, dilakukan analisa sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan bobot setiap kriteria terhadap perubahan urutan penilaian kontraktor. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot setiap kriteria sampai terjadi perubahan pada urutan penilaian. Kriteria dikategorikan sensitif apabila terjadi perubahan urutan penilaian saat bobot diubah dengan persentase yang lebih kecil dibanding kriteria yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahap perancangan model, dihasilkan sebuah model pemilihan kontraktor berdasarkan hasil FGD. Responden menyepakati sebuah model pemilihan kontraktor yang terdiri dari 5 kriteria pemilihan. Setiap kriteria terdiri dari 2-5 subkriteria dengan total subkriteria dalam model ini adalah 19 subkriteria pemilihan. Kriteria dan subkriteria tersebut kemudian disusun dalam sebuah jaringan keputusan berdasarkan hubungan antar

(6)

ISBN : 978-602-97491-9-9

kriteria/subkriteria yang didefinisikan oleh responden dalam FGD. Hasil tahap perancangan model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 dibawah ini.

Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria pada Model Pemilihan Kontraktor

Kriteria Subkriteria Kemampuan Teknis 1. Spesifikasi teknis 2. Metode pelaksanaan 3. Jadwal pelaksanaan

4. Jenis dan kapasitas peralatan Kemampuan Organisasi 1. Organisasi proyek 2. Manajemen proyek 3. Pelaksana konstruksi 4. Quality control 5. HSE inspector Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Program keselamatan kerja 2. Mitigasi pekerjaan beresiko tinggi

3. Program Emergency Response Plan Kemampuan

Internal

1. Kemampuan keuangan 2. Jumlah proyek sejenis 3. Kinerja proyek sebelumnya

4. Kemampuan dasar 5. Kemampuan paket

Harga Penawaran 1. Harga pekerjaan kritis 2. Harga pekerjaan non-kritis

Gambar 2. Model Pemilihan Kontraktor

Tahap selanjutnya adalah implementasi model pada sebuah studi kasus. Proyek yang digunakan untuk studi kasus adalah proyek pemasangan pipa gas dan fasilitasnya milik PT. X di Jawa Timur. Proyek tersebut merupakan pekerjaan pemasangan pipa baja dengan diameter 2 - 8 inch lengkap dengan fasilitasnya, seperti valve, bak valve, proteksi katodik dan meter

regulating station. Proyek dilakukan di beberapa lokasi dengan kondisi lokasi yang bervariasi

sehingga menyebabkan proyek menjadi lebih kompleks. Untuk itu, diperlukan model yang sesuai untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran kontraktor.

Implementasi model diawali dengan mengumpulkan data masukan melalui 3 kuisioner yang telah dijelaskan sebelumnya. Responden kuisioner ini adalah tim evaluasi proyek yang beranggotakan 5 orang pekerja dari beberapa fungsi terkait, antara lain pelaksana internal, pengadaan dan pengguna akhir. Hasil kuisioner dari setiap responden dirata dengan rata-rata geometrik kemudian disusun dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan (wij)

(7)

menjadi unweighted supermatrix dan weighted supermatrix dengan Persamaan (1). Supermatriks tersebut kemudian dinormalisasi dengan Persamaan (3) menjadi limit

supermatrix. Berdasarkan limit supermatrix, diperoleh bobot kriteria dan subkriteria

pemilihan seperti dijabarkan pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Bobot Kriteria dan Subkriteria Pemilihan

Kriteria Bobot Kriteria Subkriteria Bobot Subkriteria

Kemampuan

Teknis 42.17%

1. Spesifikasi Teknis 11.39%

2. Metode Pelaksanaan 13.25%

3. Jadwal Pelaksanaan 6.93%

4. Jenis dan Kapasitas Peralatan 10.60%

Kemampuan Organisasi 18.25% 1. Organisasi Proyek 7.81% 2. Manajemen Proyek 1.56% 3. Pelaksana Proyek 3.35% 4. Quality Control 3.71% 5. HSE Inspector 1.82% Keselamatan dan Kesehatan Kerja 12.50%

1. Program Keselamatan Kerja 4.88%

2. Mitigasi Pekerjaan Beresiko Tinggi 6.06%

3. Program Emergency Response Plan 1.57%

Kemampuan

Internal 17.56%

1. Kemampuan Keuangan 7.76%

2. Jumlah Proyek Sejenis 3.79%

3. Kinerja Proyek Sebelumnya 3.87%

4. Kemampuan Dasar 0.32%

5. Kemampuan Paket 1.83%

Harga

Penawaran 9.51%

1. Harga Pekerjaan Kritis 8.11%

2. Harga Pekerjaan Non-Kritis 1.41%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa berdasarkan persepsi tim evaluasi proyek, kriteria yang memiliki bobot tertinggi dalam model pemilihan adalah kemampuan teknis bobot sebesar 42.17% dan bobot tersebut cukup signifikan dibandingkan kriteria lain pada model ini. Hal ini menunjukkan tim evaluasi proyek menanggap kemampuan teknis memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pemilihan kontraktor. Tingkat konsistensi (inconsistency

ratio) pada penentuan bobot kriteria sebesar 0.06880. Nilai tersebut lebih kecil dari 0.10

sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian yang diberikan responden melalui kuisioner adalah konsisten dan hasilnya dapat digunakan untuk proses selanjutnya.

Pada studi kasus ini, tender proyek konstruksi ini diikuti oleh 4 kontraktor, dan untuk menjaga kerahasiaan bagi perusahaan, digunakan notasi alphabet untuk mendefinisikan kontraktor peserta. Keempat kontraktor tersebut dinilai oleh para responden menggunakan kuisioner penilaian kontraktor untuk mendapatkan nilai perbandingan kontraktor pada setiap kriteria/subkriteria. Hasil penilaian kontraktor (

(8)

ISBN : 978-602-97491-9-9

Tabel3) dan bobot kriteria/subkriteria kemudian digabungkan untuk mendapatkan nilai akhir penilaian kontraktor dengan mengalikan bobot dengan hasil penilaian. Hasil sintesa tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

(9)

Tabel 3. Hasil Perbandingan Penilaian Kontraktor Kriteria Subkriteria A B C D Kemampuan Teknis 1. Spesifikasi Teknis 0.377 0.084 0.377 0.162 2. Metode Pelaksanaan 0.207 0.200 0.514 0.079 3. Jadwal Pelaksanaan 0.246 0.197 0.449 0.108

4. Jenis dan Kapasitas Peralatan 0.205 0.196 0.510 0.090

Kemampuan Organisasi 1. Organisasi Proyek 0.324 0.075 0.325 0.276 2. Manajemen Proyek 0.300 0.100 0.300 0.300 3. Pelaksana Proyek 0.250 0.250 0.250 0.250 4. Quality Control 0.308 0.076 0.308 0.308 5. HSE Inspector 0.250 0.250 0.250 0.250 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Program Keselamatan Kerja 0.306 0.083 0.306 0.306

2. Mitigasi Pekerjaan Beresiko Tinggi 0.306 0.083 0.306 0.306

3. Program Emergency Response Plan 0.306 0.083 0.306 0.306

Kemampuan Internal

1. Kemampuan Keuangan 0.524 0.146 0.149 0.181

2. Jumlah Proyek Sejenis 0.095 0.467 0.277 0.160

3. Kinerja Proyek Sebelumnya 0.298 0.350 0.162 0.190

4. Kemampuan Dasar 0.564 0.074 0.129 0.233

5. Kemampuan Paket 0.100 0.300 0.300 0.300

Harga Penawaran

1. Harga Pekerjaan Kritis 0.095 0.467 0.277 0.160

2. Harga Pekerjaan Non-Kritis 0.095 0.467 0.277 0.160

Pada Tabel 4 terlihat bahwa Kontraktor C menempati peringkat pertama pada urutan hasil pemilihan dengan nilai sebesar 0.349, diikuti oleh Kontraktor A (0.270), Kontraktor B (0.197) dan Kontraktor D (0.184). Pada

(10)

ISBN : 978-602-97491-9-9

Tabel3 juga terlihat bahwa Kontraktor C memiliki nilai yang cukup signifikan dibandingkan peserta lain untuk kriteria kemampuan teknis. Dari hasil penilaian akhir dapat terlihat bahwa urutan penilaian tidak didominasi oleh kontraktor dengan penawaran terendah, dikarenakan bobot kriteria harga penawaran lebih kecil dibandingkan dengan kriteria lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil model pemilihan kontraktor yang diperoleh lebih banyak mempertimbangkan faktor kualitas penawaran dibandingkan harga penawaran.

Tabel 4. Hasil Penilaian Akhir Kontraktor Peserta Penilaian Akhir

Nilai Rank

Kontraktor A 0.270 2

Kontraktor B 0.197 3

Kontraktor C 0.349 1

Kontraktor D 0.184 4

Setelah memperoleh hasil penilaian akhir, selanjutnya dilakukan analisa sensitivitas terhadap model pemilihan kontraktor. Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot kriteria pemilihan untuk melihat pengaruh perubahan tersebut terhadap urutan penilaian kontraktor. Hasil analisa sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 3 dan Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Analisa Sensitivitas

Kriteria Keputusan Bobot Awal % Perubahan Bobot Saat Terjadi Perubahan Urutan

1. Kemampuan Teknis 0.422

-2. Kemampuan Organisasi 0.182 36.18%

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 0.125 39.16%

4. Kemampuan Internal 0.176 308.23%

5. Harga Penawaran 0.095 156.86%

Dari tabel diatas diatas, dapat disimpulkan bahwa kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja lebih sensitif dibandingkan kriteria lainnya. Hal ini disebabkan karena kedua kriteria tersebut menyebabkan terjadinya perubahan urutan hasil penilaian kontraktor apabila dilakukan perubahan bobot kriteria yang lebih kecil dibandingkan kriteria yang lain. Sedangkan untuk kriteria kemampuan teknis, peningkatan bobot kriteria tersebut tidak menyebabkan terjadinya perubahan urutan kontraktor.

(11)

Gambar 3. Analisa Sensitivitas

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pemilihan kontraktor yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan terdiri dari 5 kriteria, yaitu kemampuan teknis, kemampuan organisasi, keselamatan dan kesehatan kerja, kemampuan internal dan harga penawaran. Hubungan antar kriteria dan rincian subkriteria pada model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.

2. Dari studi kasus, berdasarkan preferensi tim evaluasi proyek, kemampuan teknis memiliki pengaruh terbesar pada model dengan bobot kriteria sebesar 42.17%, selanjutnya diikuti oleh kemampuan organisasi (18.25%), kemampuan internal (17.56%), kesehatan dan keselamatan kerja (12.50%) dan harga penawaran (9.51%). Sedangkan hasil akhir penilaian kontraktor, Kontraktor C menempati urutan pertama dengan nilai 0.349, diikuti oleh Kontraktor A (0.270), Kontraktor B (0.197) dan Kontraktor C (0.184).

3. Berdasarkan analisa sesitivitas yang dilakukan terhadap model pada studi kasus, hasil urutan penilaian akhir kontraktor sensitif terhadap perubahan bobot kriteria kemampuan organisasi dan keselamatan dan kesehatan kerja, namun tidak pada kriteria yang lain. Untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan adalah:

1. Perlu dilakukan pengujian usulan model pemilihan kontraktor ini pada contoh kasus yang berbeda sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan hasil pengambilan keputusannya..

(12)

ISBN : 978-602-97491-9-9

2. Perlu adanya penelitian lanjutan guna merancang proses dan mekanisme penilaian beberapa kriteria keputusan secara lebih mendalam, terutama kriteria yang memiliki tingkat ketidakpastian dan ketidakcukupan data yang besar, seperti kemampuan internal dan evaluasi harga penawaran.

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, E.W.L., dan Li, H. (2004), “Contractor selection using the Analytic Network Process”, Construction Management dan Economics, 22, 1021-1032.

El-Sawalhi, N., Eaton, D., Rustom, R. (2007), “Contractor Pre-qualification Model: State-of-the-art”,International Journal of Project Management, 25, 465-474.

Fong, P.S.-W., dan Choi, S.K.-Y. (2000), “Final Contractor Selection using Analytical Hierarchy Process”,Constr. Manage. Econom., 18,547–557.

Jaskowski, P., Biruk, S., Bucon, R. (2010),“Assessing Contractor Selection Criteria Weightswith Fuzzy AHP Method Application in Group Decision Environment”,Automationin Construction, 19(2), 120–126.

Saaty, T. L. (1999). Fundamentals of The Analytic Network Process. International

Symposium of Analytic Hierarchy Process. Kobe.

Singh, D., dan Tiong, R.L.K. (2005), “A Fuzzy Decision Framework for Contractor Selection”,Journal Of Construction Engineering And Management, 131, 62-70.

Gambar

Gambar 1. Metode Penelitian Perancangan Model
Tabel 1. Kriteria dan Subkriteria pada Model Pemilihan Kontraktor
Tabel 2. Bobot Kriteria dan Subkriteria Pemilihan
Tabel 3. Hasil Perbandingan Penilaian Kontraktor Kriteria Subkriteria A B C D Kemampuan Teknis 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

ARIMA merupakan salah satu metode dalam analisis data time series yang banyak digunakan untuk menganalisis data secara statistik untuk mendapatkan model terbaik

Drainase adalah sesuatu yang dimanfaatkan untuk mengalirkan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan agar tidak terjadi banjir atau genangan pada

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis dan ukuran butiran pupuk Fosfatsuper tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah pada tanaman jagung.. Namun

Pasal 6 dari Konvensi jenewa tahun 1958 menegaskan bahwa kapal yang berlayar dalam wilayah laut lepas harus menunjukkan bendera negara kapal dan dengan demikian memiliki

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN AUDITOR SWITCHING TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Non-Primer yang.. Terdaftar di Bursa

Pendidikan :- Tidak Turun Status 10 Widiastuti, SH, MS, M.Hum Universitas Slamet Riyadi.. Nunung

SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT INAP KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KOMITE MEDIK KOMITE KEPERAWATAN INSTALAS I INSTALASI 22

Oleh itu, kurikulum Sejarah yang dibentuk perlu memberi penekanan kepada unsur nilai ini selari dengan hasrat untuk melahirkan generasi pelajar yang dapat