• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG RATNA KATHARINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG RATNA KATHARINA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI

USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI

KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG

RATNA KATHARINA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Adopsi Sistem Pertanian Konservasi

Usahatani Kentang Di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan, Bandung adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari, 2007

Ratna Katharina NIM 062024121

(3)

RINGKASAN

RATNA KATHARINA. Adopsi Sistem Pertanian Konservasi Usahatani Kentang Di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan Bandung (di bawah bimbingan SANTUN R. P. SITORUS sebagai ketua, BUNASOR SANIM, dan ERNAN RUSTIADI, sebagai anggota).

Pengembangan usahatani lahan kering di Indonesia yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah mengakibatkan semakin besarnya luas kerusakan lahan yang ada. Berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan dan penanggulangan kerusakan lahan kering telah dilakukan pemerintah. Namun demikian, proses erosi tanah di lahan-lahan pertanian masih cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan karena masih banyak petani yang belum menerapkan sistem pertanian konservasi secara benar, khususnya pada lahan kering yang diusahakan di daerah hulu dengan kemiringan lereng yang cukup besar.

Usahatani sayuran di lahan kering dataran tinggi Pangalengan diharapkan telah menerapkan sistem pertanian konservasi. Pada kenyataannya petani sayuran di Pangalengan belum sepenuhnya mempraktekkan teknik konservasi tanah dengan baik. Hal ini ditandai dengan: (a) tingginya erosi tanah pada areal pertanaman sayuran, (b) turunnya produksi usahatani kentang dan kubis, dan (c) bertambahnya lahan kritis sebesar 1556 hektar (Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 2004). Penerapan konservasi tanah dalam bentuk pertanian konservasi akan mencegah berbagai permasalahan lingkungan seperti telah disebutkan di atas.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani kentang untuk mengadopsi sistem pertanian konservasi, (2) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi, dan (3) menganalisis pengaruh adopsi sistem pertanian konservasi kualitas sumberdaya lahan dan pendapatan usahatani kentang.

Teknik konservasi tanah yang diobservasi adalah teknik konservasi tanah mekanik yaitu penanaman kentang pada tanah berbentuk teras bangku dan penanaman kentang pada guludan searah kontur. Bentuk usahatani yang menanam kentang pada guludan searah lereng termasuk usahatani yang tidak mengadopsi konservasi tanah.

Untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang menentukan adopsi konservasi tanah oleh petani digunakan model logit. Setelah itu hasil dugaan model logit dimasukkan ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produktivitas usahatani kentang.

Untuk mengetahui pengaruh adopsi teknik konservasi tanah terhadap tingkat pendapatan digunakan analisis biaya dan manfaat dari teknik penanaman usahatani kentang di Pangalengan. Analisis finansial petani dihitung dengan menggunakan harga input yang dikeluarkan dan harga penerimaan yang diterima dengan menggunakan harga yang berlaku pada tahun 2004-2005. Untuk menghitung manfaat jangka panjang konservasi tanah digunakan indikator NPV.

Model SCUAF digunakan untuk memprediksi produktivitas usahatani kentang dan memprediksi hilangnya bahan organik dan unsur hara tanah akibat erosi selama 20 tahun. Produktivitas dan hilangnya bahan organik dan unsur hara tanah ini merupakan komponen yang diperlukan untuk menghitung keuntungan usahatani selama 20 tahun tersebut.

(4)

Penelitian dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi di tiga belas desa

Kecamatan Pangalengan Bandung sejak bulan Desember 2004 sampai Desember 2005. Data primer yang digunakan dalam penelitian merupakan data cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 180 petani sayuran. Sampel diambil secara acak sederhana (simple random sampling).

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil estimasi terhadap model

adopsi, ada tiga variabel yang parameternya berbeda nyata daripada nol (0). Ketiga variabel independen tersebut adalah status lahan usahatani (SLHN), tingkat kecuraman lereng (CURM), dan jumlah anggota keluarga dewasa (JAK), sedangkan variabel independen lainnya, parameternya tidak berbeda nyata dengan nol.

Status lahan sewa memiliki peluang lebih besar untuk tidak mengadopsi konservasi tanah dibandingkan dengan mengadopsi. Tidak semua petani kentang di Pangalengan memiliki sendiri tanah untuk usahataninya. Cukup banyak petani yang status lahannya adalah sewa. Hal ini tercermin pada responden penelitian, dimana dari 180 petani responden sampel terdapat 103 responden yang lahannya berstatus sewa.

Tingkat kecuraman lereng juga berpengaruh nyata pada adopsi konservasi tanah. Nilai odds ratio untuk variabel tingkat kecuraman (CURM) adalah 1.025. Hal ini berarti, apabila kemiringan lereng semakin meningkat maka peluang untuk mengadopsi konservasi tanah relatif lebih besar daripada peluang tidak mengadopsi.

Variabel independen lainnya yang berpengaruh nyata terhadap peluang adopsi

konservasi tanah adalah variabel jumlah anggota keluarga dewasa (JAK). Nilai odds ratio untuk variabel ini adalah 0.752, yang berarti peluang untuk tidak mengadopsi konservasi tanah lebih besar daripada peluang mengadopsi. Semakin besar jumlah anggota keluarga dewasa, semakin turun peluang untuk mengadopsi konservasi tanah.

Hasil regresi terhadap fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan dari 9

variabel independen yang terdapat pada model, ada lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen produksi. Empat variabel yaitu nitrogen, tenaga kerja, pestisida dan luas lahan berpengaruh positif. Dengan peningkatan penggunaan unsur nitrogen, tenaga kerja dan pestisida sebesar 10% akan terjadi peningkatan produksi berturut-turut sebesar 1.23 persen, 1.66 persen dan 1.52 persen. Peningkatan produksi kentang sangat dipengaruhi luas lahan, semakin luas lahan semakin besar jumlah produksi. Peningkatan 10 persen penggunaan lahan meningkatkan hasil produksi 7.28 persen. Besarnya kontribusi lahan tercermin pada harga sewa lahan untuk tanaman kentang yang cenderung terus meningkat.

Variabel adopsi konservasi berpengaruh nyata negatif terhadap tingkat produksi kentang, yang artinya semakin besar peluang untuk mengadopsi konservasi tanah semakin kecil tingkat produksi. Nilai koefisien untuk adopsi – 0.077. Pengaruh adopsi konservasi tanah yang negatif terhadap tingkat produksi kentang sudah diperkirakan sejak awal. Petani enggan menerapkan konservasi tanah, karena penggunaan teras bangku ataupun penanaman searah kontur tidak saja mengurangi luasan areal tanam tetapi juga meningkatkan serangan layu bakteri.

Analisis usahatani kentang jangka pendek (satu atau dua musim tanam saja)

memperlihatkan usahatani kentang yang menerapkan konservasi tanah - teras dan searah kontur - memberikan tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan usahatani kentang yang tidak menerapkan konservasi tanah. Usahatani kentang yang tidak menerapkan konservasi tanah, searah lereng, dapat menghasilkan

(5)

jumlah produksi yang tinggi karena petani mensubstitusi hilangnya hara yang hilang akibat erosi dengan jumlah pupuk kimiawi maupun pupuk kandang. Dengan model SCUAF, juga dari percobaan petak erosi dan pemeriksaan tanah terlihat bahwa adopsi konservasi tanah mampu menahan hilangnya unsur C dan hara N,P akibat erosi.

Apabila analisis dilakukan selama 20 tahun, ternyata usahatani yang menerapkan konservasi tanah memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi daripada usahatani yang tidak menerapkan konservasi tanah. NPV usahatani kentang dengan sistem penanaman searah lereng adalah yang paling rendah. Keuntungan usahatani kentang dengan sistem penanaman searah lereng dalam satu musim tanam adalah Rp. 13,3 juta per hektar, sedangkan dengan menggunakan sistem penanaman searah kontur ataupun teras bangku keuntungan yang diperoleh berturut-turut adalah Rp 8,6 juta dan Rp 5,9 juta per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat adopsi konservasi tanah hanya akan dirasakan dalam waktu jangka panjang. Tidaklah heran mengapa petani enggan mengadopsi sistem pertanian konservasi karena yang diinginkan petani adalah hasil pengembalian yang segera dapat dirasakan yaitu keuntungan yang setinggi mungkin dalam jangka pendek.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut (a) pemerintah disarankan memberi insentif kepada petani yang mengadopsi konservasi tanah seperti pengurangan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) atau diberi bunga kredit yang lebih rendah, (b) pemerintah disarankan membuat peraturan untuk kecuraman lereng lahan tertentu harus mengadopsi konservasi tanah. Bila tidak mau mengadopsi, diberi denda berupa pembayaran biaya lingkungan sebesar besarnya erosi off-site yang timbul dari usahataninya, (c) pemerintah disarankan membuat peraturan durasi sewa menyewa lahan agar ada insentif bagi petani penyewa untuk menerapkan konservasi tanah, (d) dalam rangka mempertinggi adopsi sistem pertanian konservasi di Pangalengan, disarankan perlu peningkatan pengetahuan bagi petani maupun PPL serta pihak terkait (aparat desa, dinas pertanian) tentang keuntungan jangka panjang yang diperoleh dari menerapkan sistem pertanian konservasi.

(6)

ABSTRAK

RATNA KATHARINA. Adopsi Sistem Pertanian Konservasi Usahatani Kentang di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan, Bandung. Dibimbing oleh SANTUN R. P. SITORUS, BUNASOR SANIM, dan ERNAN RUSTIADI.

Erosi tanah merupakan masalah yang serius di dataran tinggi Pangalengan, Bandung. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi, serta menganalisis pengaruh adopsi sistem pertanian konservasi terhadap kualitas sumberdaya lahan dan pendapatan usahatani kentang. Data yang diperlukan untuk analisis merupakan data cross-sectional dengan responden rumahtangga petani. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknik konservasi tanah digunakan fungsi model logit dengan menggunakan variabel dummy, sedangkan untuk mengetahui pengaruh adopsi teknik konservasi tanah terhadap produksi dan erosi tanah usahatani sayuran digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dan model SCUAF. Manfaat teknik konservasi tanah terhadap pendapatan jangka pendek maupun jangka panjang serta erosi dihitung dengan menggunakan analisis Manfaat-Biaya dan model SCUAF. Hasil estimasi model logit menunjukkan bahwa adopsi sistem pertanian konservasi dipengaruhi oleh faktor kecuraman lereng, status lahan dan jumlah tenaga kerja keluarga. Hasil estimasi Cobb-Douglas menunjukkan faktor pupuk N, pestisida, tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi. Peningkatan masing-masing faktor tersebut akan meningkatkan produksi. Adopsi teknik konservasi (teras bangku dan penanaman searah kontur) berpengaruh negatif terhadap produksi. Teras bangku dan penanaman searah kontur tidak saja menurunkan luasan areal tanam tetapi juga meningkatkan serangan penyakit layu bakteri. Hasil estimasi analisis Manfaat-Biaya dan model SCUAF menunjukkan dalam jangka panjang, sistem penanaman yang menerapkan teknik konservasi tanah tidak hanya meningkatkan pendapatan yang lebih baik, tetapi juga menurunkan erosi tanah. Teknik konservasi tanah teras bangku dan penanaman pada guludan searah kontur menghasilkan nilai kini bersih (NPV) yang lebih tinggi dibandingkan penanaman pada guludan searah lereng. Untuk mendorong adopsi sistem pertanian konservasi di Pangalengan perlu diberikan prioritas pada pengelolaan lahan berkelanjutan, peningkatan pengetahuan dan dukungan teknis bagi petani dan semua pihak terkait.

(7)

ABSTRACT

RATNA KATHARINA. The Adoption of Conservation Farming System of Potatoes Farming in the Dryland of Upland Pangalengan, Bandung. Under the direction of SANTUN R. P. SITORUS, BUNASOR SANIM, and ERNAN RUSTIADI).

Soil erosion is a serious problem in upland Pangalengan, Bandung. A study was carried out to determine factors affecting adoption of conservation farming practices, to analyze factors that influence its production and to analyze impact of conservation farming practices in soil fertility and potatoes farmer’s income. The data for study analysis is collected from cross-sectional data of farm households. The logit model using dummy variables was applied to determine factors affecting farmer’s adoption of conservation farming practices. Adoption of conservation farming practices was applied as one of parameters in Cobb-Douglas production function. Financial Analysis, Benefit Cost Analysis and SCUAF model were applied to quantify farm income, productivity, and soil erosion of conservation farming practices in the short and long run. The results of logit function analysis show that adoption of conservation farming practices is affected by farm characteristics such as slope, land status, and labor resources. The Cobb-Douglas function analysis shows N fertilizer, pesticide, labor and land size have a positive influence to production. Increasing those factors will increase production. While adoption of soil conservation technology of bench terraces and contour cultivation has a negative influence in production. Farmer is reluctant to adopt bench terraces and contour cultivation. Bench terraces reduce cultivated land size while contour cultivation increases Pseudomonas sp attacking. The findings of the study highlighted a significant difference in farm income, productivity, and soil erosion between farming practices with and without conservation measures. In the long run, bench terraces and contour cultivation yield higher net present value (NPV) and productivity, and they also conserve the soil. To promote areas of farming conservation system in the Pangalengan, the top priority policies should be on land, training on crop production and soil conservation technology and technical support for farmers.

(8)

@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mokrofilm, dan sebagainya

(9)

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI

USAHATANI KENTANG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI

KECAMATAN PANGALENGAN, BANDUNG

RATNA KATHARINA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang yang dilaksanakan sejak Agustus 2005 ini ialah Adopsi Sistem Pertanian Konservasi Usahatani Sayuran di Lahan Kering Dataran Tinggi Kecamatan Pangalengan, Bandung.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun. R. P. Sitorus, Bapak Prof. Dr. Ir. Bunsor Sanim, MSc, dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, MAgr selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Mia Resmiati dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Benih Kentang Pangalengan beserta staf, Bapak Ir. Pidio Laksono MSi dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat, Bapak Odji sebagai koordinator Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Kecamatan Pangalengan beserta staf, Bapak Tatang dari Koperasi Unit Desa Walatra beserta staf, staf Kantor Perhutani III Kecamatan Pangalengan, Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Kabupaten Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Stasiun hujan PLTA Plengan, Bapak Wildan, Finus, aparat kecamatan dan desa yang telah membantu selama pengumpulan data. Tidak lupa juga penghargaan kepada petani (responden) yang mau bersabar memberikan informasi dalam pengumpulan data selama di lahan usahataninya yang menyebabkan kadang-kadang petani harus pulang terlambat dari lahannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga dan juga teman-teman seperjuangan dalam masa menempuh studi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari, 2007

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 1 Agustus 1960 sebagai anak sulung dari pasangan Gustaf Tambunan dan Theodora S. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, lulus pada tahun 1984. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Magister pada program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2003.

Setelah bekerja di perusahaan swasta dan lembaga pemerintahan, saat ini penulis lebih banyak berkecimpung pada pengembangan masyarakat desa.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

vi

DAFTAR GAMBAR ...

viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

x

I.

PENDAHULUAN ...

1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 7 1.4. Manfaat Penelitian ... 7 1.5. Ruang Lingkup ... 7 1.6. Kerangka Pemikiran ... 8 1.7. Hipotesis Penelitian ... 12 1.8. Kebaruan Penelitian ... 12

II.

TINJAUAN PUSTAKA ...

14

2.1. Erosi, Dampak dan Upaya Pengendaliannya ... 14

2.2. Erosi Yang Diperbolehkan ... 19

2.2. Biaya Erosi Tanah ... 20

2.3. Peran Konservasi Tanah dalam Mencegah Erosi... 24

2.4. Pertanian Lahan Kering Dataran Tinggi dan Sistem Pertanian Konservasi (SPK) ... 29

2.5. Andisols, Potensi dan Kendalanya ... 32

2.6. Adopsi Sistem Pertanian Konservasi dan Manfaatnya ... 33

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Adopsi Sistem Pertanian Konservasi ... 37

2.8. Model SCUAF dan Hasil Penelitian Terdahulu ... 44

2.9. Tanaman Kentang ... 47

III.

METODE PENELITIAN ...

48

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.2. Teknik Pengambilan Contoh ... 45

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 49

3.4. Analisis Data ... 51

3.4.1. Analisis Data untuk Tujuan 1 ... 51

3.4.2. Analisis Data untuk Tujuan 2 ... 52

3.4.3. Analisis Data untuk Tujuan 3 ... 55

IV. KARAKTERISTIK

WILAYAH

DAN SISTEM USAHATANI

RESPONDEN ...

62

(14)

v

Halaman

4.2. Iklim ... 62

4.3. Penggunaan Lahan dan Kondisi Tanah ... 63

4.4. Populasi dan Kegiatan Ekonomi ... 66

4.5. Sarana Pendidikan ... 68

4.6. Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian Kabupaten Bandung 2004... 69

4.7. Karakteristik Sistem Usahatani Responden ... 71

V.

ADOPSI SISTEM PERTANIAN KONSERVASI ...

85

5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Pertanian Konservasi... 87

5.2. Pengaruh Faktor-faktor Produksi dan Adopsi Konservasi Terhadap Produksi Usahatani Sayuran ... 93

102 5.3. Pengaruh Adopsi Sistem Pertanian Konservasi terhadap Kualitas Sumberdaya Lahan dan Pendapatan Usahatani ... 5.3.1. Pendapatan, Kentang dalam Satu Musim Tanam (MT)... 5.3.2. Erosi, Kadar Bahan Organik dan Unsur Hara Tanah serta Pendapatan Usahatani Jangka Panjang (Proyeksi untuk 20 tahun)... 103 106 5.4. Sintesis dan Implikasi Hasil Penelitian... 124

VI. SIMPULAN DAN SARAN ...

130

6.1. Simpulan ... 130

6.2. Saran untuk aplikasi ... 6.3. Saran untuk Penelitian Lanjutan... 131 132

DAFTAR PUSTAKA ...

133

(15)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produktivitas tanaman kentang dan kubis di Kecamatan

Pangalengan, 1995-2004... 9

2 Jumlah sampel desa, PPL, dan petani ... 49

3 Jenis dan sumber data ... 50

4 Ringkasan tujuan, data yang dikumpulkan, sumber data, teknik analisis dan output penelitian ... 52

5 Diskripsi tiga sistem usahatani sayuran di Kecamatan Pangalengan yang digunakan dalam simulasi SCUAF ... 57

6 Tata guna lahan di Kecamatan Pangalengan, 2005 ... 64

7 Luas lahan kering dan lahan sawah Kecamatan Pangalengan, 2004 64

8 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Pangalengan, 2005 ... 66

9 Sarana perekonomian di Kecamatan Pangalengan ... 67

10 Sarana pendidikan Kecamatan Pangalengan, 2005 ... 69

11 Jumlah penduduk menurut pendidikan ... 69

12 Penggolongan umur responden ... 71

13 Pendidikan responden ... 71

14 Pengalaman bertani responden ... 72

15 Pengalaman kursus usahatani dan organisasi responden ... 73

16 Luas tanam, panen, produksi dan produktivitas jagung di tiga kecamatan, Kabupaten Bandung, 2004 ... 76

17 Luas tanam, luas panen, dan produktivitas enam jenis sayuran di Kecamatan Pangalengan, 2004 ... 76

18 Analisis usahatani beberapa komoditas pertanian per hektar, 2004.. 77

(16)

vii

Halaman 20 Data kemiringan lereng lahan dan sistem penanamannya Per

responden dan per petak usahatani... 88 21 Hasil estimasi model adopsi ... 89 22 Persentase serangan penyakit layu bakteri pada pertanaman

kentang dengan berbagai teknik konservasi tanah di Kecamatan

Batur, Jawa Tengah ... 95 23 Hasil estimasi fungsi produksi Cobb-Douglas usahatani kentang

responden, di Kecamatan Pangalengan ... 97 24 Perbandingan penerimaan, biaya, keuntungan, produktivitas tanah

usahatani kentang di Pangalengan berdasarkan sistem penanaman

per MT 2005 ... 104 25 Studi terdahulu erosi petak percobaan pada tanaman kentang... 105 26 Proyeksi erosi tanah ketiga sistm tanam kentang di kecamatan

Pangalengan pada tahun ke-1 (T1) dan tahun ke-20 (T20) ... 108 27 Perbandingan sifat kimia tanah Pangalengan pada tahun 1991 dan

2003 ...

110

28 Proyeksi hilangnya unsur C, hara N dan P akibat erosi tanah ketiga

sistem tanam kentang pada tahun ke-1(T1) dan tahun ke-20(T20)... 113 29 Proyeksi pupuk kandang, urea, dan SP36 pengganti untuk

hilangnya C, hara N dan P ketiga sistem penanaman kentang di

Pangalengan pada tahun ke-1(T1) dan tahun ke-20 (T20) ... 115 30 Nilai kini (PV) unsur C, N, dan P yang hilang di Kecamatan

Pangalengan selama 20 tahun berdasarkan sistem penanamannya

(Rp) ... 116 31 Kandungan hara N, P, K tanah di Kecamatan Pangalengan ... 118 32 Perbandingan nilai kini bersih (NPV) usahatani kentang di

Kecamatan Pangalengan selama 20 tahun berdasarkan sistem

penanaman (Rp) ... 119 33 Perbandingan nilai kini bersih (NPV) usahatani kentang di

Kecamatan Pangalengan selama 20 tahun berdasarkan faktor

(17)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pikir adopsi konservasi tanah usahatani sayuran lahan

kering dataran tinggi Kecamatan Pangalengan, Bandung ... 6

2 Mengukur biaya erosi tanah di lokasi (on-site) dengan pendekatan biaya pengganti... 23

3 Kerangka kerja pemodelan biofisik-ekonomi ... 56

4 Curah hujan Pangalengan tahun 1998 - 2004 ... 63

5 Penanaman pada guludan searah lereng... 78

6 Penanaman pada pada guludan searah lereng ... 79

7 Penanaman kentang pada teras bangku ... 79

8 Penggunaan mulsa plastik perak hitam ... 82

9 Tenaga kerja wanita usahatani sayuran di Kecamatan Pangalengan... 96

10 Teras bangku yang diubah menjadi penanaman pada guludan searah lereng ... 100

11 Proyeksi erosi tanah pada tiga sistem penanaman kentang di Kecamatan Pangalengan untuk 20 tahun... 108

12 Hilangnya Unsur C pada tiga sistem penanaman di Kecamatan Pangalengan... 111

13 Hilangnya unsur hara N pada tiga sistem penanaman kentang di Kecamatan Pangalengan... 112

14 Hilangnya unsur hara P pada tiga sistem penanaman kentang di Kecamatan Pangalengan. ... 113

15 Proyeksi produksi kentang pada ketiga sistem penanaman kentang di Pangalengan untuk 20 tahun ... 117

(18)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Lokasi penelitian ... 143

2 Lokasi desa penelitian di Kecamatan Pangalengan ... 144

3 Data curah hujan Pangalengan 1998 – 2004 dari statsiun pencatat curah hujan Plengan, Pangalengan ... 145

4 Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman searah kontur dan pembuatan teras bangku per hektar ... 145

5 Topografi, sifat fisik, dan kimia tanah Pangalengan ... 146

6 Parameter model SCUAF ... 147

7 Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas + adopsi 2 ... 148

8 Korelasi antar variabel independen ... 149

9 Respesifikasi model untuk mengurangi gejala multikolinearitas... 150

10 Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas + adopsi 2-respesifikasi ... 151

11 Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas + adopsi 2 (tanpa luas lahan).. 152

12 Kondisi hubungan masing-masing input dengan output usahatani kentang di Pangalengan ... 153

13 Prediksi erosi tanah, unsur C, dan hara N, P ... 154

14 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun pada guludan searah lereng dengan kecuraman lereng 15%... 155

15 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun pada guludan searah kontur dengan kecuraman lereng 15%... 156

16 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun penanaman dengan teras bangku pada kecuraman lereng15%... 157

17 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun pada guludan searah lereng dengan kecuraman lereng 50%... 158

18 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun pada guludan searah kontur dengan kecuraman lereng 50% ... 159

(19)

x

Halaman 19 Nilai kini bersih (NPV) analisis usahatani kentang selama 20 tahun

penanaman dengan teras bangku pada kecuraman lereng 50% ... 160 20 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun pada duludan

searah lereng dengan kecuraman lereng 15% ... 161 21 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun pada guludan

searah kontur dengan kecuraman lereng 15% ... 162 22 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun penanaman

dengan teras bangku pada kecuraman lereng 15% ... 163 23 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun pada guludan

searah lereng dengan kecuraman lereng 50% ... 164 24 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun pada guludan

searah kontur dengan kecuraman lereng 50% ... 165 25 Nilai kini (PV) C, N dan P yang hilang selama 20 tahun penanaman

dengan teras bangku pada kecuraman lereng 50% ... 165

Referensi