• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH

DI KABUPATEN POHUWATO

Zenifer Ali, Wawan Tolinggi, Ria Indriani

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk : (1)Mengetahui faktor internal dan eksternal pengembangan agribisnis cabai merah di kabupaten Pohuwato, (2) mengetahui strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato selama 3 (tiga) bulan April-Juni 2013. Jenis penelitian menggunakan metode survey, jenis dan sumber data yaitu primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT.

Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis cabai merah yaitu Strategi (SO) : kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan melalui potensi pemasaran cabai merah dan ketersediaan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Strategi (WO) : belum tersedianya industri olahan cabai merah dapat memanfaatkan penyerapan bahan baku industri luar. Strategi (ST) : menentukan luas areal pengembangan cabai merah dapat menekan berfluktuasi harga cabai merah dan SDM yang mendukung dapat berpartisipasi dan siap berperan menghadapi perdagangan bebas. Strategi (WT) : produk pertanian yang mudah rusak dapat diatasi dengan adanya penanganan pascapanen secara manual dan memanfaatkan sumberdaya produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas serta mampu bersaing dalam perdagangan global.

(2)

2

PENDAHULUAN

Cabai merah adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas maupun kualitas masih rendah. Cabai merah bagi masyarakat sudah tidak asing lagi, hampir semua orang sudah mengenal tanaman ini. Dalam kehidupan sehari-hari cabai merah memegang peranan yang penting, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga, peranan cabai merah juga dapat memenuhi gizi masyarakat, selain itu cabai merah jika dibudidayakan dengan tujuan untuk nilai bisnis tentunya bisa menembus pasaran dengan mudah, hal ini dikarenakan oleh semua unsur masyarakat tentunya membutuhkan tanaman ini terutama untuk bahan konsumsi rumah tangga (Andoko, 2007 : 1).

Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah yang menjadi sasaran utama dalam pengembangan tanaman hortikultura. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato (2011) memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas yaitu sebesar 108.314 Ha, dengan luas lahan kering sebesar 105.279 Ha, dan luas lahan basah sebesar 5.251 Ha. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Pohuwato memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya melalui sektor pertanian dengan memanfaatktan lahan yang ada. Dengan demikian petani memanfaatkan lahan kering dengan membudidayakan komoditi cabai merah. Adapun produksi cabai merah yang dihasilkan oleh petani yang ada di Kabupaten Pohuwato sebesar 19.153 ton dari data keseluruhan, Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato data produksi cabai merah tertinggi terdapat di Kecamatan Patilanggio yaitu sebesar 888,8 ton dengan luas panen 57 Ha. Akan tetapi dalam pengembangannya komoditi ini masih memiliki beberapa permasalahan, seperti dalam budidaya, banjir, rendahnya diseminasi teknologi, tingginya biaya transportasi, minimnya infrastruktur, dan belum ada jaminan harga. Oleh karena itu diperlukan strategi khusus untuk pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Adapun yang menjadi tujuan untuk penelitian ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato

2. Mengetahui strategi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pohuwato, selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan April-Juli tahun 2013. Penelitian survey dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku dan nilai dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan pada

Judgment expert.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung (depth interview) dengan Judgment Expert dan Kelompok Tani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait,

(3)

3 studi kepustakaan dan laporan tahunan). Data yang dikumpulkan di klasifikasi, ditabulasi dan diolah sesuai dengan alat analisis yang dipakai yaitu, Analisis SWOT, digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung pengembangan agribisnis cabai di Kabupaten Pohuwato.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi lingkungan internal

1. Potensi Cabai Merah di Kabupaten Pohuwato

Kabupaten Pohuwato memiliki potensi pengembangan agribisnis cabai merah dilihat luasa areal penanaman cabai merah paling besar dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainya, selain itu dilihat dari produksi dan luas panen yang dimiliki, dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Luas Panen Cabai Merah di Kabupaten Pohuwato, 2013. No Kecamatan Luas Panen

(Ha) Persentase (%) Produksi (Ton) Persentase (%) 1. Popayato 30 9,90 281,4 146,92 2. Popayato Barat 14 4,62 28,2 14,72 3. Popayato Timur 12 3,96 28,5 14,88 4. Lemito 26 8,58 52,5 27,41 5. Wonggarasi 34 11,22 130,1 67,92 6. Marisa 33 10,89 130,3 68,03 7. Patilanggio 57 18,81 888,8 464,05 8. Buntulia 6 1,98 36,7 19,16 9. Duhiadaa - - 9,8 5,11 10. Randangan 38 12,54 220,1 114,91 11. Taluditi 11 3,63 16 8,35 12. Paguat 25 8,25 41,1 21,45 13. Dengilo 27 8,91 51,8 27,04 Kabupaten Pohuwato 303 100,00 191,53 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2012

Tabel 1 di atas menunjukan bahwa luas panen untuk tanaman cabai merah di Kabupaten Pohuwato pada tahun 2012 adalah 303 ha atau 100,00% dan produksi cabai merah pada tahun 2012 adalah sebesar 191,53 ton atau 100,00%. Hal ini menunjukan bahwa petani mempunyai peluang yang cukup baik dalam mengembangkan usahataninya. Bahkan ada satu kecamatan yang memiliki produksi cabai merah paling tertinggi yaitu Kecamatan Patilanggio dengan luas panen 57 ha atau 18,81% dan produksi cabai merah sebesar 888,8 ton atau 464,05%. Dengan melihat besarnya produksi yang dihasilkan sehingga

(4)

4 Kecamatan Patilanggio di tetapkan sebagai kawasan pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato.

2. Topografi dan Jenis Tanah

Iklim di Kabupaten Pohuwato termasuk dalam zona E3 dan E4 dengan bulan basah kurang dari 2 bulan kering 4-7 bulan. Pohuwato memiliki curah hujan tahunan berkisar antara 38 -378 mm. Menurut Rukmana (2006) curah hujan yang baik untuk pertumbuhan cabai berkisar antara 600-1.250 mm. Jenis-jenis tanah di Kabupaten Pohuwato pada umumnya bervariasi antara lain, Entisol, Inceptisol, Vertisol, Mollisol, Alfisol dan Histosol. Melihat kondisi tanah yang ada, maka cabai merah dominan dibudidayakan pada tanah Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Entisol (Bappeda Kabupaten Pohuwato, 2013).

3. Sumberdaya Manusia

sebagian besar penduduk Kabupaten Pohuwato berkecimpung atau bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 42,20% yang disusul oleh jasa kemasyarakatan sebesar 21,51%. Selanjutnya untuk lapangan usaha terkecil yaitu pada sektor industri pengolahan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Pohuwato memliki industri pengolahan yang terbatas sehingga kesempatan kerja bagi masyarakat juga terbatas, hal ini ditunjukan dengan adanya angka pengangguran di Kabupaten Pohuwato sebanyak 2,64%, dan lainnya mengurus rumah tangga hampir satu per empat dari jumlah penduduk yaitu sebanyak 23,82%

4. Sumberdaya Produksi

Penyediaan sarana produksi merupakan faktor penunjang dalam peningkatan usahatani serta pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato. Sumberdaya produksi yang menunjang meliputi ketersediaan benih unggul lokal (Malita FM), sarana dan prasarana dalam pengelolaan kegiatan usahatani, serta dukungan teknologi dan alsintan yang mempermudah proses produksi dalam pengembangkan agribisnis cabai merah.

5. Sumberdaya Keuangan

Modal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan usahatani. Akan tetapi dalam kenyataannya, petani/pengusaha skala petani kecil-menengah pada umumnya sangat lemah dalam hal permodalan menyebabkan usahataninya sulit berkembang dan cenderung bersifat subsisten. Petani di Kabupaten Pohuwato mendapatkan sumber dana modal sendiri atau memanfaatkan lembaga perbankan maupun non bank, seperti dana KUR, Koperasi Tani dan sebagainya.

6. Aspek Budidaya

Dari aspek budidaya usahatani cabai merah di Kabupaten Pohuwato menghadapi berbagai permasalahan, seperti banjir, kekeringan, minimnya infrastrukur, dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Selain itu masih ada sebagian petani yang belum menggunakan teknik budidaya dengan baik dan benar sesuai dengan panca usahatani, selanjutnya masih banyak petani yang menggunakan faktor-faktor produksi secara tidak efisien, seperti pengunaan bibit, pupuk dan obat-obatan yang berlebihan sehingga berdampak negative terhadap pengembangan agribisnis cabai merah.

(5)

5 7. Kelembagaan

Salah satu dukungan lembaga-lembaga yang mendukung kegiatan usahatani adalah penanganan dan pengelolaan organisme penggangu tanaman (OPT). kemudian adanya pembentukan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Terbentuknya Gapoktan di tiap kecamatan di Kabupaten Pohuwato telah memberikan dan menjadikan berbagai unit usaha, yang dijalankan sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi para petani anggota maupun masyarakat di sekitarnya. Kelompok tani yang berkembang bergabung ke dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).

8. Pemasaran

Rantai pemasaran di Kabupaten Pohuwato melibatkan beberapa lembaga pemasaran didalamnya yaitu petani menjual kepedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang besar selanjutnya dari tangan pedagang pengecer akhirnya sampai ketangan konsumen. Adapun pemasaran langsung dari petani langsung ke pedagang pengecer selain itu pemasaran langsung dari petani ke konsumen.

B. Kondisi Lingkungan Eksternal

1. Lingkungan Makro a. Ekonomi

Permintaan cabai merah yang terus meningkat sehingga harga cabai merah itu sendiri dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan, perkembangan harga cabai. Harga rata-rata cabai merah di tingkat produsen pada tahun 2009 yaitu Rp 84.00/kg dan pada tingkat konsumen pada tahun 2009 yaitu Rp 113.362/kg, kemudian rata-rata harga cabai merah di tingkat produsen pada tahun 2010 meningkat yaitu sebesar Rp101.900/kg, selanjutnya rata-rata harga di tingkat konsumen pada tahun 2010 yaitu Rp 137.633/kg.

b. Politik dan Hukum

Pemerintah Kabupaten Pohuwato dalam mendukung pengembangan agribisnis cabai ditujukan kearah pengembangan ekonomi lokal (local economic

development), yaitu dengan mengembangkan kapasitas dan kegiatan ekonomi

masyarakat di daerah untuk meningkatkan derajat kemajuan ekonomi daerah secara keseluruhan. Oleh karena itu, strategi ini yang diharapkan tepat dan mampu menemukan dan menggali potensi ekonomi produktif yang berdaya saing (knowledge based economy), sekaligus berbasis sumberdaya lokal (resource based

economy) baik melalui pemerintah daerah, sektor swasta dan kelembagaan/organisasi yang berbasis masyarakat setempat guna menumbuhkan perekonomian yang ditunjang oleh kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur yang sangat mendukung pengembangan agribisnis cabai.

c. Sosial budaya

Banyaknya jenis cabai dan produk olahan cabai yang bermunculan dipasaran, merubah pola konsumsi masyarakat yang ingin mencoba produk olahan cabai tersebut karena dipengaruhi oleh lingkungan. Mengingat banyaknya pasar modern yang sudah tersebar sehingga produk tersebut tersedia diberbagai tempat.

Budaya huyula atau gotong royong merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang saat ini masih ada, walaupun mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Salah satu kearifan lokal yang masih dipertahankan masyarakat setempat yang

(6)

6 berkaitan dengan pertanian, terutama budidaya cabai, yaitu penentuan waktu tanam berdasarkan ilmu perbintangan, yang dikenal dengan panggoba. Pada prinsipnya, budaya panggoba dipegang oleh seseorang yang dianggap cakap dalam melihat perbintangan lalu mencocokan tanaman sesuai dengan waktu tanam yang tepat.

d. Teknologi

Di Provinsi Gorontalo sudah banyak subsektor yang memanfaatkan keunggulan ICT seperti komputer, internet, piranti lunak (softwares), dan piranti keras (hardwares), radio, televisi dan perangkat IT lainnya yang mendukung semua aktivitas pertanian mulai dari kegiatan hulu (proses produksi) sampai pada hilir (pemasaran hasil). Tersedianya IT memberikan peluang bagi pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk memanfaatkan teknologi yang ada sebagai pendorong informasi di subsektor hortikultura guna meningkatkan daya saing dan berpeluang besar dalam pengembangan agribisnis cabai merah.

2. Lingkungan Mikro a. Pemasok

Untuk itu pasokan cabai itu sebagian dari lokal, namun terkadang pasokan cabai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar sehingga Provinsi Gorontalo merupakan pemasok cabai terbesar untuk daerah Manado, Tomohon, dan Bitung. Tingginya permintaan untuk pasokan cabai menjadi peluang besar untuk petani yang ada di Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan hasil produksi guna untuk memenuhi bahan baku yang di butuhkan oleh industri rumah tangga.

b. Pelanggan

Pelanggan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang peningkatan kualitas dan produksi cabai. Di Kabupaten Pohuwato terdapat industri-industri lokal uang menyerap produk cabai antara lain, UKM, Pasar Sentral, Rumah Makan, dan Swalayan. Dan industri luar yang sering menggunakan cabai sebagai bahan baku sebagai bumbu supermie, kecap dan sambal oleh industri seperti PT. Indofood dan PT. ABC.

c. Pesaing

Salah satu yang menjadi pesaing adalah kabupaten lain yang berada di Provinsi Gorontalo antara lain Kabupaten Boalemo merupakan sentra pengembangan cabai merah di Provinsi Gorontalo. Kontribusi produksi sampai tahun 2008 mencapai 17,67% terhadap produksi cabai Provinsi (BPS Provinsi Gorontalo, 2009). Kontribusi tersebut menempatkan Kabupaten Boalemo sebagai penghasil cabai merah ketiga terbanyak setelah Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo.

(7)

7

C. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal

1. Kondisi Lingkungan Internal

Tabel 2. Faktor Internal Pengembangan Cabai di Kabupaten Pohuwato, 2013

No Faktor Internal Bobot Rating B x R Ket

a. Kekuatan Kekuatan utama :

1. Dukungan dari pemerintah 0,06 2 0,12 1. Ketersediaan benih

Unggul

2. Ketersediaan benih unggul 0,13 4 0,52 2. SDM yang

Mendukung

3. Tingkat kesuburan tanah 0,06 2 0,12

4. Besarnya jumlah produksi yang dihasilkan

0,04 1 0,04

5. Tersedianya lahan pengembangan cabai

0,09 3 0,27

6. SDM yang mendukung terbentuk dalam gapoktan

0,13 4 0,52

Total 1,59

b. Kelemahan Kelemahan utama:

1. Sumberdaya produksi yang masih terbatas

0,13 1 0,13 1. Sumberdaya produksi yang

masih terbatas 2. Pemasaran cabai masih dalam bentuk

bahan baku

0,04 3 0,12 2. Belum tersedia industri

Pengolahan cabai 3. Lemahnya akses

petani terhadap modal

0,09 2 0,18 1.

4. Penanganan pascapanen masih secara manual

0,04 4 0,16

5. Serangan OPT 0,06 2 0,12

6. Belum tersedia industri seperti PT>.Indofood pengolahan cabai

0,13 1 0,13

Total 1,00 0,84

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2013 2. Kondisi Lingkungan Eksternal

Tabel 3. Faktor Eksternal Pengembangan Cabai di Kabupaten Pohuwato, 2013.

No Faktor Eksternal Bobot Rating B x R Ket

a. Peluang Peluang utama :

1. Potensi pemasaran cabai 0,13 4 0,52 1. 1.Potensi pemasaran

2. Cabai

2. Pemasaran keluar daerah 0,13 4 0,52 2.Pemasaran keluar

Daerah 3. Kebutuhan cabai yang

terus meningkat

0,07 2 0,14

4. Perkembangan teknologi dan informasi

0,09 3 0,27

5. Industri luar yang menyerap bahan baku cabai 0,04 1 0,04 6. Tersedianya tempat Perbelanjaan 0,07 2 0,14 Total 1,63

b. Ancaman Ancaman utama:

1. Fluktuasi harga cabai 0,07 2 0,14 1. Permainan harga

dalam saluran pemasaran

2. Pasar bebas (global) 0,04 4 0,16 2. Tingginya biaya

transportasi

3. Belum ada jaminan harga 0,06 2 0,12

4. Produk pertanian mudah rusak 0,04 3 0,12

5. Permainan harga dalam saluran pemasaran

0,13 1 0,13

6. Tingginya biaya transportasi 0,13 1 0,13

Total 1,00 0,80

(8)

8 Untuk mengetahui strategi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato dengan mengunakan diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 1.

Peluang

Strategi Y Strategi Agresif Turn Around 0,83 II I Kelemahan X Kekuatan 0,75 IV III

Strategi Defenisif Strategi Difersifikasi

Ancaman

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT, 2013

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan, menghasilkan sumbu X dalam diagram SWOT. Demikian juga peluang yang dihadapi lebih besar daripada ancaman sehingga menghasilkan sumbu Y dalam diagram SWOT dengan nilai yang ditunjukan bahwa selisih peluang dan ancaman adalah 0,83, sedangkan selisih antara kekuatan dan kelemahan 0,75. Maka strategi pengembangan cabai merah di Kabupaten Pohuwato berada pada kuadran I dimana mendukung strategi yang agresif yang menggambarkan situasi yang sangat baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan untuk pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato.

Berdasarkan hasil analisis SWOT maka diperoleh empat sel kemungkinan alternatif strategi yang dirumuskan, yaitu Strategi (SO), Strategi (WO), Strategi (ST) dan Strategi (WT).

1. Strategi (S-O)

Adanya kebijakan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, sehingga mempunyai potensi dalam pemasaran cabai dan memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk memperoleh produksi yang tinggi sesuai dengan harapan petani untuk memperoleh keuntungan dan dapat memenuhi adanya permintaan akan kebutuhan cabai yang terus meningkat.

2. Strategi (W-O)

Pemasaran cabai di Kabupaten Pohuwato masih dalam bentuk bahan baku karena belum tersedianya industri olahan sehingga dapat memanfaatkan adanya penyerapan bahan baku oleh industri luar dan serangan OPT merupakan permasalahan dalam membudidayakan cabai merah untuk itu adanya pemanfaatan

(9)

9 teknologi untuk pengedalian hama terpadu dan adanya pemurnian benih sehingga tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit

3. Strategi (S-T)

Lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan cabai di tentukan luas areal penanaman cabai, hal ini dapat menekan besarnya permintaan dan penawaran yang menyebabkan jatuhnya harga cabai dipasaran dan tersedianya SDM yang mendukung usahatani yang mampu berpartisipasi dan siap berperan dalam perdagangan bebas dapat mengatasi berbagai ancaman yang akan dihadapi. 4. Strategi (W-T)

Produk pertanian mudah rusak dapat diatasi dengan adanya penanganan pascapanen yang dilakukan secara khusus untuk memperkecil rusaknya produk pertanian dan menggunakan sumberdaya produksi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan kualitas cabai sehingga mampu bersaing dalam perdagangan global.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agribisnis cabai di Kabupaten Pohuwato maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor Internal yaitu : (1) Dukungan dari pemerintah, (2) Ketersediaan benih

unggul, (3) Tingkat kesuburan tanah, (4) Besarnya jumlah produksi cabai yang dihasilkan, (5) Tersedianya lahan pengembangan cabai, (6) SDM yang mendukung terbentuk dalam gapoktan, (6) Sumberdaya produksi yang masih terbatas, (7) Pemasaran cabai masih dalam bentuk bahan baku, (8) Lemahnya akses petani terhadap modal, (9) Penanganan pascapanen masih secara manual, (10) Serangan organisme pengganggu tanaman, (11) Belum tersedia industri pengolahan cabai. Sedangkan Faktor Eksternal yaitu : (1) Potensi pemasaran cabai, (2) Pemasaran keluar daerah, (3) Kebutuhan cabai merah yang terus meningkat, (4) Perkembangan teknologi dan informasi, (5) Industri luar yaitu PT. Indoofood yang menyerap bahan baku cabai merah, (6) Tersedianya tempat perbelanjaan seperti pasar dan swalayan, (7) Fluktuasi harga cabai merah, (8) Pasar bebas atau global, (9) Belum ada jaminan harga, (10) Produk pertanian mudah rusak, (11) Permainan harga dalam saluran pemasaran, (12) Tingginya biaya transportasi.

2. Strategi pengembangan agribisnis cabai merah di Kabupaten Pohuwato yaitu : Strategi (SO) Adanya kebijakan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usahatani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, sehingga mempunyai potensi dalam pemasaran cabai dan memanfaatkan ketersediaan benih unggul untuk memperoleh produksi yang tinggi sesuai dengan harapan petani untuk memperoleh keuntungan dan dapat memenuhi adanya permintaan akan kebutuhan cabai merah yang terus meningkat. Strategi (WT) Pemasaran cabai di Kabupaten Pohuwato masih dalam bentuk bahan baku karena belum tersedianya industri olahan sehingga dapat memanfaatkan adanya penyerapan bahan baku oleh industri luar yaitu PT. Indofood dan adanya serangan OPT merupakan permasalahan dalam membudidayakan cabai merah untuk itu adanya pemanfaatan teknologi untuk

(10)

10 pengedalian hama terpadu dan adanya pemurnian benih sehingga tanaman tidak mudah terserang hama dan penyakit. Strategi (ST) Lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan cabai di tentukan luas areal penanaman cabai merah, hal ini dapat menekan besarnya permintaan dan penawaran yang menyebabkan jatuhnya harga cabai merah dipasaran dan tersedianya SDM yang mendukung usahatani yang mampu berpartisipasi dan siap berperan dalam perdagangan bebas dapat mengatasi berbagai ancaman yang akan dihadapi. Strategi (WT) Produk pertanian mudah rusak dapat diatasi dengan adanya penanganan pascapanen yang dilakukan secara khusus untuk memperkecil rusaknya produk pertanian dan menggunakan sumberdaya produksi yang ada untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan kualitas cabai sehingga mampu bersaing dalam perdagangan global.

A. Saran

Saran yang dapat diberikan dengan hasil penelitian ini adalah :

1. Pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan petani terutama dalam penyaluran sumberdaya produksi.

2. Perlu ditingkatkan lagi program pemerintah dalam pemantapan kelembagaan petani maupun penyuluhan dan penataan saluran pemasaran.

3. Pemerintah dapat mengupayakan pemberdayaan petugas lapangan yang tersebar di masing-masing kecamatan untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap petani maupun kelompok usaha.

4. Pemerintah diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan dalam penetapan harga cabai merah seperti halnya harga jagung.

5. Strategi ditujukan kepada pemerintah untuk menjadi salah satu pertimbangan

dalam mendirikan agroindustri atau perusahaan industri yang pengolahan produk pertanian.

6. Strategi ini menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pembangunan

ekonomi daerah untuk menetapkan komoditi apa yang menjadi keunggulan pertanian di Kabupaten Pohuwato.

7. Program agropolitan dan agribisnis hortikultura di masukan dalam visi misi Kabupaten Pohuwato sehingga terlihat jelas sasaran dan tujuan yang akan dicapai Kabupaten Pohuwato dalam pembangunan daerah.

8. Mendirikan lembaga keuangan khusus petani di Kabupaten Pohuwato dalam memperoleh modal untuk kegiatan usahatani.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2012. Cabai Merah secara Vertikultur Organik. Jakarta. Penebar Swadaya

Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. 2012. Jumlah Produksi Cabai Merah. Provinsi Gorontalo

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato. 2012. Produksi Cabai Merah. kabupaten Pohuwato

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato. 2011. Pohuwato dalam Angka. BPS Kabupaten Pohuwato.

BP3K Patilanggio. 2011. Program dan Kinerja Penyuluh, Jumlah Hasil Produksi Pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Patilanggio.

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pohuwato. 2013. Pemasaran Cabai Merah. Kabupaten Pohuwato

Bapedda Kabupaten Pohuwato. 2013. Potensi lahan pertanian. Kabupaten Pohuwato

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Gorontalo. 2013. Pengembangan Hortikultura. Provinsi Gorontalo

BPSBTPH Provinsi Gorontalo. 2013. Komoditi Unggulan. Provinsi Gorontalo Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo. 2012. Pusat Data dan

Informasi Pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo.

Rangkuti, F. 1996. Analisis SWOT dan Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21”. jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Maka indikator dalam Penerimaan Pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realisasi penerimaan pajak pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Kanwil DJP Jatim

Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari kelima ekstraksi memperlihatkan hanya ekstrak A.chromis dan C.aerizusa yang aktif terhadap bakteri B.megaterium dengan nilai

Budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa dilakukan di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo di tambak Dusun Tanjungsari yang kemudian akan dilanjutkan di Laboratoriun

semua anggota menempati posisi yang sama. Setiap individu dalam jaringan lingkaran memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk memengaruhi kelompok. Struktur Roda,

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama pemulihan fisiologis (denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal), konsumsi pakan dan bobot badan pada domba muda dan

Kebutuhan akan bahan kimia di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, sejalan dengan berkembangnya industri PVC khususnya industri Vinil Chloride Monomer dimana produk

Dana tahapan per masa masuk sekolah yang diberikan perusahaan pada peserta asuransi sistem syariah merupakan persentase dari jumlah premi yang dibayar oleh peserta,

Dari gambar di atas, sampai dengan jam 13:00 WIB H-2 terjadi kepadatan tinggi di Tol Cipali, namun secara umum tidak ada kemacetan kecuali pada Gate Cikopo (kecil), dan