• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 6 :

Kerangka Kebijakan

Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

1. Definisi-definisi

a. Definisi-definisi yang digunakan dalan kerangka kebijakan ini adalah :

1). Sensus adalah hitungan per kepala dari orang-orang yang diusulkan dalam subproyek yang memenuhi persyaratan sebagai orang yang terkena dampak (displaced person). Tanggal sensus adalah patokan tanggal pencacahan penduduk dalam wilayah sub-proyek/program yang akan menerima kompensasi, pemukiman kembali dan atau penggusuran dan bantuan rehabilitasi lainnya.

2). Kompensasi, yang dimaksud adalah biaya penggantian seperti yang ditentukan dalam Sub Bab 4 Kerangka Kebijakan ini, yang diberikan sebagai penggantian atas tanah dan bangunan yang dibebaskan, secara keseluruhan atau sebagian dan semua aset/benda tak bergerak di atas tanah dan bangun-bangunan serta tanaman dan pohon.

3). Pembebasan lahan, yang dimaksud adalah kegiatan dalam rangka perolehan lahan, bangunan atau aset-aset lain dari orang-orang yang terkena dampak untuk kepentingan sub-proyek/proyek yang diusulkan masyarakat.

4). Orang yang tergeser, adalah orang-orang yang tanah atau bangunannya dibebaskan sebagian sebagai akibat pelaksanaan sub-proyek/program tetapi masih mungkin tinggal lokasi lama. Mereka mengalami atau akan mengalami dampak negatif, seperti (i) memburuknya kwalitas kehidupan, (ii) hilang/berkurangnya hak atas tanah dan rumah (termasuk tanah pertanian dan tanaman) atau aset fisik lainnya yang dimiliki secara permanen/sementara, (iii) hilang/berkurangnya akses ke aset produktif secara permanen/sementara, (iv) hilang/berkurangnya penghasilan/bisnis/pekerjaan/tempat kerja atau sumber penghasilan.

5). Orang yang tergusur, dalam hal ini adalah orang-orang yang dipaksa pindah dari lokasi mereka sebelumnya karena : (i) semuanya atau lebih dari 50% dari lahan atau bangunan mereka terkena sub-proyek/program, atau (ii) kurang dari 50 % dari lahan atau bangunan mereka terkena sub-proyek/program dan bagian yang tersisa secara ekonomi tidak layak atau tidak dapat dihuni

6). Bantuan rehabilitasi, yang dimaksud adalah penyediaan dana tunai atau berupa aset-aset atau dalam bentuk bantuan lain yang diberikan kepada orang yang terkena dampak proyek yang tidak memiliki lagi hak hukum atas aset-aset yang dibebaskan oleh proyek sampai paling sedikitnya sama atau meningkatkan tingkat kehidupan mereka hingga lebih baik dari sebelum proyek.

7). Pemukiman kembali, yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu upaya atau kegiatan untuk merelokasi orang yang terkena dampak proyek (tergusur) ke suatu permukiman baru, sehingga kemudian mereka dapat mengembangkan kehidupan yang lebih baik.

(2)

8). Penggusuran (involuntary displacement), yang dimaksud adalah kegiatan memindahkan penduduk tanpa penjelasan yang cukup atau tidak memberikan pilihan kepada yang bersangkutan, dalam bentuk; (a) membebaskan lahan yg berakibat (i) relokasi atau kehilangan tempat tinggal, (ii) kehilangan aset atau akses ke aset, (iii) kehilangan penghasilan atau sumber penghasilan, tidak peduli yang bersangkutan harus pindah ke tempat lain atau tidak; atau (b) larangan paksa untuk memasuki ruang terbuka resmi dan wilayah lindung yang memberi dampak negatif kepada yang bersangkutan.

9). Sub-proyek/program adalah investasi pembangunan perumahan dan atau prasarana/sarana yang didanai PNPM Mandiri Perkotaan.

2. Prinsip-Prinsip Dasar

b. Pemukiman kembali dapat mengakibatkan penderitaan dalam jangka panjang, kemiskinan dan kerusakan lingkungan kecuali dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar yang baik sebagai berikut ini:

1). Usulan (proposal) kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) harus meminimalkan pembebasan lahan dan aset-asetnya dan pemukiman kembali non swakarsa (paksa). Kelompok-kelompok yang mengusulkan harus telah memperhitungkan alternatif-alternatif rancangan yang memungkinkan minimalisasi penggusuran.

2). Kelompok-kelompok yang mengusulkan akan melakukan proses-proses secara transparan dan partisipatif untuk meyakinkan bahwa semua orang yang terkena dampak proyek menyetujui tiap usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) yang mengandung pembebasan lahan atau pemukiman kembali.

3). Kelompok-kelompok yang mengusulkan kegiatan (sub-proyek/program) harus menyetujui untuk memasukkan biaya pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali non swakarsa didalam usulan kegiatan mereka sebagai bagian dari biaya sub-proyek/programnya. Biaya kompensasi harus dibayar dengan dana swadaya masyarakat sendiri atau dana pemerintah (dana yang berasal dari JRF tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi). 4). Sejalan dengan kebiasaan/tradisi, anggota masyarakat dapat memilih secara

sukarela menyumbang lahan atau aset-aset dan/atau relokasi secara sementara atau permanen dari tempat tinggal mereka tanpa kompensasi. Sumbangan lahan atau aset ini harus benar-benar dipahami oleh masyarakat yang terkena dampak dan alasan/tujuan mengapa lahan tersebut disumbangkan berikut semua konsekwensinya (hukum, sosial dan ekonomi) dalam menyumbang lahan atau aset tersebut.

5). Masyarakat yg terkena dampak harus mendapat bantuan agar dapat memulihkan kondisi kehidupan dan penghidupan mereka minimum sama dengan kondisi sebelum proyek atau malah lebih baik.

3. Kerangka Kerja

c. Dalam hal sebuah usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) memerlukan pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali, maka usulan sub-proyek/program tersebut harus sudah mengidentifikasi kebutuhan lahan yang perlu dibebaskan, jumlah dan nama-nama orang yang terkena dampak

(3)

proyek (tergeser dan tergusur), dan perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk kompensasi dan pemukiman kembali.

d. Usulan/proposal yang akan mengakibatkan dampak pada 200 orang atau lebih, biasanya akan memerlukan waktu lama (jangka panjang), dan diperkirakan melampaui cakupan jangka waktu proyek. Dalam hal yang sangat tidak diharapkan bahwa lebih dari 200 orang yang akan terkena dampak dan memerlukan kompensasi, maka KMW akan memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua usulan tersebut dilengkapi dengan Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resttlement Action Plan = LARAP). LARAP tersebut akan mencakup; (i) survei identifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari orang yang terkena dampak, (ii) rencana menyeluruh untuk pembebasan lahan dan pemukiman kembali, dan (iii) skema kompensasi yang sesuai dengan pedoman kompensasi seperti tertera dalam sub Bab V dan telah disetujui oleh orang-orang yang terkena dampak dan masyarakat yang mengusulkan proyek/program yang dikoordinasi oleh LKM. Usulan sub-proyek/program (proposal) perlu menjelaskan pula sumber dana untuk kompensasi yang diperlukan (dana dari JRF tidak boleh digunakan untuk membiayai kompensasi). KMP/KMW perlu mendapatkan persetujuan Bank Dunia terhadap LARAP dan pembiayaannya, dan melakukan perubahan-perubahan apabila bank menganggap perlu. Penjelasan lebih rinci mengenai LARAP terlampir (lihat lampiran 3).

e. Untuk setiap usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) yang memerlukan pemukiman kembali kurang dari 200 orang, LKM bersama Fasilitator Perumahan dan tenaga ahli KMW akan membantu pembuatan usulan untuk menjamin bahwa langkah-langkah berikut diterapkan :

1). Kelompok pengusul harus melakukan ”sensus” dari orang-orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang teridentifikasi sebagai orang akan dipindahkan

2). Orang-orang yang terkena dampak setuju pada usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program), dan telah menyepakati hasil negosiasi dgn kelompok pengusul, baik dalam hal kompensasi atau merupakan sumbangan sukarela untuk subproyek tersebut.

3). Persetujuan dibuat secara tertulis melalui sebuah proses yang transparan dan partisipatif

4). Orang yang dipindahkan harus disadarkan akan hak mereka untuk mendapat kompensasi atau bantuan lain sesuai dengan sub Bab V.

5). Dalam hal sumbangan sukarela dalam bentuk lahan atau aset-aset yang ada, maka persetujuan tertulis harus dibuat dengan jelas untuk semua orang yang dipindahkan dengan mencantumkan; nama-nama penyumbangnya dan rincian sumbangan yang diberikan; dan semua ini diperiksa dan secara teknis disetujui oleh KMW.

6). Sebuah format persetujuan sederhana untuk hal tersebut, juga disertakan dalam usulan sub-proyek/program. Surat persetujuan ini harus secara jelas menggambarkan setiap persil lahan dari masing-masing pemilik yang dibutuhkan untuk dibebaskan atau pemukiman kembali, jumlah dan nama-nama orang yang terkena dampak, skema kompensasi dan atau pemukiman kembali, serta perkiraan biaya untuk kompensasi pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali. Dalam kasus sumbangan sukarela, persetujuan ini harus menjelaskan alasan mengapa hal tersebut dilakukan

(4)

dan juga fakta bahwa yang bersangkutan sebenarnya punya pilihan untuk tidak menyumbang, sedangkan dalam kasus masyarakat terpaksa memberikan kontribusi maka cara penilaian kontribusinya harus dilakukan sesuai dengan sub Bab 4 di bawah ini.

7). Surat persetujuan atau kesepakatan, harus menjelaskan bahwa dana untuk biaya kompensasi akan berasal dari masyarakat atau kontribusi pemerintah. Dana dari JRF hanya dapat digunakan untuk membiayai pekerjaan kecil yang membuka kesempatan kerja bagi anggota masyarakat yang akan dipindahkan (dimukimkan kembali). Hal ini harus sdh disetujui oleh kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program dan mencantumkannya dalam surat persetujuan

8). Rincian kesepakatan/persetujuan akan diperiksa oleh KMW/Tim Fasilitator yang bertugas sebelum LKM mempertimbangkan untuk mendanai. Apabila terjadi tidak adanya kesepakatan yang dapat dicapai dalam hal bentuk atau jumlah kompensasi, maka usulan kegiatan (sub-proyek/program) tidak perlu dipertimbangkan untuk didanai.

9). Tidak boleh ada pembebasan lahan atau aset-aset dari orang yang akan digusur/dipindahkan sebelum mereka menerima kompensasi seperti yang disepakati dan dijelaskan pada usulan sub-proyek/program.

10). Pembayaran kompensasi, pemindahan penduduk, penggarapan lokasi pemukiman kembali, seperti yang telah disetujui harus sudah selesai dilaksanakan sebelum memulai dengan kegiatan sub-proyek/program. 11). Sistem monitoring dan evaluasi terhadap kompensasi akan dilakukan untuk

meyakinkan bahwa orang yang terkena dampak telah menerima kompensasi mereka seperti yang telah disepakati. Monitoring akan dilakukan oleh KMW melalui survey penuh atau sample bergantung pada jumlah keluarga yang terkena dampak. Laporan dari hasil dan rekomendasinya akan diumumkan dan dipublikasikan oleh KMW kepada masyarakat dan KMP.

12). Dalam kasus rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan, persyaratan tambahan ini harus diterapkan :

a). Sebelum kesepakatan tentang calon pemanfaat (penerima manfaat) maka tenaga ahli dari KMP dan KMW harus menjamin bahwa batas dan kepemilikan persil sudah teridentifikasi dan dikonfirmasi oleh tetangga sebelah menyebelah, depan dan belakang dan diverifikasi oleh Fasilitator Perumahan.

b). Perselisihan mengenai batas persil harus sudah selesai sebelum calon pemanfaat ditetapkan bersama

c). Dalam hal ada pembebasan lahan dan pemukiman kembali, kesepakatan tentang skema kompensasi, pembayaran atau realisasinya harus sudah selesai sebelum memulai pembangunan/rekonstruksi rumah. Tenaga ahli dari KMP dan KMW membantu persiapan pembebasan lahan dan pemukiman kembali dan akan memantau proses pelaksanaannya.

d). LARAP dan laporan pelaksanaanya harus disampaikan ke PMU 4. Pedoman untuk Kompensasi, Pemukiman Kembali dan Bantuan Lain

f. Berdasarkan pada persetujuan yang dicapai dalam negosiasi, orang yang tergusur (displaced persons) dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai, pemukiman kembali atau pilihan-pilihan lain. Pilihan lainnya termasuk kapling

(5)

siap bangun, pertukaran lahan yang sama ukurannya atau sama produktifnya, rumah sederhana, apartemen, perumahan yang dibangun pengembang dengan fasilitas kredit, atau skema lainnya. Dari semua pilihan tersebut, orang yang tergusur akan mendapatkan sebidang lahan dimana mereka tidak perlu membayar lebih dari pengeluaran rutin mereka sebelumnya. Dalam semua kasus, jumlah kompensasi, pemukiman kembali, atau lainnya harus cukup memadai untuk mencapai perbaikan atau sekurangnya tetap seperti sebelum proyek dalam hal kwalitas hidup, penghasilan dan produktifitas dari orang yang tergusur.

1). Kompensasi

a). Orang yang terkena dampak pemindahan memiliki hak untuk menerima biaya penggantian/pemindahan yang sebenarnya adalah :

• Untuk lahan di wilayah perkotaan, nilai pasar dari lahan di lokasi sebelum dipindahkan dengan ukuran dan penggunaan yang sama, dengan yang sejenis atau dengan pelayanan prasarana dan sarana umum yang lebih baik, serta berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang terkena proyek, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, biaya balik nama dan pajak.

• Untuk lahan pertanian, nilai lahan sebelum sub-proyek/program atau sebelum pemindahan, meskipun lebih tinggi. Lahan pengganti harus sama produktifnya atau potensi penggunaannya, berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang lama, termasuk biaya-biaya untuk penyiapan lahan sehingga menyerupai lahan sebelumnya, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama dan pajak. • Untuk rumah-rumah dan bangunan lainnya, nilai pasar dari material

untuk membangun sebuah bangunan pengganti, atau untuk memperbaiki sebagian bangunan yang terkena, ditambah biaya pengangkutan material bangunan ke lokasi pembangunan, ditambah biaya buruh dan jasa kontraktor, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama dan pajak. Dalam hal perhitungan biaya penggantian dari sebuah aset yang terkena dampak, perlu dijelaskan bahwa depresiasi dari aset dan nilai dari sejumlah material tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, dan juga tidak diperhitungkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan sub-proyek/program yang dikerjakan. Kompensasi dari tanaman, pohon-pohon, dan aset lainnya akan didasarkan pada nilai penggantian dengan menggunakan harga yang ada per pohon yang disiapkan oleh lembaga / dinas terkait, diambil dari perhitungan harga pasar setempat (lokal).

b). Nilai kompensasi akan bergantung pada status penguasaan atas lahan dan bangunan dari orang yang akan dipindahkan seperti ditetapkan pada sub Bab 5.

c). Orang yang terkena dampak yang ; (i) sisa lahan dan bangunannya tidak bisa digunakan untuk hunian atau tempat bekerja; atau (ii) sisa lahannya kurang dari 60 m2; (iii) sisa lahan pertaniannya kurang dari 50% dari ukuran tertentu sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan; atau (iv) sisa bangunan kurang dari 21 m2; memiliki pilihan dimasukkan sebagai

(6)

orang-orang yang secara fisik dipindahkan/tergusur dan mendapat kompensasi untuk aset yang terkena dampak. Orang yang terkena dampak yang sisa lahannya kurang dari 60 m2 dan bangunannya kurang dari 21 m2, akan memperoleh pilihan untuk pindah ke sebuah lokasi baru pada persil minimum seluas 60 m2 dan bangunan minimum seluas 21 m2. Mereka juga akan mendapat kompensasi di lokasi baru sesuai kerugian mereka

2). Tapak Pemukiman Kembali

d). Tapak atau lahan pemukiman kembali yang disediakan untuk orang-orang yang tergusur akan termasuk juga sarana dan prasarana umum sehingga baik untuk tinggal dan memungkinkan pengembangan sebuah kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik, termasuk (a) jalan dan jalan setapak yang diperlukan; (b) sistem drainase; (c) penyediaan air bersih (jika distribusi air melalui pipa tidak memungkinkan, maka harus ada sumur dangkal yang memenuhi standar kesehatan); (d) listrik; (e) fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat kerja, fasilitas keagamaan, dan fasilitas olahraga, sesuai dengan ukuran jumlah komunitas yang baru; dan (f) fasilitas transportasi umum untuk mencapai kehidupan yang layak. e). Orang yang secara fisik dipindahkan akan pindah ke lokasi baru setelah

sarana dan prasarana di lokasi pemukiman kembali selesai dan layak untuk dihuni yang dinyatakan oleh KMW dan LKM. Orang yang terkena dampak akan diinformasikan tentang penyelesaian dari lahan pemukiman kembali sekurangnya satu bulan sebelum pemindahan, dan mereka akan diundang untuk meninjau lokasi baru tersebut. Tapak pemukiman sudah harus ada sebelum mulai dengan subproyek terkait.

f). Lokasi yang disediakan (dicadangkan) untuk pemukiman kembali secara luas akan dipublikasikan sehingga masyarakat secara luas akan mendapat informasi.

3). Bantuan Lainnya

g). Orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang kehilangan pekerjaan/sumber pendapatan, akan menerima bantuan untuk memulihkan ini. Bentuk-bentuk bantuannya akan dikonsultasikan oleh LKM dan disepakati oleh KMW. Pelatihan dan bantuan yang dapat disediakan termasuk; pengembangan motivasi, pelatihan keterampilan dan jenis pekerjaan tertentu, bimbingan untuk memulai dan mengembangkan usaha kecil, kredit usaha kecil, pengembangan pemasaran, bantuan selama periode transisi, dan penguatan dari organisasi masyarakat dan pelayanan lainnya. Dalam pelaksanaan bantuan melalui pendampingan, perlu diperhatikan untuk harmonisasi komunitas baru dengan masyarakat setempat di wilayah pemukiman kembali melalui upaya-upaya pendampingan dan upaya integrasi sosial. Pendampingan dapat dikaitkan dengan program-program dan sumberdaya yang ada lainnya.

(7)

5. Kriteria Seleksi Orang-Orang yang Terkena Dampak

g. Orang yang terkena dampak dapat dikelompokan ke dalam golongan orang-orang sebagai berikut :

1). Memiliki sertifikat lahan (akte hak milik), girik, atau hak adat;

2). Secara hukum setempat/adat dinyatakan memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, atau industri di dalam wilayah proyek, atau tinggal di tapak prasarana atau sarana publik seperti sungai, jalan, ruang terbuka, sarana publik lainnya di wilayah sub-proyek/program tetapi tidak memiliki sertifikat tanah atau bukti hak atas tanah lainnya yang legal;

3). Tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu.

4). Para penyewa.

5). Mereka yang kehilangan pekerjaan karena kehilangan lahan

6). Tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus atau pra studi kelayakan dilakukan.

Kompensasi harus diberikan secara berbeda sesuai dengan kategori tersebut di atas.

1). Orang-orang yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat.

• Orang yang terkena dampak yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat akan menerima kompensasi untuk tanah, bangunan, dan aset-aset tetap.

• Orang yang terkena dampak yang dipindahkan oleh proyek dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lain seperti dijelaskan di paragraf g).

• Persil-persil di lahan pemukiman kembali akan memiliki status hak tanah dengan tingkat yang sama atau lebih tinggi dari yang dimiliki sebelumnya, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak.

• Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya.

• Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf g).

2). Orang-orang yang berdasarkan hukum setempat dinyatakan memiliki hak untuk tinggal; di kawasan permukiman, komersial atau industri di dalam wilayah proyek, tetapi tidak memiliki bukti sertifikat tanah atau bukti legal lainnya, begitu juga mereka yang berdasarkan hukum adat sudah tinggal di tanah negara atau tapak sarana publik pada saat dilakukan sensus.

• Akan menerima kompensasi dari lahan, bangunan, dan aset-aset tetap menurut lamanya mereka menempati dan nilai penggantian dari aset mereka.

• Dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti dijelaskan di paragraf g).

(8)

• Persil-persil pada lahan pemukiman kembali akan memiliki hak pakai atau hak tanah lainnya yang lebih tinggi, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak.

• Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya.

• Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf g).

3). Orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu.

• Akan menerima bantuan rehabilitasi/pemulihan seperti yang diuraikan di paragraf f pada kompensasi yang cukup untuk tanah yang diduduki dalam jumlah yang cukup untuk mencapai tujuan dari Kerangka Kebijakan ini, dan kompensasi untuk penggantian biaya bangunan, barang tak bergerak begitu juga tanaman dan pohon sesuai dengan harga pasar.

• Mereka dapat memilih antara kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti diuraikan di paragraf f

• Persil ditempat yang baru akan mendapatkan status ”hak pakai” atau lebih tinggi dan sertifikat akan diterbitkan dalam waktu 1 tahun setelah penggusuran

• Mereka akan mendapat biaya transport untuk memindahkan milik mereka • Mereka akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti

tercantum dalam paragraf g) 4). Orang-orang penyewa

• Akan dibantu dengan biaya sewa selama 6 (enam) bulan yang diperhitungkan dengan dasar rata-rata harga sewa dari perumahan sejenis di dalam areal yang sama.

• Akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan serta transport untuk memindahkan milik mereka.

5). Orang-orang yang kehilangan pekerjaan

• Akan mendapat bantuan seperti diuraikan dalam paragraf g).

6). Orang-orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus atau pra studi kelayakan dilakukan.

• Mereka tidak akan mendapat kompensasi maupun bantuan apapun termasuk penggantian bangun-bangunan yang mereka bangun atau tanaman yang mereka tanam

6. Konsultasi dan Pengaduan

h. Kerangka kebijakan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari pedoman proyek dan staf proyek, KMP, KMW maupun Tim Fasilitator wajib menerapkannya.

(9)

Pendekatan proyek secara keseluruhan dalam mengembangkan transparansi dan konsultasi diharapkan mampu memberi pemecahan persoalan di tingkat lokal, cepat, dan efektif. Jika ada orang yang terkena dampak proyek, atau anggota masyarakat lainnya memiliki keluhan berkaitan dengan kerangka kebijakan ini atau praktek pelaksanaannya, proyek memiliki sebuah sistem yang baku untuk menangani keluhan/pengaduan pada tingkat kelurahan/desa, tingkat kota/kabupaten begitu juga pada tingkat propinsi maupun nasional, dengan staf yang penuh dedikasi dan ditugasi untuk menangani dan menindak-lanjuti pengaduan tersebut. Pengaduan yang tidak dapat dipecahkan melalui sistem pengelolaan pengaduan di tingkat LKM akan dirujuk ke KMW, dan jika perlu ke KMP atau PMU. Bagaimanapun juga bila kesepakatan penyelesaian persoalan tidak dapat dicapai dalam waktu 120 hari maka akan diberlakukan Peraturan Presiden No 36/2005 and No 65/2006

i. Kemajuan dari pelaksanaan pembebasan lahan dan pemukiman kembali serta bantuan lainnya akan dilaporkan kepada Bank Dunia secara teratur oleh KMW/KMP. Jika diperlukan sebuah pemantau independen dapat diperbantukan untuk melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan dari LARAP. Perusahaan tersebut harus memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dan kerangka acuan kerja (TOR) untuk hal tersebut harus disetujui oleh Bank Dunia.

(10)

Sub Lampiran 6a

Persyaratan untuk Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (Requirements for Land Acquisition and Resttlement Action Plan = LARAP)

1. Jika kegiatan masyarakat yang diusulkan (sub-proyek/program proposal) mengindikasi bahwa lebih dari 200 orang akan terkena dampak oleh sub-proyek/program, maka kelompok-kelompok yang mengusulkan sub-sub-proyek/program, LKM dan Dinas terkait akan dibantu dan didampingi oleh KMW, untuk melakukan survey sosial-ekonomi penduduk yang terkena dampak agar : (i) menetapkan jumlah orang yang terkena dampak; (ii) mengumpulkan data tentang kondisi sosial dan ekonomi dari orang-orang yang terkena dampak dan kondisi fisik dari wilayah proyek; dan (iii) menetapkan potensi dampak dari sub-proyek/program.

2. Tanggal dari survey/sensus ini merupakan patokan waktu untuk mencatat orang-orang di wilayah sub-proyek/program yang akan menerima kompensasi, pemukiman kembali dan/atau pemindahan maupun bantuan rehabilitasi.

3. Rincian sensus dan survei sosial-ekonomi akan mencakup hal-hal berikut :

a. Ukuran, kondisi, status legal dari tanah dan bangunan-bangunan (didaftar dalam kelompok yang terkena dampak mulai 0-25%, 25-50%, 75-100% terkena dampak);

b. Jumlah dari orang dan keluarga yang terkena dampak/dipindahkan

c. Karakteristik sosial yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak (umur, jenis kelamin, pendidikan, dsb)

d. Karakteristik ekonomi yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak seperti mata pencaharian (termasuk seperti halnya; tingkat produksi dan pendapatan yang dihasilkan secara formal dan informal dari kegiatan usaha/ekonomi); tingkat kwalitas kehidupan (termasuk status kesehatan).

e. Besaran dari kehilangan yang dapat diperkirakan – total atau sebagian – dari aset-aset, dan dampak pemindahan, secara fisik atau ekonomi, dan;

f. Informasi tentang kelompok rentan atau orang-orang rentan dimana tindakan khusus perlu dilakukan.

4. Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi tersebut, KMW akan membantu kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program dalam menyiapkan sebuah rencana yang menyeluruh mengenai pembebasan aset-aset untuk tujuan sub-proyek/program, penyediaan kompensasi, pemukiman kembali dan bantuan rehabilitasi untuk orang yang terkena dampak proyek sesuai dengan prinsip-prinsip dari kerangka kebijakan ini. Hal ini akan diuraikan dalam sebuah ”Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali” (LARAP) yang harus dikirim ke Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan.

5. Lingkup dan tingkat kerincian dari LARAP akan bervariasi sesuai dengan dampak dan kompleksitas dari pemukiman kembali. Rencana tersebut harus didasarkan pada data dan informasi terkini yang ada tentang : (a) pemukiman kembali yang diusulkan dan dampak-dampaknya pada orang yang dipindahkan dan kelompok-kelompok lain yang dirugikan; dan (b) perkara hukum yang terkait dalam pemukiman kembali. Daftar berikut menjelaskan hal-hal yang biasanya perlu dimasukkan di dalam LARAP dan harus diikuti sebagai pedoman umum dalam penyiapan LARAP.

(11)

Apabila ada sesuatu yang di dalam daftar tidak sesuai (relevan) dengan situasi proyek, harus dicatat di dalam rencana pemukiman kembali:

a. Deskripsi tentang dampak sub-proyek/program dan analisisnya

1). Uraian tentang proyek/program dan batas-batas lokasi

sub-proyek/program

2). Identifikasi (i) komponen sub-proyek/program atau kegiatan-kegiatan yang menyebabkan pemukiman kembali; (ii) wilayah dampak dari komponen tersebut atau kegiatan-kegiatan; (iii) alternatif-alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindarkan atau meminimalkan pemukiman kembali; dan (iv) mekanisme yang dibangun untuk meminimalkan pemukiman kembali sejauh mungkin, selama pelaksanaannya.

3). Tujuan utama dari program pemukiman kembali 4). Temuan-temuan dari kajian sosial-ekonomi 5). Temuan-temuan dari analisis kerangka hukum 6). Temuan-temuan dari analisis kerangka kelembagaan

7). Definisi tentang orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan dan kriteria persyaratan untuk mendapat kompensasi dan bantuan pemukiman kembali lainnya termasuk batas waktu patokan pencacahan penduduk.

b. Metode dan prosedur-prosedur

1). Metode yang digunakan dalam menilai kerugian untuk menetapkan biaya penggantian; uraian tentang usulan bentuk dan tingkat kompensasi menurut aturan setempat dan sejumlah suplemen tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai biaya penggantian yang tepat dari kehilangan asset mereka. 2). Sebuah deskripsi tentang strategi konsultasi dan partisipasi dari orang-orang

yang dipindahkan maupun penduduk asli setempat di dalam rancangan dan pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan pemukiman kembali mencakup;

• Ringkasan dari pendapat dan pandangan yang dikemukakan dan bagaimana hal tersebut tertuang dalam rencana pemukiman kembali. • Tinjauan dari alternatif-alternatif diajukan dan pilihan yang dibuat oleh

orang-orang yang dipindahkan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia bagi mereka, termasuk pilihan-pilihan terhadap bentuk-bentuk kompensasi dan bantuan pemukiman kembali, pola memindahkan sebagai kelompok keluarga lepas atau sebagai bagian dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya atau kelompok kekerabatan, untuk melestarikan pola organisasi masyarakat dan kekayaan budaya yang ada.

• Melembagakan mekanisme dimana orang-orang yang dipindahkan dapat mengkomunikasikan kepentingan/kebutuhan mereka pada otoritas proyek melalui perencanaan dan pelaksanaannya; dan

• Rencana tindakan untuk menjamin bahwa kelompok-kelompok masyarakat seperti masyarakat tertinggal/rentan, yang tidak memiliki lahan, dan kaum perempuan cukup terwakili.

c. Paket Kompensasi

Uraian paket-paket kompensasi dan aturan pemukiman kembali lainnya, yang akan membantu tiap kategori dari orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan sehingga tercapai tujuan Kerangka Kebijakan ini. Kompensasi akan dihitung berdasarkan uraian pada sub Bab V pedoman ini.

(12)

d. Alternatif Relokasi

1). Pengaturan kelembagaan dan teknis untuk identifikasi dan penyiapan lahan relokasi, baik perdesaan maupun perkotaan, dimana kombinasi dari potensi produktif, seperti keuntungan lokasi, dan faktor-faktor lain sekurang-kurangnya sebanding dengan keunggulan dari lahan sebelumnya.

2). Perkiraan waktu untuk membebaskan dan mengalihkan lahan dan bantuan lainnya.

3). Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah spekulasi lahan dan masuknya orang-orang yang tidak berhak pada lokasi yang dipilih.

4). Prosedur untuk pemindahan secara fisik di dalam sub-proyek/program, termasuk jadwal untuk penyiapan lahan dan penyerahannya.

5). Penataan hukum untuk mengatur hak penguasaan dan pengalihan hak kepada orang-orang yang dipindahkan.

6). Rencana untuk penyediaan, atau pendanaan orang-orang yang dipindahkan, penyediaan perumahan, prasarana dan fasilitas pelayanan sosial bagi orang-orang yang dipindahkan (dengan mempertimbangkan keserasian pelayanan dengan penduduk setempat); maupun pengembangan tapak yang perlu dan rancang bangun dari fasilitas-fasilitas tersebut.

7). Deskripsi dari batas-batas dari wilayah relokasi; dan penilaian terhadap dampak lingkungan dari usulan pemukiman kembali dan rencana tindakan untuk pencegahan dan pengelolaan dampak lingkungan (terkoordinasi secara tepat dengan penilaian lingkungan dari keseluruhan pemukiman kembali).

8). Rencana tindakan untuk mencegah dampak pemukiman kembali ini pada masyarakat setempat yang ada.

e. Pelaksanaan Pemukiman Kembali

1). Kerangka organisasi untuk pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk identifikasi dari lembaga-lembaga yang bertanggung-jawab untuk menyediakan aturan-aturan pemukiman kembali dan menyediakan pelayanan prasarana.

2). Jadwal pelaksanaan (implementasi) yang mencakup semua kegiatan pemukiman kembali mulai dari persiapan hingga pelaksanaan, termasuk target waktu pencapaian manfaat yg diharapkan bagi orang yang dipindahkan maupun masyarakat setempat dan pengakhiran dari semua bantuan.

f. Biaya-biaya

1). Rincian biaya untuk paket-paket kompensasi menyeluruh, biaya pemukiman kembali dan semua biaya-biaya yang terkait.

2). Identifikasi sumber-sumber pendanaan (bantuan dana dari JRF tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi)

g. Pemantauan (Monitoring) dan Prosedur Pengaduan

1). Penyiapan untuk monitoring dari kegiatan pemukiman kembali oleh Lembaga Pelaksana (PMU), diperkuat dengan pengamat independen yang juga dinilai cukup mampu (capable) oleh Bank Dunia.

(13)

6. Harus dilakukan konsultasi secara periodik (reguler) dengan orang-orang yang terkena dampak, dan semua pelaku kunci (stakeholders) termasuk LSM selama perencanaan dan pelaksanaan LARAP.

7. LARAP yang dijelaskan diatas akan dipersiapkan bersama LKM yang mengusulkan sub-proyek/program, dengan bantuan KMW dan selanjutnya dikonsultasikan ke Bank Dunia melalui KMW/KMP. Apabila persetujuan Bank Dunia sudah diperoleh, maka hal ini akan dikeluarkan sebagai surat keputusan (SK) Walikota/Bupati. Apabila SK walikota/bupati tentang hal ini telah dikeluarkan, maka akan disebarluaskan oleh KMW dan dinas terkait kepada orang-orang yang terkena dampak.

8. Persetujuan untuk penandatanganan kontrak dari sub-proyek/program yang perlu LARAP akan dipertimbangkan oleh Bank Dunia setelah diterimanya laporan kemajuan dari KMW/KMP yang menggambarkan pelaksanaan substansial dari LARAP, termasuk pembebasan semua lahan di lokasi-lokasi kritis.

9. LARAP, termasuk peta-peta terkait dan lampiran-lampiran, akan dipublikasikan di kantor KMP dan kantor-kantor KMW terkait, kantor kelurahan/desa yang terkait, dan kantor-kantor LKM yang terkait.

(14)

Sub Lampiran 6b

Belajar dari Pengalaman P2KP dalam Penyediaan Lahan Secara umum ada 3 pola penyediaan lahan dalam pengalaman P2KP yang lalu

a) Penyediaan lahan melalui kontribusi lahan oleh warga penerima manfaat b) Penyediaan lahan melalui mekanisme kompensasi

c) Penyediaan lahan melalui kontribusi pemerintah setempat

A. Kontribusi lahan oleh warga

1. Proses penyediaan lahan melalui kontribusi warga adalah sebagai berikut;

• KSM menyerahkan usulan subproyek ke BKM. Dalam proposal tersebut sdh termasuk ketersediaan lahan sebagai kontribusi dari warga.

• BKM dan fasilitator melakukan pemeriksaan ke lapangan untuk memastikan bahwa pemilik lahan menghibahkan lahan tersebut secara sukarela.

• BKM dan fasilitator juga memastikan bahwa keputusan menghibahkan lahan tersebut dilakukan secara partisipatif dimana BKM dan fasilitator sendiri hadir dlm pertemuan tersebut.

• Penyerahan lahan ini dilakukan secara tertulis dan juga dilakukan dihadapan saksi yaitu Lurah atau Kepala Desa. Dalam surat penyerahan tersebut sekurang-kurang berisi nama dan alamat yg menghibahkan, lokasi dan luas lahan yg dihibahkan serta tujuan penghibahan lahan tersebut.

• Segera setelah proposal disetujui maka pemilik lahan menunjukkan lokasi definitif untuk membangun prasarana.

D. Penyediaan lahan melalui kompensasi

2. Proses penyediaan lahan melalui kompensasi adalah sebagai berikut;

• KSM menyerahkan usulan subproyek ke BKM. Dalam proposal tersebut sdh menyebutkan penyediaan lahan akan dilakukan melalui kompensasi tunai. Biasanya lokasi ini memang merupakan lokasi yang tidak dapat digantikan dgn lokasi lain seperti kasus penampungan air didekat mata air.

• Penerima manfaat melakukan negosiasi dengan pemilik lahan sampai suatu kesepakatan harga. Kemudian anggota KSM membahas bagaimana kompensasi ini akan dibebankan

• KSM membayar kompensasi lepada pemilik lahan

• BKM menerima bukti transaksi dari KSM dan dilampirkan dalam proposal D. Penyediaan lahan oleh pemerintah setempat

3. Secara terbatas lahan juga disediakan oleh pemerintah setempat sebagai berikut : Pemerintah setempat menyediakan lahan untuk pembangunan prasarana, biasanya adalah lahan negara (state land) untuk pembangunan prasarana/sarana yang pembiayaannya dilakukan secara patungan. Proposal subproyek juga disusun bersama antara masyarakat dan pemerintah setempat dan diserahkan ke Komite Kemitraan, KMW dan Komite kemitraan memverifikasi ketersediaan lahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada rantai pasokan agroindustri apel, pengembangan sistem pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan sesama pelaku

  Don’t delay initiation of blood transfusion.   Don’t Warm blood in an

SP. Ibadah Hari Minggu Pelkat PA dan Pelkat PT tetap dilaksanakan. Jadwal Ibadah Keluarga dan Ibadah Pelkat tahun 2017 agar diserahkan ke Kantor Majelis Jemaat GPIB Jemaat

 Di bawah Anjakan 6 Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia ini, Kementerian akan mempercepat penambahbaikan prestasi sekolah melalui program yang sistematik dan

 b. Prosedur @ mengikuti protokol pada konsul MRI yang sudah tersedia di alat atau pada phantom /CR dilakukan pemasangan di senter koil dan magnet alat

Indonesia sebaiknya tidak mengubah politik Kewarganegaraannya dari sistem kewarganegaraan tunggal dan ganda terbatas menjadi kewarganegaraan ganda tidak terbatas,

Form input data dosen digunakan untuk menginput data dari seluruh dosen yang ada di STMIK Dipanegara Makassar. Dimana di form dosen telah disediakan beberapa

Pada saat form Cetak Laporan Data Peminjaman di aktifkan, user diminta untuk memasukkan pilihan cetak data, yaitu: Berdasarkan Nomer Anggota, Berdasarkan Kode Buku, dan