• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang terungkap dari penelitian dan bahasan-bahasan pada bab-bab terdahulu maka disimpulkan hal-ha1 sebagai berikut :

1. S,elain dinamika iklim global dan posisi geograf i, ka- rakteristik wilayah juga menjadi faktor dominan yang mencirikan sifat dan dinamika iklim wilayah penelitian.

Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan September/Ok- tober ( 3 3 . 0 ~ ~ ) . Curah hujan di wilayah penelitian m u m - ' nya rendah, yaitu 965-1867 mm/tahun, kecuali di wila- yah pedalaman Kabupaten Ende >2000 mrn/tahun. Penguapan potensial Eo adalah 1981 mm/tahun (134-212 mm/bulan).

2. Keragaman nilai-nilai representatif parameter hasil kalibrasi masing-masing model evapoklimatonomi erat kaitannya faktor fisik wilayah masing-masing DAS. Ni-

lai kisaran masing-masing parameter adalah : e = 0.254

-

0.468 (Ef/ E = 0.441

-

0.625)

P

n = 0.180

-

0.235

P

PN = 76

-

82 mm/bulan

VE = 0.163

-

0.2251bulan dan vN = 0.106

-

0.149/bulan v = 0.301

-

0.336/bulan (t* = 2.97

-

3.32 bulan)

.

DAS 13, 15 dan 18 mempunyai nisbah limpasan np relatif besar dengan nilai ambang presipitasi PN yang rendah, kecuali DAS 18. Sedangkan nilai evaporiviti ep Yang relatif tinggi terdapat pada DAS 12 dan 19.

(2)

Berdasarkan pengujian dan klarifikasi model, nilai pa- rameter dan keluaran evapoklimatonomi masing-masing DAS adalah besaran representatif yang berlaku saat ini. 3. Lamanya air (lengas tanah) tersedia AT (m ITLP) 6.5

bulan dengan kisaran 5 bulan (DAS 18, Wai Gete) hingga 8 bulan (DAS 12, Lowo Rea, DAS 14, Lowo Dondo). Masa tanah, MT

[m

2 (TLP+0.25(KL-TLP))] selama 4.5 bulan dengan kisaran 4 bulan (DAS 16, DAS 17, dan DAS 18) hingga 5 bulan (DAS 12, DAS, 13, DAS 14, dan DAS 19)

.

4. Pengurasan (deplesi) air melalui evapotranspirasi E mencapai 69.2% dari total curah hujan P, yang terdiri 39.1% dan 30.2% proses langsung E f dan tidak langsung Em. Laju E dan nisbah E/P yang selaras dengan nilai parameter evaporiviti e dan vE, tertinggi (75.1%) pa-

P

da DAS 12 (Lowo Rea) di Kabupaten Ende dan terendah (62.2%) pada DAS 16 (Mage Panda) di Kabupaten Sikka. Nisbah limpasan (limpasan permukaan dan aliran bawah permukaan) N rata-rata 30.8% yang terdiri 10.8% proses langsung N f dan 20.0% proses tidak langsung Nm. Nisbah NIP juga selaras dengan nilai parameter n dan nV,

P

tertinggi terjadi pada DAS 16 dan terendah DAS 12. 5. Fluktuasi iklim dengan curah hujan 10% di bawah jeluk

pada tingkat peluang 70% (skenario Ib) menyebabkan pe- nurunan potensi lengas tanah rata-rata 31.9% (-729 mm/ tahun), pemendekan masa air tersedia AT dan masa tanam

(3)

191

I@l! 3-5 dan 3-4 bulan. Skenario I dan Ia (curah hujan pada tingkat peluang 70% dan 10% di atasnya) memper- pendek masa tanam MT 2.5 dan 12.5 bulan.

6. Skenario IVa dan IV yang mencerminkan peningkatan pe- ngelolaan lahan tak terkendali tanpa tindakan konser- vasi mengakibatkan peningkatan laju limpasan dan eva- potranspirasi langsung cukup besar. Potensi lengas ta- nah turun secara drastis dan air tersedia AT memendek 3-4 bulan dengan masa tanam MT sangat terbatas.

Skenario 11, I11 mengilustrasikan peningkatan pemanfa- atan lahan secara terbatas atau diimbangi dengan tin- dakan konservasi dapat menahan laju peningkatan e

PI

atau laju penurunan'PN. Penurunan potensi lengas tanah <lo% dan hampir tidak mempengaruhi masa air tersedia dan masa tanam. Pada Skenario IIIa dan V penurunan potensi lengas tanah juga relatif kecil, 12.2% dan 14.4% dengan pemendekan air tersedia AT dan masa tanam MT masing-masing 1-2 bulan.

7. Dengan masukan paket teknologi usahatani yang optimal, ditanam pada dasarian I11 Desember, potensi hasil ja- gung varietas Arjuna mencapai 7.123 t/ha biji, 17.499 t / h a biomassa, indeks luas daun (ILD) 5.08. Pada kondisi curah hujan rendah (setara peluang 70%), waktu tanam yang paling potensial dan tepat adalah pada dasarian I1 Januari dengan hasil 5.32 t/ha.

(4)

.

8. Potensi hasil tanaman kedelai varietas Wilis tertinggi ,

di Maumere adalah 2.968 t/ha biji, produksi biomassa total 9.189 t/ha dan ILD 5.13. Ini dihasilkan jika di- tanam pada dasarian I1 Januari dengan evapotranspirasi 387 mm. Pada kondisi curah hujan rendah, potensi ter- tinggi (1.89 t/ha) dicapai pada waktu tanam yang samqa. 9. wilayah yang tidak potensial untuk dijadikan lahan

pertanian (E.4.3.1 dan E.4.3.2) adalah 44.3 dan 50.7% dari luas wilayah Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende. Wilayah potensial yang cukup luas .di kedua kabupaten merupakan wilayah dengan curah hujan 1000-1500 mm/ tahun, potensi lengas tanah 4-6 bulan, kemiringan 15- 40% dan ketinggian 0-400 atau >700 m.dpl (E.2.2.1 dan E.2.2.3).Luasnya 79 379 dan 42 859 ha (21.0 dan 11.3%). 10. Wilayah PTM-1 hingga PTM-4 dari tujuh aras wilayah po-

tensial yang merupakan wilayah pengembangan utama ta- naman semusim ada seluas 24 652 ha dan 24 054 ha (14.2 dan 11.8%), masing-masing di Kabupaten Sikka dan Kabu- paten Ende. Dengan pengaturan pola tanam dan pelihan varietas yang seksama, setiap wilayah dapat ditanam beberapa alternatif tanaman semusim dua kali setahun. 11. DAS 12 (Lowo Rea) dan DAS 18 (Wai Gete) mempunyai la-

han potensial yang luasnya melebihi batas minimum aman untuk kelestarian sumberdaya air dan lahan. Oleh sebab itu, tidak seluruh lahan tersebut layak dikembangkan

(5)

untuk tanaman semusim. Peluang pengembangan tanaman semusim yang lebih besar terdapat pada DAS 13 (Nanga Panda) dan DAS 17 (Wai Doing) cukup besar dan ditun- jang oleh ketersediaan tenaga kerja.

12. Dari tujuh aras wilayah potensial pengembangan tanaman tahunan, PTT-1, PTT-2, PTT-4 dan PTT-5, yaitu wilayah dengan solum >45 cm, lereng 15-50% dan curah hujan >I000 mm/tahun. Pada ketinggian <400 m.dplm berbagai tanaman industri, perkebunan dan hutan tanaman indus- tri (HTI) cocok di kembangkan, antara lain kelapa, coklat, mangga, kelapa sawit, dan jati. Sedangkan pada ketinggian >400 m.dpl cocok untuk kopi, kemiri, jarak,' alpukat, atau kayu putih. Pada daerah bercurah hujan <I000 mm/tahun (PTT-3 dan PTTG) lebih cocok untuk eucapilyptus, mente, jarak dan mahoni.

13. Wilayah potensial PTT-7 secara ekologis sangat sesuai dan potensial bagi berbagai tanaman tahunan dan semu- sim. Namun demikian secara ekonomi, politis dan keter- sediaan faktor penunjang, wilayah tersebut harus di- prioritaskan untuk pengembangan SUT tanaman semusim, terutama tanaman pangan dan kapas.

B. Baran

1. Perubahan lengas tanah yang potensinya sangat terbatas dari musim hujan ke musim kemarau di wilayah peneli-

(6)

tian sangat tajam. Untuk memanfaatkan potensi lengas tanah secara efisien, perlu pengaturan pola tanam, jenis dan varietas yang tepat dengan mengacu kepada pola dan potensi lengas tanah secara seksama.

2. Karena proses evapotranspirasi lebih dominan (hampir

,.

7 0 % ) , disarankan agar upaya konservasi lengas tanah

lebih ditujukan untuk menekan la ju evaporasi, misalnya dengan mulsa. Selain itu, penanaman tanaman tahunan dalam pola tanam aley cropping perlu dipertimbangkan untuk menekan laju limpasan dan evaporasi.

3. Berdasarkan eksperimentasi model evapoklimatonomi, di- anjurkan agar penggunaan lahan untuk BUT tanaman semu- sim tidak lebih dari 15% luas wilayah masing-masing DAS, kecuali jika diimbangi dengan upaya konservasi yang intensif. Untuk menetapkan wilayah potensial yang diprioritaskan perlu pertimbangan gatra sosial ekonomi, kebijakan, dan faktor penunjang lainnya.

4. Pada kondisi iklim (curah hujan) normal, tanaman ja- gung dilakukan pada dasarian I Desember sebagai tanam- an pertama atau dasarian I1 Januari sebagai tanaman kedua. Untuk menghindari resiko kegagalan pada curah hujan rendah yang setara dengan peluang 70% penanaman harus dilakukan pada dasarian I1 Januari.

5. Jika curah hujan normal atau mendekati rata-rata, pe- nanaman kedelai harus dilakukan pada dasarian I1 De-

(7)

sember hingga dasarian

I

Februari. Sedangkan untuk menghindari resiko kegagalan pada curah hujan rendah pananaman sebaiknya pada Desarian I dan I1 Januari. 6. Pengembangan tanaman semusim pada DAS 12 (Lowo Rea)

dan DAS 18 ( ~ a i Gete) yang mempunyai lahan potensial yang cukup luas harus dilakukan secara selektif dengan memperhatikan gatra konservasi air dan tanah. Pengem- bangan lebih diutamakan pada DAS 13 (Nanga Panda) dan DAS 17 (Wai Doing).

7. Pengembangan kelapa, coklat, mangga, kelapa sawit, dan jati sebaiknya diprioritaskan pada wilayah poten- sial aras PTT-1 dan PTT-2 (ketinggian <400'm.dpl.). Sedangkan pada wilayah >400 m.dpl. (PTT-4 dan PTT-5) sebaiknya dikembangkan kopi, kemiri, jarak, alpukat, atau kayu putih. Pada daerah bercurah hujan lebih ren- dah ( ~ 1 0 0 0 mm/ tahun (PTT3 dan PTT-6) harus dikembang- kan tanaman eucaliptus, mente, jarak dan mahoni.

8. Walaupun wilayah potensial aras PTT-7 sangat potensial untuk pengembangan tanaman tahunan, tetapi sebaiknyya tidak diprioritaskan untuk tanaman tahunan, kecuali dalam pola tanam aley cropping dengan tanaman semusim, terutama tanaman pangan dan kapas.

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam suatu organisasi, baik itu formal maupun informal membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan semangat pada bawahannya untuk senantiasa produktif,

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55% responden mempunyai gambaran yang baik tentang prosedur pemasangan intravenous line yang dilakukan oleh perawat kepada

Konfirmasi lebih lanjut dengan metode PCR menggunakan primer spesifik yakni PmUF/PmUR, PsUF/PsUR, PsrUF/ PsrUR, dan PpUF/PpUR, dapat direkomendasikan sebagai primer spesifik

Ulama telah memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia jauh sebelum terlibat dalam politik kebangsaan, melalui pendirian berbagai pesantren,

Bobot optimal untuk tiap kriteria yakni untuk setiap pasangan perbandingan bobot kriteria terbaik terhadap kriteria lain yakni dilambangkan dengan w B /w j adalah

dalam memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran menemukan bukti pengaruh negatif signifikan, yang mana hal ini menunjukkan bahwa asimetri

Tahap ini merupakan tahap penerapan yang sudah dibuat oleh guru dalam perencanaan. Dalam pembelajaran kurikulum 2013 ada tiga kegiatan pembelajaran yaitu: kegiatan