• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGELOLAAN KASUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGELOLAAN KASUS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Mobilisasi

2.1.1 Defenisi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri, harga diri dan citra tubuh (Wahid, 2008).

Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan imobilisasi :

1. Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi. Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang mengalami cedera pada tungkai dan lengan

2. Keharusan (tidak terelakkan). Ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis

(2)

Mobilisasi fisik penting untuk mempertahankan kesehatan dan kualitas hidup semua individu dan terutama penting bagi lansia. Mobilisasi merupakan aktifitas didalam lingkungan individu (Marlynn, 2000). Mobilitas memungkinkan individu menghindari bahaya, bertindak untuk merasakan pengalaman yang menyenangkan dan mempertahankan homeostasis. Mobilitas, perawatan individu, performa tugas aktif untuk menghadapi lingkungan merupakan perilaku yang mencerminkan kesehatan fungsional. Banyak lansia mendefenisikan setatus kesehatan dan kebugaran fisik terkait mobilitas mereka. Ambulasi merupakan cara mobilitas yang diharapkan, tetapi bagi lansia, penggunaan alat bantu, sepeti kursi roda dapat lebih memfasilitasi mobilitas dari pada ambulasi. Saat lansia dirawat inap,mobilitas fisik dapat terhambat karena penyakit yang dialami dan Karena faktor yang berhubungan dengan lingkungan fisik. Intervenesi preventif dibutuhkan untuk memaksimalkan kemampuan fungsional lansia, yang jumlahnya semakin meningkat dalam populasi (Simonsick, 1991).

Jika mobilitas fisik dipandang sebagai aspek kesehatan fungsional, konsekuensi hambatan mobilisasi fisik amat luas, mencakup aspek fisioligi, psikologi, dan sosioekonomi. Konsekuensi ini tidak dapat dielakkan meski berkaitan dengan peningkatan kemungkinan penurunan fisiologi seiring penuaan. Peningkatan kebergantungan fungsi yang menyertai Hambatan Mobilisasi Fisik dan konsekuensinya yang sering kali dapat dihindari, dikoreksi, dan diminimalkan melalui penegakan diagnosis keperawatan dan pelaksanaan managemen keperawatan yang cermat. Hal ini membuat masalah Hambatan Mobilisasi Fisik pada lansia menjadi perioritas utama dalam perawatan.

(3)

2.1.2 Jenis Imobilitas

Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain: 1. Imobilitas fisik

Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas Intelektual

Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak. 3. Imobilitas Emosional

Kondisi ini dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.

4. Imobilitas Sosial

Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.

2.1.3 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas

Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah dan perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a. Sistem musculoskeletal

1. Gangguan muscular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.

2. Gangguan skeletal : akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.

b. Eliminasi urin

Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi adalah stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.

(4)

c. Gastrointestinal

Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti dan eleminasi.

d. Respirasi

Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan, penumpukan secret, atelektasis.

e. Sistem kardiovaskular

Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan thrombus, edema dependen.

f. Metabolisme

Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme.

g. sistem integument

Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit. h. Sistem neurosensorik

Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung. (Wahid, 2008)

2.1.4 Tingkatan Imobilitas

Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah: 1. Imobilitas komplit

Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran

2. Imobilitas parsial

Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki)

3. Imobilitas karena alasan pengobatan

Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung.

(5)

2.2 Proses Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Saat mengkaji data tentang masalah imobilitas, perawat menggunakan metode pengkajian inspeksi, palpasi dan auskultasi. Selain itu perawat juga memeriksa hasil pemeriksaan penunjang. Karena tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas, maka perawat perlu mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami komplikasi. Ini termasuk klien yang mengalami (a) penurunan berat badan, (b) perubahan postur tubuh ; (c) perubahan tingkat kesadaran. (wahid, 2008).

Perawat mengkaji klien mobilisasi dengan melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai keujung kaki. Selain itu pengkajian keperawatan harus berfokus pada area fsikologis, sama seperti aspek psikososial dan perkembangan klien.

2.2.2 Analisa Data

Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)

Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :

- Kesejajaran tubuh yang buruk - Penurunan mobilisasi

Resiko cedera yang berhubungan dengan :

- Ketidaktepatan mekanika tubuh - Ketidaktepatan posisi

(6)

Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :

- Penurunan rentang gerak - Tirah baring

- Penurunan kekuatan

Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :

- Resiko infeksi

- Keterbatasan mobilisasi

Inkontinensia total yang berhubungan dengan :

- Perubahan pola eliminasi - Keterbatasan mobilisasi

Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :

- Penurunan asupan cairan

Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :

- Pengurangan tingkat aktivitas - Isolasi sosial

Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :

- Keterbatasan mobilisasi - Ketidaknyamanan

Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang mempuyai kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi.

Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan. Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus di kurangi. Sehingga klien terisolasi, menarik diri dan bosan. (Potter & Perry, 2006).

(7)

Menopouse

Penurunan hormon estrogen karna tubuh tidak lagi

memproduksi

Kepadatan tulang berkurang

Pasien sulit untuk bergerak melakukan aktifitas Gangguan mobilitasi fisik

Osteoporosis

Absorbsi kalsium menurun Ekskresi kalsium urine meningkat Produksi kalsium menurun pada tulang Keropos tulang Perubahan postur tubuh Resiko tinggi cedera fraktur Nyeri Penurunan kerja refleks Jenis kelamin(wanita) Usia

(8)

2.2.3 Rumusan masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi. (wahid, 2008).

2.2.4 Perencanaan

Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik masing-masing individu. Menurut (Wilkinson, 2011), beberapa tujuan umum untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami, masalah mobilisasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik

2. Mengembalikan atau memulihkan kemampuannya untuk bergerak atau berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari

3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan mekanika tubuh yang salah

4. Meningkatkan kebugaran fisik

5. Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan intelektual. (Wahid, 2008)

Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah pada kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup.

Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting di pertimbangkan dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan

(9)

kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik dan kemandirian. Perawat dan Klien mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal.

Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :

1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat

2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat atau pun pada tingkat optimal

3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran

4. Mencapai ROM penuh atau optimal 5. Mencegah kontraktur

6. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal 7. Mempertahankan pola tidur normal

8. Meningkatkan toleransi aktivitas 9. Mencapai pola eliminasi normal 10. Mencapai sosialisasi

11. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri

Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan keseimbangan yang normal, berat badan yang normal, pengurangan rasa nyeri serta ketidaknyamanan, mobilisasi fisik yang optimal, kemampuan koping pasien serta keluarga yang adekuat, pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat tentang penanganan osteoporosis pada lansia dan tidak adanya komplikasi. Pencapaian semua tujuan ini memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin dalam penatalaksanaan pasien. (Suzanne & Smeltzer, 2001).

(10)

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

2.3.1 PENGKAJIAN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 78 tahun

Statur Perkawinan : Menikah

Agama : Hindu

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : tidak ada (tinggal bersama

anak)

Alamat : Jl.Antariksa Gg.Pipa II

Kel.Sari rejo,Medan

Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 08 Juni 2017

Diagnosa Medis : Osteoporosis

II. KELUHAN UTAMA :

Ny. H mengeluh sulit melakukan aktivitas karena merasa ngilu pada lutut dan pinggang yang membuat dia tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

(11)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Ny. H mengatakan penyebabnya dikarenakan ngilu pada lutut dan pinggangnya.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Ny. H mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah istirahat dan bercerita bersama anaknya

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Ny. H mengatakan ngilu pada daerah lutut dan pinggangnya membuat ia merasa kesulitan untuk bergerak bebas

2. Bagaimana dilihat

Ny. H terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan terlihat lemah.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Pada bagian lutut dan pinggang. 2. Apakah menyebar

Tidak adanya penyebaran yang dialami. D. Severity

Ny. H mengatakan merasa tergangu dengan kondisinya yang sekarang E. Time

(12)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Demam dan diare

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Ny. H mengatakan jika sakit Ny. H pergi ke puskesmas di sekitar rumah

C. Pernah dirawat / dioperasi

Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi

D. Lama dirawat

Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit

E. Alergi

Ny. H tidak mengalami riwayat alergi

F. Imunisasi

-V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua

Orang tua Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti

B. Saudara Kandung

Saudara kandung Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Ny. H

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada Gejala : tidak ada

Riwayat pengobatan / perawatan : tidak ada

E. Anggota keluarga yang meninggal

Ayah dan Ibu Ny. H telah meninggal

F. Penyebab meninggal

(13)

VI . RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya

Ny. H mengatakan keadaan sekarang adalah akibat penyakit tua.

B. Konsep Diri

1. Gambaran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tua

2. Ideal diri : pasien mengatakan berharap lebih baik lagi disaat umur sudah tua

3. Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya

4. Peran diri : pasien mengataka perannya sabagai Ibu rumah tangga 5. Identitas : pasien merupakan Ibu dari tiga orang anak

C. Keadaan Emosi

Keadaan emosi masih dapat terkontrol.

D. Hubungan Sosial

1. Orang yang berarti :

Ny. H mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya 2. Hubungan dengan keluarga :

Ny. H menjalin hubungan baik dengan keluarga 3. Hubungan dengan orang lain :

Ny. H dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya 4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Tidak ada hambatan dalam berhubungan.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Ny. H memeluk agama Hindu dan percaya dengan Tuhannya. 2. Kegiatan ibadah

Ny. H beribadah sesuai ketentuan agamanya, dan sering melakukan Ibadah bersama dengan anaknya dirumah.

(14)

VII. STATUS MENTAL

1. Tingkat kesadaran : Compos mentis 2. Penampilan : Rapi

3. Pembicaraan : Sesuai 4. Alam kesadaran : Lesu 5. Afek : Sesuai

6. Interaksi selama wawancara : kooperatif dan kontak mata ada 7. Persepsi : Tidak ada

8. Proses pikir : Sesuai pembicaraan

9. Isi pikir : Pasien tidak menunjukan gejala-gejala diatas 10. Waham : Tidak ada waham

11. Memori : Masih dapat mengingat kejadian dulu dan sekarang

VIII . PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Baik, nyeri yang di alami masih terasa hilang timbul

B. Tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh : 36,5°C 2. Tekanan darah : 130/70 mmHg 3. Nadi : 84x/menit 4. Pernafasan : 20x/menit 5. Skala nyeri :4 6. TB : 160 cm 7. BB : 60kg

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

1. Bentuk : Simetris 2. Ubun-ubun : Simetris 3. Kulit kepala : Bersih

(15)

Rambut

1. Penebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi 2. Bau : tidak ada bau

3. Warna kulit : hitam

Wajah

1. Warna kulit : sawo matang 2. Struktur wajah : lengkap

Mata

1. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris 2. Palpebra : normal

3. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat dan skelra berwarna 4. Pupil : ukuran pupil kiri / kanan : normal

5. Kornea dan iris : transparan,halus, bersih dan jernih

6. Visus : pasien masih dapat membaca dalam jarak +/- 3 meter 7. Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung

1. Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan 2. Lubang hidung : ukuran normal

3. Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan

Telinga

1. Bentuk telinga : Normal, simetris 2. Ukuran telinga : Normal

3. Lubang telinga : bersih, tidak ada kotoran 4. Ketajaman pendengaran : normal

Mulut dan faring

1. Keadaan bibir : Kering

2. Keadaan gusi dan gigi : Bersih

(16)

Leher

1. Posisi tracheathyroid : normal, teraba pada kedua sisi 2. Suara : normal

3. Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran kelelenjar getah bening 4. Vena jugularis : tampak ketika berbicara

5. Denyut nadi karotis : teraba

Pemeriksaan integument

1. Kebersihan : kulit bersih 2. Kehangatan : 36,5°C 3. Warna : sawo matang

4. Turgor : kembali cepat < 2 detik 5. Kelembaban : keadaan kulit lembab 6. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan

Pemeriksaan abdomen

1. Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk normal dan tidak ada terlihat kelaina

2. Auskultasi : peristaltik normal

3. Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan

4. Perkusi (suara abdomen) : suara timpani

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : terdapat rambut pubis dan lubang uretara dan tidak ada kelainan

2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) : normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan

Pemeriksaan musculoskeletal / ekstermitas

1. Kesimetrisan otot : tidak simetris 2. Pemeriksaan edema : tidak ada edema 3. Kekuatan otot : sudah mengalami kelemah

(17)

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari

2. Nafsu/selera makan : pasien mengatakan selera makan seperti biasa 3. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

4. Alergi : tidak ada alergi makanan

5. mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

6. Waktu pemberian makanan : 08.00 WIB, 14.00 WIB, 20.00 WIB 7. Jumlah dan jenis makanan : nasi, sayur, lauk dan buah

8. Waktu pemberian cairan / minuman : pasien banyak minum saat sakit 9. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Tidak

ada kesulitan untuk makan

II. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh : pasien selama sakit dibantu mandi oleh anak 2. Kebersihan gigi dan mulut : bersih

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih

III. Pola kegiatan/aktivitas

1. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total : saat ini pasien dalam melakukan kegiatan membutuhkan bantuan

2. Uraian aktivitas ibadah pasien selama sakit : untuk saat ini pasien tidak ada melakukan kegiatan ibadah diluar rumah

IV. Pola eliminasi 1. BAB

1. Pola BAB : 1-2 kali / hari 2. Karakter feses : normal

3. Riwayat perdarahan : tidak ada pendarahan 4. BAB terakhir : sore

(18)

2. BAK

1. Pola BAK : 2-3 kali / hari 2. Karakter urine : normal

3. Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK 4. Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada

5. Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretik 6. Upaya mengatasi masalah : tidak ada

V. Mekanisme koping

1. Adaptif

Bicara dengan orang lain Teknik relaksasi

2. Maladaptif

(19)

-2.3.2 ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1 DS:

- Klien mengatakan ngilu dibagian punggung dan lutut - Aktivitas terhambat DO :

- klien menggunakan alat bantu

- Klien terlihat lemah - Aktivitas dibantu oleh

keluarga

- Klien adalah seorang wanita (78 tahun) yang telah menopouse - Hasil BMD (Bone

Mineral Density) -3

Jenis kelamin ( wanita) Menopause

Usia 78 thn

Produksi estrogen

kadar kalsium pada tulang

Keropos tulang (osteoporosis)

Ngilu pada pinggang dan lutut

Menggunakan alat bantu gerak

Keterbatasan gerak

Hambatan mobilitas Fisik

Hambatan mobilitas fisik

2 DS :

- Pasien mengatakan lemah dan kaku - Pasien mengatakan

mengalami

keterbatasan gerak DO:

- Pasien gunakan alat bantu saat berjalan - Berhati - hati berjalan - Klien wanita (78 thn) yang telah menopause

Penurunan massa tulang (osteoporosis)

Tulang mudah patah dan rapuh

Lemah dan kaku

Keterbatasan gerak

Mudah jatuh / kecelakaan

Resiko jatuh

Resiko jatuh

(20)

2.3.3 RUMUSAN MASALAH

MASALAH KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik 2. Resiko jatuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kakunya sendi ditandai dengan bagian lutut dan pinggang terasa ngilu

2. Resiko jatuh berhubungan dengan usia 65 tahun atau lebih yang ditandai dengan penggunaan alat bantu seperti walker pada saat berjalan

(21)

2.3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/ tanggal No. Dx Perencanaan tindakan Jumat 16 Juni 2017 1. 2.

Tujuan dan kriteria hasil: 1. Mencapai mobilisasi 2. Mendemonstrasikan

mobilitas

3. Menunjukan tekhnik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas

4. Mempertahankan posisi fungsi di buktikan oleh tidak adanya kontraktur

1. Klien terbebas dari cedera 2. Mencegah injury / cedera /

fraktur

3. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk

Mencegah injury / cedera 4. Menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada 5. Mampu mengenali

perubahan status kesehatan No.

Dx

Rencana tindakan Rasional

1. 1. Pengaturan posisi 1. Mengatur penempatan bagian tubuh pasien secara hati-hati untuk

(22)

2. Memberi dukungan dan bantuan keluarga / orang terdekat pada pelatihan rentang gerak

3. Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif

4. Dorong partisipasi pasien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual

2.Mengajak orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikaan terapi lebih konstan / konsisten

3.Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi dan menurunkan

kehilangan kalsium dari tulang

4.Meningkatkan kemandirian, Meningkatkan harga diri, dan membantu proses perbaikan 2. 1. Ciptakan lingkungan yang

bebas dari bahaya

2. Anjurkan klien tidak beraktifitas lebih

3. Support kebutuhan ambulasi klien

1.Menciptakan lingkungan yang aman mengurangi resiko terjadinya kecelakaan

2.Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban berat

3.Beri support untuk kebutuhan ambulasi seperti menggunakan alat bantu jalan atau tongkat. Cegah klien dari pukulan tidak sengaja

(23)

4. Hindari benturan keras

5. Diet tinggi kalsium

4.Benturan keras

menyebabkan patah tulang, karena tulang sudah rapuh dan kehilangan kalsium

5.Ajarkan klien tentang pentingnya diet tinggi kalsium dan vitamin D dalam

mencegah osteoporosis lebih lanjut. Diet kalsium

memelihara tingkat kalsium dalam serum , mencegah kehilangan kalsium ekstra dalam tulang

(24)

2.3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ tanggal

No. Dx

Implementasi keperawatan Evaluasi

(SOAP) Senin 19 Juni 2017 1. 2.

- Mempertahankan posisi tubuh dengan tepat khususnya pada lutut dan pinggang yang ngilu - Melakukan latihan rentang

gerak secara konsisten di awali dengan pasif kemudian aktif .

- Mendorong parsitisipasi dalam semua aktivitas sesuai kemampuan

- Mendorong dukungan dan bantuan keluarga pada latihan rentang gerak

Menciptakan lingkungan yang nyaman :

- Memberikan penerangan yang cukup

- Tempat tidur klien rendah - Memastikan lantai tidak licin - Tempatkan klien pada

ruangan yang mudah diobservasi

- Ambulasi sesuai dengan kebutuhan

- Mengkaji kebutuhan untuk berjalan

S: Klien mengatakan sulit bila dilakukan pergerakan

O : Klien terlihat lemah dan semua kebutuhan dibantu oleh keluarga

A : Masalah belum teratasi - Klien masih merasakan ngilu bila melakukan pergerakan

P : intervensi dilanjutkan - Kaji kemampuan mobilitas fisik

- Lakukan latihan gerak pasif

S: Klien mengatakan berhati-hati dalam beraktivitas O: dapat menghindari

aktivitas yang mengakibatkan cidera

A: masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertanyaan no 2 yaitu apakah materi mudah digunakan dalam proses pembelajaran diketahui bahwa dikabupaten kaur terdapat 7 Orang Responden atau 46,6% responden yang

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan

Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI;.. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan

Informasi akademik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan pada masa kini. Dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, berbagai organisasi pendidikan mengharapkan suatu sistem

Konstelasi hubungan antar variabel digunakan untuk memberikan arah gambaran dari penelitian yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan, terdapat hubungan antara variabel bebas

Diisi Pengadilan Tingkat Banding masing-masing Unit Kerja (Contoh: PT. Jawa Timur).. Diisi Pengadilan/ Unit Kerja masing-masing (Contoh: PN. Surabaya) Diperbolehkan isi

32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah

Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan