• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN PERINGKAT GP3A SEBAGAI BENTUK MONITORING DAN EVALUASI TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI RANK ASSESSMENT OF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN PERINGKAT GP3A SEBAGAI BENTUK MONITORING DAN EVALUASI TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI RANK ASSESSMENT OF"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

RANK ASSESSMENT OF GP3A AS A FORM MONITORING AND EVALUATION FOR LEVEL OF FARMERS’ PARTICIPATION IN THE MANAGEMENT OF IRRIGATION NETWORK

Sukarjo1) dan Murad2)

1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2)Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

ABSTRAK

Penilaian partisipasi petani dalam Air Pengguna Association (WUA) dalam kegiatan Operasi dan pemeliharaan (O & M) sistem irigasi dapat dilakukan dengan rating. Bagaimana partisipasi petani Peringkat mengacu pada peraturan yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat partisipasi petani yang tergabung dalam WUA dalam pengelolaan irigasi terhadap pelaksanaan O & P di Provinsi DIY. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 1 WUA dengan klasifikasi independen (5,88%), 13 WUA dengan klasifikasi lanjutan (76,47%), 1 GP3A dengan klasifikasi menengah (5,88%) dan 2 WUA dengan klasifikasi pemula (1,18%).

ABSTRACT

Assessment of farmer participation in Water User Association (WUA) in the activities of Operation and maintenance (O & M) of irrigation system can be done with the rating. How the rating farmer participation refers to applicable legislation. The purpose of this study was to assess the level of participation of farmers joined in WUA in irrigation management towards the implementation of O & M in the Province of DIY. This research was conducted by survey method. The results showed that there are 1 WUA with independent classification (5.88%), 13 WUA with advanced classification (76.47%), 1 GP3A with medium classification (5.88%) and 2 WUA with beginner classification (1.18 %).

_________________________________ 

Kata kunci: Monitoring, evaluasi, partisipasi petani, pengelolaan, jaringan irigasi

Keywords : Monitoring, evaluation, farmer participation, management, irrigation network PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, mengamanatkan bahwa pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan secara partisipatif yang didukung dengan pengaturan kembali tugas, wewenang, dan tanggung jawab kelembagaan pengelolaan irigasi, pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air, penyempurnaan sistem pembiayaan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi untuk mewujudkan keberlanjutan sistem irigasi. Pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat petani dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. Bentuk kelembagaan masyarakat petani dalam pengelolaan irigasi antara lain berupa Perkumbupan petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan P3A. Kegiatan penilaian peringkat GP3A dalam partisipasi O & P merupakan upaya untuk meningkatkan peranserta masyarakat

petani melalui P3A dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan partisipatif. Kegiatan penilaian peringkat tersebut sebenarnya merupakan bentuk monitoring dan evaluasi P3A dan GP3A dalam peran sertanya melaksanakan kegiatan pengelolaan irigasi.

Pengelolaan irigasi yang dilaksanakan oleh P3A dan GP3A sebagai suatu kegiatan tidak terlepas dari pentingnya monitoring dan evaluasi dalam siklus manajemen. Untuk mengamati, mempelajari, menilai secara berkala ataupun secara berkesinambungan perkembangan pelaksanaan kebijakan tersebut, perlu dilakukan Monitoring dan Evaluasi (ME) program/kegiatan (Meredith dan Mantel, 1995; UNDP, 1997 dalam Vermillion, 2000; Bartle, 2003), agar apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai/ menyimpang dari perencanaan dan tujuan/ sasaran yang sudah ditetapkan dapat segera diambil tindakan perbaikan.

Sebagai bagian yang tidak terlepas dari manajemen, monitoring dan evaluasi seharusnya dilaksanakan oleh pelaku manajemen itu sendiri dengan tujuan untuk mengukur dan menilai

(2)

relevansi, efektifitas, produktifitas dan efisiensi pelaksanaan dari setiap aspek yang sudah direncanakan dan ditetapkan dan tingkat kesesuaian pencapaian program.

Untuk melaksanakan ME pengelolaan irigasi telah disusun suatu perangkat ME sebagai alat evaluasi diri (self evaluation). Alat ini diharapkan dapat digunakan sebagai cermin bagi pengelola irigasi agar dapat menentukan langkah-langkah tindak lanjut yang akan ditempuh dalam pengelolaan irigasi di wilayahnya.

Tujuan penelitian ini yaitu melakukan penilaian tingkat partisipasi petani yang tergabung dalam lembaga GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi terhadap pelaksanaan O&P di wilayah Provinsi DIY.

METODE PENELITIAN

ME tingkat partisipasi pengelolaan irigasi ini dilaksanakan di 4 Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo di daerah irigasi yang menjadi kewenangan propinsi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Desember 2007.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dengan cara pengurus GP3A mengisi form TOLOK UKUR PENILAIAN MONI-TORING DAN EVALUASI PARTISIPASI GP3A yang merupakan isian untuk evaluasi diri bagi GP3A. Selain itu, dilakukan interview terstruktur untuk melakukan verifikasi jawaban yang telah diisikan oleh pengurus GP3A.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode pembobotan dan skoring. Penilaian tingkat partisipasi berdasarkan pada harkat Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Peringkat

Dalam PP 20/2006 tentang irigasi, jaringan irigasi primer dan sekunder merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya. Sedangkan wewenang dan tanggu jawab masyarakat petani berada pada jaringan irigasi tersier. Meskipun demikian masyarakat petani dapat turut serta berpartisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder. Partisipasi masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi diwujudkan mulai dari pemikiran

awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi serta dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan pemikiran, gagasan, waktu, tenaga, material, dan dana.

Bentuk partisipasi masyarakat petani dapat dilakukan secara perseorangan atau melalui perkumpulan petani pemakai air, didasarkan atas kemauan dan kemampuan masyarakat petani serta semangat kemitraan dan kemandirian dan dapat disalurkan melalui perkumpulan petani pemakai air di wilayah kerjanya. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peran serta masyarakat petani melalui GP3A maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap tingkat partisipasinya. Sebelum dilakukan M&E partisipasi maka perlu disusun perangkat M&E yang didasarkan pada PP 20/2006 ataupun peraturan menteri (Permen 32/PRT/M/2007 tentang operasi pemeliharaan jaringan irigasi) yang menjabarkan lebih rinci bentuk-bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh GP3A.

Setelah dilakukan penyusunan perangkat M&E partisipasi dengan menurunkan indikator yang tercantum dalam PP 20/2006, kemudian diujicobakan pada Gabungan P3A yang berada di daerah-daerah irigasi yang menjadi kewenangan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel 2:

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi Gabungan P3A sebagian besar berada pada tingkat Maju sebanyak 13 GP3A, tingkat Madya 2 GP3A (Wokeng dan Pijenan Hulu) dan tingkat Pemula 1 GP3A (Pijenan Kanan) dan 1 GP3A yang telah mencapai tingkat Mandiri (Tirtorejo Kiri). Tinggi rendahnya tingkat partisipasi Gabungan P3A dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kinerja kelembagaan GP3A, besar kecilnya dukungan dan pendampingan pemerintah terhadap GP3A, serta seberapa besar kemauan pemerintah untuk memberikan porsi partisipasi terhadap GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangannya.

Untuk membandingkan dan mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja kelembagaan GP3A terhadap tingkat partisipasi pengelolaan jaringan irigasi maka dilakukan M&E terhadap kinerja kelembagaan GP3A juga. Tingkat kinerja kelembagaan GP3A diukur dengan memper-gunakan perangkat M&E yang disusun oleh Bangda. Hasil analisis tingkat kinerja kelembagaan GP3A disajikan pada tabel berikut:

(3)

Tabel 1. Ketentuan harkat partisipasi GP3A menurut hasil penilaian

No. Total Nilai Peringkat Partispasi Klasifikasi Partisipasi

1. Kurang dari 5 I Pemula

2. 5 – 25 II Madya

3. 26 – 50 III Maju

4. 51 – 60 IV Mandiri

Sumber: Draft Final Rapermen tentang Pedoman Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif Tabel 2. Tingkat Partisipasi GP3A

No Nama GP3A Daerah Irigasi Skore Status Partisipasi

1. Tirto Glendongan Glendongan 27.3 Maju

2. Mekar Sari Pulodadi 44.0 Maju

3. Banaran Sapon 36.0 Maju

4. Wokeng Sapon 24.0 Madya

5. Pijenan Hulu Pijenan 21.3 Madya

6. Pijenan Kiri Pijenan 36.7 Maju

7. Pijenan Kanan Pijenan 4.0 Pemula

8. Pendowo I Pendowo 38.0 Maju

9. Pendowo II Pendowo 25.3 Maju

10. Pendowo III Pendowo 41.7 Maju

11. Tirtorejo Kiri Tirtorejo 56.7 Mandiri 12. Tirtorejo Kanan Tirtorejo 29.0 Maju 13. Van der Wijck Van der Wijck 47.0 Maju

14. Gamping Gamping 42.7 Maju

15. Amor Prangkok 37.0 Maju

16. Mulyosari Brongkol 43.0 Maju

17. Simo Simo 29.3 Maju

Sumber : Analisis Data Primer, 2007

Tabel 3. Tingkat Kinerja Kelembagaan GP3A

No Nama GP3A Daerah Irigasi Skor Kinerja Kelembagaan

1. Tirto Glendongan Glendongan 55.9 Menuju Mandiri 2. Mekar Sari Pulodadi 70.8 Menuju Mandiri

3. Banaran Sapon 59.2 Menuju Mandiri

4. Wokeng Sapon 55.2 Menuju Mandiri

5. Pijenan Hulu Pijenan 42.8 Belum Mandiri 6. Pijenan Kiri Pijenan 71.3 Menuju Mandiri 7. Pijenan Kanan Pijenan 36.5 Belum Mandiri 8. Pendowo I Pendowo 57.4 Menuju Mandiri 9. Pendowo II Pendowo 64.4 Menuju Mandiri 10. Pendowo III Pendowo 50.3 Menuju Mandiri 11. Tirtorejo Kiri Tirtorejo 82.7 Mandiri 12. Tirtorejo Kanan Tirtorejo 63.1 Menuju Mandiri 13. Van der Wijck Van der Wijck 64.3 Menuju Mandiri

14. Gamping Gamping 66.4 Menuju Mandiri

15. Amor Prangkok 60.5 Menuju Mandiri

16. Mulyosari Brongkol 70.5 Menuju Mandiri

17. Simo Simo 68.0 Menuju Mandiri

(4)

Gambar 1. Hubungan partisipasi GP3A dengan kinerja kelembagaan GP3A

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kinerja kelembagaan Gabungan P3A sebagian besar berada pada tingkat Menuju Mandiri sebanyak 14 dan 2 GP3A (Pijenan Hulu dan Pijenan Kanan) berada pada tingkat Belum Mandiri 1 GP3A yang telah mencapai tingkat Mandiri (Tirtorejo Kiri).

Jika hasil penilaian kinerja kelembagaan GP3A dibandingkan dengan hasil partisipasi pengelolaan jaringan irigasi maka ada kesamaan stratanya. GP3A yang mempunyai kinerja kelembagaan yang rendah cenderung akan mempunyai partisipasi yang rendah pula. GP3A Pijenan Hulu dan Pijenan Kanan yang mempunyai kinerja kelembagaan Belum Mandiri pada tingkat partisipasinya juga pada tingkat Madya dan Pemula. Cuplikan untuk GP3A yang mempunyai nilai kinerja kelembagaan 3 paling tinggi yaitu Mekarsari, Pijenan Kiri dan Mulyosari (Menuju Mandiri) mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi juga yaitu pada status partisipasi Maju. Untuk mengetahui bentuk pengaruh kinerja kelembagaan terhadap tingkat partisipasi dalam pengelolaan jaringan irigasi maka digambarkan dalam scatter plot diagram sebagai berikut:

Pada Gambar 1. menunjukkan bahwa partisipasi dipengaruhi oleh kinerja kelembagaan secara linier. Semakin baik kinerja kelembagaannya maka tingkat partisipasinya akan semakin baik juga. Korelasi keduanya mencapai 75.81% yang berarti 75.81% dari tingkat partisipasi dipengaruhi oleh kinerja

kelembagaan dan 24.19%-nya dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Dari fenomena tersebut maka untuk memperbaiki/meningkatkan tingkat partisipasi GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi maka salah satunya perlu dilakukan dengan peningkatan kinerja kelembagaannya dulu.

Analisis Tingkat Pertisipasi

Berdasarkan PP 20/2006 (pasal 26) bentuk-bentuk partisipasi masyarakat petani dimulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan, kontribusi, sumberdaya manusia dan kemampuan teknis dalam pengelolaan jaringan irigasi. Untuk memotret lebih detail tingkat partisipasinya maka akan diurai satu demi satu tingkat partisipasi GP3A mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan, kontribusi, sumberdaya manusia dan kemampuan teknisnya. Hal ini dimaksudkan agar bisa ditindak lanjuti pada posisi mana tingkat partisipasi GP3A tersebut yang perlu ditingkatkan atau perlu dipertahankan.

Pada proses perencanaan sudah banyak GP3A telah berpartisipasi sampai pada satus Mandiri (8 GP3A) hal ini berarti bahwa masyarakat tani tahu betul apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan mereka agar proses budidaya padi dan penyampaian air dapat berjalan lancar. Sedangkan pada 4 GP3A yang berstatus Pemula dan Madya, yaitu Mekar Sari, Pijenan Hulu, Pijenan Kanan dan Van der Wijck maka perlu

(5)

partisipasi mereka dalam proses perencanaan. Rendahnya partisipasi GP3A dalam proses perencanaan bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. GP3A sengaja tidak dilibatkan dalam proses perencanaan (Van der Wijck dan Pijenan Kanan)

2. Kemampuan perencanaan yang kurang memadai dari GP3A (Pijenan Hulu dan Mekar Sari).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dilihat penyebab rendahnya partisipasi perencanaan apakah karena sebab pertama atau sebab kedua. Pada kasus Van der Wijck dan Pijenan Kanan maka perlu kooperatif dari institusi pemerintah pengelola jaringan irigasi untuk lebih banyak melibatkan mereka dalam proses perencanaan. Sedangkan pada kasus Pijenan Hulu dan Mekar Sari maka institusi yang bertanggung jawab dalam pemberdayaan GP3A perlu bekerja lebih giat untuk meningkatkan kemampuan GP3A dalam memahami pentingnya perencanaan yang baik dalam pengelolaan jaringan irigasi melalui

pendampingan-pendampingan ataupun pelatihan-pelatihan.

Untuk GP3A-GP3A yang telah berada pada status Maju dan Mandiri maka perlu pendampingan terus menerus dari pemerintah agar peran serta mereka tetap dapat dipertahankan, terlebih untuk ditingkatkan.

Pada proses pengambilan keputusan masih banyak GP3A yang tingkat partisipasinya Pemula dan Madya (10 GP3A). Untuk GP3A yang tingkat partisipasinya sudah Maju baru 6 GP3A dan 1 GP3A yang telah mencapai Mandiri (Tirtorejo Kiri).

Rendahnya partisipasi GP3A dalam proses pengambilan keputusan bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Sosialisasi terhadap rencana kegiatan pengelolaan jaringan irigasi kurang, baik yang bersifat rutin atau tidak rutin.

2. Kurangnya pemahaman GP3A atau masyarakat petani terhadap pentingnya kegiatan yang akan dilakukan.

3. Rendahnya kerjasama antara GP3A dengan pemerintah.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat petani atau GP3A dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan jaringan irigasi maka yang perlu dilakukan yaitu:

1. Perlunya sosialisasi yang cukup terhadap program-program yang akan dilaksanakan oleh dinas pengairan dan

kendala-tingkat implementasi di lapangan.

2. Meningkatkan jalinan kerjasama antara pemerintah (dinas pengairan) dengan masyarakat petani dalam pengelolaan jaringan irigasi khususnya di tingkat primer dan sekunder.

3. Pendampingan dan pemberdayaan yang terus menerus terhadap masyarakat petani atau GP3A dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi.

Besarnya kontribusi GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi masih banyak yang tingkat partisipasinya Pemula dan Madya (9 GP3A). Untuk GP3A yang tingkat partisipasinya sudah Maju baru 6 GP3A dan 2 GP3A yang telah mencapai Mandiri.

Rendahnya partisipasi GP3A dalam kontribusi pengelolaan jaringan irigasi bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Tingkat pendapatan petani yang rendah sehingga cukup berat untuk memberikan kontribusi yang tinggi dalam pengelolaan jaringan irigasi yang tentu saja membutuhkan biaya yang besar.

2. Jaminan/kepastian terhadap kecukupan air yang rendah sehingga menyebabkan masyarakat petani menjadi apatis terhadap kegiatan pengelolaan jaringan irigasi.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat petani atau GP3A dalam kontribusi pengelolaan jaringan irigasi maka yang perlu dilakukan yaitu: 1. Peningkatan pendapatan petani, melalui

penanaman komoditas pertanian yang mempunyai nilai jual tinggi.

2. Peningkatan operasi pembagian air yang lebih baik sehingga kemerataan air meningkat.

Ketersediaan jumlah SDM GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi masih banyak yang tingkat partisipasinya Pemula dan Madya (10 GP3A). Untuk GP3A yang tingkat partisipasinya sudah Maju baru 5 GP3A dan 2 GP3A yang telah mencapai Mandiri.

Rendahnya partisipasi GP3A dalam hal ketersediaan sumberdaya manusia untuk pengelolaan jaringan irigasi bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Semakin berkurangnya jumlah masyarakat petani yang mau terlibat dalam kegiatan pengelolaan jaringan irigasi karena tidak adanya regenerasi. Hal ini dikarenakan sangat sedikit generasi muda yang mau menggeluti bidang pertanian.

2. Mulai berkurangnya tradisi gotong-royong dikarenakan banyaknya kegiatan pengelolaan jaringan irigasi yang tidak melibatkan

(6)

untuk dikontrakkan.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat petani atau GP3A dalam ketersediaan SDM untuk pengelolaan jaringan irigasi maka yang perlu dilakukan yaitu:

1. Regenerasi kepengurusan GP3A kepada generasi yang lebih muda dengan mengenalkan generasi muda pada budidaya tanaman pertanian yang lebih komersial dan menjanjikan sehingga dapat menarik minat mereka.

2. Dikembangkan kembali kegiatan KSO dalam kegiatan pengelolaan irigasi sehingga GP3A lebih banyak dilibatkan.

Kemampuan teknis GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi masih banyak yang tingkat partisipasinya Pemula dan Madya (10 GP3A). Untuk GP3A yang tingkat partisipasinya sudah Maju baru 4 GP3A dan 3 GP3A yang telah mencapai Mandiri.

Rendahnya partisipasi GP3A dalam hal kemampuan teknis untuk pengelolaan jaringan irigasi bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Minimnya kegiatan-kegiatan pelatihan dan

pemberdayaan yang dilakukan terhadap GP3A.

2. Kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh instansi-instansi yang terlibat dalam pengelolaan jaringan irigasi terhadap masyarakat petani terkesan sepotong-sepotong dan berjalan sendiri-sendiri.

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat petani atau GP3A dalam kemampuan teknis untuk pengelolaan jaringan irigasi maka yang perlu dilakukan yaitu:

1. Pendampingan dan pelatihan yang rutin dan berkesinambungan terhadap masya-rakat petani atau GP3A.

2. Kerjasama yang baik antara instansi-instansi yang terlibat dalam pengelolaan

pertanian) dalam memberdayakan masya-rakat petani sehingga tidak terjadi tumpang tindih suatu kegiatan dan kegiatan yang lainnya justru tidak ada yang menyentuh.

KESIMPULAN

Hasil pemeringkatan tingkat partisipasi GP3A dalam pengelolaan jaringan irigasi yaitu terdapat 1 GP3A dengan klasifikasi mandiri (5,88%), 13 GP3A dengan klasifikasi maju (76,47%), 1 GP3A dengan klasifikasi Madya (5,88%) dan 2 GP3A dengan klasifikasi Pemula (1,18%).

DAFTAR PUSTAKA

Bartle, P., 2003. Elements of Community Strength, Unpublished reference document, Seattle Community Network, Seattle. http://www.scn.org/ip/cds/cmp/modules/mea -ele

Draft Final Rapermen tentang Pedoman Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.

Meredith, J.R., Mantel, S.J., 1995. “Project Management: A Managerial Approach”, John Wiley & Sons, New York.

Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

UNDP, 2002. Handbook on Monitoring and Evaluating for Results, United Nations Development Programme Evaluation Office, New York.

Vermillion, D., 2000, Guide to Monitoring and Evaluation of Irrigation Management Transfer, Japanese Institute for Irrigation and Drainage, Japan.

Gambar

Tabel 3. Tingkat Kinerja Kelembagaan GP3A
Gambar 1. Hubungan partisipasi GP3A dengan kinerja kelembagaan GP3A

Referensi

Dokumen terkait

Pokok masalah pada penelitian ini adalah “ Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Dijadikan Sebagai Kurir Narkotika Persfektif Hukum Islam (Stud y Kasus

reproduksi pada remaja agar mereka dapat mengetahui usia yang ideal untuk. melangsungkan

Hasil penelitian ini menunjukkan N tanah berpengaruh sangat tidak nyata untuk semua perlakuan pupuk anorganik N baik N-Urea maupun N-ZA dan pupuk organik, dan

Dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, dilakukan rekapitulasi dan analisis resep yang mengandung obat antiasma dan antialergi pada

menjadi 7, jawaban 4 menjadi 6, jawaban 6 menjadi 4, jawaban 7 menjadi 3, jawaban 8 menjadi 2, dan jawaban 9 menjadi 1. 3) Menghitung skor setiap responden untuk total dan

Hasil penelitian untuk pH optimum, menunjuk- kan aktivitas xilanase meningkat dengan meningkat- nya pH sampai pH 9, kemudian pada pH yang lebih tinggi aktivitasnya menurun.. Kondisi

Jarwo memang anak yang bertanggungjawab, setelah ia ditunjuk menjadi ketua, ia langsung melakukan rapat berama anggota yang lain untuk merencanakan kegiatan, mulai dari

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk