• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Jawa Barat

Batas-batas wilayah provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut : (1) Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta. (2) Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah. (3) Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia. (4) Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10 persen dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th. Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan,

(2)

Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.

b. Gambaran Demografis Provinsi Jawa Barat

Gambaran umum demografis wilayah Provinsi Jawa Barat, tercermin dari Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat dalam kurun waktu tahun 2012-2013 mengalami peningkatan sebesar 0,11 persen yaitu dari 1, persen pada Tahun 2012 meningkat menjadi 1,77 persen pada tahun 2013.

TABEL 4.1.

Data Kondisi Demografi Jawa Barat 2012-2013

Indikator Satuan Tahun

2012 2013 Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 44.548.431 45.340,8* (1) laki-laki

(2) Perempuan

Jiwa 22,609,621 23.004,3* Jiwa 21.938,810 22.336,5* b. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) Persen 1.66 1.77

c. Kepadatan Pendudu Jiwa Per Km2 1.198 1.222 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat. Januari 2014

*) dalam ribuan

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Pemerataan ekonomi di Jawa Barat tidak terlepas dari perkembangan laju pertumbuhan ekonomi, inflasi, PDRB per kapita, dan indeks gini. Laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dalam kurun waktu tahun 2012-2013

(3)

mengalami penurunan sebesar 0,15 persen, diikuti dengan naiknya tingkat inflasi akibat dari kenaikan harga BBM. Secara umum produktivitas ekonomi Jawa Barat meningkat dan berdampak pada peningkatan PDRB per kapita (ADHB) Tahun 2013 sebesar Rp 23,5 juta. Namun demikian kondisi ekonomi tidak berdampak pada perbaikan pemerataan pendapatan, hal ini diindikasikan dengan angka indeks gini yang tetap dan terkategori mempunyai ketimpangan moderat.

2. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah

a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Jawa Tengah

Wilayah Provinsi Jawa Tengah secara administratif berbatasan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan; Provinsi Jawa Barat di sebelah barat; Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota, dan terdiri dari 573 Kecamatan yang meliputi 7.809 Desa dan 769 Kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.254.412 Ha atau 25,04 persen dari luas Pulau Jawa. Topografi wilayah Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam, meliputi daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu Pantai Utara dan Selatan. Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan kemiringan 0-2 persen sebesar 38 persen; lahan dengan kemiringan 2-15 persen sebesar 31 persen; lahan dengan kemiringan 15-40 persen sebesar

(4)

19 persen; dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40 persen sebesar 12 persen. Selain itu, keadaan iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis basah. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Semarang pada tahun 2012, suhu udara di Jawa Tengah berkisar antara 250C - 280C, dan kelembaban udara berada pada kisaran antara 75 persen - 83 persen. Curah hujan tertinggi sebesar 4.972 mm (tercatat di Stasiun Meteorologi Bojongsari) dan hari hujan terbanyak 203 hari (tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap).

b. Gambaran Demografis Provinsi Jawa Tengah

Demografi Jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2012 diproyeksikan sebanyak 33.270.207 jiwa atau 13,52 persen dari jumlah penduduk Indonesia, terdiri dari laki-laki sebanyak 16.495.705 Jiwa (49,58 persen) dan perempuan sebanyak 16.774.502 Jiwa (50,42 persen), sehingga besar rasio jenis kelamin (RJK) adalah sebesar 99,42. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Brebes (1.770.480 jiwa), sedangkan paling sedikit berada di Kota Magelang (120.447 jiwa). Kepadatan penduduk Jawa Tengah tahun 2012 diproyeksikan sebesar 1.022 Jiwa/Km2, meningkat dibandingkan kondisi tahun 2011 sebesar 1.003 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tahun 2012 tertinggi di Kota Surakarta (11.573 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Blora (472 jiwa/km2). Selengkapnya jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan kepadatan penduduk di Jawa Tengah disajikan dalam Tabel 4.2.

(5)

TABEL 4.2.

Data Kondisi Demografi Jawa Tengah 2011-2012

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah

Pembangunan ekonomi diarahkan pada pembangunan inklusif, yang menitikberatkan pada pertumbuhan tanpa disparitas inter-regional dan ketidaksetaraan sosial. Konsep pertumbuhan dalam pembangunan inklusif mengacu pada suatu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan juga strategi untuk mengatasi ketimpangan ekonomi dan sosial dengan menyediakan kesempatan bagi orang/kelompok yang terpinggirkan dan rentan untuk berkontribusi pada proses pembangunan. Dengan demikian peluang ekonomi yang dihasilkan harus dapat dinikmati atau terdistribusi ke semua lapisan masyarakat termasuk kaum miskin termarjinalkan. Selama kurun waktu Tahun 2008 - 2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah cenderung meningkat meskipun laju pertumbuhannya bergerak secara perlahan, yaitu sebesar 5,61% di Tahun 2008 menjadi 6,34 persen di Tahun 2012. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tersebut, ditopang oleh sektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel

Indikator Satuan Tahun

2011 2012

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 32.643.612 33.270.207 (1) laki-laki Jiwa 16.273.976 16.495.705 (2) Perempuan Jiwa 16.369.636 16.774.502 b. Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) Persen 0,81 1,92

(6)

dan restoran yang merupakan sumber pertumbuhan PDRB Jawa Tengah terbesar setiap tahunnya.

3. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta a. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta

Luas wilayah DIY adalah 3.185,80 km² atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²) dan merupakan wilayah dengan luas terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sementara itu dilihat dari posisi geostrategis, DIY terletak dibagian tengah Pulau Jawa bagian Selatan dan berbatasan dengan beberapa Provinsi di Jawa Tengah, yaitu sebelah utara dengan Kabupaten Magelang, sebelah timur dengan Kabupaten Klaten dan Wonogiri, sebelah barat dengan Kabupaten Purworejo, dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Wilayah di DIY yang terluas adalah Kabupaten Gunungkidul, yaitu 46,63 persen dari luas DIY sedangkan wilayah terkecil adalah Kota Yogyakarta, Wilayah di DIY yang terluas adalah Kabupaten Gunungkidul, yaitu 46,63% dari luas DIY sedangkan wilayah terkecil adalah Kota Yogyakarta. Ditinjau dari posisi geostrategis, DIY terletak dibagian tengah Pulau Jawa bagian Selatan, hal ini menjadikan DIY berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia yang kaya akan sumberdaya laut dan menjadikan DIY memiliki wilayah berupa kepulauan. DIY memiliki 28 pulau yang masuk dalam wilayah Kabupaten Gunungkidul yang tersebar pada lima kecamatan, yaitu Purwosari, Panggang, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo.

(7)

b. Gambaran Demografis Daerah Istimewa Yogyakarta

Selama tahun 1971 hingga 2010 jumlah penduduk DIY terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk DIY tahun 1971 sebanyak 2.489.360 orang meningkat menjadi 3.457.491 orang pada tahun 2010 kemudian diperkirakan meningkat sebanyak 29.834 orang menjadi 3.487.325 orang pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2012 dari hasil estimasi diperkirakan mencapai 3.514.762 jiwa.

TABEL 4.3.

Data Kondisi Demografi Daerah Istimewa Yogyakarta 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah , 2013

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

Selama kurun waktu 2009-2013, rata-rata pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,04 persen per tahun. Kondisi tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,40 persen yang berarti bahwa kinerja perekonomian DIY mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,32 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 bahkan merupakan angka tertinggi selama sepuluh tahun terakhir.

Indikator Satuan Tahun

2012

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 3.514.762

(1) laki-laki Jiwa 1.737.506

(2) Perempuan Jiwa 1.777.256

b. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Persen 0,69 c. Kepadatan Penduduk Jiwa Per Km2 3.185

(8)

4. Gambaran Umum Daerah Provinsi Jawa Timur a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Jawa Timur

Wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Panjang bentangan Barat-Timur Provinsi Jawa Timur sekitar 400 kilometer dan lebar bentangan utara-selatan sekitar 200 kilometer. Jawa Timur memiliki wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau bernama sebanyak 232 pulau, pulau tanpa nama sebanyak 55 sehingga total keseluruhan pulau kecil yang dimiliki Provinsi Jawa Timur sebanyak 287 pulau (Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2004). Pulau Madura adalah pulau terbesar di Jawa Timur, di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan pulau, paling timur adalah Kepulauan Kangean, dan paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Pulau Bawean berada sekitar 150 kilometer sebelah utara pulau Jawa, sedangkan bagian selatan meliputi pulau Nusa Barung, Sempu, Sekel dan Panehan. Kondisi kawasan pada Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 4 aspek antara lain kondisi kawasan tertinggal, kondisi kawasan pesisir, kondisi kawasan pegunungan dan kondisi kawasan kepulauan.

b. Gambaran Demografis Daerah Provinsi Jawa Timur

Pertumbuhan jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur terus mengalami peningkatan setiap tahun, baik laki-laki mapun perempuan. Jumlah penduduk Jawa Timurtahun 2009 sebanyak 37.236.149 jiwa dan terus bertambah hingga tahun 2012 menjadi 38.052.950 jiwa, dimana pertumbuhan paling banyak adalah perempuan, sementara laju

(9)

pertumbuhan penduduk provinsi Jawa Timur mecapai 0,72 persen pada tahun 2012. sebagaimana tabel berikut:

TABEL 4.4.

Data Kondisi Demografi Daerah Provinsi Jawa Timur 2011- 2012

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2014

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Daerah Jawa Timur

Kondisi perekonomian Jawa Timur menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRBnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp. 684,234 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 1.136,330 triliun pada tahun 2013. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun 2009 meningkat dari Rp. 320,861 triliun menjadi Rp. 419,430 triliun pada tahun 2013. Pada tahun 2009 perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun 2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing tumbuh sebesar 6,68 persen, 7,22 persen dan7,27 persen, namun pada tahun 2013 mengalami perlambatan menjadi 6,55 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata nasional.

Indikator Satuan Tahun

2011 2012

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 37.781.599 38.052.950 (1) laki-laki Jiwa 18.599.308 18,740.05 (2) Perempuan Jiwa 19.182.291 19.312.896 b. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Persen 0,75 0,72

(10)

5. Gambaran Umum Daerah Provinsi Banten a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Banten

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, secara geografis luas wilayah Provinsi Banten adalah 8.651,20 km2, yang terletak di ujung barat Pulau Jawa dan berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang dan 2 (dua) kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008, Provinsi Banten memiliki luas sebesar 9.662,92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan, tahun 2008 telah terjadi pemekaran wilayah dengan terbentuknya Kota Serang sebagai pemekaran dari Kabupaten Serang dan Kota Tangerang Selatan sebagai pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Saat ini jumlah kabupaten/kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat) kabupaten dan 4 (empat) kota dengan batas wilayah sebagai berikut:

(1) Sebelah Utara dengan Laut Jawa

(2) Sebelah Timur dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. (3) Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia

(11)

b. Kondisi Demografis Daerah Provinsi Banten

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2012 jumlah penduduk Provinsi Banten mencapai 11.248.947 jiwa yang terdiri dari 5.741.942 orang laki- laki dan 5.507.005 orang perempuan. Laju pertumbuhan rata-rata penduduk Banten pada tahun 2012 sebesar 2,16 persen.

TABEL 4.5.

Data Kondisi Demografi Daerah Provinsi Banten 2012

Sumber BPS Provinsi Banten, 2014

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Daerah Banten

Kinerja pembangunan dengan fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi secara umum bisa dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Laju Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penurunan angka kemiskinan dan lain sebagainya. LPE merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan ekonomi di suatu wilayah.

6. Gambaran Umum Daerah Provinsi Bali a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Bali

Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah Utara : Laut Bali, Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Selatan : Samudera Indonesia, Barat :Selat Bali (Propinsi Bali). Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan

Indikator Satuan Tahun

2012

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 11.248.947

(1) laki-laki Jiwa 5.741.942

(2) Perempuan Jiwa 5.507.005

(12)

kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Provinsi Bali terdiri dari 8 (delapan) Kabupaten dan 1 (satu) Kota, 57 Kecamatan, 716 desa serta 4.295 SLS (satuan lingkungan setempat/dusun).

b. Kondisi Demografis Daerah Provinsi Bali

Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Bali tahun 2011 sebanyak 3.643.472 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 646 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Bali masih bertumpu di Kabupaten Buleleng yakni sebesar 18,5 persen dan Kota Denpasar yakni sebesar 14, 6 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Klungkung sebesar 5,1 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Denpasar yakni sebanyak 4.163 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Jembrana dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 325 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Bali sebesar 2,15 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49 persen). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kabupaten Badung 4,63 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Klungkung sebesar 0,94 persen.

(13)

TABEL 4.6.

Data Kondisi Demografi Daerah Provinsi Bali 2011

Indikator Satuan Tahun

2011

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 3.643.472

b. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) Persen 0.21

c. Kepadatan Penduduk Jiwa Per Km2 646 Sumber BPS Provinsi Bali, 2014

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Daerah Provinsi Bali

PDRB Provinsi Bali menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas tahun tahun 2012 mencapai 83.939 miliar rupiah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB dengan migas Provinsi Bali menyumbang sebesar 1,25 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi). Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan migas sebesar 32.804 miliar rupiah, sementara tanpa migas sebesar 32.804 miliar rupiah. Struktur perekonomian Provinsi Bali tahun 2011, didominasi bersarnya kontribusi sektor sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 30,62 persen sektor pertanian (17,34 persen), dan sektor jasa (14,53 persen). Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (14,46 persen), dan sektor industri pengolahan (8,95 persen). Perkembangan ekonomi Bali dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 6,65 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan

(14)

sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi Bali adalah: pertambangan dan penggalian (10,51 persen), sektor jasa (9,97 persen, dan sektor perdagangan (8,65 persen).

7. Gambaran Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Provinsi NTB terdiri atas 2 (dua) pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau- pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32 pulau yang telah berpenghuni. Luas wilayah Provinsi NTB mencapai 20.153,20 km2. Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2 (76,49 persen) atau 2/3 dari luas Provinsi NTB, dan luas Pulau Lombok hanya mencapai 1/3 saja. Pusat pemerintahan Provinsi NTB terdapat di Kota Mataram Pulau Lombok. Selong merupakan kota yang mempunyai ketinggian paling tinggi, yaitu 166 mdpl sementara Taliwang terendah dengan 11 mdpl. Kota Mataram sebagai tempat Ibukota Provinsi NTB memiliki ketinggian 27 mdpl. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan tertinggi dengan ketinggian 3.726 mdpl.

b. Kondisi Demografis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan data penduduk Dana Alokasi Umum (DAU) 2013 jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 4.630.302 jiwa. Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.244.721 jiwa dan perempuan sebanyak 2.385.581 jiwa.. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Lombok Timur

(15)

dan yang terkecil di Kabupaten Sumbawa Barat. Jumlah rumahtangga di Provinsi NTB adalah 1.296.432 rumahtangga dengan rata-rata anggota rumahtangga sebesar 3,57 orang. Bila dilihat menurut kelompok umur. komposisi penduduk Provinsi NTB berbentuk pyramid dengan komposisi penduduk terbanyak pada umur 0 - 4 tahun yaitu sebanyak 489.623 jiwa. terkecil pada kelompok umur 60 – 64 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.13.

TABEL 4.7.

Demografis Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013

Sumber BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2014

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat

Perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) masih didominasi sektor primer yakni sektor pertanian dan pertambangan. Kontribusi sektor pertanian mencapai 26,15 persen, sedangkan kontribusi sektor pertambangan mencapai 18.58 persen. Peran sektor sekunder seperti industri pengelohan masih relatif kecil. Kontribusi industri pengolahan terhadap perekonomian sebesar 3,74 persen. Dilihat dari penggunaan PDRB yang tercipta di Nusa Tenggara Barat, 55,58 persen digunakan

Indikator Satuan Tahun

2013

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 4.630.302

(1) laki-laki Jiwa 2.244.721

(2) Perempuan Jiwa 2.385.581

(16)

untuk konsumsi masyarkat dan 29,15 persen digunakan untuk kegiatan investasi. Investasi sangat dibutuhkan oleh suatu daerah untuk meningkatkan perekonomiannya. PDRB atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun meski pada 2 tahun terakhir mengalami penurunan.

8. Gambaran Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur a. Kondisi Geografis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Propinsi Nusa Tenggara Timur terletak di belahan Selatan Indonesia dan berdampingan dengan Benua Australia. Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 566 (lima ratus enam puluh enam) pulau, 411 (empat ratus sebelas) pulau diantaranya sudah mempunyai nama dan 188 (seratus delapan puluh delapan) saat ini belum mempunyai nama. Dari seluruh pulau yang ada, 69 (enam puluh sembilan) pulau diantaranya telah berpenghuni sedangkan 530 (lima ratus tiga puluh) pulau belum berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor, serta pulau Alor, Lembata dan Rote, dan selebihnya adalah pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar. Dilihat dari letak geografis Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagian wilayahnya berbatasan dengan Negara Timor Leste, seperti Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Alor yang hanya dipisahkan oleh laut Sawu. Selain hal tersebut, wilayah propinsi ini dikelilingi oleh lautan yang tentunya terdapat wilayah-wilayah pesisir dengan karakteristik yang berlainan. Luas wilayah Propinsi Nusa

(17)

Tenggara Timur, yaitu untuk daratan seluruhnya 4.734.991 Ha ( 47.349,9 Km2) atau 2.50 persen dari luas Indonesia, dan luas perairan 18.311.539 Ha. Secara fisik batas wilayah propinsi ini adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Flores

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Laut Timor

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Sape (Propinsi NTB)

b. Kondisi Demografis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 4.683.827 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 905 943 jiwa (19,34 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 3.777.884 jiwa (80,66 persen). Penduduk laki-laki Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 2.326.487 jiwa dan perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa.

TABEL 4.8.

Demografis Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013

Sumber BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur

Indikator Satuan Tahun

2013

Demografi

a. Jumlah Penduduk Jiwa 4.683.827

(1) laki-laki Jiwa 2.326.487

(2) Perempuan Jiwa 2.357.340

(18)

c. Kondisi Umum Pemerataan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Sektor-sektor ekonomi yang dominan dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur adalah sektor pertanian, sektor hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Peranan dari ketiga sektor ini pada kurun 2000 – 2003 merupakan yang terbesar yaitu sekitar 88,34 persen dari seluruh PDRB Nusa Tenggara Timur masing-masing tahun pada kurun waktu tersebut. Meskipun cenderung terus menurun peranannya dalam kurun 2000 – 2003, namun sektor pertanian masih merupakan yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2000 peranan nilai tambah bruto sektor pertanian sebesar 43,36 persen dari seluruh nilai PDRB harga berlaku. Peranan tersebut kemudian terus menurun hingga menjadi hanya sekitar 39,24 persen pada tahun 2003. PDRB per kapita NTT tahun 2010 sebesar Rp. 5,23 juta atau seperlima PDRB Nasional sebesar Rp. 24,26 juta. Produktivitas tenaga kerja di sektor Pertanian rendah dengan elastisitas 0,53 sebagai akibat PDRB sektor pertanian menurun, sedangkan tenaga kerja meningkat. Isu-isu pembangunan daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi NTT antara lain :

a. 20 Kabupaten di NTT masuk katagori daerah tertinggal, kecuali Kota Kupang

b. Penduduk miskin sampai bulan November 2011 sebesar 20,48 %; c. Kualitas Infrastruktur (Jalan, Jembatan, Listrik , Pelabuhan, Perumahan) banyak yang belum memadai

(19)

d. Rendahnya investasi swasta

e. Nilai ekspor/perdagangan antar pulau lebih rendah dibandingkan impor

B. Gambaran Umum Variabel Penelitian

1. Ketimpangan Ekonomi Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara berkategori tinggi, menunjukkan perekonomian di ketiga wilayah besar tersebut belum merata. Penyebab kesenjangan ekonomi antar wilayah di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara adalahmasih terpusatnya pembangunan di wilayah Jawa. Selain itu ketimpangan terjadi karena karakteristik Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau menyebabkan sulitnya aksebilitas dalam pembangunan. Ketimpangan antara wilayah tersebut dapat dilihat dari perkembangan indeks Gini rasio dari tahun ke tahun :

TABEL 4.9.

Indeks Gini Rasio Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2007-2013 No. Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Jawa Barat 0.344 0.35 0.36 0.36 0.41 0.41 0.411 2. Jawa Tengah 0.326 0.31 0.32 0.34 0.38 0.38 0.387 3. DI Yogyakarta 0.366 0.36 0.38 0.41 0.40 0.43 0.439 4. Jawa Timur 0.337 0.33 0.33 0.34 0.37 0.36 0.364 5. Banten 0.365 0.34 0.37 0.42 0.40 0.39 0.399 6. Bali 0.333 0.30 0.31 0.37 0.41 0.43 0.403 7. Nusa Tenggara Barat 0.328 0.33 0.35 0.40 0.36 0.35 0.364 8. Nusa Tenggara Timur 0.353 0.34 0.36 0.38 0.36 0.36 0.352 Sumber :BPS Nasional 2014

(20)

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat wilayah pulau jawa memiliki tingkat ketimpangan yang sedang dari tahun 2007 hingga 2013 nilai indeks Gini semakin menjauhi angka nol yang artinya tingkat ketingan semakin rendah sementara untuk wilayah Bali hampir sama dengan pulau Jawa yang memiliki tingkat ketimpangan yang sedang, berbeda dengan wilayah pulau Nusa Tenggara meskipun memiliki letak strategis dengan Bali dan Jawa namun ketimpangan di wilayah ini cenderung tinggi dan setiap tahunnya mengalami peningkatan.

2. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara memiliki karakteristik yang berbeda, pengembangan ekonomi wilayah Jawa yang berfokus pada industri sementara Bali dan Nusa Tenggara yang berfokus pada pariwisata. Laju pertumbuhan ekonomi di Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara secara umum mengalami peningkatan.

TABEL 4.10.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2007-2013 Sumber :BPS Nasional 2014 Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa Barat 6.48 6.21 4.19 6.20 6.51 6.28 6.06 Jawa Tengah 5.59 5.61 5.14 5.84 6.03 6.34 5.81 DI Yogyakarta 4.31 5.03 4.43 4.88 5.17 5.32 5.40 Jawa Timur 6.11 5.94 5.01 6.68 7.22 7.27 6.55 Banten 6.04 5.77 4.71 6.11 6.38 6.15 5.86 Bali 5.92 5.97 5.33 5.83 6.49 6.65 6.05 Nusa Tenggara Barat 4.91 2.82 12.14 6.35 -2.69 -1.10 5.69 Nusa TenggaraTimur 5.15 4.84 4.29 5.25 5.62 5.41 5.56

(21)

Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 di wilayah pulau Jawa banyak mengalami penurunan meskipun pulau Jawa merupakan daerah yang dekat dengan pusat pembangunan, penurunan laju pertumbuhan ekonomi terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten begitu juga dengan wilayah pulau Bali. Namun tidak demikian dengan pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara yang mengalami peningkatan pada tahun 2013. Angka laju pertumbuhan yang tertinggi terdapat di wilayah Jawa Timur.

3. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendaptan, kesehatan dan pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dalam mendukung percepatan pertumbuhan dan perluasan pembangunan ekonomi daerah. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin produktif angkatan kerja dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan. Namun nilai IPM yang tidak merata antar daerah memicu terjadinya ketimpangan regional.

(22)

TABEL 4.11.

Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Sumber :BPS Nasional 2014

Pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa angka tertinggi Indeks Pembanguanan Manusia berada di Wilayah Jawa Barat sementara terendah berada di daerah Nusa Tenggara Barat hal ini menunjukan bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antara wilayah barat dan timur. Indeks Pembangunan Manusia merupakan indicator untuk melihat ketimpangan disuatu daerah. Perkembangan IPM di Indonesia secara umum terus mengalami peningkatan (BPS, 2013). Hal ini terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM pada periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran dari komponen IPM yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil perkapita.

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa Barat 70,71 71,12 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 Jawa Tengah 70,92 71,6 72,1 72,49 72,94 73,36 74,05 DI Yogyakarta 74,15 74,88 75,23 75,77 76,32 76,75 77,37 Jawa Timur 69,78 70,38 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 Banten 69,29 69,7 70,06 70,48 70,95 71,49 71,90 Bali 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 Nusa Tenggara Barat 63,71 64,12 64,66 65,2 66,23 66,89 67,73 Nusa Tenggara Timur 65,36 66,15 66,6 67,26 67,75 68,28 68,77

(23)

4. Aglomerasi Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Aglomerasi (pemusatan aktivitas) produksi digunakan oleh Jaime Bonet (2006) sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi kesenjangan wilayah. Ia menyatakan bahwa aglomerasi produksi dapat mempengaruhi kesenjangan wilayah secara langsung, yaitu pada saat terdapat hambatan bagi mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terdapat surplus tenaga kerja dalam perekonomian. Myrdal dan Hirscman (1970) menjelaskan hal ini melalui efek pengkutuban

(polarization effect) aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

efek menetes ke bawah (trickle down effect). Aglomerasi dapat diukur dengan beberapa cara. Pertama adalah menggunakan proporsi jumlah penduduk perkotaan

(urban area) dalam suatu propinsi terhadap jumlah penduduk propinsi tersebut.

Yang kedua adalah dengan menggunakan konsep aglomerasi produksi (Bonet, 2008). Penelitian ini menggunakan konsep aglomerasi produksi yang diukur menggunakan proporsi PDRB Provinsi terhadap PDRB Nasional. Ukuran ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemusatan aktivitas ekonomi 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah terhadap pendapatan regional antar kabupaten/kota. Konsep aglomerasi penduduk tidak digunakan dalam penelitian ini karena data jumlah penduduk perkotaan tidak tersedia setiap tahunnya.

(24)

TABEL. 4.12.

Aglomerasi Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

Sumber : Data diolah

Dilihat dari Tabel tersebut tingkat aglomerasi tertinggi berada diwilayah Jawa Barat dan Jawa Timur hal tersebut dikarenakan wilayah Jawa Barat menjadi pusat percepatan wilayah industri. Sementara daerah dengan tingkat aglomerasi terendah berada di wiliyah DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jawa Barat 0.145 0.146 0.145 0.145 0.145 0.145 0.145 Jawa Tengah 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 0.084 DI Yogyakarta 0.010 0.010 0.010 0.009 0.009 0.009 0.009 Jawa Timur 0.153 0.153 0.153 0.154 0.155 0.157 0.158 Banten 0.040 0.040 0.040 0.040 0.040 0.040 0.040 Bali 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 Nusa Tenggara Barat 0.009 0.008 0.009 0.009 0.008 0.008 0.008 Nusa Tenggara Timur 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi dan efektivitas sistem operasional listrik diharapkan dapat secara realtime meningkatkan kesinambungan pasokan daya listrik di Madura dengan memanfaatkan

[r]

Respon terhadap jawaban yang diberikan oleh Arslan tersebut direalisasikan Muhammad Basiui Imran melalui konferensi Alim Ulama, walaupun dalam pidatonya..

kadar kelahiran yang tinggi banyak mendatangkan kesan positif kepada sesebuah kawasan ataupun negara. Kadar kelahiran yang tinggi memyebabkan adanya banyak tenaga kerja dalam

Pada Gambar A akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi daya perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai

Dibanding metode pohon klasifikasi tunggal (CART), penerapan metode Bagging pada pohon klasifikasi CART mampu meningkatkan ketepatan klasifikasi total (akurasi)

Melihat sejarah Bangsa Indonesia yang panjang dan juga terjadinya perubahan kekuasaan di Indonesia, tentu juga telah terjadi berbagai perubahan-perubahan

Penelitian Viasus D dkk melaporkan bahwa kadar serum albumin dalam 24 jam saat masuk rumah sakit merupakan penanda prognostik yang baik pada PK, selain itu juga penambahan