• Tidak ada hasil yang ditemukan

360 ekor, sedangkan ras Saddle Back adalah 50 ekor. Perkiraan kisaran berat badan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "360 ekor, sedangkan ras Saddle Back adalah 50 ekor. Perkiraan kisaran berat badan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Pene.litiin di Rumah Potong Hewan

Selama kurun waktu Juni

-

Agustus 1993, telah dilakukan secara acak 11 kali kunjungan pemeriksaan ke Rumah Potong Hewan Denpasar. Pengamatan yang dikerjakan dengan pemeriksaan kesehatan daging pada ternak babi dan sapi yang disembelih saat itu, dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi alami atau kemungkinan kehadiran Cysticercus m n i a saginata taiwmensis di Bali. Selama penelitian, telah diperiksa sejumlah 706 ekor babi. Babi-babi tersebut terdiri dari 405 ekor babi jantan dan 301 ekor babi betina, merupakan babi-babi lokal- persilangan , Landrace dan Saddle Back. Jumlah babi lokal-persilangan

adalah

2% ekor, sisanya sebanyak 410 ekor merupakan babi ras. Jumlah ras Landrace adalah 360 ekor, sedangkan ras Saddle Back adalah 50 ekor. Perkiraan kisaran berat badan babi yang diperiksa tersebut adalah 60

-

150 kg.

Karena penelitian ini khusus dimaksudkan untuk menemukan infeksi kista Taenia saginata taiwanensis, maka seluruh babi-babi yang diperiksa tidak diamati terhadap infeksi kista cacing pita lainnya. Namun, dari 706 ekor b&i yang diperiksa tersebut, temyata diketahui sebanyak 158 hati babi (22.37%) menunjukkan indikasi terinfeksi oleh kista lbenia saginata taiwanensis. Setiap hati yang terinfeksi itu, mengandung 1

-

16 kista, yang menyebar secara acak dimasing-masing lobus. Kebanyakan dari masing-masing hati babi itu, terinfeksi kurang dari 5 kista. Jumlah babi yang diperiksa, jumlah babi yang hatinya diduga terinfeksi kista Zbenia sagina- fa taiwanensis, serta kapan pengamatan tersebut dilakukan, secara ringkas dapat dilihat pada 'Ribel 3 berikut.

(2)

Thbel 3. Jumlah babi yang diperiksa di RPH Denpasar, yang diduga terinfeksi kista Taenia saginata faiwanensis yang disembelih menurut waktu pengamatan

Waktu Jumlah Babi Jurnlah Babi

No. Pengamatan Diperiksa Diduga Terinfeksi ( 9 6 )

(Tgl-B1-Th) tekor) , (ekor)

Jumlah 706 158 22.37

Kista yang mirip dengan kista &nia saginaro taiwmensis tersebut, ditemu- kan pada permukaan dan pada bagian parensim hati (Gambar 1). Kista tersebut ber- bentuk bintik-bintik kecil berwarna kekuningan atau putih susu dengan diameter

antara

1,5

-

6 m m

(Gambar

2).

(3)
(4)

Berdasarkan pengamatan 83 kista yang ditemukan pada hati babi yang diperik-

sa, diketahui bahwa pertumbuhannya menyebar secara acak di masing-masing lobus. Sebanyak 6,02 % ditemukan pada lobus sinistra lateralis, 2 1,68 % pada lobus sinistra medialis, dan sebanyak 18,07 % pada lobus dekstra lateralis, 19,27 % pada lobus dekstra medialis. Sementara itu sebanyak 34,93% kista ditemukan pada lobus sen- tralis. Penyebaran perturnbuhan kista yang ditemukan tersebut, dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 3 berikut.

sl = lobus sinistra lateralis dm = lobus dekstra medialis sm = lobus sinistra medialis Is = lobus sentralis

dl = lobus dekstra lateralis

Gambar 3. Lokasi penyebaran 83 kista yang diduga merupakan kista Taenia saginata taiwanensis pada hati babi yang diperiksa di RPH Denpasar.

(5)

Hasil pengarnatan pada ternak sapi yang disembelih di Rumah Potong Hewan Denpasar, menunjukkan bahwa tidak satupun dari 241 ekor sapi yang diperiksa, diketahui terinfeksi kista cacing pita. Oleh karenanya, pads saat itu, hanya dilaku- kan pengambilan contoh serum, untuk keperluan pemeriksaan laboratonum. Hasil- nya dapat dilihat pada hasil Penelitian Laboratorium (point 4.2. pada bab IV ini). 4.1.2. Penelitian di Daerah Endemis 'lheniasis

Pada penelitian ini, telah dilakukan pengambilan contoh serum pada ternak babi dan sapi yang dipelihara di daerah endemis taeniasis. Pemilihan sampel dilaku- kan secara acak di dua Daerah Tingkat I1 di Bali, yaitu di kota madya Denpasar dan di Kabupaten %banan. Jumlah ternak babi yang diambil serumnya adalah sebanyak

113 ekor, sedangkan ternak sapi sebanyak 101 ekor. Hasil pemeriksaan serum selengkapnya dapat dilihat pada point 4.2.

4.2. Penelitian Laboratorium

4.2.1. Deskripsi Bentuk dan Ukuran Kista yang Ditemukan pada Hati Babi yang Disembeiih di RPH Denpasar

Hasil pemeriksaan laboratoriurn terhadap kista yang berhasil dikumpulkan dari pemeriksaan lapangan di RPH Denpasar, memperlihatkan bahwa kapsul kista yang matur tampak transparan dan mempunyai ukuran kurang lebih 3 mm. Semen- tara itu, jaringan kapsul dengan kista yang telah mengalami degenerasi, rata-rata berukuran

3.5

mm dan yang telah mengalami kalsifikasi, rata-rata berukuran

3,7 mm.

Kista yang rnatur, mengandung cairan transparan yang dikelilingi oleh gelembung. Sedangkan kapsul pada kista yang mengalami degenerasi, berisi nanah

(6)

atau cairan mukopurulen. Sementara itu, kapsul pada kista yang mengalami kalsi- fikasi

,

tampak mengeras, tanpa cairan, serta ditemukan adanya pengapuran. Ke- banyakan kista yang ditemukan pada pemeriksaan tersebut, telah mengalami degene- rasi (66.46%) atau telah inengalami kalsifikasi (32,911). Kista yang matur hanya ditemukan 0,631 dari hati yang positif (11158). Jumlah kista yang ditemukan pa& hati babi (satu kista berasal dari satu hati babi), yang diduga terinfeksi sistiserkus Wnia suginuta taiwanensis. beserta masing-masing tingkat perkembangannya, lebih jelas dapat dilihat pada libel 4 berikut.

?tabel 4. Jumlah kista yang diduga kista Taenia saginata taiwanenis yang ditemukan pada hati babi yang diperiksa di

RPH

Denpasar beserta status dan tingkat perkembangannya

Status dan Tingkat

Perkem bangan Kista Jumlah Kista

Mati

Degenerasi Kalsijikasi Jumlah

Satu scolex dari kista matur yang berhasil didapatkan pada penelitian lapangan ini, setelah diamati dibawah mikroskop, tampak memiliki empat sucker. Ximpak pula bahwa scolex tersebut memili ki rostellum yang dipersenjatai dengan dua baris kait-kait. Jumlah kait yang teramati dalam satu baris sebanyak 14 kait, dengan bentuk seperti tampak pada Gambar 4.

(7)
(8)

kontrol, pada P = 0,05. Hal ini disesuaikan dengan petunjuk yang dianjurkan oleh Sokal dan Rohlf (1 981). Nilai yang diperoleh tersebut, adalah 0,679.

Dari hasil pemeriksaan 420 serum babi yang dibawa dari Bali, ternyata 1 1,2 % menunjukkan seropositif. Serum-serum yang positif ini, terlihat baik pada serum yang diambil dari daerah-daerah endemis taeiniasis di Bali sebanyak 8 %,

maupun yang diambil dari babi-babi yang disembelih di

RPH

Denpaw. Jumlah serum babi yang positif yang berasal dari RPH Denpasar, yaitu serum dari babi dengan lesi pada hati (yang diduga kista Zhenia saginata taiwanensis) dan serum dari babi tanpa lesi, berturut-turut adalah sebesar 12,1% dan 12,7 % (lihat Bbel5).

Setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut, terhadap babi-babi yang berasal dari daerah-daerah endemis taeniasis di Bali, ternyata babi yang serumnya positif adalah dua ekor berasal dari desa Bekul, kecamatan Denpasar Selatan, kotamadya Denpasar. Sementara itu tujuh yang lainnya, adalah merupakan babi-babi yang berasal dari desa Padangsarnbian, kecamatan Denpasar Barat, kotamadya Denpasar (4 ekor); dan dari desa Kerambitan, kecamatan Kerambitan, kabupaten lbbanan (3 ekor).

lbbel 5. Hasil pemeriksaan ELISA terhadap adanya Ag Taenia saginata dalam serum babi asal Bali

Asal Jumlah Diperiksa Jumlah Positif % Positif RPH Denpasar 157 serum (dengan lesi) 19 12,l

150 serum (tanpa lesi) 19 12,7

Desa 1 13 serum 9 8,o

(9)

Serum Sapi

Seperti hainya pada pemeriksaan serum babi di atas, untuk mengetahui hail deteksi adanya antigen yang bersirkulasi, lewat metode Sandwich ELISA, pada serum sapi yang dibawa dari Bali ini, telah dilakukan standarisasi dengan mengguna- kan serum sapi kontrol yang berasal dari Belgia. Nilai cut-08 kontrol ditentukan berdasarkan hasil pembacaan Optical Density (OD)

+

3 SD (standar deviasi) dari 30 serum kontrol, pada P = 0,05. Serum kontrol yang berasal dari sapi-sapi Belgia ini, telah di ketahui negati f terhadap sistiserkus Taenia saginata, lewat pemeriksaan kesehatan daging yang cermat dan pemeriksaan secara komplit. Nilai OD yang diperoleh adalah sebesar 0,422.

Selanjutnya, hasil pemeriksaan ELISA untuk mendeteksi adanya antigen pada serum-serum sapi, baik yang diambil dari

RPH

Denpasar, maupun yang berasal dari daerah-daerah endemis taeniasis di Bali, dapat dilihat pada 'Ribel 6 berikut.

Xibe1 6. Hasil pemeriksaan ELISA terhadap adanya Ag Taenia saginata dalam serum sapi asal Mi

Asal Jumlah Diperiksa Jumlah Positif % Positif RPH Denpasar 1 10 serum (tanpa lesi) 6 5.50

Desa 100 serum 5 5 ,00

Jumlah Positif 11 5,23

Dari 'kbel 6 di atas, diketahui bahwa 5,23 % serum sapi yang dibawa dari

.

M i , menunjukkan positif terhadap adanya antigen. Lima serum positif yang berasal dari daerah endemis tersebut di Bali, setelah ditelusuri ternyata dua serum berasal dari sapi yang dipelihara di desa Renon clan desa Bekul, kecamatan Denpasar Selatan

(10)

kotamadya Denpasar. Sedangkan, tiga serum lainnya, b e d dari sapi yang dipeli- hara di desa Kerambitan, kecamatan Kerambitan, kabupaten Tmbanan.

4.2.3. Deskripsi Bentuk dan Ukuran Cacing yang Diperoleh dari Sukarelawan Penderita 'Igeniasis di Bali

Selama sepuluh bulan, sejak bulan Pebruari sampai Nopember 1994, telah berhasil dikumpulkan 10 orang penderita taeniasis. Dari anamnesa yang dilakukan, kesepuluh penderita tadi. yang semuanya berasal dari Bali, menyampailcan gejala- gejala klinis yang menciri bahwa mereka terinfeksi Tuenia saginata. Seluruh pende-

rita (100%). mengeluhkan bahwa mereka setiap harinya selalu mengeluarkan potong- an-potongan cacing kecil (proglottid), baik yang keluar secara langsung ataupun bersama-sama dengan fesesnya. Setelah diberikan pengobatan

-

seperti yang telah diutarakan pada Bab Bahan dan Metode

-

semuanya mengeluarkan cacing pita. Setiap orang umumnya mengeluarkan satu cacing yang panjang, seperti tampak pada Gambar 5. Pada penelitian ini. ditemukan dua orang penderita yang mengeluarkan masi ng -masi ng dua cacing sekalig us. U kuran panjang caci ng yang diperoleh, berva- riasi dari 387 cm

-

688 cm.

Deskripsi bentuk dan ukuran cacing yang diperoleh dari sukarelawan penderi- ta taeniasis di Bali, yang digunakan untuk penelitian eksperimen (I sampai dengan IV) adalah sebagai berikut:

4.2.3.1. Untuk Eksperimen I

Sebanyak tujuh ekor cacing pita yang diperoleh dari enam orang penderita, empat orang laki-laki dan dua orang perempuan, umur 31

-

73 tahun (Sub Bab

(11)

secara morfologis mencirikan identitas Taenia saginatu (Strain Bali), dan bukan

Taeniu solium. Hal ini terlihat jelas dari jumlah percabangan uterus proglottid gravidnya. maupun dari morfologi scolexnya. Secara rinci deskripsi masing-masing cacing tersebut dapat diuraikan seperti berikut , ri ngkasannya tersaji pada Lam- piran 4.

Penderita (No. I), mengeluarkan seekor cacing, yang dalam keadaan segar (segera setelah dikeluarkan bersama feses), berukuran panjang 535 cm. Proglottid gravidnya mempunyai ukuran panjang 2,5 cm dengan lebar (bagian anterior: 5 mm dan bagian posterior: 8 mm). Jumlah percabangan uterus dari proglottid yang gravid adalah 17. Dari penderita (No.2). diperoleh dua ekor cacing, dengan panjang total 8 10 cm. Bi la dirata-rata masing-masing cacing mempunyai ukuran panjang 405 cm. Proglottid gravid yang berasal dari kedua cacing tersebut, panjangnya masing- masing 3 cm dengan lebar anterior dan posterior adalah 5 mm dan 8 mm. Jumlah percabangan uterus proglottid gravidnya adalah 16 dan 18. Penderita (No.3) menge- luarkan cacing pita, yang mempunyai deskripsi sebagai berikut: panjang cacing: 387 cm; panjang proglottid gravid: 2.5 cm, dengan lebar anterior: 5 mm dan posterior: 8 mm. Memi liki 17 percabangan uterus pada proglottid gravidnya.

Penderita NO.^), mengeluarkan seekor cacing yang panjangnya 508 cm, panjang proglottid gravidnya adalah 2,5 cm dengan lebar anterior: 5 mm dan poste- rior: 8 mm. Memiliki 17 percabangan uterus. Selanjutnya penderita (No.5) juga mengeluarkan seekor cacing dengan ukuran panjang 41 1 em. Proglottid gravidnya memiliki 18 percabangan uterus, yang berukuran panjang 2,5 cm, dengan lebar anterior: 5 mm dan posterior: 8 mm. Sementara itu. penderita (No.6) mengeluarkan seekor cacing pita yang utuh dengan scolexnya. Ukuran panjang keseluruhannya adalah 570 cm , yang terdiri dari 7 19 segmen. Memiliki 16 percabangan uterus pada

(12)

proglottid gravidnya. Proglottid gravid memiliki ukuran panjang 2 cm, dengan lebar di bagian anteriomya adalah 3 mm dan di bagian posteriornya 5 mm. Scolex cacing yang diperoleh dilengkapi rostellum, tanpa kait.

4.2.3.2. Untuk Eksperimen I1

Satu ekor cacing pita yang mempunyai ukuran panjang 545 cm, digunakan untuk Eksperimen 11. Cacing yang berasal dari seorang penderita laki-laki umur 25 tahun (Sub Bab 3.3.2.), diperoleh lengkap dengan scolexnya. Tidak ditemukan adanya kai t- kait pada rostellum yang terdapat pada scolex tersebut. Cacing tersebut, terdiri dari 706 segmen. Panjang proglottid gravidnya adalah 2,8 cm, dengan lebar di bagian anterior dan posteriornya, berturut-turut adalah 5 mm clan 8 mm. Proglot- tid gravid itu, memiliki 17 percabangan uterus.

Dari deskripsi ini, disimpulkan bahwa cacing yang diperoleh tersebut, bukan- lah cacing Taenia soifurn, melainkan Taenia saginata (Strain Bali).

4.2.3.3. Untuk Eksperimen 111

Dua ekor cacing yang diperoleh dari seeorang penderita laki-laki umur 41 tahun (Sub Bab 3.3.3.). digunakan untuk Eksperimen 111. Kedua ekor cacing terse- but, secara morfologis menunjukkan bahwa mereka adalah Taenia saginata (Strain Bali). Cacing yang masing-masing berukuran panjang 620 cm dan 516 cm tersebut, memiliki percabangan uterus pada proglottid gravidnya sebanyak 16 dan 18. Semen- tara panjang proglottid gravidnya sendiri adalah sarna, yang satu dan lainnya sama- sama berukuran 2,s cm. Lebar proglottid gravid tersebut juga sama yaitu pada bagian anteriornya 4 mm dan posteriornya 8 mm.

(13)

4.2.3.4. Untuk Eksperimen IV

Sebanyak dua ekor cacing yang berasai dari dua orang penderita laki-laki, umur 23 tahun dan 65 tahun (Sub Bab 3.3.4.) digunakan untuk Eksperien IV. Cacing yang pertama utuh dengan scolexnya, memiliki panjang keseluruhan 420 cm yang terdiri dari 595 segmen. Panjang proglottid gravidnya adalah 2,s cm, memiliki 19 percabangan uterus. Lebar bagian anterior proglottid tersebut adalah 5 mm dan yang posterior 7 mm. Scolex diiengkapi dengan rostellum yang kurang menonjol, tanpa kait. Sementara itu cacing yang kedua, berukuran panjang 688 cm. Panjang proglottid gravidnya 3 cm yang memiliki 23 percabangan uterus. Lebar bagian anterior dan posteriornya sama dengan ukuran cacing yang pertama, yaitu 5 dan 7 mm.

Dan deskripsi ini, baik dari morfologi scolex maupun dari jumfah percabang- an uterus pada masing-masing proglottid gravidnya, juga disimpulkan bahwa kedua cacing pita tersebut, adalah Tueniu suginatu (Strain Bali), dan bukan cacing pita l k n i a solium.

Dari deskripsi di atas, (4.2.3.1 s/d 4.2.3.4) diketahui bahwa tidak semua cacing yang didapat pada penelitian ini, lengkap dengan scolexnya. Sebagian besar putus, hanya ada tiga cacing yang utuh bersama scolexnya. Rata-rata panjang tubuh cacing dalam keadaan segar (diukur segera setelah dikeluarkan oleh penderita) adalah 500,83 cm (387

-

688 cm;

n

= 12). Tubuh cacing dibangun rata-rata oleh

673 segmen

1

proglottid (595

-

719 segmen; n

=

3).

Cacing pita tersebut

berwarna

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

4.2.4. Hasil Pemeriksaan Histopatologi

Dari hasil pemeriksaan histopatologi terhadap 8 1 lesi yang berasal dari 8 1 hati babi yang disembelih di RPH Denpasar, serta diduga terinfeksi kista Taenia saginata tairvanensis, memperlihatkan bahwa 48 lesi diantaranya postif menunjukkan terinfeksi metacestoda. Sisanya, yaitu sebanyak 11 lesi, hasilnya meragukan, se- dangkan 22 lesi lainnya menunjukkan hasil negatif. Jumlah dan status lesi dari hasil pemeriksaan di atas, lebih jelas dapat dilihat pada %be1 7 berikut.

'Itdbel 7. Hasil pemeriksaan histopatologi 81 lesi yang berasal dari 81 hati babi yang disembelih di RPH Denpasar serta diduga terserang kista &nia saginata taiwanensis

Status Lesi Jumlah

(%I

Posi ti f terinfeksi Metacestoda Meragu kan Negatif

T o t a l 81 100,OO

Dari 48 lesi yang menunjukkan terinfeksi metacestoda, ternyata tidak satupun rnemperlihatkan sisa-sisa parasit 1 remnants yang menginfeksinya. Namun demiki- an, pada preparat tersebut tampak adanya beberapa perubahan-perubahan yang rnenciri. Dibawah mikroskop, preparat lesi tersebut memperlihatkan adanya perba- tasan yang tegas antara jaringan hati yang mengalami infiltrasi sel-sel radang di- daerah infeksi dengan jaringan hati yang sehat (Gambar l l ) .

(19)
(20)
(21)

Pada penelitian ini tidak ditemukan kista yang hidup. Dari 118 kista yang diperoleh pada seluruh babi yang diinfeksi, ternyata 82,20% tumbuh pada permukaan hati. Sisanya sebanyak 17,8096 ditemukan pada bagian parensim. Jumlah dan distribusi serta perkembangan masing-masing kista yang ditemukan pada Eksperimen I ini, lebih jelas dapat dilihat pada Thbel 8, Gambar 13 dan Gambar 14.

Kapsul jaringan inang dengan kista yang imatur berukuran

<

1 mm. Semen- tara itu, kapsul jaringan inang dengan kista yang degenerasi berukuran f 2 mm dan yang kalsifikasi mencapai ukuran

+

3 mm.

%be1 8. Jumlah, distribusi dan tingkat perkembangan kista pada hati babi yang diinfeksi dengan 5 proglottid Taenia saginata

(Strain Bali) 5 minggu pasca infeksi.

--- - Nomor Nomor Jumlah Distribusi Perkembangan

Taenia Babi Kista S P I M D/C

1 1 13 9 4 0 0 13 2 8 8 0 6 0 2 3 5 5 0 5 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 2 1 I 7 4 8 0 3 3 9 9 0 0 0 9 Kontrol 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 Total 2 1 118 97 2 1 65 0 53 -- S = permukaan hati I = imatur M = rnatur *) = mati setelah diinfeksi P = parensim hati D = degenerasi C = kalsifikasi

(22)
(23)

Rata-rata persentase pertambahan berat badan babi selama penelitian Eks- perimen I ini berlangsung (5 minggu), dapat dilihat pada Xibe1 9. Sementara itu, pola pertambahan masing-masing bobot badan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16. Pada T'bel 9, tertihat bahwa rata-rata persentase pertambahan berat badan kelompok babi yang diinfeksi, berkisar antara 31,6%

-

73,0%, sedangkan pada kelompok babi kontrol, rata-rata persentase pertambahan berat badannya adalah 57,996. Dengan menggunakan analisis varians, diketahui rat.-rata persentase selu- ruh pertambahan berat badan hewan percobaan tersebut, satu sama lainnya tidak menunjukkan adanya p e r k h a n yang bermakna (P

>

0,05).

Tabel 9. Rata-rata persentase pertarnbahan berat badan semua kelom- pok babi yang diinfeksi dengan 5 proglottid Z&nia saginata (Strain Bali) 5 minggu pasca infeksi (Eksperimen I)

Kelompok Babi (Diinfeksi) Jumlah Babi Pertarnbahan Berat Badan ( % ) W n i a 1 W n i a 2 Tmenia 3 W n i a 4 W n i a 5 b n i a 6 Kontrol

(24)

70 - 60 - JO - 40 - 30 - I

-

2 3 4 s mLw +Taenia 1 +-- Taenia 2 -+ Taenia 3 -" Kontrol

Gambar 15. Pola pertambahan berat badan babi selama penelitian Eksperimen I berlangsung (5 minggu)

J

1 2 3 4 5

M i g u

+- Taenia 5

++ Kontrol

Gambar 16. Pola pertambahan berat badan babi selama penelitian Eksperimen I berlangsung (5 minggu)

.

(25)

4.3.2. Eksperimen I1

Hasil infeksi proglottid Tuenia saginuta (strain Bali)

-

telah dideskripsikan pada Sub Bab 4.2.3.2.

- pada kedua ekor babi percobaan, baik yang disembelih

enam minggu maupun tujuh minggu pasca infeksi pada Eksperimen I1 ini, menun- jukkan adanya pertumbuhan kista. Kista tersebut hanyaditemukan padaorgan hati, sementara organ-organ lainnya dan seluruh otot bersih. Pada seekor babi yang digunakan sebagai kontrol, tidak ditemukan adanya pertumbuhan sistiserkus, daging dan organ visceralnya bersih. Jumlah kista yang diperoleh pada masing- masing babi yang diinfeksi pada penelitian ini yaitu 48 dan 32, lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kista yang ditemukan pada masing-masing babi pada percobaan sebelumnya (Eksperimen I), rata-rata sebanyak 7 kista perekor babi

.

Jumlah , distri busi dan ti ngkat perkembangan kista yang diperoleh pada Eksperimen I1 ini, lebih jelas dapat dilihat pada Xibe1 10 berikut.

Tabel 10. Jumlah, distribusi dan tingkat perkembangan kista pada hati babi yang diinfeksi dengan 30 proglottid Taenia sagi-

nata (Strain Bali), 6 dan 7 minggu pasca infeksi

Nomor Lama Jumlah Distribusi Perkembangan

Babi infeksi Kista S P I M

D/C

1 Kontrol 0 0 0 0 0 0

2 6 minggu 48 36 12 38 0 10

3 7 minggu 32 2 1 11 9 0 23

Total 80 57

23

47

0

33

S = permukaan hati I = imatur D = degenerasi P = parensim hati M = matur C = kalsifikasi

(26)

Seperti halnya pada Eksperimen I, pada Eksperimen I1 ini, tidak ditemukan adanya kista yang hidup. Empat puluh tujuh dari 80 kista (58,7596) yang ditemukan masih imatur, sedangkan sisanya sebanyak 41,25 % telah mengalami degenerasi dan kalsifikasi. Pada penelitian ini, juga terlihat bahwa kista yang menginfeksi hati babi, 71,25 % terdapat pada permukaan hati dan 28,75 % pada bagian parensim hati.

Persentase pertambahan bent badan babi selama penelitian Eksperimen I1 ini berlangsung (7 minggu), dapat dilihat pada '&be1 1 1. Sementara itu, grafik pertam- bahan masing-masing bobot badan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 17.

Tabel I 1. Persentase pertambahan berat badan babi yang diinfeksi dengan 30 proglottid Taenia saginata (Strain Bali), 6 dan 7 minggu pasca infeksi.

Nomor Babi Lama infeksi Pertambahan bent badan 1 Kontrol (7 minggu)

2 6 minggu

3 7 minggu

Dari Tabei 11, terlihat bahwa persentase pertambahan berat badan babi-babi yang digunakan pada Eksperimen I1 ini, baik babi kontrol maupun babi yang diinfek- si taenia selama 6 minggu adalah sama, yaitu sebesar 80%. Sementara itu, persen- tase pertambahan berat badan babi yang diinfeksi taenia selama 7 minggu adalah lebih rendah yaitu 57,14%. Data lengkap mengenai persentase pertambahan berat badan babi-babi yang digunakan pada Eksperimen I1 ini, tersaji pada Lampiran

5.

Grafik pola pertambahan berat badan babi yang digunakan pada Eksperimen ini terlihat pada Gambar 17 berikut.

(27)

Minggu

Taenia 1 (Kontrol) Thenia 2 Taenia 3

Gambar 17. Grafik pertambahan berat badan babi yang diinfeksi dengan 30 proglottid Taenia saginata (Strain Bali) setama 7 minggu

4.3.3. Eksperimen

III

Hasil infeksi proglottid Taenia saginata (Strain Bali)

-

telah dideskripsikan pada Sub Bab 4.2.3.2.

-

pada babi-babi percobaan yang digunakan pada Eksperimen I11 ini, menunjukkan adanya pertumbuhan kista, yang hanya ditemukan pada organ hati. Sementara organ laimya dan seluruh karkas bersih. Seperti pada penelitian terdahulu (Eksperimen I dan 11), kebanyakan kista yang diperoleh masih imatur (53 % ) atau telah mengalami degenerasi / kalsifikasi (46,15 %)

.

Hanya satu kista (0,85 %) yang ditemukan hidup pada penelitian ini, yaitu pada hati babi yang dibunuh 4 minggu pasca infeksi. Sistiserkus yang hidup ini, setelah diamati dibawah mikros- kop, ternyata tidak memiliki kait (Gambar 18).

(28)
(29)

Infeksi proglottid Taeniu saginata (Strain Bali)

-

telah dideskripsikan pada Sub Bab 4.2.3.4.

-

pada dua ekor babi Bali dan dua ekor sapi Bali, meng- hasilkan sistiserkus. Pada babi yang disembelih 4 minggu pasca infeksi, ditemu- kan 5 kista (2 imatur dan 3 degenerasi). Lokasi berparasitnya, 3 pada parensim hati dan 2 di permukaan hati. Pada babi yang disembelih 6 minggu pasca infek- si, ditemukan 7 kista yang semuanya telah mengalami degenerasi. Lima kista yang diperoleh pada otopsi yang disebut terakhir berlokasi pada permukaan hati, sedangkan 2 sisanya ditemukan pada bagian parensim. Seluruh karkas dan organ dalam yang lain, selain hati tampak bersih.

Sementara itu, pada sapi yang disembelih 6 minggu pasca infeksi, terli- hat adanya dua kista yang ditemukan pada otot masseter dan tiga kista ditemu- kan pada otot fernoralis caudalis. Sedangkan pada sapi yang disembelih 8 minggu pasca infeksi, memperlihatkan pertumbuhan kista yang terdistribusi di seluruh karkas, terutama pada otot didaerah paha, muka, intercostae, diafragma dan jantung. Jumlah kista pada otot-otot sapi yang disembelih belakangan ini, tidak dihitung. Namun, secara sepintas, pada setiap bidang sayatan yang dilak- ukan di masing-masing otot yang diperiksa, terlihat antara 1 sampai 3 kista. Kista yang ditemukan, ada yang masih hidup maupun yang telah mengalami degenerasi. Gambaran otot-otot sapi yang terserang sistiserkus tersebut dan gambaran histologisnya, tersaji pada Garnbar 19 dan Gambar 20 berikut.

(30)

Gambar

Gambar  3.  Lokasi penyebaran  83  kista  yang  diduga  merupakan  kista  Taenia  saginata  taiwanensis  pada  hati babi  yang  diperiksa  di  RPH  Denpasar
Tabel  9.  Rata-rata  persentase pertarnbahan  berat badan semua  kelom-  pok  babi  yang  diinfeksi dengan 5 proglottid  Z&amp;nia  saginata  (Strain Bali) 5 minggu pasca infeksi  (Eksperimen I)
Gambar  15.  Pola pertambahan  berat badan babi selama  penelitian  Eksperimen I  berlangsung (5 minggu)
Tabel  10.  Jumlah,  distribusi  dan  tingkat  perkembangan kista  pada  hati babi yang diinfeksi dengan  30  proglottid  Taenia sagi-  nata  (Strain Bali),  6  dan  7  minggu pasca infeksi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menyatakan bahwa kebiasaan membaca label berpengaruh positif terhadap niat membeli produk hijau merek Natur-E di kota Denpasar pada signifikansi 5%,

T hat is not only able to motivate students to study better, but also to make students more interested in joining learning process, because there is a game that is

Untuk pelorodan lilin batik yang diterapkan pada IKM batik direkomendasi menggunakan natrium silika sebesar 2 g/l, mengingat pengaruhnya terhadap penurunan kekuatan kain sutera

Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan: (1) pemerintah hendaknya ikut berperan dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pakan ternak babi, (2) peternak babi

Ito ay nagsasama ng mga batang bata imigrante, na ang mga pamilya inilipat sa isang bagong wika na kapaligiran, pati na rin ang mga tao na natutunan ang kanilang ina dila

Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga

Standar ini meliputi istilah dan definisi, prinsip, peralatan dan bahan peledak curah serta cara pemanfaatan oli bekas untuk campuran fuel oil dengan amonium nitrat pada peledakan

Krim 0,05% tube 5gr Rasa terbakar,gatal, iritasi lokal,kering Kortikosteroid topikal super-high potent, terapi untuk inflamasi dan gejala pruritus pd kulit yg responsif pada