• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. telah diperjanjikan dan berlaku sebagai undang-undang. Persetujuan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. telah diperjanjikan dan berlaku sebagai undang-undang. Persetujuan atau"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu persetujuan timbal balik sudah pasti menimbulkan dua macam ataupun lebih macam perikatan, dimana di dalamnya mengikat masing-masing pihak untuk melaksanakan perikatan untuk berbuat sesuatu, perikatan untuk berbuat sesuatu ataupun prerikatan untuk tidak berbuat sesuatu, sesuai jenis perjanjian yang memberikan hak pada suatu pihak dan membebani kewajiban pada pihak lainnya menurut apa yang telah diperjanjikan dan berlaku sebagai undang-undang. Persetujuan atau Perjanjian dalam KUHPerdata dikenal dengan Perjanjian Bernama (nominate contracts) dan Perjanjian tidak Bernama (innominate contracts) dengan pembedaan bahwa perjanjian bernama diatur secara eksplisit dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII Buku ke-3 KUHPerdata. Sedangkan perjanjian tidak bernama itu sendiri diatur secara implisit dalam dalam Pasal 1319 Bab II Buku Ke-3 KUHPerdata.

Perkembangan berbagai jenis perjanjian baik yang bernama maupun yang tidak bernama ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang dinamis akan sebuah kemudahan dalam mengakses perdagangan dengan tetap menjaga keamanan dan kenyamanan bertransaksi. Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bertransaksi itulah digunakan perlindungan hukum dengan pedoman perjanjian dan berlaku sebagai

(2)

undang-undang bagi masing-masing pihak yang terikat. Disisi lain perlindungan hukum dalam perjanjian akanlah sangat baik apabila masing-masing pihak yang bersepakat menuangkan hak dan kewajibannya secara seimbang, tanpa adanya kekhilafan, paksaan ataupun penipuan dari salah satu pihak berdasarkan Pasal 1321, Pasal 1323, dan Pasal 1328 KUHPerdata. Seperti halnya dalam modernisasi saat ini utamanya dalam hal pengangkutan orang/barang merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipungkiri lagi oleh berbagai lapisan masyarakat yang apabila tanpa adanya pengangkutan, perpindahan orang/barang dari tempat asal ke tempat tujuan yang dikehendakinya dengan kesesuaian waktu dan jarak tempuh yang menjadi motifnya.

Tidak terkecuali sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara membutuhkan sebuah perjanjian pengangkutan yang dapat mendukung setiap usaha pertambangannya, yaitu perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara di darat dengan moda angkutan truk (dump truck). Munculnya jenis perjanjian ini sebagai perwujudan asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat 1 bahwa, Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dilihat dari segi moda pengangkutan batubara, transportasi yang umumnya dipakai dalam pengangkutan batubara antara lain kereta api dan truk tronton untuk di darat dan tongkang untuk di perairan darat/laut, tergantung kondisi geografis area tambang hingga stockpile dan sampai di terima oleh end user. Pengangkutan di darat merupakan fokus

(3)

penulis utamanya pengangkutan dengan menggunakan truk tronton (dump truck) karena untuk wilayah Kalimantan Tengah belum ada pengangkutan batubara dengan kereta api. Perlu disadari bahwa setiap kegiatan usaha pertambangan batubara khususnya yang berkaitan dengan teknis pengangkutan batubara di darat sangat mutlak diperlukan dengan tujuan menjangkau tempat penggalian batubara yang kemudian diangkut ke tempat penampungan/ pemurnian.

“In other words, it is the function of transport to bridge the time and space gaps seperating buyers and sellers”1 karena pada dasarnya pengangkutan itu merupakan jembatan penghubung antara produsen dan konsumen dan merupakan barometer stabilitas harga. Pengangkutan disamping penting dalam menunjang kelancaran perekonomian dan mobilitas masyarakat, ia penting pula guna menunjang pembukaan daerah-daerah baru, misalnya daerah-daerah untuk transmigrasi, proyek-proyek pertanian, pertambangan dan pariwisata. Dalam hal yang terakhir ini pengangkutan

memegang peranan yang sangat besar dan menentukan.2 Sebagaimana

dijelaskan bahwa kegiatan pengangkutan batubara ini merupakan sarana terpenting bagi suatu perusahaan tambang (produsen) untuk memasok kebutuhan batubara kepada para perusahaan pengguna batubara (konsumen). Adanya jasa pengangkutan batubara baik melalui darat

1

Dudleyb F. Pegrum, 1973, ”Transportation”, Economic and Public Policy, third edition, Richard D. Erwin Inc., Homewood, Illinois 60430, hlm. 4.

2 BPHN Departemen Kehakiman bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,

(4)

ataupun perairan darat atau laut mempunyai peran krusial dalam

memberikan nilai guna setelah diadakannya pengangkutan.

Penyelenggaraan pengangkutan batubara dengan keadaan selamat tanpa terlambatnya waktu penyerahan dari coal pit menuju ke stockpile untuk ditumpuk dan dimurnikan, menjadikan tujuan perusahaan tambang untuk menyalurkan produksi batubaranya ke para pengguna (konsumen) dapat tercapai.

Undang-undang NRI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 1 butir 6 memberikan definisi bahwa Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta pasca tambang. Dengan demikian pengangkutan batubara dengan dump truck merupakan salah satu bagian dari usaha pertambangan yang diatur dalam undang-undang minerba dengan melibatkan bagian-bagian lainnya sehingga menjadi kesatuan mekanisme kegiatan penambangan batubara itu sendiri.

Hal inilah yang mendasari penyelenggaraan perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara dengan moda angkutan truk di darat dibuat kedalam bentuk persetujuan antara pihak perusahaan pertambangan (PT. SEM) sebagai pengguna jasa angkutan dengan pihak penyedia jasa angkutan truk (CV. 12 Saudara) menjadi perlu untuk dibuat. Dimana alasan diadakannya persetujuan ini sebagai sebuah kepraktisan pihak

(5)

perusahaan tambang, maka kemungkinan teknis perjanjian mengandung ketentuan-ketentuan baku yang ditentukan sebelumnya oleh salah satu pihak sangat mungkin terjadi. Akan tetapi perlu diasumsikan juga bahwa kebutuhan sebuah perusahaan multinasional khususnya mengenai perusahaan pertambangan batubara memang terbiasa menyediakan terlebih dahulu format perjanjiannya hanyalah sebagai kemudahan agar pengadaan perjanjian kerjasama tipe sejenis tidak memakan waktu yang lama. Menurut Subekti bahwa, “Perjanjian kerjasama hanya mempunyai daya

hukum intern (ke dalam) dan tidak mempunyai daya hukum ke luar”.3

Oleh sebab itu perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara dengan truk ini sama hal seperti apa yang dikemukakan oleh Subekti bahwa perjanjian ini mempunyai daya hukum kedalam, artinya terserahlah pada para pihak yang menentukan isi dan bentuk perjanjiannya, ketentuan baku didalamnya tidak berpengaruh sepanjang para pihak saling menyetujui karena hanya mengikat kedua belah pihak saja. Pihak diluar perjanjian tidak terikat pada perjanjian kerjasama ini terkecuali sudah ditentukan sebelumnya. Perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara ini tidak terikat juga oleh undang-undang perlindungan konsumen karena tidak tentu mengandung klausul eksonerasi, dimana salah satu pihak masih diperkenankan untuk merubah sebagian ketentuan yang membatasi kewajiban atau merugikan salah satu pihak.

3

(6)

Terkait jenis perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara ini sendiri belum ada pengaturan khususnya baik itu dalam KUHPerdata ataupun peraturan perundang-undangan lainnya, perihal yang menyangkut hukum pengangkutannya sendiri masih diatur dalam Bab VA tentang Pengangkutan Barang-barang melalui laut Pasal 466 KUHD baik dengan carter menurut waktu atau carte menurut perjalanan, maupun dengan suatu perjanjian lain, untuk menyelenggarakan pengangkutan barang, Pasal 521 KUHD mengenai Pengangkutan Orang dan Pasal 86 KUHD mengenai Seorang Ekspeditur. Oleh karena pengaturan dalam KUHD menguraikan tentang pengangkutan barang melalui laut, pengangkutan orang dan tentang seorang ekspeditur saja sehingga pengaturan di darat utamanya dalam kegiatan pengangkutan dalam pertambangan belum ada pengaturan khususnya. Akibat pengaturan khususnya tidak ditemukan dalam pengaturan KUHD, Penulis berupaya melakukan kajian hukum dengan mengkaitkan pada Pasal 1601 KUHPerdata dan doktrin ahli, sehingga akan diketahui apakah perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara dengan angkutan truk ini memenuhi unsur perjanjian untuk melakukan pekerjaan dengan sub bentuk perjanjian untuk melakukan jasa yang terbentuk didalam perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara ini ataukah tidak.

Oleh karena itu penelitian ini akan memaparkan perjanjian bernama dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara dengan angkutan truk dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian melakukan

(7)

jasa atau tidak, dengan mengacu pada konteks prestasi yang dijalankan yaitu pengangkutan batubara dari tempat tambang di Jaweten menuju ke tempat pemurnian (stockpile) di Telang Baru dengan jarak 43 km dengan selamat, dan sebagai kontraprestasi dari dilakukan pengangkutan tersebut pengguna jasa angkutan diwajibkan membayar sejumlah harga tertentu kepada pihak penyedia jasa atas prestasi yang telah dilaksanakannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian penulisan hukum yang tertuang dalam judul PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA JASA PENGANGKUTAN BATUBARA ANTARA PT. SENAMAS ENERGINDO MINERAL DENGAN CV. 12 SAUDARA DI KABUPATEN BARITO TIMUR.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan Batubara antara PT. Senamas Energindo Mineral dengan CV. 12 Saudara di Kabupaten Barito Timur dapat di kualifikasikan sebagai Perjanjian Melakukan Jasa ? 2. Bagaimanakah Implikasi Hukum terhadap invoice terkait Penyusutan

Beban Angkut Batubara selama Pengangkutan oleh CV. 12 Saudara dari Jaweten sampai tiba di Telang Baru ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat diketahui tujuan penulisan hukum ini, sebagai berikut :

(8)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualifikasi perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara di darat termasuk kedalam jenis perjanjian untuk melakukan jasa dalam ketentuan Hukum Perdata dan pengaruh penyusutan beban angkut batubara selama pengangkutan oleh CV 12 Saudara dari Jaweten sampai tiba di Telang Baru.

2. Tujuan Subyektif

Untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian dan pembahasan tentang perjanjian kerjasama ataupun pengangkutan secara umum, sudah pernah dilakukan sebelumnya. Secara singkat adalah sebagai berikut :

1. Skripsi oleh Ari Prasetyo pada tahun 2005 yang berjudul “Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama antara PT. Kereta Api dengan PT. Jasa Raharja

tentang asuransi kecelakaan Penumpang4. Skripsi tersebut mengambil

lokasi penelitian di Bandung, tempat kantor Pusat PT. KA serta kantor cabang PT. Jasa Raharja di Bandung, yang menangani urusan asuransi kecelakaan penumpang KA. Permasalahan yang diangkat yaitu “Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama antara PT. KA dengan PT. Jasa

(9)

Raharja Mengenai Asuransi Kecelakaan Penumpang KA” serta “Upaya Penyelesaian Wanprestasi yang Dilakukan oleh Kedua Pihak.”

2. Skripsi oleh Valencia Wibowo pada tahun 2010 yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa Pengangkutan Udara

(Studi Kasus Pada Badan Penyelesaian Sengketa konsumen (BPSK)

Yogyakarta)5. Skripsi tersebut mengambil lokasi penelitian di BPSK

Yogyakarta. Permasalahan yang dikemukakakn adalah “Upaya Hukum yang Ditempuh Konsumen Jasa Pengangkutan Udara Guna Menuntut Pemenuhan Hak-Hak Konsumen,” serta “Hambatan yang Dihadapi dalam

Memberikan Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Jasa

Pengangkutan Udara.”

3. Skripsi oleh Ahmad Siswaji pada tahun 2011 yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) antara PT.

Pertamina dengan PT. Kereta Api di Wilayah Provinsi DIY6. Skripsi

tersebut mengambil lokasi penelitian di PT. Pertamina dan PT. KA di Wilayah Provinsi DIY. Permasalahan yang di kemukakan adalah “bagaiamana pelaksanaan perjanjian pengangkutan BBM antara PT. Pertamina dengan PT. KA di Wilayah Provinsi DIY serta “bagaimana upaya penyelesaian sengketa yang ditempuh para pihak apabila terjadi sengketa selama pelaksanaan perjanjian.

5 Valencia Wibowo, 2010, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(10)

Secara teoritis antara penulisan hukum ini dengan hasil penelitian dalam penulisan hukum diatas, memiliki kesamaan yaitu membahas tentang penggunaan jasa pengangkutan serta hal-hal yang terkait dengan pengangkutan. Secara praktis, penulisan hukum ini membahas tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Jasa Pengangkutan Batubara antara PT. Senamas Energindo Mineral dengan CV. 12 Saudara di Kabupaten Barito Timur dapat dikualifikasikan ke dalam perjanjian melakukan jasa menurut ketentuan hukum perdata atau tidak, serta bagaimana implikasi hukum terkait berat beban angkut sebelum berangkat dari tambang Jaweten sampai tiba di stockpile Telang Baru.

E. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka hasil penelitian ini akan digunakan :

1. Bagi Peneliti

a. Hasil dari penelitian ini akan digunakan penulis sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis mengenai ilmu hukum beserta penerapannya di dalam masyarakat.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara di darat sebagai perjanjian jenis baru dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian melakukan jasa menurut ketentuan hukum perdata.

(11)

b. Untuk menambah referensi di bidang ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan mengenai perjanjian kerjasama jasa pengangkutan batubara di darat yang belum ada pengaturan khususnya dan erat kaitannya dengan kebutuhan akademis.

3. Bagi masyarakat

Untuk memberikan pandangan dan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan pelaku usaha sehingga perjanjian-perjanjian yang berkembang selalu memperhatikan aspek perlindungan kepentingan serta kesejajaran antar pihak yang mengadakan jenis perjanjian kerjasama perjanjian jasa pengangkutan batubara di darat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Maksudnya bahwa kewenangan yang dimiliki oleh Gubernur dalam pengelolaan barang milik daerah termasuk rumah dinas daerah dilimpahkan kepada Sekretaris Daerah (salah

Saat melewati jalan by pass , kita harus selalu berhati-hati, ya, karena kendaraan yang lewat di jalan ini memiliki kecepatan tinggi.. Jalan

Pada proses usulan pemrosesan laundry non-member dimulai dari non- member registrasi kemudian setelah data non member masuk database laundry, nonmember dapat login dan

Dengan kata lain, kalimat adalah satuan bahasa yang umumnya berdiri sendiri yang terdiri atas konstituen dasar yang berupa klausa, satu atau lebih klausa

29 Bukunya ini lebih menekankan aplikasi konsepsi hermeneutika al-Qur’an yang telah dicetuskan dalam buku-buku sebelumnya khususnya yang pertama Al-Kitab wa al-Qur’an pada isu-isu

Filsafat itu abstrak (dalam bahasa Latin abstractus berarti pikiran) danspekulatif (bahasa latin speculation berarti gambaran angan- angan), dalam arti filsafat hanya berurusan

Menimbang : bahwa sehubungan dengan surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/ 1038.1/M.PANRB/2/2014 tanggal 2 8 Februari 2014