• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON (PROVINSI JABAR) TAHUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

H a l a m a n | 105

PENGARUH KEMISKINAN, PERTUMBUHAN

EKONOMI, DAN BELANJA TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA CIREBON

(PROVINSI JABAR)

TAHUN 2007-2011

Oleh : Drs. H. MARDJOEKI MM.

Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNTAG Cirebon

ABSTRAKSI

Pembangunan manusia merupakan sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar mampu memiliki lebih banyak pilihan, khususnya dalam pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu tolok ukurnya dapat dilihat melalui Indeks Pembangunan Manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Cirebon tahun 2007-2011 dan menganalisis seberapa besar pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Cirebon.

Hasil penelitian menunjukan perkembangan IPM mengalami peningkatan dengan kategori IPM menengah selama periode tahun 2007-2011 hingga mampu mencapai target IPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan hasil regresi panel menunjukan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM dan Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.

Kesimpulannya bahwa perkembangan IPM mengalami peningkatan selama tahun 2007-2011, kemiskinan berpengaruh negatif, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal berpengaruh positif. Melalui penelitian ini disarankan agar dalam merencanakan kebijakan pemerintah tidak hanya melihat dari pencapaian target peningkatan pertumbuhan ekonomi saja namun juga target peningkatan pembangunan manusia karena pertumbuhan ekonomi sendiri belum memadai untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada aspek pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat.

Kata Kunci

: Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja serta

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum tujuan bangsa Indonesia bahwa diantaranya yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara sedang berkembang. Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan pembangunan manusia yang dilihat dengan tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Salah satu tolok ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli). Melalui peningkatan ketiga indikator tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas hidup manusia. Hal ini dikarenakan adanya heterogenitas individu, disparitas geografi serta kondisi sosial masyarakat yang beragam sehingga menyebabkan tingkat pendapatan tidak lagi menjadi tolak ukur utama dalam menghitung tingkat keberhasilan pembangunan. Namun demikian, keberhasilan pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan dari kinerja pemerintah yang berperan dalam menciptakan regulasi bagi tercapainya tertib sosial.

Menurut Human Development Report 2007-2008, IPM Indonesia sebesar 0,728 pada tahun 2007 dan berada pada peringkat 107 dari 177 ne-gara yang disurvei oleh UNDP. Indeks GDP Indonesia berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) mencapai 0,609 dengan nominalnya sebesar US$ 3.843. Semakin baik angka PPP mendekati 1 maka kemampuan daya beli masyarakat semakin baik dan begitu pula sebaliknya. Angka harapan hidup orang Indonesia mencapai 69,7 tahun, atau dinyatakan dalam indeks harapan hidup mencapai 0,745. Indeks pendidikan mencapai 0,83 dengan angka melek huruf sebesar 90,4% dan rata-rata rasio masuk sekolah dari SD sampai SMU mencapai 68,2%.

Lanjouw dalam Ginting, et al (2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar mereka. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia belum secara optimal dilakukan karena hanya terfokus pada pengurangan kemiskinan baik

(3)

yang berdomisili di Kota Cirebon khususnya maupun di Jawa Barat umumnya. Potensi Kota Cirebon maupun Jawa Barat ditinjau dalam konstelasi Nasional seperti dalam gambaran umum pronvinsi Jawa Barat maupun Kota Cirebon, berikut ini :

Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat.

1. Jumlah penduduk tahun 2011, terbanyak ± 44.286.519 jiwa (Juni, 2012). 2. Pusat kegiatan Industri Manufaktur dan strategis Nasional

3. Investasi vital nasional (Pendidikan, Litbang, dan Hankam) diantaranya berkelas dunia

4. Berbatasan dengan Ibu Kota Negara

5. Memiliki tiga kegiatan nasional (PKN) dan 2 PKN-P

6. Memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang komplek 7. Curah hujan 2000 – 4000 mm/thn.

8. Memiliki taman nasional, margasatwa dan cagar alam. dan

Dilihat Kontribusi Pendapatan Jawa Barat terhadap Nasional, terdiri dari :

1. Berkontribusi terhadap PDB Nasional (14,33 %)

2. Kontribusi terhadap PDB Sektor Industri Manufaktur (60 %) 3. Kontribusi PMA Jawa Barat terhadap Nasional (34,46 %) 4. Menyumbang Produksi Beras Nasional (17,76 %)

5. Provinsi Produsen Komodity Export Nasional (AS 18,4 %, Jepang 12,52 %)

Dan Kontribusi Jawa Barat terhada Regional Jawa – Bali :

1. Lintasan Utama Arus Regional Jawa Barat barang dan penumpang Jawa – Sumatera

2. PMDN tertinggi di Pulau Jawa – Bali

3. Penyedia listrik dengan kapasitas daya terpasang 4.654 MW : PLTA 1.941 MW, PLT Geotermal 1.061 MW dan lainnya 1.652 MW.

4. Luas kawasan hutan terbesar di Jawa – Bali sebesar 1,04 juta Ha. 5. Memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS)

6. Merupakan tujuan wisata

7. Debirt air permukaan 91 milyar M3/tahun dan air tanah 150 Jt. M3/tahun. Kemudian Kontribusi Jawa Barat terhadap Ibu Kota Negara dalam penyediaaan bahan pangan dan penyediaan lahan serta inprastruktur pendukung aktivitas DKI :

(4)

2. Penyediaan bahan pangan untuk DKI, dan

3. Penyediaan lahan dan inprastruktur pendukung aktivitas DKI

Perkembangan Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Jawa Barat : 1. Jumlah penduduk di Tahun 2011 = 44,3 juta jiwa di Tahun 2013 = 44,9

juta jiwa dan diperkirakan Tahun 2020 berjumlah 54,1 juta jiwa. a. Penduduk Lanjut Usia (lebih dari 60 tahun) = 7,04 % b. Penduduk Balita = 7,80 %

c. Penduduk Miskin 10,57 % d. Pengangguran terbuka 9,83 %

2. Luas Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 3.709.528,44 Ha terdiri dari 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan, 638 Kelurahan dan 5.316 Desa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :

TABEL 1.

Data IPM Kabupaten/Kota di Jawa Barat,:

Ditinjau dari Indeks Pendidikan dan Indeks Rumah Tangga Miskin Penerima BLT

APK WKPP 1 – IV Tahun 2010/2011 dan Penerima BLT 2008 APK WKPP I

Kabupaten/Kota A P K WKPP I Jumlah RT Jawa Barat

Miskin Penerima BLT SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Kab. Cianjur 121,34 89,15 54,59 200.255 Kab. Sukabumi 119,98 78,25 45,05 224.246 Kota. Sukabumi 119,04 128,00 119,06 11.820 Kota Depok 126,29 107,70 96,19 29.788 Kab. Bogor 121,96 87,56 44,22 251,498 Kota Bogor 116,94 87,56 88,06 42.328 RT Jawa Baratt Miskin 2.840.543 RT Jawa Barat 96,88 94,03 59,56 11.196.368 APK WKPP II

Kabupaten/Kota A P K WKPP II Jumlah RT Jawa Barat

Miskin Penerima BLT SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Kab. Subang 120,96 94,08 54,59 139.836 Kab. Purwakarta 109,99 97,23 84,15 139.836 Kab. Karawang 109,99 97,23 84,15 59.175 Kab. Bekasi 119,96 89,42 50,84 105.338

(5)

Kota Bekasi 124,91 107,43 94,30 42.328 RT Jawa Barat Miskin 2.840.543 RT Jawa Barat 96,88 94,03 59,56 11.196.368 APK WKPP III

Kabupaten/Kota A P K WKPP III Jumlah RT Jawa Barat

Miskin Penerima BLT SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat Kab. Indramayu 118,35 88,49 52,66 200.255 Kab. Majalengka 120,83 92,87 57,20 224.246 Kab. Kuningan 118,85 99,17 73,94 11.820 Kab. Cirebon 118,76 90,36 52,66 251,498 Kota Cirebon 121,54 125,34 108,01 42.328 RT Jawa Barat Miskin 2.840.543 RT Jawa Barat 96,88 94,03 59,56 11.196.368 APK WKPP IV

Kabupaten/Kota A P K WKPP IV Jumlah RT Jawa Barat

Miskin Penerima BLT SD/MI SMP/MSt SMA/Sdrajat

Kab. Garut 121,34 89,15 54,59 200.255

Kab. Sumedang 119,98 78,25 45,05 224.246 Kab. Bandung 119,04 128,00 119,06 11.820 Kab. Bandung Barat 71,58 95,94 28,80 95,374 Kota Bandung 126,29 107,70 96,19 29.788 Kota Cimahi 116,94 87,56 88,06 42.328 RT Jawa Barat Miskin 2.840.543 RT Jawa Barat 96,88 94,03 59,56 11.196.368 Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

(6)

ANGKA IPM BESERTA KOMPONENNYA TAHUN 2010

Kabupaten/Kota IPM AHH AMH RLS IDB PPP

Kab. Cianjur 66,14 66,00 37,55 6,82 58,83 614,83 Kab. Sukabumi 70,66 67,06 97,33 6,88 61,70 828,99 Kota. Sukabumi 74,91 69,44 99,66 9,32 63,51 634,82 Kota Depok 79,09 73,09 98,94 10,94 66,83 649,20 Kab. Bogor 72,16 68,86 95,02 7,98 62,31 629,62 Kota Bogor 75,75 68,87 98,77 9,79 66,53 647,89 Kab. Subang 71,14 69,39 32,45 6,32 62,42 630,09 Kab. Purwakarta 71,17 67,06 95,71 7,42 63,12 633,15 Kab. Karawang 69,79 69,70 93,21 6,95 62,31 629,62 Kab. Bekasi 72,93 69,40 94,03 8,33 63,59 835,18 Kota Bekasi 76,36 69,64 98,51 10,53 65,61 643,92 Kab. Indramayu 67,75 66,82 85,65 5,73 63,71 635,67 Kab. Majalengka 70,25 66,35 95,09 6,84 63,24 633,65 Kab. Kuningan 70,89 67,47 96,45 6,95 62,80 631,73 Kab. Cirebon 68,89 65,29 92,33 6,85 62,75 631,55 Kota Cirebon 74,93 68,50 97,05 9,47 66,55 647,96 Kab. Garut 71,35 55,50 98,94 7,34 54,13 535,49 Kab. Sumedang 72,42 67,42 97,73 7,93 63,78 636,01 Kab. Bandung 74,05 69,02 98,72 8,37 64,37 638,5 Kab. Bandung Barat 73,35 68,65 98,51 8,07 63,68 635,56 Kota Bandung 76,06 69,72 99,67 10,44 63,99 636,89 Kota Cimahi 75,51 69,18 99,65 10,50 63,14 633,20 Jawa Barat 72,29 68,20 96,18 8,20 52,91 532,22 Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

PEMBAHASAN

Dari gambaran umum tersebut dapat dikemukakan realisasi IPM Jawa Barat tahun 2011 dan Target IPM 2012 – 2013 seperti dalam tabel sebagai berikut :

(7)

Indikator LKPJ 2011 KU – APBD KAPB Tahun 2012 Tahun 2013 IPM 72,82 74,04 – 74,27 74,85 – 75,03 Indeks Pendidikan 82,55 83,81 - 84,37 84,70- 85,26 a. AMH 96,48 97,41 – 97,42 97,89 b.RLS (tahun) 8,20 8,49 - 8,74 8,75 - 9,00 Indeks Kesehatan 72,34 74,17 - 74,27 75,00 a. AHH 68,40 69,50 – 69,56 70,00 b.AKB (1000 KH) N/ 30 - 35 25 – 30 25 th 2010 c. AKI (1000000/KH N/A 205 – 210 205 – 210 Indeks Daya Beli 63,57 64,15 – 64,18 63,83 PPP (Rp. 000) 635,10 637,74 640.550

Sumber data : BAPPEDA Provinsi Jawa Barat.

Dari kajian IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2011, Kota Cirebon merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang dalam kaitannya termasuk IPM Kabupaten/Kota di Jawa Barat tergolong tinggi berdasarkan diagram cluster (Sumber :BAPPEDA.Provinsi Jawa Barat).

Sedangkan IPM Kota Cirebon secara rinci dapat kami sapaikan ilustrasi perhitungan diambil contoh Kota Cirebon tahun 2004 dengan data sebagai berikut :

Rumus ilustrasi perhitungan IPM, adalah : IPM = 1/3 [ X1 + X2 + X3 ]... Dimana :

X1 : indeks harapan hidup

X2 : indeks pendidikan : 2/3 (indeks melek huruf) | 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)

X3 : indeks standar hidup layak

Contoh Kota Cirebon tahun 2004 dengan data sebagai berikut : • Angka harapan hidup : 69,16 • Angka melek huruf : 96,89 • Rata-rata lama sekolah : 9,47 • Konsumsi per kapita riil yang disesuaikan : Rp. 544,83 Berdasarkan data tersebut di atas dapat dihitung :

(8)

• Indeks angka melek huruf (96,89 – 0)/(100 – 0) = 0,969  Indeks rata-rata lama sekolah (9,47 – 0)/(15 – 0) = 0,631  Indeks pendidikan 2/3 (0,969) + 1/3 (0,631) = 0,956  Indeks konsumsi per kapita riil yang disesuaikan :

(544,83 – 300) / (732,72 – 300 ) = 0,566  Catatan perhitungan disajikan dalam (ratusan)., sehingga IPM Kota Cirebon pada tahun 2004, misalnya sebesar 71,94

Untuk ukuran perkembangan IPM dalam kurun waktu digunakan reduksi Sortfall per tahun (annual reduction in shortfall), capaian yang telah ditempuh dan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai (IPM = 100) 1/n (IPMt+n - IPMt) x 100 r = (IPMideal – IPMt) Dimana :

Xt : IPM pada tahun t Xt – n : IPM pada tahun t + n

X ideal : IPM = 100

Sebagai ilustrasi IPM Jawa Barat pada tahun 1996 dan tahun 2001 masing – masing 69,6 dan 66,1. maka reduksi shaortfall kurun waktu 1996 – 2001 untuk provinsi Jawa Barat adalah :

1/5 (69,6 – 66,1) x 100)

r = = - 1,35 100 – 66,1

Tingkat status pembangunan manusia, UNDP membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 – 80) dan tinggi (80 ke atas).

Berdasarkan hal tersebut di atas IPM Kota Cirebon, memilki potensi dan tantangan yang sangat besar, karena Kota Cirebon secara geografi terletak di dataran rendah dan merupakan wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah 37,36 Km², terbagi menjadi 5 Kecamatan dan 22 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Harjamukti 47,15 % dan dari luas wilayah Kota Cirebon. terluas ke dua adalah Kecamatan Kesambi 21,57 %, ke tiga Kecamatan Lemahwungkuk 17,42 %,

(9)

ke empat Kecamatan Kejaksan 9,68 % dan terahir Kecamatan Pekalipan 4,18 %. Dan jumlah penduduk yang terpadat adalah Kecamatan Pekalipan 18.795,51 jiwa per km² dan terpadat ke dua Kecamatan Kejaksan 11.877,01 jiwa per km² diikuti oleh Kecamatan Kesambi 8,827, 39 jiwa per km², Kecamatan Lemahwungkuk 8.222,73 jiwa per km² dan Kec. Harjamukti 5.876,79 jiwa km².

Pertumbuhan ekonomi dimana PDRB merupakan indikator makro yang menunjukkan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi daerah. Selama kurun waktu beberapa tahun ke belakang, seperti tahun 2007 sebesar 6,17 %, 2008 pertumbuhan ekonomi berkisar 5,64 %, 2009 5,04 % dan 2010 tumbuh 3,82 %.

Jumlah penduduk Kota Cirebon pada tahun 2011, hasil proyeksi dari data sensus penduduk 2010 berjumlah 300,424 orang, dengan komposisi 150.623 laki-laki dan 149.801 orang perempuan. Dengan rasio 101 penduduk laki-laki dan 100 penduduk perempuan, meskipun nampaknya hampir sebanding. Adapun laju pertumbuhan penduduk (LPP) periode 2010-2011 di Kota Cirebon sebesar 0,84 %. Komposisi umur 15 – 64 tahun sebesar 68,13 % , 65 tahun ke atas sebesar 4,35 % berarti struktur umur penduduk Kota Cirebon merupakan struktur transisi dari muda ke usia tua.

Pembangunan dibidang kesehatan, ketersediaan fasilitas kesehatan dalam jumlah yang cukup dan layak sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, pada tahun 2011 merujuk tersedianya Rumah Sakit Umum sebanyak 10 RSU per 10.000 penduduk tersedia 31 tempat tidur, sedangkan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling berjumlah 58 per 10.000 penduduk tersedia 2 Puskesmas dan dokter yang melayani per 10.000 penduduk tersedia 9 dokter umum maupun spesialis.

Sedangkan pembangunan fasilitas pendidikan dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan layak, pada tahun 2010 jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah Iftidaiyah sebanyak 180 gedung sekolah. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 55 gedung dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMA sederajat berjumlah 48 Gedung.

Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas maka perkembangan IPM Kota Cirebon, dapat dilihat pada tabel seperti berikut di bawah ini :

(10)

Tabel

Perkembangan IPM dan Komponennya di Kota Cirebon Tahun 2007 - 2012

Indikator Komponen IPM Indeks

2007 2008 2010 2011 2012 2007 2008 2010 2011 2012 AHH 69,57 69,63 69,72 69,80 69,84 74,28 74,38 74,53 74,66 74,73 AMH 97,64 97,75 97,87 98,12 98,13 97,64 97,75 97,97 98,12 98,13 RLS 10,29 10,31 10,54 10,86 10,90 68,60 68,73 70,27 72,37 72,67 Indeks Pendidikan 87,96 88,08 88,74 89,54 89,64 Daya Beli (ribu) 557,07 560,62 567,75 569,81 580,80 59,41 60,23 61,88 62,35 64,89 IPM 73,88 74,23 75,05 75,52 76,42 Sumber data : BAPPEDA Kota Cirebon .

Keterangan :

AHH : Angka Harapan Hidup AMH : Angka Melek Huruf RLS : Rata-Rata Lama Sekolah IPM : Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan angka indeks yang tertera pada tabel tersebut di atas perkembangan IPM dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012 terdapat peningkatan yang perubahannya kecil namun pasti. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi di dasarkan dari daya beli (pendapatan masyarakat) meningkat.

PENUTUP

a.Kesimpulan

Dengan IPM dapat diketahui keberhasilan program pembangunan yang telah dilakukan, sehingga dapat diperoleh gambaran taraf kesejahteraan dan kualitas penduduk di Kota Cirebon. Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, seperti berikut ini :

1. Tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan tidak merata, kecamatan Pekalipan terpadat di Kota Cirebon.

(11)

3. Pembangunan manusia di Kota Cirebon terus meningkat hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya indeks IPM Kota Cirebon maupun IPM Kecamatan.

4. Indek derajat kesehatan terus meningkat hal ini tercermin dari indeks AHH.

5. Indeks angka melek hurup masih belum mencapai angka ideal (100), hal ini masih bisa ditingkatkan lagi.

6. indeks daya beli kota cirebon baru mencapai 62 %, masih kuarng jauh dari angka ideal. Namun hal ini masih dapat ditingkatkan lagi.

b.Saran

1. Pertahankan IPM yang sudah dicapai, agar kesejahteraan masyarakat madani dapat terwujud.

2. Tingkatkan pelayanan pendidikan dengan meningkatkan fasilitas sarana maupun prasarana.

3. Meningkatkan kesempatan daya beli dengan memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat yang layak dengan meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Nulhakim A.Soni, Materi Kuliah S2 UNTAG 1945 Cirebon. Profil IPM Kota Cirebon.

Susenda Kota Cirebon dari tahun 2007 – 2012, BAPPEDA Kota Cirebon dan BPS.

Susenda Jawa Barat dari tahun 2007 – 2012, BAPPEDA Jawa Barat dan BPS.

Referensi

Dokumen terkait

Tag yang beroperasi pada frekuensi gelombang mikro, biasanya 2.45 dan 5.8 GHz, mengalami lebih banyak pantulan gelombang radio dari obyek-obyek di dekatnya yang dapat

Dengan kemajuan IPTEK yang begitu pesat, banyak terobosan - terobosan yang diciptakan untuk membantu kerja manusia dalam menyelesaikan masalahnya. Segala aktifitas

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan bahan pustaka di Perpustakaan dan Arsip Daerh Kabupaten Barru selanjutnya adalah kemudahan dalam mengakses atau menemukan kembali

Judul Skripsi : Pengaruh Suhu yang Berbeda terhadap Kestabilan Fikosianin dalam Mikrokapsul Spirulina platensis.. Nama Mahasiswa : Fathia Nissa

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Nasreen dapat bermanfaat dalam mengoptimalkan gaya hidup sehat dan menyenangkan, aspek tersebut meliputi pertama, resilien (resilience) atau kemampuan untuk beradaptasi, kedua,

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dikatakan bahwa variabel prestasi kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh dua prediktor yang terdiri dari variabel budaya organisasi

Jika nilai tegangan referensi dan modulasi serat optik sama besarnya, maka dapat dipastikan intensitas cahaya kedua serat optik tersebut dipantulkan dengan sempurna.. Kasus ini