• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN ALGORITMIK MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SMAN 4 PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN ALGORITMIK MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SMAN 4 PONTIANAK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN ALGORITMIK MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

SMAN 4 PONTIANAK

Syf Bella T. A, Rachmat Sahputra, Erlina Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN

Email: bellatania_alkadrie@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat pemahaman konsep siswa kelas XI pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 4 Pontianak, 2) tingkat pemahaman algoritmik siswa kelas XI pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 4 Pontianak. Bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel penelitian ini berjumlah 63 siswa dari XI IPA1 dan XI IPA2. Pemahaman konseptual dan algoritmik siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda beralasan dan pedoman wawancara. Hasil analisis data menunjukkan bahwa :1) siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman konseptual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah dan sangat rendah, 2) siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman algoritmik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah. Kata Kunci: pemahaman konseptual, pemahaman algoritmik

Abstract: The purposes of this research are to determine: 1) level of concep understanding in solubility and solubility product of 11th grade students of SMA Negeri 4 Pontianak, 2) level of the algorithmic understanding in solubility and solubility product in 11thgrade students of SMA Negeri 4 Pontianak. In regarding to achieve the purposes, this research used descriptive method. The sample of this research are 63 students from XI IPA1 dan XI IPA2. Conceptual and algorithmic understanding of students in solubility and solubility product was measured using multiple-choice test with reason and guideline interview. Based on data analysis, it showed that: 1) 11th grade students of SMA Negeri 4 Pontianak has low and very low category of conceptual understanding in solubility and solubility product, 2) 11th grade students of SMA Negeri 4 Pontianak has low level of algorithmic undestanding in solubilty and solubilty product.

Keywords:conceptual understanding, algorithmic understanding

imia merupakan salah satu ilmu sains yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini dikarenakan mata pelajaran kimia yang memuat rumus-rumus dan materi-materi yang sifatnya abstrak dimana siswa dituntut untuk memahami, mengaitkan, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Keabstrakan yang termuat dalam materi kimia ini membuat siswa cenderung untuk menghafal guna mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Cara yang digunakan membuat siswa tidak memahami konsep-konsep kimia dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia merupakan bagian dari

(2)

ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta yang sangat luas, konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, dan disamping itu mengkaji pula hitungan kimia (Middlecamp dan Kean, 1985: 9). Oleh karena itu, siswa dituntut memiliki kemampuan pemahaman konsep dan menerapkan pemahaman operasi matematika.

Karakteristik ilmu kimia yang disebutkan Kean dan Middlecamp, 1985 dalam Palisoa (2008: 31) diantaranya: 1) Sebagian konsep-konsep kimia bersifat abstrak. Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak tampak, yang menuntut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun atom tidak dapat terlihat secara langsung, tetapi dalam angan-angan dapat terbentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom, misalnya sebuah atom oksigen digambarkan sebagai bulatan. 2) Konsep-konsep kimia pada umumnya merupakan penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya. Obyek yang ada di alam kebanyakan merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggap murni atau hanya dua atau tiga zat saja. Tetapi perilaku sistem-sistem sederhana ini sering kali sangat berlainan dari perilaku sistem-sistem yang lebih rumit yang terdapat di alam. misalnya di dalam suatu bejana terdapat air. Sebenarnya di dalam bejana tersebut terdapat banyak H2O yang saling berikatan, namun agar mudah dipelajari maka air hanya disimbolkan satu atau beberapa H2O saja. 3) Konsep kimia bersifat berurutan dan berjenjang. Topik-topik ilmu kimia seringkali harus dipelajari dengan urutan tertentu karena menjadi prasyarat untuk memahami materi berikutnya. Hilangnya kesempatan untuk menguasai suatu materi dari beberapa materi yang berkaitan akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa secara keseluruhan. Misalnya, untuk memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa harus paham konsep dasar yaitu konsentrasi, persamaan reaksi, kesetimbangan kimia, dan pH larutan. Disamping itu, perkembangan ilmu kimia itu sangat cepat, hasil penelitian baru dapat melahirkan teori baru yang dapat memperbaiki kelemahan teori sebelumnya. 4) Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal. Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) sering kali bergantung kepada pengetahuan siswa tentang deskripsi fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah kimia, dan lain-lain. Misalnya, siswa tidak hanya bisa memecahkan soal tentang menghitung pH HCl 0,01 M namun siswa juga bisa mengetahui bagaimana molekul-molekul HCl dapat terurai di dalam air.

Pemahaman konsep dalam ilmu kimia mengacu pada pemahaman konsep yang tersaji dalam tiga kategori representasi yang dikemukakan oleh Gilbert dan Treagust (2009: 4) yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbolik. Tingkat makroskopis yaitu representasi kimia yang diperoleh melalui pengamatan nyata terhadap suatu fenomena yang dapat dilihat dan dipersepsi oleh panca indra atau dapat berupa pengalaman sehari-hari. Contohnya: terjadinya perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang dapat diamati ketika suatu reaksi kimia berlangsung. Siswa dapat merepresentasikan hasil pengamatan dalam berbagai model representasi, misalnya dalam bentuk laporan tertulis, diskusi, presentasi oral, diagram vee, grafik dan sebagainya.

(3)

Sedangkan pada tingkat mikroskopik menjelaskan mengenai struktur dan proses pada level partikel (atom/molekular) terhadap fenomena makroskopik yang diamati. Representasi mikroskopis sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi eksplanasi dinamika level partikel. Model representasi pada level ini diekspresikan secara simbolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer, yaitu menggunakan kata-kata, gambar dua dimensi, gambar tiga dimensi baik diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi, dan yang terakhir yaitu tingkat simbolik yang menggunakan bahasa simbolik kualiatif dan kuantitatif seperti rumus kimia, diagram, gambar, persamaan stoikiometri, dan perhitungan matematis (Chittleborough & Treagust, 2007; Chabdrasegaran, et. al, 2007 dalam Farida et. al (2010: 1-2).

Penggunaan secara simultan representasi makroskopis, mikroskopis, dan simbolik dalam pembelajaran kimia dapat mengurangi kesalahan konsep yang dapat dialami oleh siswa. Multirepresentasi tersebut juga dapat memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman siswa tentang fenomena kimia yang terjadi dalam skala laboratorium dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah kimia (Farida et. al, 2010:2). Jika siswa memiliki kesulitan pada salah satu kategori representasi maka kemungkinan besar akan mempengaruhi pemahaman konsep pada kategori representasi lainnya (Sirhan, 2007 : 4). Oleh karena itu, untuk membantu siswa memahami kimia yang mencakup tiga kategori representasi tersebut dilakukan dengan cara pendekatan instruksional seperti, mengintegrasikan kegiatan laboratorium ke dalam kelas (Johnstone dan Letton 1990 dalam Wu et. al, 2001 : 822), dengan menggunakan model konkret (Copolo dan Hounshell 1995 dalam Wu et. al, 2001: 822), dan menggunakan teknologi sebagai alat belajar (Kozma et.

al, 2000:111).

Konsep-konsep kimia yang telah dipelajari dapat dikaitkan satu sama lain sehingga masalah dapat terpecahkan, maka dari itu siswa harus menguasai dua jenis pemahaman yaitu pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik. Pemahaman konseptual adalah pemahaman tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep yaitu arti, sifat, dan uraian suatu konsep dan juga kemampuan dalam menjelaskan teks, diagram, dan fenomena yang melibatkan konsep-konsep pokok yang bersifat abstrak dan teori-teori dasar sains. Menurut Syamsudin dalam Solikhin (2011: 11), indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur siswa dikatakan paham akan konsep yaitu siswa dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soalan, dan tes tugas. Pemahaman algoritmik adalah pemahaman tentang prosedur atau serangkaian peraturan yang melibatkan peraturan matematika untuk memecahkan suatu masalah. Dua jenis pemahaman ini harus berjalan secara beriringan karena untuk mendalami ilmu kimia tidak cukup dengan memecahkan masalah algoritmik saja tetapi harus dapat memahami konsep. Oleh karena itu, pemahaman konseptual dan algoritmik secara proporsional mutlak diperlukan dalam mendalami ilmu kimia (Mustofa, 2010 : 1).

Hasil penelitian Yilmaz, Tuncer dan Alp (dalam Mustofa, 2010 : 2) menyatakan bahwa kebanyakan siswa memiliki kemampuan tinggi dalam penyelesaian masalah algoritmik dan lemah dalam pemahaman konseptual. Begitu

(4)

juga halnya dari hasil penelitian Mason et. al (dalam Yilmaz et. al , 2007 : 421) bahwa 65% siswa dapat menyelesaikan masalah algoritmik dengan baik dan gagal dalam memecahkan masalah konseptual. Rendahnya pemahaman dan penerapan konsep siswa disebabkan oleh sifat materi pada konsep sangat sulit karena memiliki cakupan yang luas, kemudian terdapat hubungan antara sub konsep yang saling terkait sehingga rendahnya pemahaman siswa pada konsep sebelumnya akan berpengaruh pada pemahaman sub konsep berikutnya dan penerapan konsep pada analisa soal cukup sulit ( Hilmi, 2009 : 644).

Kecenderungan pemahaman algoritmik yang lebih dominan daripada pemahaman konseptual terjadi antara lain karena adanya asumsi guru yang selama ini menganggap bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah algoritmik menunjukkan pemahaman konseptualnya (Yilmaz et. al, 2007:421). Akibat dari asumsi guru tersebut menyebabkan pembelajaran kimia lebih menekankan pada pemahaman algoritmik selama proses pembelajaran dengan memberikan contoh-contoh soal. Hal ini juga diindikasikan dengan alat evaluasi hasil belajar yang lebih menekankan pemahaman algoritmik dibanding pemahaman konseptual (Mustofa, 2010:2). Hasil penelitian Niaz dan Robinson (1992) dalam Okanlawon (2010 : 130) menyimpulkan bahwa keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah algoritmik tidak menjamin suksesnya dalam memecahkan masalah konseptual. Kemudian, materi pelajaran kimia yang harus dikuasai siswa terlalu banyak dan tidak sebanding dengan jumlah jam yang disediakan dalam kurikulum. Hal inilah yang menyebabkan guru dalam proses pembelajaran lebih menekankan siswa dapat menyelesaikan banyak soal tanpa memperdulikan konsep dasarnya sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik yang dikuasai oleh siswa (Mustofa,2010:3-4).

Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi kimia yang di dalamnya memuat pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik. Selain itu, materi tersebut bersifat abstrak dan berurutan, sehingga untuk memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa harus paham antar subkonsep yang saling terkait dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan diantaranya stoikiometri, persamaan reaksi, kesetimbangan kimia, dan pH larutan. Apabila siswa tidak paham akan konsep-konsep dasar tersebut maka siswa akan kesulitan dalam memecahkan masalah konseptual dan algoritmik.

Mencermati fakta yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan analisis pemahaman konseptual dan algoritmik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak.

METODE

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pontianak tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 4 kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan tipe purposive sampling. Kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas XI IPA1 dengan jumlah 31 siswa yang mempunyai rata-rata nilai ulangan

(5)

harian tertinggi dan XI IPA2 dengan jumlah 32 siswa yang mempunyai rata-rata nilai ulangan harian terendah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran dan wawancara. Alat pengumpul data yang digunakan berupa tes pilihan ganda beralasan dan pedoman wawancara.

Sebelum tes diberikan kepada siswa, instrumen tes tersebut terlebih dahulu divalidasi dan diujicobakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dan reliabilitasnya. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari validator.Berdasarkan hasil penilaian dari kelima validator diperoleh nilai CVR sebesar 1. Dengan demikian secara keseluruhan instrumen yang digunakan dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Setelah instrumen tes dinyatakan valid, kemudian diujicobakan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja. Nilai reliabilitas tes pemahaman konseptual dan algoritmik secara berturut-turut adalah 0,521 dan 0,467 (kategori cukup) sehingga tes layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

Analisis tingkat pemahaman konseptual dan algoritmik didasarkan pada data yang telah dikumpulkan dari jawaban tes berupa tes pilihan ganda beralasan. Adapun Langkah-langkah dalam melakukan analisis data, sebagai berikut:

1. Memberi skor pada setiap jawaban siswa. Skor yang diberikan pada tes pilihan ganda beralasan adalah sebagai berikut:

TABEL 1 Pedoman Pemberian Skor Soal Pilihan Ganda Beralasan

Pilihan jawaban Alasan atau penjelasan Skor

Benar Benar 1

Benar Salah 0

Salah Benar 0

Salah Salah 0

(Suparno, 2005:124) 2. Mengubah skor jawaban pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik

ke dalam bentuk nilai

NA = x 10

NK = x 8

Keterangan: NK = Nilai Konseptual NA = Nilai Algoritmik

3. Menentukan kategori kemampuan konseptual dan algoritmik siswa dengan kriteria sebagai berikut:

(6)

TABEL 2 Kriteria Pemahaman Konseptual Nilai Kriteria 6,0 – 8,0 Tinggi 4,3 – 5,9 Cukup 2,0 – 4,2 Rendah 1,0 – 1,9 Sangat Rendah

Ghazali dan Effandi (2011 : 686) TABEL 3 Kriteria Pemahaman Algoritmik

Nilai Kriteria

7,5 – 10 Tinggi

5,3 – 7,4 Cukup

2,6 – 5,2 Rendah

1,1 – 2,5 Sangat Rendah

Ghazali dan Effandi (2011 : 686) Tingkat pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 ini diperoleh dengan cara mengkonversikan skor konseptual dan algoritmik siswa kedalam nilai kriteria pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik siswa. Nilai maksimal pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik dalam kriterianya secara berturut-turut adalah 8 dan 10 (Ghazali dan Effandi, 2011 : 686) .

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tingkat Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kemampuan pemahaman algoritmik dan konseptual siswa SMA Negeri 4 Pontianak dalam menyelesaikan soal pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang berjumlah 16 soal diperoleh dari hasil analisis jawaban yang diberikan oleh siswa. Soal Tes Pemahaman Algoritmik (TPA) dan Tes Pemahaman Konseptual (TPK) masing-masing berjumlah 8 soal. Soal TPA terdapat pada nomor ganjil dan soal TPK terdapat pada nomor genap.

Hasil analisis jawaban yang diberikan siswa mengenai banyaknya soal tes pemahaman algoritmik yang tidak dapat dijawab oleh siswa sebanyak 41,9% siswa kelas XI IPA1 dan 18,8% siswa kelas XI IPA2 yang mengatakan waktu dalam pengerjaan soal yang tidak cukup. Kemudian, siswa kelas XI IPA1 (29%) dan XI IPA2 (50%) mengatakan tidak ingat langkah-langkah dalam penyelesaian soal algoritmik yang menjadikan faktor utama penyebab siswa tidak menjawab soal-soal tersebut. Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa kelas XI IPA1 dan IPA2. Adapun data persentase jumlah siswa yang tidak menjawab soal pemahaman algoritmik disajikan pada Tabel 4 berikut ini:

(7)

TABEL 4 Persentase Jumlah Siswa yang Tidak Menjawab Soal Pemahaman Algoritmik

No Soal

Kelas Jumlah Siswa XI IPA1

(%)

Jumlah Siswa XI IPA2 (%) 1 0 47 3 9,67 3 5 9,67 9 7 19,35 47 9 25,8 78 11 58 16 13 87 75 15 67,74 72

Soal tes pemahaman konseptual yang tidak dijawab oleh siswa kelas XI IPA1 dan IPA2 berdasarkan hasil analisis jawaban dapat disajikan pada Tabel 5 berikut ini:

TABEL 5 Persentase Jumlah Siswa yang Tidak Menjawab Soal Pemahaman Konseptual

No Soal

Kelas Jumlah Siswa XI IPA1

(%) Jumlah Siswa XI IPA2 (%)

2 6,5 9,4 4 29 0 6 22,6 18,8 8 41.9 21,9 10 90,3 15,6 12 77,4 62,5 14 90,3 53,1 16 67,7 65,6

Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebanyak 100% siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 mengatakan kurang mengerti dengan soal yang berupa gambaran mikroskopis. Hal tersebut yang menjadi faktor utama siswa tidak menjawab soal pemahaman konseptual.

Persentase pemahaman algoritmik dan konseptual diperoleh dari hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 1 dan Gambar 2. Pada gambar 1 menunjukkan informasi bahwa siswa kelas XI IPA1 memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal algoritmik dibanding soal konseptual. Sedangkan gambar 2 memberikan informasi bahwa 4 dari 16 soal yaitu pada nomor 2, 8, 14, dan 16 menunjukkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal konseptual lebih tinggi dibanding soal algoritmik. Berbeda halnya dengan kelas XI IPA1 yang lebih tinggi dalam penyelesaian

(8)

masalah algoritmik dibanding m

menggambarkan kemampuan algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 ditunjukkan pada Gambar

GAMBAR

GAMBAR 2

Tingkat pemahaman algoritmik dan konseptual siswa diperoleh dengan cara mengkonversikan nilai TPA dan nilai TPK kedalam nilai kriteria

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 100 90,3 45,2 % J u m la h S is w a 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 12,5 78,1 18,8 % J u m la h S is w a

Nomor Soal Pemahaman Algoritmik dan Konseptual 1 2 3 4

Nomor Soal Pemahaman Algoritmik dan Konseptual 1 2 3

masalah algoritmik dibanding masalah konseptual. Adapun d

menggambarkan kemampuan algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1 IPA2 ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2 dibawah ini:

GAMBAR 1 Kemampuan Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 4 Pontianak dalam Menyelesaikan Soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

GAMBAR 2 Kemampuan Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI IPA2 SMA Negeri 4 Pontianak dalam Menyelesaikan Soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Tingkat pemahaman algoritmik dan konseptual siswa diperoleh dengan cara mengkonversikan nilai TPA dan nilai TPK kedalam nilai kriteria

90,3 90,3 29 25,8 3,2 0 29 45,2 16,1 67,7 22,6 0 0 0 29 78,1 81,3 0 0 56,3 0 15,6 62,5 53,1 71,9 0 3,1 3,1 21,9

Nomor Soal Pemahaman Algoritmik dan Konseptual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Soal Pemahaman Algoritmik dan Konseptual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Adapun data yang menggambarkan kemampuan algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1

dibawah ini:

1 Kemampuan Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 4 Pontianak dalam Menyelesaikan Soal

onseptual Siswa Kelas XI Pontianak dalam Menyelesaikan Soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Tingkat pemahaman algoritmik dan konseptual siswa diperoleh dengan cara mengkonversikan nilai TPA dan nilai TPK kedalam nilai kriteria

Algoritmik Konseptual

Algoritmik Konseptual

(9)

pemahaman algoritmik dan konseptual. Tingkat pemahaman algoritmik dan konseptual siswa dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 di bawah ini:

TABEL 6 Tingkat Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI IPA1 pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kriteria Tingkat Pemahaman Algoritmik dan Konseptual

% Jumlah Siswa Algoritmik Konseptual Tinggi 3,2 0 Cukup 22,6 3,2 Rendah 58,1 45,2 Sangat Rendah 16,1 51,6

TABEL 7 Tingkat Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI IPA2 pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kriteria Tingkat Pemahaman Algoritmik dan Konseptual

% Jumlah Siswa Algoritmik Konseptual Tinggi 0 0 Cukup 0 0 Rendah 68,8 78,1 Sangat Rendah 31,3 21,9

Perbandingan rata-rata nilai antara pemahaman algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 4 Pontianak dalam menyelesaikan soal materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditunjukkan dengan kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2 memiliki kemampuan algoritmik yang lebih tinggi dibanding kemampuan konseptual. Namun, kemampuan algoritmik di kelas XI IPA1 lebih mendominasi dibanding kemampuan konseptual. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa yang memiliki perbedaan signifikan. Adapun selisih antara nilai algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1 adalah 2,72. Berbeda halnya dengan kelas XI IPA2, walaupun rata-rata nilai algoritmik lebih tinggi dibanding nilai konseptual tetapi perbedaannya tidak signifikan. Adapun selisih antara nilai algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA2 adalah 0,8. Hal tersebut juga dibuktikan dari tingginya kemampuan siswa kelas XI IPA2 dalam menyelesaikan soal konseptual yang dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun data perbadingan rata-rata nilai antara pemahaman algoritmik dan konseptual siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 SMA Negeri 4 Pontianak dalam menyelesaikan soal materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disajikan dalam Gambar 3 di bawah ini:

(10)

GAMBAR

Data hasil penelitian yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 diperoleh informasi sebanyak 0% siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat mengerjakan soal memprediksi terbentuknya endapan dari

larutan (soal nomor 13) pH (soal nomor 10)

kelas XI IPA1 tidak dapat menyelesaikan soal dengan soal tes yang

hafal dengan rumus untuk menyelesaikan soal tersebut dan 50% dari beberapa siswa kelas XI IPA2 juga mengatakan tidak ingat dengan langkah langkah dalam penyelesaian soal tersebut.

dari hasil wawancara

XI IPA1 dan XI IPA2 kurang mengerti dengan soal yang berupa gambaran mikroskopis. Selain itu, 41,9% siswa kelas XI IPA1 mengatakan bahwa waktu dalam pengerjaan soal tes tidak c

pemahaman konseptual.

Data yang diperoleh juga memberikan informasi bahwa sebanyak 58,1% siswa kelas XI IPA1 dan 68,8% siswa kelas XI IPA2 memiliki pemahaman algoritmik dengan kategori rendah. Rendahnya tingkat pemahaman algoritmik yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat dilihat dari rendahnya nilai algoritmik siswa yang telah dikonversikan kedalam kriteria pemahaman algoritmik berdasarkan Tabel

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 R at a-R at a N il ai S is w a

GAMBAR 3 Perbandingan Rata-Rata Nilai Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Data hasil penelitian yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 diperoleh informasi sebanyak 0% siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat mengerjakan soal memprediksi terbentuknya endapan dari pencampuran dua larutan (soal nomor 13) dan soal yang berhubungan dengan kelarutan suatu pH (soal nomor 10). Hal ini diperjelas dari hasil wawancara, 41,9% siswa kelas XI IPA1 tidak dapat menyelesaikan soal nomor 13 karena tidak paham dengan soal tes yang diberikan. Sedangkan 56,3% siswa kelas XI IPA2 tidak hafal dengan rumus untuk menyelesaikan soal tersebut dan 50% dari beberapa siswa kelas XI IPA2 juga mengatakan tidak ingat dengan langkah langkah dalam penyelesaian soal tersebut. Begitu juga halnya pada

l wawancara siswa mengatakan bahwa sebanyak 100%

XI IPA1 dan XI IPA2 kurang mengerti dengan soal yang berupa gambaran mikroskopis. Selain itu, 41,9% siswa kelas XI IPA1 mengatakan bahwa waktu dalam pengerjaan soal tes tidak cukup dan tidak paham dengan soal tes pemahaman konseptual.

Data yang diperoleh juga memberikan informasi bahwa sebanyak 58,1% siswa kelas XI IPA1 dan 68,8% siswa kelas XI IPA2 memiliki pemahaman algoritmik dengan kategori rendah. Rendahnya tingkat an algoritmik yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat dilihat dari rendahnya nilai algoritmik siswa yang telah dikonversikan kedalam kriteria pemahaman algoritmik berdasarkan Tabel 3.

4,56 3,08 1,84 2,28 XI IPA1 XI IPA2 Kelas

Rata Nilai Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Kelarutan dan

Data hasil penelitian yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 diperoleh informasi sebanyak 0% siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat pencampuran dua soal yang berhubungan dengan kelarutan suatu . Hal ini diperjelas dari hasil wawancara, 41,9% siswa karena tidak paham diberikan. Sedangkan 56,3% siswa kelas XI IPA2 tidak hafal dengan rumus untuk menyelesaikan soal tersebut dan 50% dari beberapa siswa kelas XI IPA2 juga mengatakan tidak ingat dengan

langkah-ga halnya pada nomor 10 siswa mengatakan bahwa sebanyak 100% siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 kurang mengerti dengan soal yang berupa gambaran mikroskopis. Selain itu, 41,9% siswa kelas XI IPA1 mengatakan bahwa ukup dan tidak paham dengan soal tes Data yang diperoleh juga memberikan informasi bahwa sebanyak 58,1% siswa kelas XI IPA1 dan 68,8% siswa kelas XI IPA2 memiliki pemahaman algoritmik dengan kategori rendah. Rendahnya tingkat an algoritmik yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 dapat dilihat dari rendahnya nilai algoritmik siswa yang telah dikonversikan

Algoritmik Konseptual

(11)

2. Perbedaan Pemahaman Konseptual dan Algoritmik antara Siswa yang Memiliki Akademik yang Tinggi dan Rendah

Siswa yang memiliki skor total lebih dari 50% dikategorikan memiliki pemahaman yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki skor total kurang dari 50% dikategorikan memiliki pemahaman yang rendah (Nakhleh, 1993 dalam Chiu 2001:23). Hasil analisis lembar jawaban siswa diperoleh nilai algoritmik dan konseptual yang kemudian diklasifikasikan kedalam kriteria pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual. Ada beberapa kemungkinan yang ditunjukkan siswa dalam sebuah tes pemahaman algoritmik dan konseptual berdasarkan skor yang diperoleh siswa :

1. HAHC (High Algorithmic High Conceptual): Prestasi pemecahan masalah algoritmik dan konseptual tinggi

2. HALC (High Algorithmic Low Conceptual): Prestasi pemecahan masalah algoritmik

tinggi dan

konseptual rendah 3. LAHC (Low Algorithmic High Conceptual): Prestasi pemecahan

masalah algoritmik

rendah dan

konseptual tinggi 4. LALC (Low Algorithmic Low Conceptual) : Prestasi pemecahan

masalah algoritmik

rendah dan

konseptual rendah (Nakhleh, 1993 dalam Chiu 2001: 23-24) Hasil pengelompokkan kriteria pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini:

Hasil pengelompokkan kriteria pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini:

(12)

GAMBAR

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh data bahwa sebesar 71% siswa kelas XI IPA1 dan 100% siswa kelas XI IPA2 berada pada kriteria LALC (

Algorithmic Low Conceptual

antara siswa kelas XI IPA1 dengan tingkat akade

IPA2 dengan akademik yang rendah. Fakta ini dibuktikan dari nilai tes pemahaman algoritmik dan konseptual yang diperoleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Kemudian dari nilai tersebut setiap siswa digolongkan kedalam kritera pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual dimana mayoritas siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 termasuk kedalam kriteria LALC (

Conceptual). SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman konseptual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah dan sangat rendah, 2) siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman algoritmik pada materi kelarutan dan

DAFTAR RUJUKAN

Chiu, Mei-Hung. (2001). Algorithmic Problem Solving and Conceptual Understanding of Chemistry by Students at a Local High School in Taiwan. Proc. Natl. Sci. Counc. ROC(D) Vol. 11, No. 1, 2001. pp.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 % J u m la h S is w a

GAMBAR 4 Kriteria Pencapaian Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa dalam Menyelesaikan Soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh data bahwa sebesar 71% siswa kelas XI IPA1 dan 100% siswa kelas XI IPA2 berada pada kriteria LALC (

Algorithmic Low Conceptual). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

antara siswa kelas XI IPA1 dengan tingkat akademik tinggi dengan siswa kelas XI IPA2 dengan akademik yang rendah. Fakta ini dibuktikan dari nilai tes pemahaman algoritmik dan konseptual yang diperoleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Kemudian dari nilai tersebut setiap siswa digolongkan kedalam kritera pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual dimana mayoritas siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 termasuk kedalam kriteria LALC (Low Algorithmic Low

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa I SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman konseptual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah dan sangat rendah, 2) siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman algoritmik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah. DAFTAR RUJUKAN

Hung. (2001). Algorithmic Problem Solving and Conceptual Understanding of Chemistry by Students at a Local High School in Taiwan. Proc. Natl. Sci. Counc. ROC(D) Vol. 11, No. 1, 2001. pp.

0 25,8 3,2 71 0 0 0 100

Kriteria Pencapaian Pemahaman Algoritmik dan Konseptual HAHC HALC LAHC LALC

4 Kriteria Pencapaian Pemahaman Algoritmik dan Konseptual Siswa dalam Menyelesaikan Soal Kelarutan

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh data bahwa sebesar 71% siswa kelas XI IPA1 dan 100% siswa kelas XI IPA2 berada pada kriteria LALC (Low ). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mik tinggi dengan siswa kelas XI IPA2 dengan akademik yang rendah. Fakta ini dibuktikan dari nilai tes pemahaman algoritmik dan konseptual yang diperoleh siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Kemudian dari nilai tersebut setiap siswa digolongkan kedalam kritera pencapaian pemahaman algoritmik dan konseptual dimana mayoritas siswa kelas

Low Algorithmic Low

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1) I SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman konseptual pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kategori rendah dan sangat rendah, 2) siswa kelas XI SMA Negeri 4 Pontianak memiliki tingkat pemahaman

hasil kali kelarutan dalam kategori rendah.

Hung. (2001). Algorithmic Problem Solving and Conceptual Understanding of Chemistry by Students at a Local High School in Taiwan.

20-38.

100

XI IPA1 XI IPA2

Kriteria Pencapaian Pemahaman HALC LAHC LALC

(13)

Farida, Ida, et. al. (2010). Representational Competence’s Profile of Pre-Service Chemistry Teachers in Chemical Problem Solving. International Seminar of Science Education.

Ghazali, Nor Hasnida Che dan Zakaria Effandi. (2011). Students’ Procedural and Conceptual Understanding of Mathematics. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(7): 684-691.

Gilbert, John K dan David Treagust. (2009). Multiple Representations in Chemical Education. Australia: Springer Science+Business Media B.V. Hilmi, Mahmud. (2009). Peningkatan Kompetensi Pemahaman dan Penerapan

Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Melalui Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division Pada Siswa Kelas XI IPA 7 SMA 1 Kudus. Jurnal DIDAKTIKA, Tahun 1 Nomor 4.

Kozma, Robert. 2000. The Roles of Representations and Tools in the Chemistry Laboratory and Their Implications for Chemistry. The Journal of Learning Sciences, 9(2), 105-143.

Middlecamp, C. dan Elizabeth Kean. (1985). Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Mustofa. (2010). Problematika Pemahaman Konseptual dan Algoritmik dalam Pembelajaran Kimia dan Upaya Perbaikannya. (online). library.um.ac.id, diakses 6 Februari 2012.

Okanlawon dan Ayoade Ejiwale. (2010). Result of an Interview Study as Basis for the Categorization of Chemistry Students into Conceptual and Algorithmic Problem Solvers. Journals Multidiscipline Vol. 2, No. 2.

Palisoa, Napsin. 2008. Strategi Advance Organizer dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan “Jendela Pengetahuan”.

Sirhan, Ghassan. (2007). Learning Difficultiesin Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education Volume 4, Issue 2.

Smith, K.J., & Metz, P.A. (1996). Evaluating Students Undertsanding of Solution Chemistry Through Microscopic Representation. Journal of Chemical Education. 73 (3): 233-235.

Solikhin, Bustanul. (2011). Pengembangan Bermain Animasi Jam pada Media Pembelajaran matematika Berbasis TIK sebagai Pemahaman Awal Membaca Tanda Waktu Jam Analog pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Bintoro 4 Demak. (online). bustan11.files.wordpress.com, diunduh 23 Desember 2012.

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

(14)

Wu, Hsin-Kai et. al. (2001). Promoting Understand of Chemical Representations: Students’ Use of a Visualization Tool in the Classroom. Journal of Research in Science Teaching Vol. 38, No. 7, PP. 821-842.

Yilmaz A, et. al. (2007). An Old Subject with recent Evidence from Turkey: Student’s Performanceon Algoritmic and Conceptual Question of Chemistry. World Applied Sciences Journal 2 (4): 420-426.

Gambar

TABEL 2 Kriteria Pemahaman Konseptual Nilai Kriteria 6,0 – 8,0 Tinggi 4,3 – 5,9 Cukup 2,0 – 4,2 Rendah 1,0 – 1,9 Sangat Rendah
TABEL  5 Persentase  Jumlah  Siswa  yang  Tidak  Menjawab  Soal  Pemahaman Konseptual
GAMBAR 1 Kemampuan Algoritmik dan Konseptual Siswa Kelas XI  IPA1 SMA Negeri 4 Pontianak dalam Menyelesaikan Soal  Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
TABEL  6 Tingkat  Pemahaman  Algoritmik  dan  Konseptual  Siswa  Kelas  XI  IPA1  pada  Materi  Kelarutan  dan  Hasil  Kali  Kelarutan

Referensi

Dokumen terkait

- Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi menge-nai bilangan berpang-kat (pangkat bulat positif, negatif, dan nol), notasi Ilmiah, bilangan rasional, irrasional,

This result shown that for the elderly, visual task performance score of the newspaper was highest at the front position, followed by the back position that have brighter

KONSERVASI FURNITUR BERLANGGAM GOTHIC PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF.

Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi

[r]

Data yang sudah dikumpulkan akan dideskripsikan dan diklasifikasikan berdasarkan (a) proses morfologis yang berkaitan dengan afiksasi, (b) proses morfologis yang

Sistem Neuro Fuzzy untuk Pengolahan Informasi Pemodelan dan Kendali.. Yoogyakarta :

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian kinerja jaringan irigasi tetes untuk budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) dengan sistem hidroponik di PT Saung