• Tidak ada hasil yang ditemukan

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

(Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh

I Made Agus Sutrisna

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak

Rangkaian prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di pura Desa, Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, terdapat beberapa keunikan di dalamnya, prosesi ritual ini dilangsungkan di areal jeroan pura oleh krama pemaksan dengan mepersembahkan tarian lis, siat jerimpen, tarian rejang, tarian pependetan, siat pajeng, metajen-tajenan dan Banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar (Analisis Pendidikan Agama Hindu).

Adapun permasalah yang akan dibahas antara lain (1) Bagaimanakah prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura diakhiri dengan mesegeh agung. Realitas yang dihadapi, banyak dari krama pemaksan yang belum memahami tentang hakekat dari pelaksanaan ritual Mekrab. Ritual tersebut hanya dilaksanakan secara tradisional tanpa memahami fungsi dan makana yang terkandung dalam ritual tersebut. Berdasarkan keunikan dan realita tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh dan mendalam mengenai Ritual Mekrab dalam Pemujaan Barong Landung di Pura Desa Desa? (2) Apakah fungsi ritual Mekerab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa? (3) Bagaimanakah implementasi pendidikan agama Hindu yang terdapat dalam ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa. (2) fungsi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa. (3) Implementasi pendidikan agama Hindu yang terdapat pada ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa.

Teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah adalah : Teori Intraksionalisme Simbolik, teori Fungsionalisme Struktural, teori Behaviorisme. Subjek penelitian ini adalah pemangku, serati banten, kelian pura, dan masyarakat pemaksan Pura Desa. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi, dan studi kepustakaan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Prosesi ritual Mekrab ini dilangsungkan di areal jeroan pura oleh krama pemaksan dengan mepersembahkan tarian lis, siat jerimpen, tarian rejang, tarian pependetan, siat pajeng, dan metajen-tajenan untuk memohon keselamatan serta sebagai wujud bhakti ngaturang ayah di hadapan sesuunan Barong Landung (Ratu Gede Lanang dan Istri) dan prosesi ritual ini diakhiri dengan mesegeh agung, (2) fungsi dari ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini yaitu sebagai religius simbolik umat Hindu ke Tuhan (Brahman) untuk, pengajeg sosial keagamaan Hindu, dan permohonan keselamatan agar terhindar dari hal yang bersifat negatif, (3) Implementasi pendidikan agama Hindu yang terdapat pada prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini seperti ritualistik Hindu (Yajna), Susila (Etika) Hindu, dan Estetika Hindu.

(2)

Kata Kunci : Ritual Mekrab, Pemujaan Barong Landung, Pendidikan Agama Hindu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan upacara ritual keagamaan di Bali, terdapat banyak sekali keunikan didalamnya yang sarat akan makna filosofisnya. Umat Hindu di Bali, sekarang muncul kesadaran yang semakin tinggi mengenai kehidupan beragama dan semakin meningkat pula upaya untuk mendalami ajaran-ajaran agama Hindu yang dianutnya. Pelaksanaan suatu upacara yadnya, umat Hindu yang ada di Bali tidak dapat dilepaskan dari adat atau tradisi setempat dengan berlandaskan sradha dan bhakti umatnya serta berpedoman pada sastra-sastra agama Hindu. Upacara ritual keagamaan di Bali biasanya diwarisi secara turun-temurun dan masih tetap dilaksanakan sampai sekarang. Ini menandakan bahwa selaku umat Hindu tetap menjaga dan melestarikan adat dan budaya Bali yang diwariskan oleh leluhur terdahulu.

Salah satu bentuk tata cara ritual yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu upacara yadnya seperti halnya pada ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung yang dilaksanakan oleh krama pemaksan pura Desa, di Banjar Pacung Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar yang dilaksanakan berdasarkan keyakinan dan bhakti krama pemaksan. Barong Landung dijadikan sungsungan atau sesuunan yang sangat disucikan dan disakralkan bagi krama pemaksan pura dan dilaksanakan prosesi ritual pemujaan pada saat berlangsungnya Puja wali atau Piodalan. Pelaksanaan ritual ini memiliki berbagai keunikan. Hal ini terlihat dari rangkaian prosesi ritual Mekrab, yang diawali mengelilingi pelinggih yang ada di areal pura sebanyak tiga kali dengan membawa jajan jerimpen, setelah itu dilanjutkan dengan tarian lis atau menari dengan membawa sarana lis deg-deg (lis besar) dan lis kemoning (anak lis) ditarikan oleh dua orang. Selanjutnya, berlangsung siat jerimpen, siat pajeng, tarian rejang dan pependetan dengan diiringi oleh tetabuhan gamelan. Ritual ini hanya dilakukan satu tahun sekali pada saat piodalan Mecatur serangkaian dengan pemujaan Barong Landung di Pura Desa.

Pelaksanaan ritual Mekrab pada saat pemujaan Barong Landung di pura Desa, Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar terkait realitas yang dihadapi oleh masyarakatnya adalah masih banyak sekali umat terutamanya para generasi muda dan krama pemaksan pura, yang belum memahami tentang hakekat dari pelaksanaan ritual Mekrab dengan berbagai keunikan yang terdapat didalamnya. Hal tersebut terjadi karena terbatasnya informasi terkait dengan hal tersebut, dan kurangnya kesadaran umat untuk mencari informasi terkait dengan hal tersebut, sehingga masyarakat krama pemaksan atau pengempon pura Desa yang ada di Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar hanya melaksanakannya secara tradisional tanpa memahami makna dalam ritual tersebut. Ibaratnya umat sering mengaplikasikan, namun tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman utuh terkait apa yang dilakukannya tersebut. Berdasarkan keunikan dan realita tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh dan mendalam mengenai ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung. Adapun judul penelitian ini adalah Ritual Mekrab dalam Pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar (Analisis Pendidikan Agama Hindu).

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar ?

2. Apakah fungsi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar ?

3. Bagaimanakah implementasi pendidikan agama Hindu yang terdapat dalam ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang berupa karya ilmiah tentu berorientasi pada suatu tujuan yang ingin dicapai, Tanpa tujuan segala sesuatu tidak akan pernah jelas, yang akan mengakibatkan ketidak berhasilan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memaparkan prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar.

2. Untuk mengetahui fungsi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar.

3. Untuk menganalisis pendidikan agama Hindu yang terdapat pada ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar.

II. METODE PENELITIAN

2.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, dimana penelitian ini dalam penentuan data tidak menggunakan perhitungan rumus atau data berupa angka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan budaya yang berorientasi pada landasan berpikir untuk memahami suatu makna, yang meliputi gejala fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis atau keritik seni (Redana, 2001: 252).

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada umunya pertimbangan penentuan lokasi penelitian adalah untuk mengetahui keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga (Nawawi, 2001: 86). Penelitian ini berlokasi di wilayah Banjar Pacung, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar, yaitu di sebuah pura yang bernama Pura Desa dengan pertimbangan di Pura ini memiliki Ritual Mekrab yang unik dan Barong Landung yang berwujud laki-laki dan perempuan, Penelitian ini memerlukan waktu kurang lebih selama tiga bulan dalam mengmpulkan data yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.

2.3 Subjek dan Objek

Dalam penelitian ini yang dimaksud subjek penelitian yaitu pemangku, serati banten, kelian pura, dan masyarakat pemaksan Pura Desa. Objek dalam penelitian ini

(4)

adalah Ritual Mekrab dan Barong Landung di Pura Desa, Banjar Pacung Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar.

2.4 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jadi jenis data yang diperlukan adalah data kualitatif. Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data (Arikunto, 2002 : 97). Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari data primer dan data sekunder.

2.5 Tehnik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2004: 90).Teknik penetuan informan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling (secara acak).

2.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik partisipant observation (observasi peran serta, metode wawancara yang tak berstruktur karena dilakukan secara lisan, metode dokumentasi dan Studi kepustakaaan dengan mengkaji bahan pustaka berupa sumber-sumber bacaan, referensi, atau hasil penelitian lainnya yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang diangkat (Iqbal, 2002 : 80).

2.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menghubungkan dan mentabulasikan berbagai temuan dilapangan, kemudian diberi suatu interpretasi sesuai dengan kualitas data yang ditemukan (Redana, 2006 : 168). Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis ini yaitu dengan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

III. HASIL PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa pakraman Pacung yang merupakan bagian dari Kelurahan Bitera yang terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar. Kelurahan Bitera sendiri letaknya sangat strategis karena berdekatan dengan pusat kota atau pusat pemerintahan dan akses untuk menuju ke Kelurahan Bitera sangat mudah karena masih berada di dalam lingkungan kota dan dikelilingi oleh jalan raya.

3.2 Prosesi Ritual Mekrab dalam Pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar

Prosesi ritual Mekerab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa berlangsung setelah dihaturkannya banten yang dipakai sarana pada piodalan ageng (gede) oleh seorang sulinggih, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan pemuspan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta sesuunan berupa tapakan Barong Landung (Ratu Gede lanang dan istri) untuk memohon keselamatan. Adapun rangkaian prosesinya yaitu :

Prosesi Nedunang Sesuunan, Prosesi nedunang ini dilaksanakan pada sore hari Tapakan pelinggih yang berupa pretima lingga, rantasan, canang rebong diturunkan dari pengaruman (tempat menstanakan Ida Bhatara pada saat Pujawali) dan sesuunan tapakan Barong Landung (Ratu Gede lanang dan istri) diturunkan dari gedong

(5)

penyimpenan oleh pemangku pura Desa yang kemudian dipundut oleh krama pemaksan pura Desa.

Ngaturang Pemendak, Ngaturang pemendak ini memiliki arti seperti halnya upacara penjemputan patapakan Ida Bhatara. Prosesi ini dilakukan karena adanya ikatan atau hubungan baik secara sekala maupun niskala antara sesuunan di pura Desa Pacung, Bitera dengan sesuunan yang ada di Pura Penataran Patemon, Pejeng dan juga hubungan kekerabatan antar krama pemaksan pura.

Mepurwa Daksina, prosesi mepurwa daksina dilakukan dengan terlebih dahulu mengitarai pelinggih yang ada di areal jaba pura searah dengan putaran jarum jam dari timur ke selatan sebanyak tiga kali.

Prosesi Menarikan Lis dalam Ritual Mekrab, Tarian lis dalam ritual Mekrab ini merupakan sebuah simbol untuk menyucikan bhuana agung dan alit dengan sarana lis gede atau (lis deg-deg) dan anak lis (lis kemoning) yang ditarikan di hadapan sesuunan Barong landung (Ratu Gede lanang dan istri) sebagai wujud rasa ngayah dan peningkatan kesucian diri secara lahir dan batin.

Prosesi Siat Jerimpen dalam Ritual Mekrab, prosesi siat jerimpen ini dipimpin oleh pemangku pura dengan terlebih dahulu jerimpen dilukat dengan lis yang sebelumnya telah ditarikan. Kemudian setelah itu, barulah jerimpen yang dipundut tersebut saling dibenturkan antara satu dengan yang lainnya.

Prosesi Tarian Pependetan dan Rejang dalam ritual Mekrab, Prosesi ritual ini dilakukan dengan mempersembahkan gerak tarian, yang merupakan sebuah pertujukan tarian wali di hadapan sesuhunan Barong Landung (Ratu Gede lanang dan istri) ketika berlangsungnya upacara piodalan gede.

Prosesi Siat Pajeng dalam ritual Mekrab, Prosesi siat pajeng, dilakukan dengan membenturkan ujung bawah tangkai pajeng, dan kober yang dibawa oleh para penari secara berhadapan. Prosesi ini bertujuan agar sesuunan Barong Landung senantiasa memberikan keselamatan dan perlindunganNya.

Prosesi Metajen-tajenan, Prosei ini dilakukan oleh dua orang krama pemaksan yang laki-laki dan disaksikan oleh krama pemaksan lainnya, dengan terlebih dahulu menghaturkan banten peras pejati dan setelah itu kemudian dilanjutkan dengan saling mengadu atau saling membenturkan telur itik di atas pelepah batang pisang, sambil disoraki oleh krama pemaksan.

3.3 Fungsi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar

Prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini memiliki beberapa fungsi penting bagi masyarakat pemaksan Pura Desa banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar. Adapun fungsi dari ritual tersebut akan diuraikan sebagai berikut. Religius Simbolik Umat Hindu ke Tuhan (Brahman), untuk meningkatkan sradha dan bhakti masyarakat pemaksan Pura Desa kepada Tuhan Yang Maha Esa lewat

(6)

manifestasinya yang diwujudkan dalam sebuah tapakan Barong Landung yang disthanakan di Pura Desa

Pengajeg Sosial Keagamaan Hindu, untuk menjalin hubungan yang harmonis dan suasana keakrabaan antar krama pemaksan pura. Selain itu juga sebagai sarana untuk mempersatukan dan meningkatkan rasa pasemetonan (persaudaraan) dalam melaksanakan suatu upacara keagamaan atau yadnya.

Permohonan Keselamatan, agar senantiasa diberikanNya perlindungan dan keselamatan dalam menjalani rutinitas kehidupan.

3.4 Implementasi Pendidikan Agama Hindu yang terdapat pada ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung Kelurahan Bitera Kecamatan Gianyar

Dalam prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung di Pura Desa Banjar Pacung, terdapat beberapa implementasi atau penerapan ajaran menegenai pendidikan agama yang terkandung didalam pelaksanaan ritualnya. Adapun implementasi pendidikannya akan diuraikan sebagai berikut.

Ritualistik Hindu (Yajña), pengaplikasian dari sebuah pendidikan ritual keagamaan yang diwujudkan dengan prosesi tarian lis, siat jerimpen, tarian rejang dan pependetan, prosesi siat pajeng, metajen-tajenan dan masegeh agung yang dijadikan sebagai sebuah rangkaian ritual pemujaan yang dilangsungkan pada saat upacara piodalan.

Susila (Etika) Hindu, penerapan ajaran mengenai susila atau etika Hindu dalam ritual Mekrab ini terlihat dari terjalinnya hubungan yang harmonis dan penuh keakraban antar krama pemaksan pura dengan selalu menjaga sikap dan perilakunya dalam menjalani sebuah ritual pemujaan.

Estetika Hindu, nilai pendidikan seni religi keagamaan yang diwujudkan dengan gerakan tubuh berupa pertunjukan seni tarian wali dengan sarana upakara yang dihias dengan sentuhan rasa seni. Krama pemaksan pura Desa mengimplementasikan pendidikan seninya dengan persembahan tarian wali pada saat dilangsungkannya prosesi ritual pemujaan sebagai wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyag Widhi Wasa yang disimbolkan dengan tapakan Barong Landung (Ratu Gede Lanang dan Istri). IV SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah dirumuskan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini dilakukan krama pemaksan sebagai rangkaian dari upacara piodalan gede (ageng) di pura Desa, yang diawali dengan nedunang sesuunan, ngaturang pemendak, mepurwa daksina kemudian dilanjutkan dengan ngaturan piodalan dan pemuspan yang dipimpin oleh sulinggih, setelah itu barulah prosesi ritual Mekrab ini dilangsungkan di areal jeroan pura oleh krama pemaksan dengan mepersembahkan tarian lis, siat jerimpen, tarian rejang, tarian pependetan, siat pajeng, dan metajen-tajenan sebagai sebuah seni pertunjukan religi dalam sebuah ritual pemujaan Hindu-bali dengan nuansa religius untuk memohon

(7)

keselamatan dan perlindungan serta sebagai wujud bhakti ngaturang ayah di hadapan sesuunan Barong Landung (Ratu Gede Lanang dan Istri) dan prosesi ritual ini diakhiri dengan mesegeh agung.

2. Prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini memiliki beberapa fungsi seperti : (1) Religius Simbolik Umat Hindu ke Tuhan (Brahman) yaitu untuk lebih meningkatkan rasa sradha dan bhakti krama pemaksan dalam melaksanakan sebuah ritual pemujaan. (2) Pengajeg Sosial Keagamaan Hindu yaitu dapat menjalin keakraban dan hubungan yang harmonis antara krama pemaksan ketika melakukan sebuah prosesi ritual pemujaan. (3) Permohonan Keselamatan yaitu dengan berbagai aspek magis dan religius dari sesuunan diyakini oleh masyarakat krama pemaksan dapat memberikan suatu perlindungan dari kekuatan negatif dan keselamatan lahir dan bhatin.

3. Implementasi pendidikan agama hindu yang terdapat pada prosesi ritual Mekrab dalam pemujaan Barong Landung ini meliputi : (1) Ritualistik Hindu (Yadnya) dilakukan dengan, prosesi siat pajeng, metajen-tajenan dan masegeh agung yang dijadikan sebagai sebuah rangkaian ritual pemujaan yang dilangsungkan pada saat upacara piodalan. (2) Susila (Etika) Hindu terlihat dari sikap krama pemaksan yang selalu menjaga sikap dan prilakunya dalam menjalani sebuah ritual pemujaan. Dengan rasa saling menghargai antar sesamanya. (3) Estetika Hindu dapat dilihat dari persembahan tariaan wali dengan beberapa gerakan tubuh yang memiliki nilai seni atau keindahan serta alunan seni tetabuhan gamelan yang mengiringi prosesi ritual ini. Sarana upakara yang dipakai dalam prosesi ritual ini juga dibuat dengan sentuhan rasa seni oleh krama pemaksan pura.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Repisi V), Jakarta : Rineka Cipta

Iqbal, H. 2002. Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Gihalva Indonesia. Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang sosial. Pontianak : Gajah Mada University Perss.

Redana, Made. 2001.Hand Book Metodologi Penelitian,STAHN Denpasar. Redana, Made. 2006 . Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal

Sudarsana, I. K. (2014). Pengembangan Model Pelatihan Upakara Berbasis Nilai Pendidikan Agama Hindu Untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2016). Pemikiran Tokoh Pendidikan Dalam Buku Lifelong Learning: Policies, Practices, And Programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.

Sudarsana, I. K. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2016). Development Model Of Pasraman Kilat Learning To Improve The Spiritual Values Of Hindu Youth. JIP, 4(2).

Sudarsana, I. K. (2016). Model Pembelajaran Pasraman Kilat: Meningkatkan Nilai-Nilai Spiritual Remaja Hindu.

Referensi

Dokumen terkait

Bervariasinya dari hasil penelitian mengenai week four effect dan rogalski effect di Bursa Efek Indonesia, yang mana dalam hal ini di mungkinkan karena peneliti

Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kabupaten Ogan Komering

Zaskrbljenost je vrsta strahu, ki ga doţivljamo, kadar ocenimo, da bi neka okoliščina, ki je ne poznamo ali nimamo kontrole nad njo, lahko ogrozila nekaj, kar nam je pomembno ali za

Respon variabel panjang tajuk dan akar serta berat kering tajuk dan akar gulma tergantung pada formulasi ekstrak teki, saat aplikasi dan jenis gulma yang dievaluasi.. Timbul gejala

Aspal cair (cut back asphalt), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan dingin yang merupakan campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan

Beberapa batuan vulkanik berupa aliran lava dan endapan piroklastik yang dijumpai di lereng Gunung Semeru sebagai bukti terjadinya letusan samping pada masa pra sejarah maupun

Pengawasan masyarakat ( social control ) yang dilakukan masyarakat di desa penelitian, ditujukan kepada pemerintah desa (Kepala Desa dan perangkatnya) sebagai

Penambahan glutathione pada medium maturasi ataupun medium kultur dengan konsentrasi yang tepat untuk melindungi embrio dari serangan radikal bebas yang mungkin terjadi saat gamet