BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN DAN
OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
5.1
Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama
Tabel 5.1
Area Beresiko Kabupaten Madiun
Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun berdasarkan persepsi
dari SKPD yang terlibat dalam pokja sanitasi menunjukkan bahwa tidak ada dua desa
yang memiliki kriteria beresiko sangat rendah. Mayoritas desa tergolong pada kriteria
beresiko rendah ada sebanyak 3 desa, 3 desa yang memiliki resiko sedang, dan 2 desa
yang beresiko tinggi.
Sedangkan penilaian yang dilakukan berdasarkan data sekunder, memberikan
hasil lebih bervariasi dimana ada 3 desa yang tergolong pada kategori beresiko sangat
rendah, 1 desa beresiko rendah, dan 1 desa yang memiliki resiko sedang. Untuk desa
yang memiliki resiko tinggi ada 5 desa yang dimana 2 desa berada di Kecamatan
Balerejo.
Untuk penilaian berdasarkan data EHRA, menunjukkan hasil hanya ada 1 desa
yang memiliki resiko sangat rendah, 2 desa yang memiliki resiko rendah, dan 1desa
beresiko sedang. Sementara untuk area yang beresiko tinggi ada 6 desa yang tersebar di
empat kecamatan yaitu Kecamatan Dolopo, Kecamatan Dagangan, Kecamatan Mejayan
dan Kecamatan Balerejo.
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan diperoleh hasil , 2 desa dengan resiko
sangat rendah. Ada 2 desa yang beresiko rendah, 3 desa yang beresiko sedang dan ada 3
desa yang dikategorikan memiliki resiko sangat sangat tinggi.
Dari keempat penilaian yang telah dipaparkan diatas, akhirnya disepakati area
beresiko untuk Kabupaten Madiun ada 1 desa yang beresiko rendah sangat rendah, 2
desa beresiko rendah dan ada 6 desa yang beresiko sedang. Sementara ada 1 desa di
Kecamatan Jiwan yang memiliki resiko sangat tinggi yaitu Desa Sukolilo. Orientasi
lokasi desa beresiko di Kabupaten Madiun berdasarkan skor yang telah dihitung dapat
dilihat pada Gambar 5.1 – 5.5.
Dalam menetukan pilihan teknologi sanitasi yang nantinya akan diterapkan,
terlebih dahulu dilakukan pengelompokan desa yang ada di Kabupaten Madiun
berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Saat ini belum ada standar yang
membedakan area urban dari peri-urban dan area rural. Desa akan dikategorikan sebagai
area urban bila kepadatan lebih dari 125 orng/Ha, peri-urban bila kepadatan berkisar
antara 25-125 orang/Ha, atau rural bila kepadatan kurang dari 25 orang/Ha. Hasil
pengelompokan gampong ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 10 desa yang ada di Kabupaten
Madiun, tidak ada desa yang tergolong urban. 6 desa tergolong sebagai peri urban dan
desa lainnya sebanyak 6 desag masih tergolong sebagai rural. Dari 5 kecamatan yang
ada di Kabupaten Madiun, terlihat bahwa Kecamatan Mejayan memiliki kepadatan yang
lebih tinggi sehingga tidak memiliki desa dengan kategori rural. Hal ini disebabkan pula
karena Kecamatan Mejayan merupakan pusat ibu kota dan pusat pelayanan di
Kabupaten Madiun.
Tabel 5.2
Klasifikasi Desa di Kabupaten Madiun
Kecamatan/ Kelurahan
Klasifikasi Kelurahan (Final)
Ur b a n P e ri -u rb a n Rur a l
Seleksi dan Kriteria Final
Kepadatan org/ha Kepdtn
pddk Pengembangan BWK Future development Lokasi DOLOPO BANGUNSARI #REF! 52 SULUK 63 DAGANGAN SEGULUNG 59 JETIS 23 MEJAYAN KRAJAN 66 PANDEAN #REF! 88 KALIABU 93 BALEREJO GARON 14 BANARAN 12 JIWAN SUKOLILO 22
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
5.2 KAJIAN DAN OPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN GENDER DI
AREA PRIORITAS
Masyarakat yang merupakan komponen dalam suatu komunitas dan mempunyai
posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum
mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah. Oleh karena itu perlu
disusun suatu studi penilaian mengenai partisipasi masyarakat dan peran jender dalam
pengelolaan sanitasi, baik dalam skala kabupaten maupun dalam skala nasional. Studi
ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat
berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi. Untuk mendapatkan
sebuah penilaian yang kredibel dibutuhkan data dan informasi yang valid dan kredibel
pula. Untuk itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana
dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi masyarakat dan jender dalam penanganan
sistem sanitasi dalam skala kabupaten beserta prospek pengembangannya di masa
depan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi
rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui
kerjasama dengan berbagai pihak, serta melakukan evaluasi dan pengembangan
kegiatan program secara mandiri.
Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara
partisipatif, tanpa harus menunggu “perintah” dari pemerintah. Untuk memampukan
masyarakat agar memiliki kemampuan seperti di atas, penilaian tentang kondisi sanitasi
masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi
Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan metodologi yang
mendorong keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi yang dikembangkan dari
metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment
(PRA) yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program, termasuk di dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat komunitas.
MPA terbukti sangat bermanfaat untuk pembangunan di berbagai sektor, yang
mengaitkan keberlanjutan pelayanan program dengan kegiatan peka jender, berpihak
pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach =
DRA), menyatakan pola asosiasi antara pelayanan yang baik bisa dimanfaatkan dan
berkelanjutan, hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil kebijakan
mendukung pendekatan ini. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ)
dilakukan dengan tujuan:
a. Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis dengan menggunakan
alat –alat partisipatori, untuk menilai kesinambungan dan ketanggapan terhadap
kebutuhan;
b. Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi,
baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari
instansi lain.
c. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi
dalam perbaikan sanitasi.
d. Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap perencanaan pembangunan sarana
sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara perempuan dan laki-laki.
e. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang
ada di kelurahan Sementara itu, hasil yang diharapkan dari studi PMJ adalah:
Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota baik
laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan
kebersihan.
Munculnya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan
kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi.
Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi untuk
pelaksanaan program program sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan.
Dari kegiatan Observasi & Survei PMJ di kelurahan-kelurahan yang termasuk
area beresiko tinggi dengan melibatkan masyarakat secara langsung diperoleh
hasil seperti yang tercantum.
5.3 MEDIA DAN PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL
Studi media merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja sanitasi Kabupaten
Madiun dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Madiun yang merupakan rangkuman kondisi eksisting kabupaten diharapkan
dapat menyediakan semua informasi mengenai kabupaten termasuk mengenai media
yang terdapat di kabupaten termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat.
Studi media dilakukan dengan tujuan:
adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak
sasaran dan catatan pembelajarannya.
2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan
diangkat oleh pemkab dan PPSP dan peluang-peluang kerjasama dengan media
massa.
3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu
kesehatan dan isu sosial lainnya.
4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan
kegiatan-kegiatan kemasayarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi
isu-isu sanitasi.
Adapun hasil dari studi ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian
sanitasi.
2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian
sanitasi.
3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis di
masa mendatang. Selain itu manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya
program pembangunan sanitasi kabupaten, PPSP dan pokja sanitasi kabupaten
kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi pemerintah dan media massa)
Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye dilakukan,
metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal
methods). Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk
mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi
sasaran dan stakeholders lainnya mengenai media komunikasi. Metode yang
dipergunakan meliputi:
1. Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri
serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu
tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat
kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
2. Pengamatan langsung (direct observation). Melakukan kunjungan lapangan atau
pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan
dapat berupa informasi mengenai sumber-sumber informasi yang tersedia,
kegiatan program pemasaran sosial yang sedang dan telah berlangsung,
pemanfaatan media formal dan informal, kerjasama dengan media massa dll.
3. Survey kecil (mini-survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan
tertutup) terhadap sejumlah sample (400 orang). Nara sumber menggunakan
random sampling yaitu sampel acak. Di Kabupaten Madiun, sampel merupakan
penduduk di sebagisn 206 desa/kelurahan yang terpilih secara random.
Adapun informasi yang ingin diketahui dari survey ini adalah:
1. Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin
2. Preferensi media massa sehari-hari, frekuensi terpaan dan waktu
3. Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan
Berikut hasil pemetaan yang dilakukan oleh pokja.
A. Hasil Pengumpulan Data dari SKPD
Pengumpulan data dari SKPD dilakukan dengan mewawancarai nara sumber di
masing-masing SKPD yang berhubungan dengan sanitasi. Untuk Kabupaten Madiun,
wawancara dilakukan pada narasumber dari 5 SKPD/dinas yaitu Dinas PU Buna Marga
dan Cipta Karya (DPU BM&CK), Dinas Kesehatan (Dinkes), Kantor Lingkungan
Hidup (KLH), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat (BPM).
SKPD/BAGIAN
TUPOKSI
Dinas Kesehatan
Penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang
kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang Kesehatan.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang
kesehatan.
Pelaksanaan pengendalian, pengawasan dan pembinaan
di bidang administrasi kepegawaian, pengelolaan
anggaran dan pelaksanaan tugas dinas.
Penyelenggaraan keamanan, kebersihan dan kenyamanan
bekerja di lingkungan kantor.
Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi dan laporan
pelaksanaan bidang kesehatan.
Dinas
Pekerjaan
Umum (PU)
Penyusunan rumusan kebijakan teknis bidang
perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari
bidang pekerjaan umum meliputi sub bidang bina
marga,
perkotaan
perdesaan,
air
minum,
permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa
konstruksi
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum dibidang perumahan, bidang tata ruang dan
sebagian dari bidang pekerjaan umum.
Pembinaan
dan
pelaksanaan
tugas
dibidang
perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari
bidang pekerjaan umum.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dibidang
perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari
bidang pekerjaan umum.
Pelaksanaan
pengendalian,
pengawasan
dan
pembinaan di bidang administrasi kepegawaian,
pengelolaan anggaran dan pelaksanaan tugas dinas.
Penyelenggaraan
keamanan,
kebersihan
dan
kenyamanan bekerja di lingkungan kantor.
Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi dan
laporan pelaksanaan bidang perumahan, bidang tata
ruang dan sebagian dari bidang pekerjaan umum.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Badan
Perencana
Pembangunan Daerah
(BAPPEDA)
Penyusunan rumusan kebijakan teknis pada bidang
urusan perencanaan pembangunan daerah dan
statistik berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum
pada
bidang
urusan
perencanaan
pembangunan daerah dan statistik.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas pada bidang
urusan perencanaan pembangunan daerah dan
statistik.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pada
bidang urusan perencanaan pembangunan
daerah dan statistik perencanaan pembangunan
daerah dan statistik.
Pelaksanaan
pengendalian,
pengawasan
dan
pembinaan di bidang administrasi kepegawaian,
pengelolaan anggaran dan pelaksanaan tugas Badan.
Penyelenggaraan
keamanan,
kebersihan
dan
kenyamanan bekerja di lingkungan Badan.
Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi dan
laporan pelaksanaan perencanaan pembangunan
daerah dan statistik.
Badan Pemberdayaan
Masyarakat (Bapemas)
Penyusunan rumusan kebijakan teknis pada bidang
urusan
pemberdayaan
masyarakat
berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum
pada
bidang
urusan
pemberdayaan
masyarakat.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas pada bidang
urusan pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pada
bidang urusan pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan
pengendalian,
pengawasan
dan
pembinaan di bidang administrasi kepegawaian,
pengelolaan anggaran dan pelaksanaan tugas di
lingkup Badan.
Penyelenggaraan
keamanan,
kebersihan
dan
kenyamanan bekerja di lingkungan kantor.
Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi dan
laporan
pelaksanaan
bidang
pemberdayaan
masyarakat.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Kantor
Lingkungan
Hidup (KLH)
Penyusunan rumusan kebijakan teknis dibidang
urusan lingkungan hidup.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum dibidang Lingkungan Hidup.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dibidang Lingkungan Hidup.
Pelaksanaan
pengendalian,
pengawasan
dan
pembinaan di bidang administrasi kepegawaian,
pengelolaan anggaran dan pelaksanaan tugas dinas.
Penyelenggaraan
keamanan,
kebersihan
dan
kenyamanan bekerja di lingkungan kantor.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan laporan
pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari SKPD/dinas dapat
ditarik kesimpulan yaitu:
1. Setiap SKPD/dinas memiliki anggaran untuk melakukan kegiatan komunikasi
(termasuk di dalamnya membuat materi komunikasi yang biasanya berbentuk
leaflet, spanduk maupun spot di radio). Untuk produksi materi komukasi,
SKPD/dinas membuat sendiri.
2. Semua SKPD/dinas yang menjadi narasumber menggunakan media sosialisasi
dan penyuluhan dalam mengkomunikasikan isu tertentu. Alat yang digunakan
masih berupa leaflet, paparan presentasi dan hard copy yang disebarkan saat
3. Isu yang diangkat oleh SKPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing.
Untuk isu tertentu, beberapa SKPD/dinas bersama-sama dalam pengerjaannya.
4. Tiap SKPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal dan wartawan dalam
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Persampahan.
Persoalan persampahan rumah tangga sudah cukup baik dengan indikator bahwa bau busuk, lalat yang menggangu dan banyaknya tikus dan cacing di wilayah di survey EHRA tidak mengalami persoalan karena samaph di rumah tangga sebanyak 87% dibakar dan dimasukan didalam lobang serta ditimbun/dikubur, sedangkan dilakukan pembuangan untuk barang bekas layak pakai serta dijual kembali. Namun yang mendapat perhatian bahwa :
Pelayanan sampah masih terbatas di wilayah Kabupaten, permukiman padat, pertokoaan, perkantoran, dan pasar. Masih banyak titik pelayanan yang belum menyentuh wilayah-wilayah yang ada di kecamatan, minimnya sarana dan prasarana sehingga tidak optimal dalam pelayanan dan kinerja.
Perlu pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Sampah bukan milik pemerintah perlu pengelolah bersama dengan cara-cara yang benar dan tepat dalam sebuah action. Setidaknya diberikan pemahaman untuk melakukan pemilahan sampah, karena hanya 48% yang melakukan pemilahan.
Tempat Pembuangan Akhir masih menggunakan model Open Dumping & proses menuju Control Landfield.
Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk database persampahan. Database ini tentunya sangat berguna bagi pemerintah dalam upaya melakukan forecasting terhadap permasalahan sampah.
Sarana dan prasarana sampah belum mampu menjawab kebutuhan akan pelayanan persampahan yang baik. Lokasi TPA misalnya, bila masih menggunakan model pengelolaan sampah hanya dengan menggunakan metode open damping saja, maka dalam waktu yang tidak begitu lama, pemerintah harus mencari lokasi baru atau melakukan perluasan lokasi TPA. Artinya life time penggoperasian TPA tidak begitu lama.
Terdapat beberapa wilayah di Kab. Madiun yang belum terjangkau oleh layanan persampahan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada semua anggota masyarakat membuat masalah persampahan menjadi tidak tuntas ditangani. Artinya pelayanan ini masih bersifat parsial.
B. Air Limbah
Berdasarkan data survey EHRA bahwa 97% dari responden telah memiliki jamban pribadi, hanya 3% yang kelubang galian karena tidak memiliki jamban. Sedangkan masih ada 3% orang di luar anggoata keluarga yang sering BAB di tempat
perlu upaya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan masih kurang dan masih ada yang menggunakan prasarana sanitasi yang belum memenuhi syarat. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga lebih sulit untuk diterapkan. 100% responden survey EHRA yang memiliki tangki saptic yang sudah berumur lebih dari 10 tahun namun tidak pernah dikuras/dikosongkan.
C. Drainase
Berdasarkan survey EHRA yang dilakukan di 10 desa terdapat 13% mengalami banjir, Desa Garon dan Desa Kaliabu dan Desa Bangunsari mengalami banjir setinggi pinggang dewasa, dan Desa Jetis dan Desa Krajan dan Kaliabu setinggi tumit orang dewasa. Lama genangan tersebut antara 1-3 jam dan kemudian surit dan kembali sedia kala. Memperhatikan hal tersebut Hal yang dapat dilakukan untuk :
a. Arahan kegiatan daerah hulu sungai:
Pengaturan erositas dan pemeliharaan hutan; dan
Pengaturan tanah pertanian, sehingga tidak merambah kawasan hutan lindung.
b. Arahan kegiatan daerah sepanjang aliran sungai: Pengembangan drainase; serta
Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air (pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku).
D. Air Bersih
Sumber air berdasarkan data EHRA bahwa sumber air tercemar di Kabupaten Madiun tidak mengalami pencemaran, namun ada wilayah yang tercemar dikarenakan tingginya pemakaian pestisida untuk tanaman tebu sehingga air yang ada disekitar lahan perkebunan tersebut tidak layak dikonsumsi. Ada 25% responden mengalami kelangkaan air. Sumber air yang dipakai masyarakat bersumber dari air sumur gali, PDAM, kran umum dan sumur pompa tangan yang dipakai untuk keperluan sehari-hari sepeti mencuci, memasak, dan menggosok gigi dan lain-lain.
Mata Air yang ada di Kabupaten Madiun cukup banyak. Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Madiun, mata air yang ada di Kabupaten Madiun sebanyak 114 mata air yang sudah dimanfaatkan untuk air irigasi dan air minum. Dari 114 mata air yang ada di Kabupaten Madiun, mata air dengan debit maksimum 100 liter/detik antara lain Mata Air Dilem di Desa Kare Kecamatan Kare, Mata Air Sambong di Desa Batok Kecamatan Kare, Mata Air Sekebo di Desa Randualas Kecamatan Kare, Mata Air Jirak di Desa Tawangrejo Kecamatan Kare dan Mata Air Gebangarum di Desa Plumpungrejo Kecamatan Wonoasri, dimana mata air tersebut dimanfaatkan untuk irigasi.
Perlindungan di sekitar mata air ini dimaksudkan melindungi secara langsung dari gangguan khususnya aktifitas manusia yang berakibat menurunnya kualitas
mata air. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area ditekankan dalam perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan setempat kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal radius 200 meter dari mata air. Kawasan dengan radius 15 meter dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan penyaluran air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kriteria penetapan kawasan sekitar mata air meliputi:
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air. Arahan kegiatan pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain:
1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan;
2. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
3. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau
ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air; serta
6. Untuk mata air yang terletak pada kawasan lindung, maka perlindungan sekitarnya tidak dilakukan secara khusus, sebab pada kawasan lindung tersebut sudah sekaligus berfungsi sebagai perlindungan terhadap lingkungan dan air.
E. PHBS
Dukungan pemerintah daerah untuk mensejahterahkan masyarakat salah satunya adalah dengan menfasilitas ketersediaan fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Madiun terdiri Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas pembantu,Dokter praktek, Rumah Sakit Bersalin, Klinik KB, Posyandu, Balai Pengobatan, Apotik, Toko Obat dan Pos Pelayanan Obat dengan distribusi yang cukup merata di Kabupaten Madiun. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Madiun sebanyak 1.159 unit dengan komposisi terbanyak adalah fasilitas kesehatan yang berupa posyandu. Untuk rumah sakit di Kabupaten Madiun berjumlah 3 unit yang terdapat di Kecamatan Dolopo, Kecamatan Wungu dan Kecamatan Mejayan.
Berdasarkan survey EHRA 100% responden sudah menggunakan sabun untuk mencuci tangan (6%), dan mandi (97%), setelah membuang hajat/cebok (35%) , sebelum memberi makan bayi (3%), disini terlihat perilaku untuk menjaga kesehatan
yang diawali dengan mencuci tangan masih sangat rendah dan membersihkan badan/mandi dengan menggunakan sabun sudah cukup tinggi.
F. Peraturan Daerah
Retribusi sampah di Kabupaten madiun diatur oleh Perda Nomor 6 Tahun 2005 tentang Restribusi dan Pengelolaan Persampahan yang kemudian diubah dengan Perda Nomor 13 tahun 2010 tentang restribusi Jasa Umum (Retribsu Kebersihan) sedangkan untuk Perda Pengolahan Sampah baru belum karena baru akan dibahas pada Tahun 2012. Sehingga masalah pengolahan sampah, masalah cakupan pelayanan sampah, masalah sangsi terhadap masyarakat yang membuang sampah dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
G. Sosialisasi
Berdasarkan data FGD yang dilakukan pada responden bertempat di Kantor Bappeda untuk 50 responden diperoleh data sebagai berikut :
Media Elektronik yang dikonsumsi adalah TV =80 %, RRI =20%, Stasiun TV yang sering RCTI=50%,SCTV=35%, TRANSTV=15% Jenis Program yg ditonton Sinetron=60%, Berita=40%,
Orang yang menyampaikan informasi adalah Kepala Dusun=60%,Lurah =40%.
Jenis Pertemuan yang efektif dilakukan di Pengajian 65%, Arisan =35% Dinas/SKPD belum secara jelas memasukan program-program Sanitasi dalam kegiatan mereka baik media cetak maupun media elektronik.
Radio/Station belum Care dlm hal mensosialisasikan masalah Sanitasi. Nama : Radio Purabaya AM
Alamat : Jl. Mayjend Sungkono No.42 Madiun 63129 Nama : Radio Prima Suara Mitra FM
REKOMENDASI A. Persampahan Rekomendasinya:
Perlu sosialisasi ke masyarakat tentang pemahaman persampahan dan kebersihan.
Pelatihan tentang pemilihan sampah di tingkat kota yang dimulai dari Rumah Tangga/Pengelolahan Sampah tingkat Desa.
Pilot Project Bank Sampah di Sekolah.
Membuat TPS Desa yang dikelolah oleh desa dengan sistem pemilahan sampah organik dan non organik.
Restribusi Sampah dikelolah oleh Desa/Kelurahan.
Penerbitan buku-buku untuk pembelajaran anak usia sekolah.
Diperlukan terobosan pengembangan pengelolaan TPA yang modern dengan tehnologi untuk mencapai efektif dan efesien menuju Control landfield.
Perlu pengkajian yang benar dan tajam tentang sistem Sanitary Landfield. Penambahan/pemberian tong sampah, bin container dibeberapa titik di Kabupaten Madiun untuk Organik dan An Organik.
Pembangunan 3 R dan fasilitas pendukungnya.
Pengadaan Dump Truck Sampah, Buldozer D6, Wheel Loader, Truck Sampah Arm Roll dan Mobil Kijang Pick Up serta Vacuum Truck, Kendaraan Tossa, . Pembuatan Kolam/Cell Sampah, Perbaikan sarana prasarana TPA.
Pembuatan Perda Sanitasi (inklud didalamnya ; Sampah,Limbah,Drainase dan Air Minum)
Pengadaan Pengadaan Bin Container,Container Sampah & Landasan Edukasi dan Kampanye PLP.
Bantek Kelembagaan Bidang PLP. DED Persampahan TPA Kaliabu
Rehabilitasi Tpa Kaliabu (Peningkatan Zona Penimbunan Sampah) Pembangunan landasan kontainer TPA Kaliabu
Pembuatan hanggar di TPA Kaliabu Pembangunan bak pengolah leachate Pembangunan pos jaga
Pembangunan pagar pembatas tpa kaliabu Pembangunan saluaran drainase tpa kaliabu
Studi Peningkatan Kelembagaan Retrubusi Sampah.
Pembuatan komposter skala rumah tangga (methode akakura) di perkotaan caruban
Pembuatan komposter skala rumah tangga (methode tongnopos) di perkotaan caruban
Pelatihan/pembinaan kelompok masyarakat sadar sampah di perkotaan caruban
Meningkatkan peran serta swasta dan LSM Lingkungan untuk memikirkan keberlanjutan penangganan persampahan baik dari sisi tehnis dan non tehnis yang skala Kabupaten dan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Penyusunan Master Plan Persampahan.
B. Air Limbah
Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana melalui program dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Sistem pembuangan setempat (On Site System) dianggap paling tepat untuk kondisi Kabupaten Madiun yang meliputi :
1. Sarana jamban keluarga yang memenuhi syarat.
2. SPAL bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan kepadatan rendah Masyarakat di daerah padat yang sulit mendapatkan pelayanan penyedotan tinja akan lebih tertarik dengan pelayanan tangki septic komunal yang lebih praktis. Perlu di bangun sarana WWTP (Wash Water Treathmen Plan) untuk menyaring air limbah sebelum di buang ke sungai.
3. Penyuluhan tentang Hidup Sehat akan Kebersihan pada masyarakat.
4. Perlu Pelatihan AMDAL A dan B baik untuk petugas, LSM Lingkungan dan Praktisi Akademisi.
5. Pembangunan Jaringan Air Limbah. 6. Pengadaan Truck Tinja.
7. Air Bersih dan MCK Kec. Saradan Ds. Klangon 8. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah.
9. Pembangunan IPLT dan penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah industri tahu (biogas).
10. Meningkatkan Peran Serta swasta dan LSM Lingkungan untuk memikirkan keberlanjutan penangganan air limbah baik dari sisi tehnis dan non tehnis yang skala Kabupaten dan berbasis pemberdayaan masyarakat.
11. Penyusunan Master Plan Air Limbah.
C. Drainase
Pengendalian banjir pada Sungai jeroan dapat dilakukan dengan pendekatan secara struktur dan non struktur, adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian banjir dengan infrastruktur
Melakukan perbaikan sungai dasarnya adalah mengusahakan agar air banjir tidak meluap dan sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan di sungai yang dapat mengakibatkan pembendungan. Termasuk di dalam perbaikan sungai antara lain:
Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada. Normalisasi sungai.
Membuat bangunan-bangunan proteksi tebing pada tempat yang rawan longsor.
Pemasangan pompa banjir pada muara anak sungai yang menuju Kali Jeroan.
b. Pengendalian banjir dengan Non Struktur
Kegiatan non struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir dan DAS sedemikian rupa sehingga selaras dengan kondisi dan fenomena lingkungan/alam termasuk kemungkinan terjadinya banjir. Upaya tersebut dapat berupa :
Konservasi tanah dan air di DPS hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi
pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dan teknik agro, yang
bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain dengan terarsiring, bangunan terjun, check-dam/dam penahan, dampengendalian sedimen, penghijauan dan reboisasi serta pembuatan sumur resapan.
Penataan ruang dan rekayasa di DPS hulu sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidrologi DAS dan tidak memperbesar masalah banjir.
Partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu, menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat adanya sampah padat termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran sungai.
Pembangunan saluran drainase & paving
Penetapan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum. Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasinya.
Sehingga akan terjadi pengurangan tingkat genangan terutama di kawasan strategis, Pengembangan saluran primer, sekunder dan tersier, pemeliharaan Saluran Drainase Primer dan melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan kelompok peduli serta melibatkan peran serta masyarakat.
D. Air Bersih
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 10 l/d,h= 80m 15 kw Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 15 l/d,h = 80 m 18.5 kw Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 15 l/d,h = 60 m 15 kw
Pembuatan sumur bor lengkap pompa submersible serta well hed dan pipa kolom kap 15 l/d
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 6" Kec. Wonoasri
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 6" Kec. Balerejo
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa diaameter 4" Kec. Jiwan
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan sr pipa dia 2" kec. Wonoasri, balere dan kec. Jiwan
Penambahan pelanggan baru 1500 SR
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 3" Kec. Wonoasri, balerejo dan Kec. Jiwan.
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 10 l/d,h= 60m 11 KW Kec. Saradan
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 10 l/d,h = 80 m 15 kw Kec. Saradan
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 15 l/d,h = 60 m 15 KW wilayah perkotaan Caruban.
Pembuatan sumur bor lengkap pompa submersible serta well hed dan pipa kolom kap 15 l/d Kec. Geger.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 6" Kec. Wonoasri dan Jiwan.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan sr pipa dia 4" Kec. Wonoasri, jiwan dan madiun.
Pembuatan sumur bor lengkap pompa submersible serta well hed dan pipa kolom kap 15 l/d 2000 SR.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 3" Kec. Wonoasri, Jiwan dan Madiun.
Pengembangan spam ikk belum memiliki spam
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 10 l/d,h= 60m 11 kw Kec. Pilang Kenceng dan Jiwan.
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 7.5 l/d,h = 60 m 7.5 kw Kec. Madiun
Pengadaan pomp submersible cadangan ; q = 25 l/d,h = 60 m 22.5 kw di perkotaan Caruban.
Pembuatan sumur bor lengkap pompa submersible serta well hed dan pipa kolom kap 15 l/d Kec. Jiwan.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa diameter 4" Kec. Geger.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa diameter 4" Kec. Wonoari dan Madiun.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa diameter 3" Kec. Geger, Madiun dan Wonoasri.
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa diameter 6"
Pembuatan sumur bor lengkap pompa submersible serta well hed dan pipa kolom kap 15 l/d Kec. Wongo, Dolopo, (2015)
Penambahan pelanggan baru 2.000 SR
Pemasangan pipa distribusi jaringan penunjang penambahan SR pipa dia 6" Kec. Wonoasri, Balerejo dan Mejayen.
E. Kesehatan/PHBS
Sosialiasi cuci tangan pakai sabun di sekolah STBM
Survey Kesehatan prilaku dan kesehatan PHBS. Pembuatan media promosi untuk Demam Berdarah.
Penataan lingkungan permukiman padat dan kumuh/bina lingkungan lestari di wilayah perkotaan caruban
Sosialisasi PHBS perlu di tingkatkan di masyarakat maupun dilingkungan pendidikan.
Pemerintah kota membantu masyarakat dalam penyedian jamban yang memenuhi syarat.
Perlu adanya perhatian pemerintah dalam penyedian dana kampanye PHBS dan kegiatan PHBS baik di dunia pendidikan, pesantren dan masyarakat. Perlu sosialisasi tentang PHBS pada Kelompok Pendidikan Usia Dini dan Pembinaan pada Guru.
Pembinaan Desa dan Kader Siaga dan Peningkatan SDM Kader Siaga. Penyediaan sarana prasarana promosi kesehatan (PHBS).
Pelatihan Penanganan limbah medis untuk tenaga kesehatan di puskesmas. Pemeriksaan sanitasi di tempat-tempat umum.
Melakukan survey jentik nyamuk berkala (setiap 3 bulan) untuk daerah endemis DBD.
Perlombaan lingkungan bersih. Pemeriksaan kualitas air minum.
Disseminasi informasi lingkungan sehat/promosi kesehatan.
F. Peraturan Daerah
Perlu Perda tentang Persampahan yang konfrehensi Perlu Perda Air Bersih
Perlu Perda Limbah Cair dan Limbah Medis
Kesemuanya Perda tersebut dirangkum dalam sebuah Perda tentang Sanitasi Kabupaten Madiun.
G. Sosialisasi
Pendekatan Keagaman yang intens tentang Sanitasi
Media yang dipakai Program Sanitasi di Radio juga Talkshow. Penerbitan Buku/Komik Sanitasi.
Pembuatan Film Sanitasi.