• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yulianto dan Joko Susilo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yulianto dan Joko Susilo"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI PERANGSANGAN PEMBUNGAAN TANAMAN KELENGKENG UMUR PRODUKTIF DENGAN CARA PERUNDUKAN DAHAN

Yulianto dan Joko Susilo

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pohon kelengkeng (Dimocarpus longan (Lour.) Steud.) mempunyai tiga kelompok bunga, yaitu bunga berkelamin tunggal, berbunga jantan dan betina atau disebut berumah satu, serta hermafrodit. Pada pohon berumah satu dan hermafrodit, proses penyerbukan dan pembuahan mudah terjadi karena terdapat bunga jantan dan bunga betina sehingga tidak perlu ditanam berpasangan. Tanaman kelengkeng hermafrodit atau yang berumah satu kadang-kadang tidak berbunga atau hanya berbunga dan berbuah sedikit walaupun pada musimnya yaitu sekitar bulan September. Pembungaan dalam suatu pohon hanya terjadi pada beberapa ujung ranting, sehingga produktivitas tanaman sangat rendah (Yulianto, et al., 2008).

Tanaman kelengkeng yang menjadi tumpuan harapan penghasilan utama bagi petani kadang-kadang tidak berbunga dan berbuah. Ketidakpastian hasil kelengkeng karena pembungaan dan pembentukan buah yang tidak lebat selalu merisaukan para petani. Agar kelengkeng dapat berbunga lebat, tanaman tersebut perlu dirangsang pembungaannya. Pembungaan kelengkeng dapat dipacu dengan cara perlakuan fisik melalui pemangkasan, perundukan, penggelangan, dan stres air, atau perlakuan non fisik melalui pemupukan hara mikro dan pemberian hormon. Pada beberapa jenis tanaman buah-buahan, perangsangan pembungaan dapat dilakukan melalui aplikasi paklobutrazol, pemangkasan, dan perundukan dahan (Wang and Steffens, 1987; Wieland and Wample, 1985; Purnomo, et al., 1990; Purnomo dan Prahardini, 1991; Yuniastuti, et al., 2001). Hormon Paklobutrazol mampu meningkatkan kandungan karbohidrat dalam jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar, meningkatkan respirasi akar dan mengurangi kehilangan air akar (Wang, et al. 1986). Paklobutrazol secara biologis menghambat aktivitas enzim ent kaurene

(2)

oksidase, merubah ent kaurene menjadi ent kaurenoic dalam biosintesis giberelin (Wang dan Steffens, 1987). Apabila biosintesis giberelin terhambat maka akan berakibat meningkatkan biosintesis asam absisat (ABA), sebab prekursor kedua hormon ini adalah Acetyl-CoA yang terjadi dalam proses respirasi guna menciptakan energi. Apabila hormon ABA meningkat maka akan berefek pada pembungaan suatu tanaman (Purnomo dan Prahardini, 1991). Menurut Purnomo dan Prahardini (1988) penggunaan paklobutrazol pada tanaman mangga dapat merangsang reproduksi tanaman dan meningkatkan jumlah ranting reproduktif sebesar 100%. Walaupun jumlah pohon kelengkeng yang berhasil berbunga terbanyak terjadi pada perlakuan dengan paklobutrazol, tetapi jumlah pohon berbunga yang menghasilkan buah terbanyak terjadi pada perlakuan perundukan dahan (Yulianto, et al., 2008).

1.2. Sumber Teknologi

Teknik perangsangan pembungaan kelengkeng yang direkomendasikan mengacu pada publikasi oleh Firstantinovi, E. S. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. Serta hasil pengkajian Sistem Usaha Tani Kelengkeng yang dilaksanakan oleh BPTP Jawa Tengah di Desa Pagergunung, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung pada tahun 2005 – 2006.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi

1.3.1. Tujuan

Tujuan penerapan teknik perangsangan pembungaan kelengkeng ini adalah untuk membuat tanaman kelengkeng dapat berbunga lebat secara serempak dalam satu kanopi. Tanaman kelengkeng dibuat berbunga lebih banyak serta diatur waktu pembungaannya.

1.3.2. Manfaat

Teknik perangsangan pembungaan tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk menghasilkan bunga dan buah yang lebih banyak daripada tanpa perangsangan pembungaan, serta berpotensi untuk membuat kelengkeng berbunga di luar musim sehingga dapat menambah pendapatan petani.

(3)

1.4. Arti Beberapa Istilah

Tunas air : Tunas-tunas yang tumbuh di dahan pohon kelengkeng. Tunas-tunas tersebut tumbuh rapat dan pada musim kelengkeng berbunga tidak menghasilkan bunga.

Apikal dominan : Dominasi pertumbuhan tanaman terjadi pada bagian ujung-ujung ranting sebagai pertumbuhan kuncup daun (pertumbuhan vegetatif).

Perundukan dahan : Dahan dirundukkan dengan cara ditarik menggunakan tali yang diikatkan ke batang atau dahan di bawahnya, sehingga posisi dahan yang dirundukkan menjadi horisontal.

II. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI

Pengkajian teknik perangsangan pembungaan kelengkeng dilaksanakan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra pertanaman kelengkeng. Tinggi tempat lokasi pengkajian ± 700 m dpl. Tanaman kelengkeng untuk pengkajian menggunakan tanaman milik petani yang berumur produktif (telah pernah berbuah) antara 8 hingga 15 tahun. Teknik penyerempakan pembungaan tanaman kelengkeng ini dapat direkomendasikan di daerah-daerah sentra produksi kelengkeng di dataran rendah maupun dataran tinggi.

III. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI

Teknik perangsangan pembungaan pada pertanaman kelengkeng dengan cara perundukan dahan dilakukan sebagai berikut:

Perundukan dahan dilakukan dengan cara menarik percabangan ke bawah dengan kawat atau tali agar menjadi horizontal. Antara kawat dan dahan atau cabang yang dirundukkan diberi sabut kelapa agar kulit dahan tidak mengalami luka. Tunas-tunas air yang tumbuh di percabangan yang dirundukkan dipangkas. Setelah tumbuh bunga-bunga, perundukan dilepas kembali.

(4)

Seluruh tanaman yang diperlakukan dirawat sesuai cara perawatan petani, terutama dalam hal pemberian pupuk kompos dan kimia diseragamkan. Pupuk dasar yang diberikan adalah: SP-36 0,8 kg, KCl 0,55 kg, dan NPK 0,7 kg per pohon. Pupuk tersebut diberikan dengan cara dibenamkan dan ditutup tanah di dalam parit yang dibuat melingkar di bawah tajuk tanaman. Ukuran parit sedalam 20 cm dan lebar 15 cm.

IV. KERAGAAN HASIL PENERAPAN TEKNOLOGI

Teknik perangsangan pembungaan kelengkeng di Desa Pagergunung, Kabupaten Temanggung berhasil meningkatkan jumlah pohon yang mampu menghasilkan bunga dan buah (Tabel 1). Kerapatan bunga yang menjadi buah juga meningkat (Tabel 2). Musim berbunga tahun 2005 kurang berhasil baik. Kondisi tersebut dapat diketahui dari penampilan pohon-pohon kelengkeng yang berada di Kabupaten Temanggung saat itu kebanyakan tidak berbunga. Pohon-pohon yang berhasil berbungapun tidak seluruh bunganya menjadi buah, sehingga ada pohon yang berbunga tetapi tidak berhasil berbuah. Dari seluruh pohon yang diamati sebagai tanaman kontrol (20 pohon) hanya 9 pohon yang berbunga, dengan persentase pembungaan rata-rata 3,25 % per pohon. Dari 9 pohon yang berbunga hanya 3 pohon yang bunganya menjadi buah, dengan persentase rata-rata pucuk ranting berbuah hanya 0,9 % per pohon.

Perundukan dahan tanaman kelengkeng produktif menggunakan kawat mampu meningkatkan jumlah pohon dan ujung-ujung ranting yang berbunga. Dari 20 pohon yang dilakukan perundukan dahannya, 13 pohon (65%) berhasil berbunga. Di antara pohon-pohon yang berbunga karena perundukan dahan, 10 pohon (50%) bunganya berhasil menjadi buah. Kerapatan rata-rata bunga yang terbentuk pada perlakuan dengan perundukan dahan mencapai 13,4% per pohon yang diperlakukan. Adapun kerapatan rata-rata buah yang terbentuk dari pembungaan tersebut adalah 10,6% per pohon. Kerapatan buah yang terbentuk ini merupakan kerapatan tertinggi dibandingkan teknik perangsangan pembungaan lainnya. Dengan perlakuan perundukan dahan dihasilkan bunga-bunga yang tidak hanya tumbuh di ujung-ujung rantingnya saja, tetapi tumbuh pula bunga-bunga dan buah-buah yang tumbuh di dahan-dahan yang dirundukkan. Dahan atau cabang yang dirundukkan dalam posisi horizontal

(5)

menjadi mudah berbunga dan berbuah. Bila cabang-cabang dibiarkan tumbuh ke atas, akan terjadi apikal dominan. Saat itu daun cenderung keluar terus menerus. Bunga dan buah tidak muncul. Saat posisi cabang horizontal, tidak ada lagi distribusi hormon vegetatif yang dominan. Tanaman tidak lagi mengalami pertumbuhan vegetatif, tetapi memasuki fase generatif. Interaksi beberapa hormon pertumbuhan dan karbohidrat hasil fotosintesis menyebabkan tanaman berbunga. Perbandingan tingkat keberhasilan pembungaan dan pembentukan buah antara teknik perangsangan pembungaan secara perundukan dan teknik lainnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Persentase tanaman berbunga dan berbuah hasil perangsangan pembungaan kelengkeng

Persentase tanaman (%)

Perlakuan Berbunga Berbuah

Aplikasi paklobutrazol Pemupukan hara mikro Perundukan dahan Pemangkasan Kontrol (pembanding) 75 30 70 40 65 50 65 35 45 15

Tabel 2. Kerapatan rata-rata bunga dan buah kelengkeng yang terbentuk dalam satu pohon tanaman

Perlakuan Persentase kerapatan

bunga Persentase kerapatan buah Aplikasi paklobutrazol

Pemupukan hara mikro Perundukan dahan Pemangkasan cabang Kontrol (pembanding) 10,8 10,6 13,4 19,25 3,25 4,25 6,25 10,6 10,0 0,9

(6)

V. KELAYAKAN FINANSIAL

Kelayakan finansial penerapan teknik perangsangan pembungaan pada pohon kelengkeng sangat tergantung pada kerapatan buah yang dihasilkan per pohon dan harga buah per kilogam pada saat panen atau harga buah pada saat penebasan. Dari hasil pengkajian penerapan perangsangan pembungaan menggunakan teknik aplikasi hormon paklobutrazol, pemupukan hara mikro, perundukan, pemangkasan, dan tanpa perlakuan diperoleh nilai kelayakan finansial seperti yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Analisis kelayakan finansial dalam penerapan teknik perangsangan pembungaan kelengkeng, Temanggung 2005

Uraian Paklobutrazol Hara mikro Perundukan Pemangkasan Kontrol Hasil buah (kg) Hasil penjualan buah (Rp) Harga Cultar (Paklobutrazol) Biaya aplikasi Cultar Harga pupuk mikro Biaya aplikasi pupuk Biaya pe-rundukan Biaya pe-mangkasan Pemupukan NPK Keuntungan petani (Rp) B/C rasio 170 850.000 180.000 40.000 - 20.000 - - 60.000 550.000 1,83 250 1.250.000 - - 65.000 20.000 - - 60.000 1.105.000 7,62 424 2.120.000 - - - 20.000 140.000 - 60.000 1.900.000 8,63 400 2.000.000 - - - 20.000 - 200.000 60.000 1.720.000 6,14 36 180.000 - - - 20.000 - - 60.000 100.000 1,25 Berdasarkan perhitungan B/C rasio, maka keuntungan tertinggi yang diperoleh petani dalam penerapan perangsangan pembungaan dicapai oleh aplikasi perundukan, kemudian disusul oleh pemupukan hara mikro, pemangkasan, dan aplikasi paklobutrazol.

(7)

Gambar 1. Bunga muncul pada cabang tanaman kelengkeng yang dirundukkan. (Sumber: Yulianto, et al. 2008)

DAFTAR PUSTAKA

Firstantinovi, E. S. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 p.

Purnomo, S. dan PER Prahardini. 1988. Perangsangan pembungaan dengan paklobutrazol terhadap pembungaan dan pembuahan mangga (Mangifera indica L.). J. Hort. 3(2):8 – 13.

Purnomo, S., PER Prahardini, dan B. Tegopati. 1990. Pengaruh KNO3, CEPA, dan paklobutrazol terhadap pembungaan dan pembuahan mangga (Mangifera indica L.). Penel. Hort. 4(1):59 – 69.

Purnomo, S., dan PER Prahardini. 1991. Pengaruh saat aplikasi dan konsentrasi paklobutrazol selama dua musim panen apel (Malus sylvestris L. Mill). Jurnal Hortikultura 1(2): 58 – 68.

Wang, C. Y., G. L. Steffens and Faust. 1986. Effect of paclobutrazol on accumulation of carbohydrates in apple wood. Hort. Sci. 21(6): 1419 – 1421.

Wang, C. Y. and G. L. Steffens. 1987. Post harvest responses of Spartan apples to pre harvest paclobutrazol treatment. Hort. Sci. 22(2): 276 – 278. Wieland, W. F. and K. L. Wample. 1985. Effect of paklobutrazol on gowth, photo

synthesis and carbohydrate content of delicious apple. Hort. Sci. 20: 139 – 147.

Yulianto, J. Susilo, D. Juanda. 2008. Keefektifan teknik perangsangan pembungaan pada kelengkeng. J. Hort. 18(2):148 – 154.

Yuniastuti, S., T. Purbiati, P. Santoso, dan E. Srihastuti. 2001. Pengaruh pemangkasan cabang dan aplikasi paklobutrazol terhadap hasil dan pendapatan usahatani mangga. Jurnal Hortikultura 11(4): 223 – 231.

Gambar

Gambar 1. Bunga muncul pada cabang tanaman kelengkeng                      yang dirundukkan

Referensi

Dokumen terkait

Sedang buah advokad, mangga dan pepaya, justru sebaliknya, yaitu merupakan buah- buahan yang dihasilkan oleh pohon, yang menghasilkan buah-buahan dari bunga, yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang primer, umur berbunga, jumlah buah,

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga, cabang produktif, jumlah buah per sampel dan berat buah

Perlakaun p4 merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah umbi terbanyak, dan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah anakan dan jumlah umbi tanaman bawang merah

Pada perlakuan kolkisin 30 mgL-1 memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari kontrol, yaitu: menghasilkan jumlah daun terbanyak, panjang akar terpanjang, jumlah tunas terbanyak, dan