TEKNOLOGI PERBIBITAN KELENGKENG SECARA VEGETATIF Yulianto, Joko Susilo, dan Endang Iriani
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kelengkeng (Dimocarpus longan (Lour) Steud.) di Kabupaten Temanggung telah banyak yang berumur tua dan di antaranya terdapat pohon- pohon yang tidak produktif. Kelengkeng berdasar bunganya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu berkelamin tunggal, berbunga jantan dan betina atau disebut berumah satu, serta hermafrodit. Pada pohon berumah satu dan hermafrodit, proses penyerbukan dan pembuahan mudah terjadi sehingga tidak perlu ditanam berpasangan. Pohon kelengkeng yang tidak pernah berbuah masih banyak dijumpai di sentra pertanaman kelengkeng seperti Kabupaten Temanggung. Di antara pohon-pohon yang pernah berbuah, juga terdapat pohon-pohon yang berbuahnya sedikit dengan kualitas buah yang kurang disukai konsumen (Yulianto, et al. 2008). Guna mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan usaha penanaman pohon-pohon kelengkeng baru yang kuantitas dan kualitas produksinya tinggi. Perbanyakan bibit secara vegetatif diperlukan untuk mengganti pohon-pohon kelengkeng yang telah tua dan tidak produktif, mengganti pohon yang kualitas buahnya rendah, serta untuk dijual.
Teknik perbanyakan tanaman umumnya dapat dilakukan secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan menggunakan organ vegetatif tanaman.
Teknik perbanyakan yang pertama terdapat kelemahan antara lain diperoleh tanaman yang tidak seragam, terjadi penurunan potensi genetik dibandingkan dengan induknya dan penundaan masa panen. Pada perbanyakan secara vegetatif memiliki keunggulan antara lain tanaman hasil perbanyakan seragam dengan potensi genetik yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbuah (Garmer and Chondori, 1976 dalam Muis et al., 1990). Perbanyakan secara vegetatif melalui penyambungan (gafting) adalah cara perbanyakan tanaman yang banyak dilakukan pada tanaman hortikultura atau tanaman yang bernilai komersial tinggi. Melalui penyambungan, jaringan suatu tanaman disatukan pada
tanaman lain. Penyambungan hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil, karena tanaman monokotil tidak memiliki vaskular kambium yang diperlukan dalam penyambungan (Champoo, et al., 1998). Prawoto, et al. (2005) menyatakan bahwa keberhasilan perbanyakan bibit secara vegetatif melalui penyambungan dapat berhasil baik jika: a). tempat perbibitan terpisah dari pertanaman induknya, b). media tumbuh steril dari patogen tular tanah, c). entris sehat, d). pengikatan sambungan erat, dan e). dilakukan pencegahan
serangan penyebab penyakit tanaman.
Perbanyakan bibit kelengkeng secara vegetatif berhasil dilakukan melalui cara sambung pucuk, sambung susuan, cangkok, dan okulasi. Keberhasilan hidup bibit kelengkeng cara susuan lebih tinggi dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Hal ini karena batang bawah dan batang atas masih hidup menyatu dengan pohon induknya, sehingga mendorong pembentukan bibit lebih cepat (Yulianto, et al. 2008). Perbanyakan bibit melalui sambung susuan memiliki kelemahan, karena jumlah bibit yang dihasilkan dari satu cabang batang atas terbatas. Dengan ukuran batang atas sama pada sambung pucuk dapat menghasilkan 3 – 4 bibit, sedangkan pada sambung susuan hanya menghasilkan satu bibit (Firstantinovi, 2004).
1.2. Sumber Teknologi
Teknologi perbibitan tanaman kelengkeng yang direkomendasikan mengacu pada hasil pengkajian Sistem Usaha Tani Kelengkeng yang dilaksanakan oleh BPTP Jawa Tengah di Desa Pagergunung, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Teknologi perbibitan kelengkeng juga mengacu pada teknologi perbibitan kelengkeng oleh Prakosa, penangkar perbibitan tanaman buah-buahan di Demak, Jawa Tengah dan teknik perbibitan durian oleh Muis et al. 1990, Balai Penelitian Hortikultura Solok.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi
1.3.1. Tujuan
Tujuan penerapan teknik perbanyakan bibit secara vegetatif adalah untuk perbanyakan bibit secara cepat dengan kualitas bibit sama dengan induknya (entris).
1.3.2. Manfaat
Manfaat teknik perbanyakan bibit secara vegetatif adalah dapat dihasilkan bibit kelengkeng secara cepat, berkualitas seperti induknya (entris), cepat berbunga dan berbuah. Dengan dihasilkannya bibit yang berkualitas secara cepat dapat digunakan sebagai pengganti pohon-pohon kelengkeng yang telah tua dan tidak produktif. Bibit-bibit kelengkeng baru yang kuantitas dan kualitas produksinya tinggi dapat untuk dijual sebagai sumber penghasilan petani.
1.4. Arti Beberapa Istilah
Kompatibel : dapat diterima satu sama lain, dalam hal bentuk (morfologi) maupun sifat fisiologinya.
Stadium yang siap secara fisiologi : stadium pertumbuhan batang atau cabang yang telah kuat untuk disambungkan.
II. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI
Pengkajian teknologi perbibitan tanaman kelengkeng dilaksanakan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra pertanaman kelengkeng pada tahun 2005 – 2007. Tinggi tempat lokasi pengkajian ± 700 m dpl. Teknologi perbibitan tanaman kelengkeng dapat direkomendasikan di daerah-daerah sentra produksi kelengkeng baik di dataran rendah untuk batang atas varietas kelengkeng dataran rendah (Ping pong, Diamond river, Itoh) maupun dataran tinggi untuk batang atas varietas unggul lokal Batu dan Kopyor.
III. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI
Teknik perbanyakan tanaman kelengkeng secara vegetatif yang direkomendasikan adalah teknik penyambungan (gafting) yaitu: sambung pucuk dan sambung susuan. Pada perbanyakan bibit dengan sambung pucuk dan sambung susuan digunakan batang bawah (stock) berupa bibit kelengkeng Kopyor yang memiliki perakaran kuat. Batang atas (scion) dipilih dari ranting pohon kelengkeng varietas Batu yang menghasilkan buah berkualitas baik (A Super) dan buahnya lebat atau varietas introduksi (Ping pong, Dimaond River, Itoh, dan lain-lain.). Bibit batang bawah berumur minimal 1 tahun atau sebesar ukuran pensil, sedangkan batang atas diambil dengan ukuran sama dengan batang bawah. Bibit hasil perbanyakan sambung pucuk ditanam dalam polybag dan diletakkan dalam sungkup plastik yang rapat, tidak ada kebocoran aliran udara dari luar ke dalam sungkup dan sebaliknya. Sebelum dipindahkan ke tanah, polybag diletakkan di tempat teduh, agar terbentuk akar yang cukup dan bibit kuat untuk ditanam di tanah. Sebagai media tumbuh digunakan tanah yang dicampur kompos dengan perbandingan volume 3 : 1.
IV. KERAGAAN HASIL PENERAPAN TEKNOLOGI
Perbanyakan bibit melalui sambung pucuk menghasilkan bibit rata-rata 50
% dari jumlah yang disambungkan. Pertautan batang atas dan batang bawah pada bibit hasil sambung pucuk lebih kokoh daripada cara sambung susuan.
Terdapat empat kondisi yang diperlukan untuk membuat perbanyakan secara vegetatif melalui sambung pucuk berhasil, yaitu:
a. batang bawah dan batang atas yang disambungkan harus kompatibel, b. masing-masing harus berada pada stadium yang siap secara fisiologi, c. kambium batang bawah dan batang atas harus bertemu,
d. sambungan batang bawah dan batang atas harus ditempatkan di tempat lembab hingga sambungan bertaut sempurna.
Tingkat keberhasilan sambung susuan mencapai 90,5 %, dengan kisaran antara 74 sampai 98 %. Dari 200 batang bibit yang disambungkan, berhasil menjadi bibit 181 batang. Keberhasilan hidup bibit kelengkeng cara susuan lebih tinggi dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Hal ini karena batang bawah dan batang atas masih hidup menyatu dengan pohon induknya.
Penyambungan yang dilakukan dengan sambung pucuk dan sambung susuan dinilai berhasil jika telah terjadi pertautan sempurna antara kambium dan kulit batang bawah dengan kambium dan kulit batang atas. Daun-daun batang atas tetap segar dan bahkan tumbuh kuncup daun baru. Bidang sambungan tidak mudah patah.
Gambar 1. Calon bibit yang telah disambung pucuk ditempatkan dalam sungkup plastik lembab selama 30 – 45 hari.
A B
Gambar 2. A. Hasil sambung pucuk yang ikatannya belum dibuka B. Hasil sambung pucuk setelah ikatannya dibuka
Gambar 3. Hasil sambung susuan yang ikatannya telah dibuka.
V. KELAYAKAN FINANSIAL
- Harga bibit hasil sambung pucuk varietas unggul lokal umur 6 bulan a’ Rp. 15.000,- sampai Rp. 20.000,- tergantung ukuran bibit.
- Harga bibit hasil sambung pucuk varietas unggul introduksi umur 6 bulan a’ Rp. 50.000,- sampai Rp. 75.000,- tergantung ukuran bibit.
- Harga bibit hasil sambung susuan dan sambung pucuk sama.
DAFTAR PUSTAKA
Champoo, Bai Dum, and Biew Kiew. 1998. Gardener Manual. College of Agiculture. The University of Arizona. (7): 24 – 30.
Firstantinovi, E. S. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Penebar Swadaya.
Jakarta. 64 p.
Muis, I., Y. Meldia Y., dan E. Nazir. 1990. Metode Perbanyakan dan Umur Batang Bawah pada perbibitan Durian. Buletin Hortikultura No. 29/1990. Balai Penelitian Hortikultura. Solok.
Prawoto, A. A., N. Qomariyah, S. Rahayu, dan B. Kusmanadhi. 2005. Kajian agonomis dan anatomis hasil sambung dini tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan. 21 (1): 12 – 30.
Yulianto, J. Susilo, D. Juanda. 2008. Keefektifan teknik perangsangan pembungaan pada kelengkeng. J. Hort. 18(2):148 – 154.