• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Agung Indaryatno, Sutaryat Trisnamansyah, Hendi Suhendraya Muchtar PENDAHULUAN SPs Uninus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "oleh Agung Indaryatno, Sutaryat Trisnamansyah, Hendi Suhendraya Muchtar PENDAHULUAN SPs Uninus"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN REVITALISASI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DALAM UPAYA MENINGKATKAN

MUTU LULUSAN

(Studi Kasus Penerapan Revitalisasi SMK Negeri 3 dan SMK

Negeri 13 di Bandung)

oleh Agung Indaryatno, Sutaryat Trisnamansyah, Hendi Suhendraya

Muchtar

Vocational School graduates are very incompetent and many of them are unemployed.

Presidential Instruction Number 9 of 2016 concerning Vocational School Revitalization is the

solution to this problem. This study aims to give an overview of revitalization management in

improving the quality of vocational school achievement. Management theories that related to

management, are on going process that consist of planning, organizing, implementing, and

controlling. Qualitative questions with the case study method. Research findings on school has

been revised in accordance with the existing theories, rules and regulations. The conclusion

is that Vocational Schools in Bandung have a high commitment in implementing the school

revitalization along with their commitment and supported by advocate escalation.

Key Words:

Revitalization, Link and Match, curriculum based on industry

ABSTRACT

PENDAHULUAN

Kurang maksimalnya pencapaian tujuan pendidikan nasional merupakan akibat dari sistem pendidikan yang tidak memberikan ruang secara luas bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasca menyelesaikan pendidikan.

Kondisi tersebut di atas ternyata juga terjadi di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana

peserta didik masih diberikan beban untuk mengejar nilai Ujian Nasional, sementara keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja kurang mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini diperparah dengan kondisi dunia kerja di Indonesia yang menginginkan tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan rendah dengan berbagai alasan.

Data terakhir yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2018,

(2)

menunjukkan struktur ketenagakerjaan di Indonesia berdasarkan kualifikasi akademik seperti yang ada pada grafik berikut:

Grafik 1.1

Sumber: Badan Pusat Statisik (BPS) berdasarkan dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

Fakta di atas sangat ironis, mengingat Indonesia memiliki jenjang pendidikan atau intitusi yang khusus mempersiapkan lulusan untuk bekerja yaitu SMK. Di kawasan ASEAN, tenaga kerja Indonesia memiliki peluang yang sangat signifikan. Terhitung sejak tahun 2010 hingga 2025 diperkirakan akan ada kenaikan permintaan pekerja terampil sekitar 41% atau setara dengan 14 juta orang jauh melebihi dibanding negara ASEAN yang lain. Sementara pendidikan kejuruan ditengarai belum siap menghadapi perubahan global yang terjadi saat ini. Salah satu indikatornya adalah keterserapan lulusan SMK yang sangat rendah tidak sesuai dengan harapan.

Penyebab rendahnya keterserapan ketenagakerjaan SMK adalah dampak Revolusi Industri yang secara spesifik adalah: Keahlian yang dimiliki oleh lulusan SMK tidak cocok dengan yang dibutuhkan DU/DI yang lebih mengedepankan sistem kerja berdasar keterampilan berfikir logis, membuat konsep, kreatifitas dan inovasi disamping dominasi lulusan SMK akibat kebijakan proporsi SMA 30% dan SMK 70%. Kondisi inilah yang mendasari Presiden RI Joko Widodo menerbitkan

Instruksi Presiden (Inpres) nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Bangsa.

Konsep manajemen menurut Handoko (1997: 8) : “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Adapun A.F Stoner, James (2006) berpendapat bahwa “Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan” .

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kegiatan yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatanmenyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, subtansi, kreasi, dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapantersebut dapat terwujud menjadi kenyataan di masa yang akan datang. (Sa’ud dan Makmun, 2014: 3-4).

Pengorganisasian merupakan proses untuk memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia dalam menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi.

(3)

Pengorganisasian juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang berhak untuk mengerjakan beberapa tugas.

Pelaksanaan menuntut setiap personal harus bekerja sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan jabatan yang diembannya. Koordinasi, kerjasama, dan sinergi dengan personal lainnya dalam satu organisasi sangat diperlukan untuk menjaga sistem berjalan dengan baik dan terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

Fungsi manajemen dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan harus dikendalikan, diawasi, dan dipantau untuk mendeteksi secara dini terhadap ketidaksesuaian yang mungkin timbul dan berpotensi membelokkan pencapaian tujuan organisasi. Pengendalian dapat berupa supervisi, pengawasan, inspeksi, atau monitoring dan evaluasi baik oleh pihak internal maupun eksternal yang berkompeten di bidangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kata revitalisasi berasal dari kata dasar vital yang berarti penting (sangat penting) dan mendapat awalan “re” merupakan bahasa Latin yang berarti kembali (lagi). Sedangkan akhiran “isasi” berfungsi untuk membentuk kata benda. Jadi kata revitalisasi jika diartikan secara umum, adalah memvitalkan (membuat menjadi penting) sesuatu yang sebenarnya sudah ada.

Revitalisasi banyak digunakan sebagai sebuah program untuk merubah satu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. Revitalisasi ekonomi adalah satu program untuk memulihkan kondisi ekonomi suatu daerah atau negara secara lebih terarah, efektif dan efisien. Bidang kehidupan sosial budaya juga melakukan pendekatan revitalisasi. Kehidupan sosial budaya saat ini mengalami banyak masalah seperti memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan,

memudarnya kohesi dan integrasi sosial, serta melemahnya mentalitas positif. (Noorjannah, Kompas.com: 23/06/2009).

Di bidang pendidikan program revitalisasi telah banyak dilakukan, baik di jenjang pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi. Revitalisasi bidang pendidikan di Indonesia perlu dilakukan mengingat seluruh sumber daya pendukungnya sudah ada, akan tetapi hasil yang diharapkan pada saat ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen revitalisasi adalah pengelolaan dan pengendalian terhadap seluruh sumber daya yang ada secara optimal untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi yang tidak sesuai dengan harapan/tujuan. Adapun langkah-langkahnya adalah merencanakan

(planning), mengorganisasikan (organizing), melaksanakan (actuating), dan

mengendalikan (controlling).

Dasar pelaksanaan revitalisasi SMK adalah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Inpres ini mengatur langkah revitalisasi sebagai berikut: (1) Revitalisasi sumber daya manusia; (2) Membangun SAS berbasis SIM; (3) Link and match dengan industri; (4) Kurikulum berbasis industri; (5) Teaching

factory; (6) Penggunaan Media Video

Tutorial dan Portofolio Berbasis Video; (7) Uji Sertifikasi Profesi; (8) Pemenuhan sarana dan prasarana; (9) Mengembangkan Kearifan Lokal; (10) Peran SMK sebagai Penggerak Ekonomi Lokal.

Selanjutnya karena permasalahan dibatasi hanya pada langkah ke-3 link and

match dengan industri, dan langkah ke-4

kurikulum berbasis industri. Maka untuk melengkapi kajian pustaka terkait langkah revitalisasi hanya diuraikan sesuai dengan pembatasan masalah yaitu tentang link

and match dengan industri dan kurikulum

(4)

Link and macth (keterkaitan dan

kesepadanan) adalah sebuah konsep yang mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 90-an oleh Mendikbud pada saat itu Wardim90-an Joyonegoro (1993 sampai dengan 1998). Konsep link and macth bukan merupakan gagasan asli dari Wardiman Joyonegoro, akan tetapi merupakan adopsi dari pikiran Willenbrock, guru besar Harvard University. Amerika Serikat. Willenbrock mengusulkan gagasan tentang pentingnya perusahaan menjadi “Bapak angkat” bagi perguruan tinggi. Menurut Willenbrock, perusahaan tidak hanya sekedar tempat berlatih atau magang mahasiswa tetapi juga menyisihkan sebagian keuntungannya untuk mengembangkan perguruan tinggi. Gagasan inilah yang disebut link and macth yang selanjutnya menyebar keseluruh dunia sebagai sebuah program yang dipandang efektif.

Kebijakan link and match yang berwawasan masa depan, menurut Djojonegoro (1998: 60-61), menuntun SMK menganut prinsip: (1) Program pendidikan pada SMK yang berproses selama tiga tahun, disiapkan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki keahlian sesuai dengan kebutuhan tiga tahun mendatang, dan memiliki bekal dasar untuk pengembangan diri di masa depan;(2) Dunia kerja yang menjadi lapangan hidup tamatan SMK adalah dunia ekonomi, dunia yang mengandung fenomena persaingan dan kerjasama, sekaligus dunia yang cepat mengalami perubahan.

Link and match diharapkan mampu

menciptakan lulusan SMK yang siap kerja dengan kompetensi atau keahlian siap pakai yang dibutuhkan dunia kerja. Untuk itu link and match harus terprogram dan melaksanakan segala bentuk kegiatan yang makin mendekatkan sekolah dengan dunia kerja. Adapun implementasi link and match dapat disesuaikan melalui kesepakatan antara sekolah dengan DU/ DI yang mencakup kegiatan: (1) Kerjasama dengan Dunia Usaha / Dunia Industri

(DU/DI); (2) Pembentukan Kelas Industri; (3) Pelaksanaan Guru Magang (OJT); (4) Praktek Kerja Lapangan (PKL); (5) Membuat Jejaring SMK.

Istilah kurikulum mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish, didalam dunia pendidikan diartikan sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.(Arifin, Z : 2014, Hal. 2)

Selanjutnya pengertian kurikulum yang disampaikan oleh para ahli pendidikan di seluruh dunia adalah sebagai berikut : 1. Hilda Taba (1962) : Kurikulum dianggap

sebagai a plan of learning yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.

2. George A. Beaucham (1976): Kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Crow and Crow: Kurikulum ialah suatu rancangan dalam pengajaran yang tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program dalam memperoleh ijazah.

Dengan demikian, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Adapun pengertian Industri merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, adalah sebagai berikut: “Industri ialah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang yang memiliki

(5)

nilai tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri”

Dari pengertian mengenai kurikulum dan industri seperti yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum berbasis industri adalah seperangkat dokumen perencanaan dan pengaturan pembelajaran di sekolah yang disusun berdasarkan kebutuhan dunia kerja baik bidang ekonomi, produksi, rancang bangun, rekayasa industri dan bidang kerja lainnya. Kurikulum yang dimaksud adalah Kurikulum SMK atau biasa disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada perkembangannya kurikulum berbasis industri ini juga disebut sebagai Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau

Dual system, yaitu menggambarkan satu

kombinasi yang sinkron dan dinamis dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah (SMK) dan Prakerin di institusi kerja pasangan (IP). Oleh karena itu kurikulum PSG (dual system) disusun, dirumuskan, dan disepakati bersama oleh keduanya, dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan karakteristik PBM dalam Pendidikan Sistem Ganda. (Surachim, 2016: 17),

Meskipun demikian, bukan berarti aturan tentang standar kurikulum dari pemerintah pusat boleh diabaikan. Satuan pendidikan (SMK) harus tetap memenuhi standar isi (kurikulum) sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Nomor: 07/D. D5/KK/2018, tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

Sekolah merupakan jalur pendidikan formal, Nawawi, H (1985 : 25) mengatakan bahwa “sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerja sama kelompok orang untuk mencapai tujuan”. Secara umum sekolah bergerak di bidang layanan pendidikan yang ditujukan kepada

masyarakat dan bertujuan untuk mendidik murid / siswa / peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikan yang dibutuhkan.

Istilah kejuruan merupakan persamaan kata dengan vokasi atau vocational dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi vokasional atau kejuruan, yang oleh Rupert Evans (1978) diartikan sebagai “bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah jalur pendidikan formal tingkat menengah yang menyelenggarakan pendidikan untuk mempersiapkan lulusannya siap memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian yang diselenggarakannya.

Penyelenggaran pendidikan di Indonesia harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan memberikan panduan yang jelas tentang standar mutu pada seluruh jenjang pendidikan tidak terkecuali SMK.

Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas delapan standar yaitu: (1) isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan, (7) pembiayaan, dan (8) penilaian, tidak akan cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu perlu penyelarasan, inovasi, dan kreatifitas dari semua penyelenggara pendidikan untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu.

Peningkatan mutu pendidikan di SMK merupakan urgensi yang mendesak untuk dilakukan mengingat beberapa permasalahan terkait keterserapan lulusan yang tidak sesuai harapan. Meningkatkan mutu lulusan pada dasarnya dapat dilakukan dengan merubah salah satu, atau

(6)

lebih dari sub sistem pendidikan secara bersamaan atau bertahap sesuai prioritas yang dibutuhkan. Mutu lulusan adalah derajat/tingkatan kebaikan dari lulusan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan/ lembaga pelatihan setelah peserta didik menyelesaikan program pendidikan/ latihan. Mutu lulusan bukanlah hasil yang lahir secara alami, juga bukan tanpa kesengajaan. Mutu merupakan keinginan bersama dalam sebuah organisasi/ lembaga/institusi yang terencana secara sistematis, terarah,bertanggung jawab dengan melibatkan komitmen yang tinggi dari seluruh elemen yang ada di dalam organisasi/lembaga/institusi tersebut.

Untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, maka lembaga pendidikan harus memahami secara utuh karakteristik mutu yang ingin dicapai. Pada saat mutu telah menjadi satu dengan gerak langkah lembaga, maka akan menghasilkan pendidikan yang unggul dan menjadi jaminan lulusan yang bermutu. Sebaliknya, jika mutu merupakan bagian yang terpisah dari gerak lembaga bisa dipastikan pendidikan akan tertinggal. Oleh karena itu perlu mengidentifikasi sesuatu yang dipersyaratkan oleh mutu dan memenuhi apa yang dipersyaratkan. Untuk membangun suatu sistem, program, institusi pedidikan yang bermutu, setidaknya harus memenuhi 4 prinsip sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gafur, Hanif Saha (2017: 290) sebagai berikut:

1. Komitmen mutu, yaitu keteguhan hati dan kesungguhan semangat untuk melakukan apa yang dituntut dan dipersyaratkan oleh mutu.

2. Memenuhi apa yang dipersyaratkan oleh mutu (conformance by requirement).

3. Fokus dan keterarahan dalam proses yang dijalankan. Fokus yang dimaksud adalah keterarahan kepada spesifikasi mutu dan keunggulannya (focus and

directed to spesification and it’s exellencies)

4. Memproduksi output agar tepat target dan sesuai tujuan, dari spesifikasi

mutu dan keunggulannya yang telah ditetapkan (produce output on target and

goal).

Mutu lulusan sangat dipengaruhi oleh mutu proses pendidikan/ Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang merupakan upaya sadar, terencana, dan sistemik dalam menciptakan “ekosistem” pendidikan. Mengingat fenomena lulusan SMK justru merupakan penyumbang pengangguran terbesar dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, maka telah terjadi penyimpangan mutu. Upaya sadar, terencana, dan sistemik yang dipandang perlu dilakukan adalah dengan memperbaiki proses untuk menghilangkan atau mengurangi besarnya penyimpangan dengan revitalisasi.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang Manajemen Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Meningkatkan Mutu Lulusan SMK di Kota Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang perencanaan manajemen Revitalisasi SMK untuk meningkatkan mutu lulusan 2. Mengetahui gambaran tentang

pengorganisasian manajemen Revitalisasi SMK untuk meningkatkan

mutu lulusan

3. Mengetahui gambaran tentang pelaksanaan manajemen Revitalisasi SMK untuk meningkatkan mutu lulusan 4. Mengetahui gambaran tentang

pengendalian manajemen Revitalisasi SMK untuk meningkatkan mutu lulusan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di 2 tempat yaitu, di SMKN 3 dan SMKN 13 Bandung,yang merupakaan penelitian studi kasus penerapan revitalisasi di kedua

(7)

sekolah tersebut.Studi kasus merupakan metode yang digunakan pada penelitian ini dikarenakan peneliti ingin secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang ditelitinya sebagai suatu “kasus”. Digunakan pendekatan kualitatif dikarenakan kasus yang diteliti memerlukan deskripsi secara verbal dengan mengutamakan pada kualitas atau hal-hal yang penting.. Untuk mendapatkan data dalam penelitian digunakan teknik wawancara observasi, dan studi literatur (dokumentasi).

Fokus studi kasus diarahkan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Bandung, sebagai sampel yaitu dua sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung, yaitu SMK Negeri 3 dan SMK Negeri 13 Bandung. Dimana penelitian diharapkan dapat menggambarkan aspek-aspek manajemen Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan, mengingat kedua sekolah tersebut tercatat sebagai sekolah yang menerima bantuan Revitalisasi SMK. Data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka analisa terhadap data yang diperoleh bersifat narasi kualitatif yang mengarah pada upaya-upaya menggambarkan dan mengungkapkan aspek Manajemen Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam peningkatan mutu lulusan. Dalam hal ini pengelolaan data dilakukan dengan cara terus menerus melalui cek dan cek, analisis dan re-analisis, sehingga ditemukan realita yang sesungguhnya terjadi dialami secara nyata.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Revitalisasi sekolah menengah kejuruan untuk meningkatkan mutu lulusan khususnya pada langkah ke-3 Link

and match dan langkah ke-4 kurikulum

berbasis industri mengacu pada manajemen revitalisasi sekolah dan berada pada ruang lingkup perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian sebagai berikut:

1. SMK di kota Bandung telah menerapkan perencanaan revitalisasi sekolah untuk meningkatkan mutu lulusan sesuai dengan teori, perencanaan yang dilakukan meliputi penyiapan-penyiapan keputusan mengenai apa yang ingin diharapkan oleh sekolah. Perencanaan diawali dengan menyusun visi dan misi sekolah yang ditetapkan oleh manajemen bersama dewan guru dan stakeholder terkait. Visi dan misi inilah yang mendasari tersusunnya RKJM dan RKS.

2. Pengorganisasian di sekolah negeri telah mempunyai struktur yang sangat baik dan mampu mengakomodir terhadap setiap perubahan baik sebagai akibat kebijakan, kebutuhan, maupun tuntutan perkembangan jaman. Pengorganisasian revitalisasi SMK menempatkan Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, pelaksana kegiatan ada di Wakil Kepala Sekolah (Waka) yang disesuaikan dengan bidang garapan misalnya link and match dengan industri pelaksana kegiatan adalah Waka Hubin/Humas, dan kurikulum berbasis industri pelaksana kegiatan adalah Waka Kurikulum. 3. Revitalisasi langkah ke-3 yaitu Link and

match dengan industri yang dilakukan oleh SMK di kota Bandung meliputi kegiatan: Kerjasama dengan DU/DI, pembentukan kelas industri, pelaksanaan guru magang (OJT), Praktik Kerja Lapangan, dan membentuk jejaring SMK. Adapun langkah ke-4 Kurikulum berbasis industri adalah dengan menyusun kurikulum implementatif bersama-sama antara guru dengan industri yang selalu direview setiap tahunnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan DU/DI.

4. Pengendalian yang dilakukan sekolah (SMK) menempatkan Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab yang bisa

(8)

mendelegasikan fungsi pengendalian berupa pengawasan, supervisi, inspeksi, atau monitoring kegiatan kepada para Wakil Kepala Sekolah (Waka) atau menunjuk salah satu dari para Waka untuk melakukan fungsi pengendalian yang hasilnya dilaporkan kepada Kepala Sekolah. Pengendalian juga dilakukan oleh pihak eksternal, yang terdiri dari Kemendikbud melalui Inspektorat Jenderal (Irjen), Dinas Pendidikan Provinsi, dan Kantor Cabang Dinas (KCD).

Hasil penelitian di lapangan yang dicocokan dan dianalisis dengan teori-teori manajemen revitalisasi sekolah menengah kejuruan untuk meningkatkan mutu lulusan khususnya pada langkah ke-3 Link and match dan langkah ke-4 kurikulum berbasis industri yang diawali dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian merupakan penggabungan dari teori manajemen yang memunculkan teori tentang manajemen dengan empat fungsi utama manajemen yang sesuai yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). (Sudarwan dan Danim (2010: 18).

Empat fungsi manajemen tersebut digunakan oleh sekolah untuk menerapkan revitalisasi dimana terdapat bukti-bukti perencanaan berupa RKJM, RKT, dan RKAS. Setiap sekolah mempunyai struktur organisasi yang jelas mengacu pada aturan dari pusat maupun pemerintah daerah (provinsi) yang merupakan bukti pengorganisasian. Adapun pelaksanaan revitalisasi mengacu pada “Strategi Implementasi Revitalisasi SMK” yang diterbitkan oleh Kemendikbud juga gagasan link and match guru besar Harvard University yaitu Willenbrock. Implementasi link and match dapat disesuaikan melalui kesepakatan antara sekolah dengan DU/DI yang diperkuat dengan MoU.

Untuk memastikan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan berjalan efektif maka dilakukan pengendalian (controlling) yang berupa monitoring dan evaluasi. Pengendalian dilaksanakan oleh pihak internal dan eksternal, pihak internal dalam hal ini adalah kepala sekolah ataupun wakil kepala sekolah yang diberikan kewenangan khusus oleh kepala sekolah. Pihak eksternal yang melakukan pengendalian adalah dari Kementerian Pendidikan berupa monitoring yang dilakukan oleh Direktorat PSMK dan audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Irjen) Kemendikbud.

Dari hasil penelitian dilapangan, peneliti menemukan beberapa kekuatan dan keunggulan dari revitalisasi SMK di kota Bandung untuk meningkatkan mutu lulusan, diantaranya:

1. SMK Negeri di Kota Bandung telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 sehingga sangat mudah beradaptasi terhadap program-program pengembangan yang menuntut manajemen yang baik

2. SMK Negeri di Kota Bandung telah memiliki sumber daya manusia dan sumber daya pendukung lainnya yang cukup untuk melakukan perubahan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga perubahan mengikuti tuntutan dunia kerja (DU/DI).

3. Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat merupakan pusat bisnis, pusat perdagangan, pusat industri, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan hajat hidup orang banyak sehingga semua jenis profesi, semua jenis usaha, dan bermacam kegiatan ada di kota Bandung.

4. Peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang optimal karena selain belajar teori di sekolah yang diajar oleh guru, juga belajar praktik langsung di industri yang dibimbing oleh instruktur

(9)

yang mempunyai pengalaman kerja. Peserta didik juga punya kesempatan untuk memperlihatkan potensi yang dimiliki kepada industri sehingga lebih mudah untuk masuk ke dunia kerja. 5. Sekolah-sekolah (SMK) yang sudah maju

diberikan kesempatan dan tanggung jawab untuk membantu dan membimbing SMK-SMK kecil di sekitarnya supaya bisa berkembang mengikuti langkah dan upaya yang dilakukan oleh SMK yang sudah maju sehingga mutu SMK-SMK kecil tidak tertinggal bahkan sebaliknya bisa berkembang mengikuti SMK yang sudah berkembang maju.

Masalah dan kelemahan dari revitalisasi SMK di kota Bandung untuk meningkatkan mutu lulusan, yaitu:

1. Pengelola sekolah (Kepala Sekolah) beranggapan bahwa revitalisasi memerlukan biaya yang sangat besar, dan harus mengandalkan bantuan dari pemerintah, bantuan dari industri, maupun bantuan dari pihak lainnya sehingga sekolah cenderung pasif untuk mengoptimalkan sumber daya yang sudah ada dalam meningkatkan mutu lulusan dengan menunggu datangnya bantuan.

2. Tidak semua guru mempunyai pemahaman yang sama terkait manajemen revitalisasi SMK untuk meningkatkan mutu lulusan, sehingga memunculkan persoalan di internal sekolah misalnya guru tidak memahami arah kebijakan sekolah dan tidak bisa optimal melaksanakan tugasnya dikarenakan kurang pemahaman.

3. Kompetensi guru yang belum sesuai dengan standar industri, hal ini menyebabkan kompetensi peserta didik juga tidak sesuai dengan standar industri. 4. Sarana prasarana penunjang KBM

(peralatan praktik) yang dimiliki sekolah umumnya tertinggal jika dibandingkan dengan peralatan produksi yang ada di

industri.

5. Daya tampung DU/DI yang sangat terbatas sebagai tempat PKL dan magang.

6. Tidak semua DU/DI mau bekerja sama dengan sekolah apalagi sampai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).

Gagasan inovasi untuk perbaikan kedepan dari permasalahan yang ada pada manajemen revitalisasi SMK untuk meningkatkan mutu adalah:

1. Sepuluh (10) langkah revitalisasi tidak harus dilakukan secara bersamaan, akan tetapi sekolah bisa memilih salah satu atau lebih dari 10 langkah tersebut berdasarkan analisis sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan yang paling besar kemungkinannya untuk bisa dilaksanakan secara efektif.

2. Sosialisasi yang dilakukan secara masiv melalui berbagai media komunikasi dan media sosial dan melalui berbagai kegiatan sehingga guru-guru memahami secara utuh tentang program revitalisasi. 3. Adanya matriks kompetensi guru

sehingga bisa terdeteksi secara lebih dini dan lebih akurat untuk melakukan tata kelola pemagangan guru ke industri sehingga mempunyai kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.

4. Sekolah berusaha menjalin komunikasi yang sebaik-baiknya terutama dalam hal mencari informasi tertang peralatan mutakhir yang dimiliki industri dan berusaha untuk mempelajari dengan melibatkan guru dan peserta didik.

5. Rekayasa jadwal PKL atau magang dengan sistem rolling kelompok (month release) untuk mensiasati supaya tercukupi kerja sama dengan DU/DI pada pelaksanaan PKL. Sekolah bisa juga mencari DU/DI di luar kota, luar daerah, atau ke luar pulau.

(10)

memberikan keyakinan kepada pihak DU/DI supaya mau melakukan MoU yang saling menguntungkan kalo perlu memanfaatkan para alumni yang biasanya sudah bekerja di DU/DI tersebut.

SIMPULAN

SMK Negeri di Kota Bandung mempunyai komitmen tinggi untuk mengimplementasikan revitalisasi sekolah dalam kaitannya dengan upaya

meningkatkan mutu lulusan. Hal tersebut terlihat jelas dari upaya sitematik dan terstruktur mulai dari perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga memunculkan perubahan-perubahan positif dari berbagai sisi yang berpotensi terhadap peningkatan mutu lulusan. Kesimpulan ini didukung

Dari simpulan yang telah dirumuskan diatas, maka melalui kesempatan ini penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut : (1) Kepada kepala sekolah, dalam rangka mengimplementasikan manajemen revitalisasi SMK agar diupayakan melakukan sosialisasi secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media sehingga warga sekolah, masyarakat,

Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/ DI) lebih memahami program-program sekolah yang sedang dan yang akan dilakukan sehingga memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Revitalisasi adalah optimalisasi terhadap sumber daya yang ada sehingga jika semua tergerak dari bawah sampai pucuk pimpinan maka akan lebih efektif untuk mencapai tujuan; (2) Kepada ketua kompetensi keahlian, harus ada perubahan mindset dan pemahaman terhadap kurikulum implementatif yang mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan di industri yang sangat cepat jauh melebihi perubahan ilmu pengetahuan yang ada di sekolah. Menjalin hubungan harmonis dengan sebagian besar industri pasangan adalah satu keharusan sehingga kompetensi keahlian tidak akan kehabisan industri pasangan; (3) Bagi peneliti-peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian tentang manajemen revitalisasi SMK disarankan untuk mengumpulkan data lebih banyak dan mengkaji lebih dalam terutama terhadap langkah-langkah revitalisasi di luar langkah ke-3 Link and match dan langkah ke-4 Kurikulum berbasis industri supaya bisa memberikan wawasan yang lebih luas tentang revitalisasi SMK.

Daftar Pustaka:

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi . 2010 . Prosedur

Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Basu Swasta DH., dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Modern,Liberty, Yogyakarta.

Danim, Sudarwan, dan Yunan Danim. 2010. Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas. Bandung: Pustaka Setia.

Djojonegoro,W. 1998 . Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK

Jakarta: Jayakarta Agung Offset.

John F. Thompson.1973. Foundation of Vocational Education. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Mulyasa, E . 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Nawawi, Hadari. 1985. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung. P a v l o v a , M . ( 2 0 0 9 ) . T e c h n o l o g y

andvocational education for sustainable development, empowering individuals for the future. Australia: Springer.

(11)

Sanusi, Ahmad. 2015. Sistem Nilai. Bandung : Nuansa Cendekia

Saud, Udin Syaefudin dan Makmun,Abin Syamsuddin . 2014. Perencanaan

Pendidikan-Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung : Rosda

Sukmadinata,N.Sy . 2008 . Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya .

Surachim, Ahim. 2016. Efektivitas Pembelajaran Pola Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi Keempat. Jakarta Timur: Bumi Aksara. Wenrich,R.C.,et all(1988) Administration

of vocational education. Homewood, Illinois: American technical publisher, Inc.

Dokumen dan Sumber Lainnya :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Nomor: 07/D.D5/KK/2018, tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK

Dit. PSMK Dirjen. Dikdasmen. 2017. Strategi Implementasi Revitalisasi SMK. Jakarta : Kemendikbud.

Pedoman Penyusunan KTSP SMK Tahun 2018

website kemdikbud.go.id (17/05/2016) Jurnal :

Anaele Edmond O. Ph.D. 2014. Strategi untuk Revitalisasi Pelaksanaan Pendidikan Wirausaha Dalam Pendidikan dan Pelatihan Teknis, Pendidikan dan Pelatihan (TVET) Untuk Meningkatkan Keterampilan Diri di Nigeria.

Ihsana Sabriani Borualogo. 2014. Rekonstruksi dan Revitalisasi Pendidikan Indonesia Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa .

Sri Hidayati Djoeffan. 2004. Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan Kualitas Bangsa.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah ya Allah.. terima kasih sudah memudahkan langkah hambamu dalam meraih gelar sarjana ini:’) jika bukan karena engkau hambamu belum tentu ada pada titik

SBU Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipi lTransportasi (RE104)/ Jasa Nasehat atau Konsultansi RekayasaTeknik (RE101)/ Jasa Konsultansi Estimasi Nilai Lahan dan

[r]

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya tingkat akumulasi logam berat merkuri (Hg) tertinggi pada tanaman kacang kalopo

Untuk komunikasi (COM) yang mendukung untuk video conference, point to point atau point to multipoint pada rrekuensl 30/20 GHz.. Ka-band menupakan salah satu

Analisis Aspektualitas Pada Bahan Ajar Bunpou Yang Digunakan Di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

PENGEMBANGAN COURSEWARE MULTIMED IA INTERAKTIF D ENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN 5M PAD A MATERI PENGGOLONGAN D AN TATA NAMA SENYAWA HID ROKARBON. Universitas Pendidikan Indonesia

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI KESEHATAN Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu.. SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN