• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit USU dan tujuan khususnya untuk untuk mengetahui jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah, untuk mengetahui nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi variasi dosis yang dimulai dari 1 Februari 2017 sampai dengan 1 April 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU).

Waktu penelitian ini adalah dari bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Rumah Sakit USU yang memiliki indikasi odontektomi gigi.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke Rumah Sakit USU yang memiliki indikasi odontektomi gigi molar 3 bawah dari 1 Februari 2017 – 1 April 2017. Sampel di atas diambil dengan menggunakan teknik total sampling, dimana subjek yang dipilih tetap berdasarkan kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti.

(2)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit USU dari 1 Februari – 1 April 2017 .

2. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif). 3. Pasien sehat

3.4.2 Kriteria Eksklusi : - Mempunyai penyakit sistemik.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 4. Variabel dan definisi operasional

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti dengan cara terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian pada pasien, serta surat persetujuan untuk menjadi sampel penelitian. Selanjutnya, peneliti menimbang dan mencatat berat badan pasien. Lalu, peneliti menanyakan keterangan kebiasaan pasien tentang kebiasaan mengonsumsi alkohol. Setelah itu peneliti mengamati dokter gigi (operator) melakukan anestesi lokal blok mandibula metode Fischer dan mengamati

No Variabel Definisi Operasional

1. Anestesi Lokal Obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap transmisi rangsang sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer, tanpa menekan kesadaran.

2. Lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000

Anestesi lokal golongan amida derivate xylidine, dengan formula kimia 2-diethylamino 2’, 6-acetoxylidide hydrochloride dengan penambahan vasokonstriktor, yaitu adrenalin 1:100.000.

(3)

apakah pasien terlihat cemas atau tidak. Setelah dokter gigi (operator) selesai melakukan penyuntikan, peneliti mencatat dosis yang diberikan oleh dokter gigi (operator) pada pasien tersebut.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang didapat dari hasil pengisian kuesioner diolah secara sederhana berdasarkan jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan berdasarkan berat badan dan faktor yang mempengaruhi berdasarkan jumlah pasiennya. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana dan pengolahan data dari hasil penelitian dilakukan secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan melihat variasi dosis anestesi lokal dari nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah yang dilakukan di Rumah Sakit USU dan melihat faktor yang mempengaruhi variasi dosis berdasarkan jumlah pasiennya.

(4)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) periode Februari – April 2017 yang dimulai dari tanggal 1 Februari 2017 sampai dengan 1 April 2017 diperoleh sampel sebanyak 60 pasien yang mendapatkan perawatan odontektomi gigi molar 3 pada rahang bawah dengan menggunakan bahan anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang dilakukan oleh dokter gigi spesialis bedah mulut.

4.1 Distribusi Pasien Odontektomi Molar 3 Bawah

Data pasien odontektomi molar 3 bawah berdasarkan jenis kelamin terdapat sebanyak 37 orang pasien berjenis kelamin perempuan (61,7%) dan 23 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (38,3%).

Tabel 5. Distribusi data pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Perempuan 37 61.7

Laki-laki 23 38.3

Total 60 100

Selanjutnya, data pasien jika dilihat berdasarkan berat badan pasien diperoleh pasien kelompok berat badan 40-49 kg, 50-59 kg, 60-69 kg dan 70-79 kg memiliki jumlah pasien yang sama, yaitu sebanyak 15 orang (25%) setiap kategorinya.

(5)

Tabel 6. Distribusi data pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan berat badan pasien

Berat Badan (kg) Jumlah

n % 40-49 15 25 50-59 15 25 60-69 15 25 70-79 15 25 Total 60 100

Berdasarkan umur pasien, diperoleh pasien dengan kelompok umur 16-25 tahun sebanyak 27 orang (45%), kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 20 orang (33.3%), kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 10 orang (16,7%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 3 orang (6,6%). Dari hasil tersebut, maka pasien paling banyak adalah dari kelompok umur 16-25 tahun sebesar 45% dan pasien paling sedikit adalah dari kelompok umur 46-55 tahun hanya sebesar 5%.

Tabel 7. Distribusi pasien odontektomi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdasarkan umur pasien

Umur Jumlah n % 16-25 27 45 26-35 20 33.3 36-45 10 16.7 46-55 3 5 Total 60 100

4.2 Distribusi Dosis Anestesi Lokal

Secara teori, dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan dengan menggunakan teknik anestesi lokal blok mandibula metode Fischer ditambah dengan anestesi SMIA pada bagian bukal adalah sebesar 40 mg (volume dosisnya = 2 ml). Pada penelitian ini, distribusi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan oleh dokter gigi pada pasien odontektomi di Rumah Sakit USU dikelompokkan berdasarkan berat badan pasien

(6)

yaitu 40-49 kg, 50-59 kg, 60-69 kg dan 70-79 kg, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 15 orang. Hasil observasi yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada pasien yang memiliki berat badan 40-49 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), selanjutnya pasien ke-7 sampai pasien ke-12 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-13 sampai pasien ke 14 diberikan dosis dengan total 70 mg (volume dosis = 3,5 ml) dan pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 58,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 2,93 ml.

Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 50-59 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 dan ke-3 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-4 sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 70 mg (volume dosis = 3,5 ml), pasien ke-7 sampai pasien ke-14 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml) dan pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 74,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 3,73 ml.

Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 60-69 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 sampai pasien ke-5 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), pasien ke-6 sampai pasien ke-12 diberikan dosis dengan total 90 mg (volume dosis = 4,5 ml) dan pasien ke-13 sampai pasien ke-15 diberikan dosis dengan total 100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata dosis sebesar 86,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 4,33 ml.

Hasil observasi pada pasien yang memiliki berat badan 70-79 kg, dapat dilihat bahwa pasien pertama diberikan dosis dengan total 50 mg (volume dosis = 2,5 ml), kemudian, pasien ke-2 diberikan dosis dengan total 60 mg (volume dosis = 3 ml), pasien ke-3 sampai pasien ke-6 diberikan dosis dengan total 80 mg (volume dosis = 4 ml), pasien ke-7 sampai pasien ke-9 diberikan dosis dengan total 90 mg (volume dosis = 4,5 ml) dan pasien ke-10 sampai pasien ke-15 diberikan dosis dengan total

(7)

100 mg (volume dosis = 5 ml), maka diperoleh rata-rata yang sama dengan kelompok berat badan 60-69 kg yaitu rata-rata dosis sebesar 86,7 mg dan rata-rata volume dosis sebesar 4,33 ml.

Dari seluruh hasil data observasi tersebut, dosis-dosis tersebut bervariasi dimana diperoleh nilai variasi dosis anestesi lokal dari setiap berat badan, yaitu untuk berat badan 40-49 kg nilai variasi dosis sebesar 83,8. Kelompok berat badan 50-59 kg nilai variasi dosisnya sebesar 141. Kelompok berat badan 60-69 kg nilai variasi dosisnya sebesar 152. Kelompok berat badan 70-79 kg nilai variasi dosisnya sebesar 238.

Tabel 8. Distribusi Dosis Anestesi Lokal Berdasarkan Berat Badan

No Berat badan 40-49 kg 50-59 kg 60-69 kg 70-79 kg V. Dosis (ml) Dosis (mg) V. Dosis (ml) Dosis (mg) V. Dosis (ml) Dosis (mg) V. Dosis (ml) Dosis (mg) 1 2.5 50 2.5 50 2.5 50 2.5 50 2 2.5 50 3 60 4 80 3 60 3 2.5 50 3 60 4 80 4 80 4 2.5 50 3.5 70 4 80 4 80 5 2.5 50 3.5 70 4 80 4 80 6 2.5 50 3.5 70 4.5 90 4 80 7 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 8 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 9 3 60 4 80 4.5 90 4.5 90 10 3 60 4 80 4.5 90 5 100 11 3 60 4 80 4.5 90 5 100 12 3 60 4 80 4.5 90 5 100 13 3.5 70 4 80 5 100 5 100 14 3.5 70 4 80 5 100 5 100 15 4 80 5 100 5 100 5 100 Rata-rata 2.933 58.7 3.73 74.7 4.33 86.7 4.33 86.7 Std. dev. 0.458 9.15 0.59 11.9 0.62 12.3 0.77 15.4 Variasi 0.21 83.8 0.35 141 0.38 152 0.6 238

(8)

4.3 Faktor yang Mempengaruhi Variasi Dosis

Secara teori, variasi dosis dipengaruhi oleh berat badan, bahan anestesi lokal morfologi saraf, mengonsumsi alkohol, dan kecemasan. Pada data distribusi dosis di atas, variasi dosis dipengaruhi oleh berat badan, dimana terlihat pada hasil semakin besar berat badan, semakin tinggi pula nilai variasinya. Rasa cemas juga termasuk faktor yang mempengaruhi variasi dosis pada data penelitian ini, dimana terlihat pada hasil, pasien yang merasa cemas ada sebanyak 27 orang (45%). Selanjutnya, untuk kebiasaan mengonsumsi alkohol pada penelitian ini tidak ada pasien yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol. Lalu, ada sebanyak 33 orang (55%) yang tidak memiliki keterangan faktor karena tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan tidak merasakan kecemasan. Pada penelitian ini, bahan anestesi lokal tidak termasuk faktor yang mempengaruhi karena pada penelitian ini semua pasien menggunakan bahan anestesi lokal yang sama, yaitu lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000.

Tabel 9. Distribusi jumlah pasien berdasarkan faktor yang mempengaruhi

Faktor Jumlah Pasien

n %

Kecemasan 27 45

Kebiasaan Mengonsumsi Alkohol 0 0

Tidak ada keterangan faktor 33 55

(9)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) periode Februari – April 2017 ini memperoleh jumlah dosis anestesi lokal yang diberikan oleh dokter gigi spesialis pada sampel sekitar 50 mg – 100 mg, dimana rata-rata dosisnya pada kelompok berat badan 40-49 kg sebesar 58,7 mg, pada kelompok berat badan 50-59 kg sebesar 74,7 mg, pada kelompok berat badan 60-69 kg sebesar 86,7 mg, pada kelompok berat badan 70-79 kg sebesar 86,7 mg. Penelitian ini dikelompokkan berdasarkan berat badan pasien, hal ini karena total dosis bergantung pada berat badan dan jumlah sampel yang didapat setiap kelompoknya seimbang atau sama, yaitu sebanyak 15 orang sehingga dapat dibandingkan nilai variasinya. Nilai variasi tersebut dapat dilihat dari seberapa besar keragaman data dosis pada setiap kelompok. Hasil data observasi penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kelompok berat badan memiliki dosis anestesi lokal yang berbeda-beda dan semakin tinggi kelompok berat badan maka semakin tinggi pula nilai variasi dosisnya, dimana kelompok berat badan 70-79 kg mendapatkan nilai variasi dosis yang paling tinggi yaitu sebesar 238, hal ini karena memiliki keragaman data yang besar dimana pasien – pasien pada kelompok berat badan tersebut mendapatkan dosis 50,60,80,90,100 mg (hampir setiap dosis ada) dan banyak pasien yang mendapat dosis anestesi lokal 100 mg, sedangkan kelompok berat badan 40-49 kg mendapatkan nilai variasi yang rendah yaitu sebesar 83,8.

Menurut Malamed, berat badan menentukan batas dosis yang maksimum (tertinggi) sehingga batas dosis yang maksimum setiap berat badan berbeda, maka kemungkinan dosis anestesi lokal yang diberikan dapat berbeda pula. Dosis minimum harus diberikan untuk mendapatkan anestesi yang efektif, namun dokter gigi dapat menambah dosis jika diperlukan sampai batas dosis yang maksimum sesuai berat

(10)

badannya dan tidak boleh melebihi batas dosis maksimum.9 Hal ini yang dapat membuat dosis anestesi lokal terlihat bervariasi.

Selanjutnya, rasa cemas juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini ada sebanyak 27 orang pasien yang memiliki rasa cemas. Penelitian Masaru Kudo tahun 2006, menemukan bahwa ada korelasi signifikan antara kecemasan dan rasa sakit terhadap anestesi lokal. Pasien yang cemas akan mendefinisikan sensasi yang diterima organ sensorisnya sesuai dengan kecemasan atau ketakutannya. Jadi, dosis anestesi lokal akan bertambah akibat pasien tidak dapat membedakan rasa sakit berdenyut dengan rasa sakit yang timbul akibat kecemasannya.10

Lalu, faktor yang dapat mempengaruhi adalah respon tubuh pasien yang berbeda karena morfologi saraf pasien yang beragam jenis, ada pasien yang memiliki saraf tipis dan ada pasien yang memiliki saraf tebal, namun faktor ini tidak dapat diketahui secara langsung pada observasi ini. Pasien yang memiliki pain fibres yang tipis membutuhkan dosis yang lebih sedikit dibandingkan pasien yang memiliki pain fibres yang tebal. Pain fibres yang tipis lebih mudah untuk dianestesi karena tanpa dianestesi sifat saraf ini sudah kurang peka terhadap stimulus listrik dan lebih lambat menghantarkan rangsangan, sedangkan pain fibres yang tebal lebih peka terhadap stimulus listrik dan lebih cepat menghantarkan rangsangan sehingga membutuhkan dosis anestesi yang lebih banyak untuk menghambat penghantaran rangsangan yang terjadi di jaringan tubuhnya. 10

Dosis anestesi lokal juga dapat bervariasi karena mengonsumsi alkohol. Hasil penelitian Utomo, Wowor dan Hutagalung diperoleh dosis anestesi lokal yang berbeda dapat dilihat dari rata-rata volume dosis dimana rata-rata dosis peminum ringan 2,66 ml, peminum sedang 3,8 ml dan peminum berat 4,6 ml, hal ini dapat menyatakan bahwa dosis anestesi lokal bervariasi dan akan semakin meningkat seiring dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi, namun pada penelitian observasi ini, tidak terdapat pasien yang mengonsumsi alkohol.

(11)

Pada penelitian ini, penulis menyadari keterbatasan karena perbandingan penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah sangat terbatas, sehingga tidak banyak dapat membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian yang lainnya.

(12)

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi gigi molar 3 bawah di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) periode Februari – April 2017 ini memperoleh jumlah dosis anestesi yang diberikan dokter gigi pada sampel sekitar 50-100 mg, dimana nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang tertinggi pada berat badan 70-79 kg yaitu 238 dan nilai variasi jumlah dosis anestesi lokal yang terendah pada berat badan 40-49 kg yaitu 83,8.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dosis anestesi lokal pada penelitian ini adalah berat badan dan kecemasan.

6.2 Saran

Peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan variasi dosis anestesi lokal Lidokain 2% dengan Adrenalin 1:100.000 pada odontektomi gigi Molar 3 Bawah dengan Molar 3 Atas.

Gambar

Tabel 8.  Distribusi Dosis Anestesi Lokal Berdasarkan Berat Badan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan PT Inalum Kuala Tanjung meningkatkan komunikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai program behavior based

Royal Society'ye üye olmalarının yanısıra birer Rose Croix da olanlardan John Dury, ışığın, yani Tanrının insanın içinde olduğunu yazarken, tüm modern bilimlerin

Judul Skripsi : Hubungan Hipertensi dan Diabetes Mellitus dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Kronik di RSUDZA Banda Aceh.. Nomor Ijazah :

Dalam Kolb (1992), konflik dapat saja terjadi karena timbulnya perbedaan dalam minat, pola pikir, dan tujuan. Lebih jauh dinyatakan bahwa konflik dapat terjadi karena

denture cleansers on color stability and tensile bond strength of two different.. heat polymerized

Untuk memudahkan proses pengolahan limbah, perlu dipikirkan agar material berkemampuan fotokatalis tersebut dapat dilapiskan (coating) pada keramik, yang untuk

Pada penelitian tahun ke-III, telah dilakukan pengkajian efektifitas beberapa metode pelapisan material fotokatalis pada keramik, dan uji kinetika reaksi

dap anak yang lahir dari hasil perkawinan ijab qabul oleh putusan hakim melalui teori penaf- siran dan penemuan hukum.. Dimana dalam penelitian ini