• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN BERBASIS SPIRITUAL DAN KETERAMPILAN HIDUP Oleh : Zaenal Abidin MZ (Dosen Tetap STIT Al-Qur an Al-Ittifaqah Indralaya) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN BERBASIS SPIRITUAL DAN KETERAMPILAN HIDUP Oleh : Zaenal Abidin MZ (Dosen Tetap STIT Al-Qur an Al-Ittifaqah Indralaya) ABSTRACT"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN

BERBASIS SPIRITUAL DAN KETERAMPILAN HIDUP Oleh : Zaenal Abidin MZ

(Dosen Tetap STIT Al-Qur’an Al-Ittifaqah Indralaya) ABSTRACT

Educational activities are worship to Allah SWT. Humans are created as servants of the holy God and given the mandate to preserve that sanctity. In general, spiritual-based education focuses on spirituality as the main potential in moving every action of education and teaching. In this case it is understood as an inspiring normative source in education and teaching activities, and at the same time spirituality as an educational goal. Living skill education is one of the concepts that can produce life skills in someone in the form of ability, capability and skills to maintain their survival and development so they want and dare to face the life problems naturally, then proactively and creatively search for and find the solution.

(2)

ABSTRAK

Aktivitas pendidikan merupakan ibadah kepada Allah swt. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang suci dan diberi amanah untuk memelihara kesucian tersebut. Secara umum pendidikan berbasis spiritual memusatkan perhatiannya pada spiritualitas sebagai potensi utama dalam menggerakkan setiap tindakan pendidikan dan pengajaran, dalam hal ini dipahami sebagai sumber inspiratif normative dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dan sekaligus spiritualitas sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan life skill atau pendidikan keterampilan hidup, adalah salah satu konsep yang dapat melahirkan kecakapan hidup pada seseorang berupa kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya sehingga mau dan berani mengahadapi problema kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusinya. Kata Kunci : Pendidikan, Spiritual, Keterampilan Hidup

(3)

A. Pendahuluan

Dengan mencermati kehidupan saat ini, dengan tingkat kriminalitas yang semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitas, gaya hidup konsumerisme dan hedonisme, sikap hidup ingin serba instan, meterialisme, dan lain-lain. Jika kecenderungan kehidupan seperti tersebut dibiarkan maka tidak mustahil cepat-lambat bangsa ini akan jauh tertinggal bahkan jatuh ke jurang kehancuran.

Kehidupan saat ini adalah cerminan dari kondisi sebelumnya atau masa lalu. Dan kehidupan saat ini akan mewarnai kondisi kehidupan di masa depan. Pendidikan dan pembudayaan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pemaknaan dan pewarnaan kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok.

Keadaan kehidupan saat ini merupakan cerminan dari proses pendidikan yang dijalankan sebelumnya. Kita bisa melihat bagaimana bangsa-bangsa yang maju pada saat ini, mereka telah menginvestasikan pendidikan yang bermutu sebelumnya.

Penyelenggaraan pendidikan tidak bisa main-main, sambilan atau setengah hati, karena pendidikan seorang atau suatu bangsa akan sangat berperan bagi kemajuan kehidupan di masa yang akan datang. Saat ini kita masih belum puas dengan sistem dan model pendidikan, yang tengah berjalan , yang dinilai masih parsial, apa adanya, belum maksimal, belum mampu menjawab tantangan zaman dan belum mampu membentuk esensi pendidikan, yaitu membangun dan membentuk peserta

(4)

didik yang berkarakter unggul serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual serta memiliki keterampilan hidup (life skill).

Proses pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar, menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20.1 Belajar dalam pengertiannya memiliki arti, suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Dalam proses pembelajaran itu sendiri, setiap manusia memiliki keterampilan hidup untuk belajar. Keterampilan hidup sangat berperan terhadap proses pembelajaran. Keterampilan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif (DEPDIKNAS,2002)2.

Keterampilan hidup atau “life skills” mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerja sama, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan cara berpikir analitis dan logis dalam menghadapi dan cara-1 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. cara-1989. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

2 Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life

Skill) Melalui Pendekatan Broad-Besed Education (Draft). Jakarta:

(5)

cara berpikir analitis dan logis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan.

Keterampilan hidup dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk menumbuhkan sikap mandiri. Keterampilan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan.Kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Sebagai hasil dari pendidikan pembelajaran yang mengarah dalam keterampilan hidup prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa ( fisik dan non fisik ) dan kebermaknaannya bagi diri dan di masa yang akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi keterampilan hidup diantaranya karena tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Berbasis Spiritual Dan Keterampilan Hidup

1. Konsep dan Pengertian Pendidikan Berbasis Spiritual

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang berkebudayaan dan berperadaban. Salah satu karakteristiknya adalah adanya hasrat dan kebutuhan untuk mengembangkan budaya bahkan mewariskannya kepada generasi sesudahnya. Hal inilah yang sesungguhnya yang menjadi bidang garapan dari

(6)

pendidikan mulai dari bentuknya yang sederhana sampai kepada sebuah pendidikan yang memiliki sIstem yang maju, lengkap, dan sempurna. Semakin maju suatu peradaban, akan semakin maju dan sempurnalah sistem pendidikan yang dibentuknya yang tujuannya adalah sebagai upaya mewariskan, mengembangkan, memelihara budaya dan peradaban itu sendiri. Setiap budaya membentuk pola dan corak didikan yang khas. Hal ini dapat dipahami bahwa seorang liberalis akan membentuk pola didikan liberal dan akan menggiring orang lain untuk menjadi liberalis. Seorang ateis akan membentuk pola ateis untuk menjadikan orang lain menjadi ateis dan begitu juga seorang yang menganut suatu keyakinan agama akan membentuk pola didikan sesuai dengan keyakinannya (Ahmad Rivauzi, 2007: 91)3.

Pendidikan berbasis spiritual dalam tulisan ini didefinisikan sebagai konsep, sistem pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan ruhaniah atau spiritual dengan standar spiritual yang dapat dirasakan oleh peserta didik untuk meraih kesempurnaan hidup menurut ukuran Islam. Pengembangan kemampuan spiritual tidak terbatas pada peserta didik, akan tetapi mencakup semua pelaku pendidikan. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa mendidik dan mengikuti pendidikan adalah ibadah. Ibadah secara fungsionil bertujuan pada pencerahan spiritual (Ahmad Rivauzi, 2007: 91)4.

3 Ahmad Rivauzi, , 2007 Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang. Hal 91

4 Ahmad Rivauzi, 2007. Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang, Hal 97.

(7)

Pendidikan Berbasis Spiritual didasari oleh keyakinan bahwa aktivitas pendidikan merupakan ibadah kepada Allah swt. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang suci dan diberi amanah untuk memelihara kesucian tersebut. Secara umum pendidikan berbasis spiritual memusatkan perhatiannya pada spiritualitas sebagai potensi utama dalam menggerakkan setiap tindakan pendidikan dan pengajaran, dalam hal ini dipahami sebagai sumber inspiratif normative dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dan sekaligus spiritualitas sebagai tujuan pendidikan (Ahmad Rivauzi, 2007: 91).

a. Dasar Pendidikan Berbasis Spiritual

Menurut Ahmad Rivauzi (2007: 97), pijakan utama pendidikan berbasis sipiritual adalah al-Qur’an dan hatits Nabi Muhammad Saw. Al-qur’an memuat nilai dan ketentuan lengkap dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, posisi hadits Nabi menempati sumber kedua yang berperan sebagai penjelas terhadap isyarat-isyarat hokum dan nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an. Peran al-Qur’an dalam kehidupan ilmu dan kehidupan, hukum, sosial, serta budaya masyarakat muslim dapat tergambar dalam firman Allah:

ا رمممموو ةولوصم لا نو ونمميمقميموو بم يميغوليا ربم نو وننمممؤييم نو يذملما نو يمقمتمممليلم ى ددهم هميمفم بو ييرو لو بم ا رتوكم ليا كو لمذو نو ونقمفمنييم مي هما رنوقيزورو مي هم ةمروخمليا ربموو كو لمبيقو نيمم لوزمنيأم ا رمووو كويميلوإم لوزمنيأم ا رموبم نووننمممؤييم نويذملماوو

نو ونحم لمفيممليا ممهم كو ئملووأموو ميهمببرو نيمم ى ددهم ى لوعو كوئملووأم نووننمقمونيم Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezkiyang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah

(8)

diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al-Baqarah: 2-5)5

Allah menjelaskan akan eksistensial manusia di muka bumi ini. Dasarnya dapat terlihat dari paparan berikut, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

تم سسسي لوأو ميهمسسسمفمنيأو ى سسلوعو ميهمدوهوسسشيأووو ميسسهمتويمربذم ميهمرمونسسهمظم نيمم مودواءو ي نمبو نيمم كوببرو ذوخوأو ذيإموو نو يملمفما رغو اذو هو ني عو ا رنمكم ا رنمإم ةمموا ريموقمليا موونييو اونلمونقمتو نيأو ا رنوديهمشو ى لوبو اونلما رقو ميكمببروبم Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “ Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lemah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.(QS. al-A’raf:172)6

Dalam ayat di atas, tergambar sebuah dialog antara Tuhan dan jiwa (ruh). Sebuah dialog hanya akan terwujud ketika terjadi suasana saling kenal. Waktu itu ruh sudah kenal dan merasakan keberadaan Allah dengan segala keagungan-Nya. Ruh manusia sudah memiliki kesadaran spiritual tertinggi atau sudah berada pada level (maqam liqa’) dengan Tuhan dan menyatu dengan ke-esaan dan keagungan-Nya. Sekarang timbul pertanyaan, kenapa

5 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 8

6 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 172

(9)

ketika manusia sudah berada di alam dunia ini, jiwa manusia tidak memiliki kesadaran spiritual itu lagi?. Jiwa manusia sudah lupa dan kesadaran spiritual itu berganti dengan “kesadaran ego” (Ahmad Rivauzi, 2007:98).

Jadi pada hakekatnya keberadaan manusia di alam dunia ini adalah untuk menapak tilasi perjanjian dulu, mengembalikan kesadaran spiritual yang dulu sudah ada dan melaksanakan amanah perjanjian itu (Ahmad Rivauzi, 2007:98)7. Pada ayat lain

dapat kita temui tentang hakikat hidup ini sebagai ujian sebagaimana firman-Nya:

رمونفمغوليا زميزمعوليا ونوهموو لدموعو نمسو حيأو ميكميبأو ميكمونولمبييمولم ةوا ريموحولياوو توونيموليا قولوخو ي ذملما Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu . Sipa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia maha perkasa lagi maha pengampun (QS. al-Mulk: 2)”.

Kebenaran pada hakekatnya hanya milik Allah dan Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.

نو يرمتوميممليا نو مم نم نوونكم تو لوفو كو ببرو نيمم قب حو ليا Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.(al-Baqarah : 147)

هسسلملا ى دوهم ى دوهمليا نمإم ليقم ميكمنويدم عوبمتو نيمولم لمإم اوننمممؤيتم لووو ني أو همسسلملا ى دوسسهم ى دوسسهمليا نم إم لي سسقمم

ني سسمو هميمتمؤيسسيم همسسلملا دمسسيموبم لو سسضي فوليا نم إم لي سسقم ميكمببرو دونيعم ميكمونجبا رحويم ويأو ميتميمتموأم ا رمو لوثيمم ددحوأو ى توؤييم مد يملمعو عدسم اوو هململاوو ءما رشو يو Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu 7 Ahmad Rivauzi, 2007. Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang. Hal 98.

(10)

percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui";(Ali Imran : 73)8

Pada ayat lainnya Allah berfirman: د ي سسقوفو هململا رسسبم ميسسصم توعييو ني مووو هملمونسم رو ميكم يمفموو هململا تما ريواءو ميكميميلوعو ى لوتيتم ميتمنيأووو نوورمفمكيتو فو يميكو وو م م يمقمتوسي مم طم اروصم ى لوإم ي و دمهم مي تمنيأو وو لمإم نمتمونممتو لووو همتما رقوتم قمحو هولملا اونقمتما اوننممواءو نويذملما ا رهويبأوا ريو نو ونمملمسي مم Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran: 101-102)9

Kegiatan dan aktivitas pendidikan merupakan bagian penting dari semua tugas penciptaan yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia. Dengan pendidikan, manusia dibentuk untuk menjadi khalifah, untuk mampu memakmurkan bumi, dan menjadi hamba Allah yang sesungguhnya. Bagi hamba Allah,

8 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 87

9 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 92

(11)

kehidupannya merupakan manifestasi dari tugas penghambaan ibadah untuk ridha Allah.

Secara ilmiah, kajian psikologi modern telah mengalami kemajuan yang cukup berarti terutama tentang penyingkapan dimensi spiritualitas manusia. Epistimologi ilmu dalam Islam berpijak dan menempatkan wahyu serta intuitif ruhani dalam pencarian kebenaran sebagai epistimologi utama disamping rasionalitas. Tidak adanya pengakuan terhadap dimensi ini berdampak besar kepada kehampaan kebermaknaan kehidupan dalam aspek yang lebih luas (Ahmad Rivauzi, 2007: 100)10.

Kekosongan akan makna hidup akan menyebabkan orang tidak memiliki harga diri yang kokoh dan membuat dia tidak tahan akan penderitaan, kekurangan harta benda, maupun penderitaan jiwa karena pengalaman hidup yang tidak sejalan dengan harapan. Kekosongan jiwa manusia yang disebabkan oleh keterkecohan kehidupan rendah ini juga pernah diungkapkan oleh Robert Musil, seorang nofelis terkenal dari Australia, dan para ahli kontemporer lain sebagaimana dikutip oleh Nurcholis Madjid , sebagai gejala “kepanikan epistimologi”akibat dari penisbian yang berlebihan dalam pandangan hidup (Toto Tasmara, 2001)11. Mereka mengatakan

bahwa di Eropa sekarang sedang mengalami kepanikan tentang pengetahuan dan makna. Keduanya merupakan persoalan utama pembahasan epistimologi dalam falsafah. Fenomenanya adalah di bawah gelimangan kemewahan harta itu terdapat perasaan

10 Ahmad Rivauzi, 2007. Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang. Hal 100

11 Toto Tasmara, Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental

Intelligence) Membentuk kepribadaian yang bertanggung jawab, Profesional, dan berakhlak, Jakarta, Bina Insani Press,2001

(12)

putus asa, perasaan takut yang mencekam yang dikarenakan tidak adanya makna, tidak pastinya pengetahuan, dan tidak mungkinnya seseorang berkata dengan mantap tentang apa yang diketahuinya atau bahkan apa memang dia sudah tahu. Akhirnya pengetahuan menjadi sama nisbinya dengan segala sesuatu yang lain. Kenyataan ini dapat dipahami karena semua yang mereka peroleh dilahirkan dari pemikiran yang hannya mampu menatap dan mengkaji sesuatu yang bersifat material,

atau sesuatu yang dapat dicermati, dan

diamati (observable) melalui instrumen indrawi, atau objek yang bersifat lahiriah. Persoalan ini juga pernah ditanggapi oleh Hamka (1993: vii)12 yang mengkritisi tentang akar persoalan

kehampaan jiwa ini “ Kerusakan dan kekacauan jiwa, adalah tersebab dari karena manusia tidak mempunyai tujuan hidup, tidak mempunyai ide” (Ahmad Rivauzi, 2007: 101).

Kenyataan ini tentu akan sangat jauh berbeda dengan orang yang menghayati sebuah pengetahuan dan makna yang tidak cuma didapatkan melalui rasional saja tetapi juga melalui potensi spiritual karena tidak semuanya dapat diketahui melalui proses-proses rasional dan kerena tidak semuanya masuk ke dalam dunia empirik. Di sinilah berperannya kedudukan iman yang dibarengi dengan berpikir dalam upaya penemuan hakikat sebuah kebenaran yang utuh yang kalau kita lihat isyarat al-Qur’an tentang perintah Allah untuk berpikir yang pada dasarnya bertujuan agar kita lebih mudah untuk beriman dan tunduk ta’abud kepadanya (Ahmad Rivauzi, 2007: 101).

Sebuah kenyataan yang harus diakui adalah bahwa disatu sisi manusia adalah produk sejarah masa lalu dan produk lingkungannya dengan tidak menafikan peranan pribadi manusia

(13)

bersangkutan yang juga ikut menentukan. Seperti juga pernah ditulis oleh Marleau Ponty sebagai englobe dan englobant yang artinya manusia tidak hanya dimuat atau dipengaruhi oleh dunia (englobe), tetapi juga memuat atau mempengaruhi dunia (englobant) (Hanna Djumhana, 1996)13. Hal ini bisa kita

simpulkan bahwa kegagalan manusia sekarang dalam menemukan makna hidup adalah juga merupakan akibat dosa sejarah yang dilakukan oleh komunitas sosial, penyelenggara dan sistem pendidikan yang ada selama ini (Ahmad Rivauzi, 2007: 101).

Dapat disimpulkan bahwa dalam konteks pendidikan berbasis spiritual, al-Qur’an dan hadits adalah sumber pijakan normatifnya dan intuitif ruhaniyah serta rasionalitas empiric adalah instrumennya.

ةوا رسسكو زملا اونسستمؤييموو ةولوسسصم لا اونسسمميمقميموو ءوا رسسفونوحم نو يدب سسلا هملو نو يمصم لمخي مم هولملا اودمبمعييمولم لمإم اورمممأم ا رمووو ةممويمبقوليا نم يدم كو لمذووو Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)14

Bagi seorang mukmin yang muslim, kehidupan adalah lapangan ibadah kepada Allah. Ibadah adalah nilai aktivitas dan tindakan seorang muslim baik tindakan ruhani, rasional,

13 Hanna Djumhana,Meraih Hidup Bermakna(Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis, Jakarta; Paramadina, 1996, Cet. ke-1

14 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 1084

(14)

emosional, spiritual, maupun tindakan lahiriyah sebagai manivestasi kongkritnya dalam kehidupan real 15

b. Tujuan Pendidikan Berbasis Spiritual

Pendidikan seyogyanya diarahkan kepada upaya membantu peserta didik mengerti tujuan penciptaannya sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai khalifah Allah di permukaan bumi. Lahirnya kesadaran ber-Tuhan dan tergapainya rahmat Allah sehingga lahirnya kemampuan manusia melakukan pertemuan (liqa’) dengan Tuhannya merupakan tujuan utamanya (Ahmad Rivauzi, 2007: 102). Sebagaimana firman Allah:

همسسببرو ءوا رسقولم اونسسجمرييو نوا رسسكو نيموفوددسسحماوو هدسسلوإم ميسسكمهملوإم ا رمونمأو ي م لوإم ى حوونيم ميكم لمثيمم ردشوبو ا رنوأو ا رمونمإم ليقم ادد حوأو همببرو ةمدوا ربوعمبم كي رمشييم لووو ا رحدلما رصو لدموعو لي موعييموليفو Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi: 110)16

2. Konsep dan Pengertian Pendidikan Berbasis Keterampilan Hidup

15 Ahmad Rivauzi, 2007. Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang. Hal 102.

16 Departemen Agama Islam. 1995. Al-qur'an dan Terjemahnya. Semarang Al Waah. Hal 460

(15)

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu keharusan dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia lahir ke dunia ini dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung dapat berdiri dan memelihara dirinya sendiri. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara, Pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik). Dalam memahami pengertian pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui dua istilah dunia pendidikan, yaitu pedagogi yang berarti “pendidikan” dan pedagogia artinya ilmu pendidikan. Istilah ini berasal dari bahasa yunani pedagogia (paedos dan agoge)yang berarti saya membimbing, memimpin anak. Menurut Carter V. Good ; Pedagogy is the art, practice, or profession of teachingatau pendidikan adalah seni , praktik atau profesi sebagai pengajar, dan menurut Carter V . Good ; The systematized learning or instruction concerning principles and method of teaching and student control and guidance, largely replaced by the term education atau ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode – metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

b. Pengertian Keterampilan Hidup

Menurut WHO (World Health Organization), keterampilan hidup adalah kemampuan perilaku positif dan adaptif yang mendukung seseorang untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan selama hidupnya.

(16)

Menurut Brolling (1989)17, keterampilan hidup adalah

interaksi berbagai pengetahuan dan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Keterampilan hidup adalah keterampilan yang dimiliki seseorang umtuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa rasa tertekan,kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi hingga mampu mengatasinya konsep keterampilan hidup dirumuskan secara beragam, salah satu konsep yang dikemukakan oleh nelson johns menyebutkan bahwa secara netral keterampilan hidup merupakan urutan pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik.

Sumber lain memaknai keterampilan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi kecakapan yang di perkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dewasa untuk dapat hidup secara mandiri.untuk pembelajaran berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk meningkatkan kemampuan, kesannggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya. Kemampuan disini adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Keterampilan hidup terdiri dari keterampilan hidup yang bersifat umum dan khusus. Menurut malik fajar kecakapan hidup sama dengan empat pilar yaitu learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar

17 Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education: A Competency

(17)

melakukan),learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan).

c. Jenis-jenis Keterampilan Hidup 1). Keterampilan Fisik

Keterampilan fisik Adalah keterampilan seseorang yang ditunjukkan secara fisik, seperti melihat, bersuara, mencium, merasa, menyentuh, dan bergerak.

a). Keterampilan Fisik

Ditandai dengan seorang remaja untuk memilih makanan, berolahraga dan beristirahat secara seimbang.

b). Keterampilan memahami tubuh dan merespon kebutuhan tubuh

Makna sehat yang hakiki adalah memahami kondisi dan kemampuan tubuh kita dan menjalankan pola hidup sehat. Komunikasi yang terjalin baik antara kita dengan tubuh kita akan menghasilkan mekanisme tubuh yang baik pula.

c). Keterampilan mengatur pola makan dan olah raga

Pada dasarnya, sehat dimulai dari apa yang kita makan. Kita perlu mulai berpikir dan berbuat, bagaimana caranya agar dapa membuat makanan yang bukan hanya enak di lidah tapi jugas sehat di badan.

d). Ketarampilan mengelola tidur

Perbaikan jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh umumnya dilakukan dikala istirahat/tidur. Maka apabila kita sering kurang tidur atau tidak memiliki kualitas tidur

(18)

yang baik, cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas daya tahan tubuh kit

2). Keterampilan Mental

a). Keterampilan mempercayai dan menghargai diri.

Percaya diri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan terkait

evaluasi terhadap dirinya sendiri, serta dapat mengukur suatu perbuatan dari

segi baik atau buruknya.

b). Keterampilan berpikir positif

Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi positif

mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman.

c). Keterampilan mengelola stress

Mengelola stress bukan sekedar mengurangi stress, tetapi juga mengelola

situasi yang menyebabkan stress. Mengelola stress berarti menemukan jenis,

cara, dan waktu stress yang tepat sesuai dengan ciri khas individu, prioritas,

dan situasi hidupnya untuk mencapai kinerja dan kepuasan maksimal.

d). Keterampilan mengambil keputusan dan memecahkan masalah

Pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang membantu remaja

untuk menghapi berbagai keputusan dalam hidup secara konstruktif.

(19)

3). Keterampilan Emosional

a). Keterampilan bersikap tegas (asertif)

Asertif adalah sebuah sikap atau perilaku untuk mengekspresikan diri secara

tegas kepada pihak lain tanpa menyakiti pihak ataupun merendahkan diri di

hadapan pihal lain.

b). Keterampilan berkomunikasi dengan orang lain

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui

bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerakan tubuh, atau ungkapan emosi oleh

seseorang kepada orang lain disekitarnya. 4). Keterampilan Kejuruan (Vocational Skills)

Keterampilan kejuruan adalah kemampuan atau keterampilan khusus yang dimiliki oleh remaja dan mahasiswa dalam bidang non akademik, yakni berupa kemampuan remaja dan mahasiswa dalam berwirausaha sesuai dengan bakat, minat dan hobinya untuk mendapatkan penghasilan, sehingga remaja dan mahasiswa bisa hidup dengan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Tujuan keterampilan kejuruan (vocational skills) adalah agar remaja dan mahasiswa mampu mengembangkan potensi dirinya, bakat dan hobinya sehingga dapat mendatangkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(20)

Mengubah hambatan menjadi peluang. dalam kehidupan sehari-hari, kita

tidak akan lepas dari hambatan, masalah, dan tantangan. Kita melihat ada

orang-orang yang bisa mengatasi dan meninggalkan kesulitan masa lalunya

ada juga yang menyerah dan menyalahkan masa lalunya.

a). Tipe Keterampilan Menghadapi Kesulitan

Kemampuan orang dalam menghadapi hambatan, masalah, dan tantangan

dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (1). Tipe cepat menyerah (Quitters), (2). Tipe

cepat istiraha (Campers), (3). Tipe terus mendaki (Climbers)

b). Dimensi Keterampilan Menghadapi Kesulitan

Keterampilan menghadapi kesulitan terdiri dari 4 dimensi yang masing

masing merupakan bagian dari sikap seseorang dalam menghadapi kesulitan.

1). C = Control (kendali)

2). O2 = Origin dan Ownership (sebab masalah dan pengakuan)

3). R = Reach (jangkauan)

4). DE = Endurance (daya tahan)

c). Memperbaiki Keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan

Keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan bukanlah hal yang

(21)

permanen atau menetap, dimensi-dimensi yang mempengaruhi sikap

seseorang dalam menghadapi masalah dapat diperbaiki dan ditingkatkan

melalui keterampilan LEAD dan Stoppers.

d. Hubungan pendidikan dan keterampilan hidup Pendidikan berbasis life skill adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi problema kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya.Kemampuan mencakup daya pikir, daya kalbu, dan daya raga.

Pendidikan life skill sebagai pendidikan dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.Pendidikan life skill memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri.Pendidikan life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat.

(22)

Apabila dikaitkan dengan pembelajaran, maka pendidikan berbasis life skill ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1). Melalui reorientasi pembelajaran

2). Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang variatif 3). Melalui pembelajaran kecakapan vokasional (bagi siswa yang berpotensi tidak melanjutkan).

Dengan berbagai macam strategi tersebut, diharapkan kurikulum yang digunakan dapat menghantarkan para peserta didik memiliki kecakapan hidup untuk bisa bertahan dalam berbagai persoalan hidup serta cakap dalam menemukan solusinya.

Secara umum, manfaat pendidikan life skill bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi serta memecahkan permasalahan, baik secara pribadi, masyarakat dan sebagai warga negara.Sedangkan tujuan utama dari pendidikan berbasis life skill adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata atau mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup serta mengembangkan dirinya. Secara lebih spesifik, tujuan dari pendidikan berbasis life skill yaitu;

1). Memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui pengenalan nilai (logos), penghayatan nilai (etos), dan penerapan nilai (patos) kehidupan sehari-hari, sehingga dapat

(23)

dipergunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya;

2). Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai kehidupan sehari-hari yang dapat menghantarkan peserta didik untuk berfungsi menghadapi masa depan yang sarat dengan persaingan dan kolaborasi;

3). Menfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan hidup yang dihadapi sehari-hari atau yang akan dihadapi, misalkan menjaga kesehatan mental dan fisik, mencari nafkah dan memilih serta mengembangkan karir.

4). Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dengan memberikan pemanfaatan peluang sumber daya masyarakat, sesuai prinsip manajemen berbasis sekolah

C. Kesimpulan

Aktivitas pendidikan merupakan ibadah kepada Allah swt. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah yang suci dan diberi amanah untuk memelihara kesucian tersebut. Secara umum pendidikan berbasis spiritual memusatkan perhatiannya pada spiritualitas sebagai potensi utama dalam menggerakkan setiap tindakan pendidikan dan pengajaran, dalam hal ini dipahami sebagai sumber inspiratif normative dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dan sekaligus spiritualitas sebagai tujuan pendidikan

Di dalam proses pembelajaran keterampilan hidup sangat berperan penting. Keterampilan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat berperilaku positif

(24)

dan beradaptasi dengan lingkungan, memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif .

Keterampilan hidup atau “life skills” mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerja sama, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan cara berpikir analitis dan logis dalam menghadapi dan cara-cara berpikir analitis dan logis dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup dan kehidupan.

Pendidikan life skill atau pendidikan keterampilan hidup, adalah salah satu konsep yang dapat melahirkan kecakapan hidup pada seseorang berupa kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya sehingga mau dan berani mengahadapi problema kehidupan secara wajar, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusinya.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rivauzi, Pendidikan Berbasis Spiritual: Telaah Pemikiran Pendidikan Spiritual Abdurrauf Singkel dalam Kitab Tanbih al-Masyi, (Tesis), Padang: PPs IAIN Imam Bonjol Padang, 2007

Brolin, D.E. 1989. Life Centered Career Education: A Competency Based Approach. Reston, VA: The Council for Exceptional Children.

Hamka, Lembaga Budi, Jakarta; Pustaka Panjimas, 1983

Hanna Djumhana,Meraih Hidup Bermakna(Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis, Jakarta; Paramadina, 1996, Cet. ke-1

Toto Tasmara, Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence) Membentuk kepribadaian yang bertanggung jawab, Profesional, dan berakhlak, Jakarta, Bina Insani Press,2001

(26)

Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Broad-Besed Education (Draft). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 1989. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

125 informasi ngeunaan tugasna nu geus dilaksanakeun sarta jadi bahan obsérvasi pikeun mikanyaho kahontal henteuna tujuan atikan katut pangajaran anu geus

Topologi jaringan penyiaran televisi digital pada umumnya dijelaskan pada gambar 3, sinyal televisi yang dipancarkan dari antena pemancar akan diterima oleh antena

Dari kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui, penyebab kesalahan siswa melakukan kesalahan

1. Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan koefisien regresi sebesar 0,432. Artinya, jika kualitas produk meningkat sebesar satu

a) Penerimaan apa jua jenis Hadiah Peribadi oleh Kakitangan SESB daripada pihak luar semasa menjalankan tugas mereka dengan SESB juga dilarang sama sekali. b) Semua bentuk Hadiah

Berdasarkan Tabel 4.35 di atas, maka dapat diketahui nilai R Square (R 2 ) adalah 0,254, yang menunjukkan besarnya pengaruh kualitas sistem terhadap tingkat kepuasan

Keuntungan mengetahui pola sekuens, tidak hanya membantu proses identifikasi forensik tetapi juga dalam bidang antropologi dan arkeologi oleh karena perbedaan posisi

ALMENTA Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Industri Barang Bangunan Dari Kayu Moulding (House Component)..