• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Al-Qur an Hadits di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Al-Qur an Hadits di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 7, No. 1, Januari-Juni, 2021, Hal. 29 – 38, P-ISSN:2460-349X, E-ISSN: 2615-7640

Artikel Penelitian

Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Al-Qur’an Hadits di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah

H. Imansyah *

Guru MTs Negeri Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan

Histori artikel:

Pengiriman: Februari 2021 Revisi: Maret 2021 Diterima: April 2021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro dalam meningkatkan prestasi belajar Al-Qur’an Hadits di MTsN 2 Hulu Sungai Ten-gah. Hasil penelitian menunjukkan: Kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah dilaksanakan setelah kegitan sholat zuhur berjama’ah dan waktu istirahat, dua kali pertemuan dalam seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis dengan durasi selama satu jam pukul 13.30-14.30 WIB. Menggunakan sistem klasikal, sesuai kelas masing-masing secara individu. Bentuk kegiatan menekankan pada pengem-bangan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkan-dung dalam Al-Qur’an dan hadits. Kegiatannya tentang pema-haman, cara membaca yang baik dan benar sesuai tajwid dan makhrojal hurufnya, menghafal surah pendek pilihan pada Juz 30, menggunakan buku iqro dan Al-Qur’an, disesuaikan dengan kemampuan siswa dan dicatat dalam buku khusus. Seluruh warga sekolah terlibat yaitu kepala sekolah, guru, semua staf karyawan, para siswa dan orang tua. Peranan kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro dapat membantu siswa mengembangkan potensi dirinya dalam membaca Al-Qur’an yang masih kurang dikuasainya, menghilangkan kesenjangan antar siswa mengenai penguasaan membaca Al-Qur’an, guru dapat membimbing siswa, dan membangun minat belajarnya. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, guru melakukan evaluasi. Hasil dibuktikan dari nilai raport. Faktor yang mempengaruhi: faktor internal meliputi minat siswa dan faktor eksternal meliputi dukungan dari guru dan orangtua serta lingkungan sekitar.

Kata Kunci: kegiatan ekstrakurikuler, wajib iqro, prestasi belajar, al-qur’an hadits

*Email korespondensi: imansyah100367@gmail.com

Pendahuluan

Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu untuk membaca Al-Qur’an secara baik apalagi memahaminya. Oleh

kare-na itu, sebagai orang tua harus mengusahakan sedini mungkin untuk mendidik dan membi-asakan membaca Al-Qur’an.

Syilabi (2007) menyatakan bahwa saat ini hal yang cukup memprihatinkan yaitu ku-rangnya kecintaan umat islam terhadap

(2)

Al-Qur’an. Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, terutama di rumah-rumah keluarga mus-lim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produk sains dan teknologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur'an sehingga banyak anggota keluarga tidak bisa membaca Al-Qur'an. Akhirnya kebiasaan membaca Al-Qur'an ini sudah mulai langka.

Allah menurunkan firman pertama-Nya dengan perintah iqro yang artinya bacalah. Karena dengan membaca, manusia mengenali diri, alam semesta, dan Tuhan. Dengan mem-baca manusia layak menjadi khalifah Allah di muka bumi. Karena itu, semua orang tua su-dah semestinya memperkenalkan membaca kepada anak sejak dini usia 0-2 tahun (Adhim, 2007). Dengan membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan mengambil hikmah serta meresapi isinya niscaya akan mendapat petunjuk dari Allah swt, serta menenangkan hati. Itulah yang di-namakan rahmat dari Allah SWT (Thalib, 2005). Dalam hal ini, Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah dua sumber yang dijadikan landasan dalam pendidikan agama islam. Untuk dapat mempelajari dan memahami kandungan Al-Qur’an seorang muslim harus memiliki ke-mampuan untuk membaca Al-Qur’an (Arifin, 2011).

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang handal bagi pembangunan dan memiliki peranan strategis untuk mencapai kemajuan suatu bangsa (Hermawati, 2017). Dalam konteks program pembelajaran, tanpa mengu-rangi arti penting serta tanpa mengesamping-kan faktor-faktor yang lain, faktor kualitas pembelajaran merupakan faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan hasil pembela-jaran yang pada akhirnya akan berujung pada meningkatnya kualitas pendidikan. Karena muara dari berbagai program pendidikan ada-lah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas (Uno, 2007). Untuk pen-capaian tujuan pendidikan, pengetahuan dikelompokkan kepada dua kategori, yaitu pertama, pengetahuan abadi (yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadits), dan kedua,

pengetahuan perolehan (ilmu-ilmu sosial, alam dan terapan) (Asari, 2014).

Pada tingkatan pendidikan madrasah tsan-awiyah terdapat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang di dalamnya di isi oleh materi-materi tentang kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an sehingga menjadi sesuatu yang sangat diperlukan untuk mempelajarinya serta agar dapat meningkatkan kemampuan membaca

Al-Qur’an. Mengembangkan kemampuan

membaca Al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara pengajarannya lebih mengedepankan praktek dibandingkan teori. Siswa lebih ban-yak untuk membaca Al-Qur’an pada setiap pertemuannya.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, pengembangan pengetahuan dan keterampi-lan serta kemampuan siswa terhadap isi Al-Qur’an dapat didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler (Baharuddin & Dalle, 2019). Pendidikan yang di isi dengan kegiatan ekstrakurikuler di selenggarakan di Madrasah atau sekolah pada dasarnya bertujuan untuk membentuk kualitas siswa yang menyeluruh dalam dua dimensi kehidupannya sebagai manusia, yaitu dimensi intelektualitas (ilmu pengetahuan) dan dimensi spiritualitas (keagamaan). Adanya pendidikan intrakuriku-ler sekarang ini masih dirasa kurang efektif. Maka kegiatan ekstrakurikuler akan dapat memberikan bimbingan dan kesadaran teru-tama dalam kegiatan keagamaan.

Pada proses pembelajaran guru memiliki peranan penting karena guru adalah orang

yang berpengalaman dalam profesinya,

dengan keilmuan yang dimilikinya dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas (Fadlillah, 2012).

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai tujuan yang ditentukan (Dalle & Ar-iffin, 2018). Pernyataan tersebut diperkuat dengan definisi kualitas pembelajaran yang dikemukakan Depdiknas (2002) yaitu ket-erkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.

Terkait dengan kecintaan terhadap Al-Qur’an, pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, maka dilakukan kegiatan tambahan seperti

(3)

ekstrakurikuler yang mewajibkan semua siswa untuk membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini, metode Iqro merupakan salah satu teknik belajar yang dianggap praktis, karena dengan mudah dapat mengantarkan anak, remaja dan orang dewasa bisa membaca Al-Qur’an. Pengembangan metode iqro memakai buku pegangannya yang terdiri dari enam jilid. Hal ini akan lebih berhasil bila diselenggarakan dengan model pendidikan yang spesifik mem-baca Al-Qur’an untuk anak-anak, dengan ku-rikulum yang jelas, waktu yang tepat dan guru-guru yang profesional serta pengelolaan menejemen yang baik (Humam, 1990).

Adapun tujuan dan target metode iqro ada-lah memberi bekal dasar bagi anak-anak un-tuk menjadi generasi yang dicintai Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an menjadi bacaan dan pan-dangan hidup sehari-hari. Sesuai dengan tar-get dan tujuannya, maka materi pokok pelaja-ran adalah belajar membaca Al-Qur’an dit-ambah pelajaran penunjang yaitu hapalan do’a-do’a harian, ibadah, akhlak, akidah, cerita dan nyanyian yang islami dan penulisan huruf Arab.

Keefektifan suatu pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan yang mana

mempunyai peranan yang penting kaitannya dengan siswa dalam mengembangkan ke-mampuan membaca Al-Qur’an. Program wajib iqro merupakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah merupakan kegiatan/program wajib yang dii-kuti oleh seluruh siswa. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mendeskripsikan tentang Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro Dalam Meningkat-kan Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah.

Metodologi Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan da-lam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah. Sumber data di-peroleh dari data primer dan sekunder. Prosedur pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini ada 3, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis data meliputi data

reduc-tion, data display, dan conclussion/ verification.

Untuk pemeriksaan keabsahan data terdapat empat indikator, yaitu: kredibilitas, transfera-bility, dependatransfera-bility, dan comfirmability. Ada-pun uji kredibilitas data menggunakan teknik triangulasi, pengecekan teman sejawat, dan kecukupan referensial.

Hasil dan Pembahasan

Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah dil-aksanakan dua kali dalam seminggu selama satu jam, yaitu pada hari Rabu dan Kamis pukul 13.30-14.30 WIB. setelah kegitan sholat zuhur berjama’ah dan waktu istirahat. Kegiatan ekstrakurikuler menggunakan sistem klasikal yaitu dilakukan sesuai dengan kelas masing-masing secara individu. Ekstrakuriku-ler wajib iqro yang dimaksud di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah adalah bentuk kegiatan yang menekankan pada pengembangan kemampu-an dasar dkemampu-an menghayati isi ykemampu-ang terkkemampu-andung dalam Al-Qur’an hadits.

Kegiatan di dalamnya berisi tentang pem-ahaman Al-Qur’an dan Hadits, cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid dan makhrojal hurufnya, dan menghafal su-rah-surah pendek pilihan pada Juz 30. Adapun dalam kegiatannya wajib iqro menggunakan buku iqro dan Al-Qur’an, penggunaan dis-esuaikan dengan kemampuan siswa. Hasilnya akan berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya karena dicatat sesuai kemampu-an masing-masing siswa ke dalam buku khu-sus. Keberhasilan ekstrakurikuler wajib iqro tidak luput dari pengawasan serta merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, semua staf karyawan, para siswa dan dukungan dari orang tua.

Alwi (2005) menyebutkan ekstrakurikuler istilahnya dari kegiatan yang dilakukan di luar program yang ada dalam kurikulum. Se-dangkan Wahjosumidjo (2003) menyebutkan

bahwa kegiatan ekstrakurikuler yaitu

kegiatan-kegiatan siswa diluar jam pelajaran, yang dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah, dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka usaha untuk

(4)

ketakwaan para siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernega-ra, berbudi pekerti luhur dan sebagainya. Adapun Suryosubroto (2009) menyatakan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tam-bahan di luar struktur program yang dil-aksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan peserta didik.

Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di madrasah dan sekolah umum diantaranya sebagai berikut yaitu: pelatihan ibadah perorangan dan jama’ah, ti-lawah dan tahsin Al-Qur’an, apresiasi seni dan kebudayaan islam, peringatan hari-hari besar islam, tadabbur dan tafakkur alam, pesantren kilat, khatmul Qur’an, kegiatan

keper-pustakaan, kegiatan laboratorium dan

penelitian, kunjungan studi, kepramukaan, palang merah remaja, dan kegiatan olahraga (Departemen Agama RI, 2004).

Kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro adalah kegiatan yang menitik beratkan pada metode membaca. Metode Iqro adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan lang-sung pada latihan membaca. Adapun buku paduan iqro terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna (Sul-than, 1992).

Metode iqro merupakan metode Al-Qur’an yang sangat terkenal sekali di kalangan pen-didikan Al-Qur’an yang sering digunakan pada pemula (TPQ). Sistem dan metode pengajaran iqro lebih mengedepankan pada penguasaan secara individual. Karena sifatnya individual, maka tingkat kemampuan dan hasil yang di-capainya tidak sama. maka setiap selesai bela-jar, guru perlu mencatat hasil belajarnya pada kartu prestasi siswa, kalau memang sudah memahami betul makna siswa baru dinaikkan ke tahap berikutnya (Departemen Agama RI, 1995).

Ahmadi & Supriyono (2013) menyebutkan bahwa pengajaran iqro dilakukan dengan menggunakan metode CBSA. CBSA adalah sua-tu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Guru hanya

menunjukan pokok-pokok pelajarannya dan tidak perlu mengenalkan istilah-istilah. Guru jangan menuntun bacaan, siswa yang harus membaca sendiri latihan-latihannya. Bila siswa salah atau keliru membaca diberi isyarat kemudian dibetulkan.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode iqro adalah 1) Kelebihan metode iqro antara lain: a) mudah dibawa dan dilengkapi oleh be-berapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan dan latihan guru agar buku iqro ini dapat difahami dengan baik oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik dan benar. b) Menggunakan metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), jadi guru yang aktif melainkan siswa yang tuntut aktif. Contohnya huruf yang diberikan harokat. Apanbila terjadi kesalahan membacanya, maka diberikan kode agar dibenarkan sendiri melalui pengulangan bacaan. c) Bersifat privat (individual). Seandainya pembelajaran harus secara kolektif, dan dapat diterapkan secara klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun kelompok dengan cara tutor sebaya (siswa yang lebih jilidnya yang dapat me-nyimak bacaan temannya yang jilidnya yang masih rendah). d) Komunikatif seperti dalam menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan. e) Jika terdapat siswa yang sama tingkat pembelajarannya, boleh dengan sistem tadarus, bergilir dan yang lain me-nyimak. f) Sistem asistensi yakni siswa yang lebih tinggi tingkat pembelajaran membina yang berada di bawahnya. g) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan bukunya mudah di dapat di toko-toko. 2) Kekurangan metode Iqro antara lain: a) Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini. b) Tidak ada media belajar. c) Tidak di-anjurkan menggunakan irama murottal. d) Kurang mengenal huruf hijaiyah sebab tidak dikenalkan sejak awal (Budiyanto, dkk, 2003).

Suprihadi (2013) menyebutkan bahwa kunci kesuksesan mengajarkan iqro yaitu: 1) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), guru me-nyimak, dan hanya memberi contoh pokok belajaran. 2) Privat, dilakukan satu per-satu. 3) Asistensi. Bagi siswa yang pelajarannya lebih tinggi membantu siswa lain. 4) Judul

(5)

bacaannya langsung diberikan contoh dan penjelasan oleh guru. 5) Komunikatif, guru tidak hanya diam namun memberi respon. 6) Jika huruf sudah dibaca betul maka tidak diu-lang. 7) Apabila siswa keliru, cukup membet-ulkan yang keliru. 8) Jika siswa benar-benar menguasai pelajaran, maka membacanya boleh diloncat, tidak perlu utuh setiap hala-man. 9) Jika siswa sering memanjangkan bacaan (yang harusnya pendek), maka perlu ditegur. 10) Jangan ajari siswa dengan irama. 11) Apabila ada siswa yang sama tingkat pela-jarannya. Boleh sistem tadarus atau klasikal dengan alat peraga. 12) Untuk EBTA sebaiknya ditentukan dan ditunjuk oleh guru khusus agar strandarnya tetap sama. 13) Pengajaran buku iqro (jilid 1 sampai 6) sudah dengan pelajaran tajwid, yaitu tajwid praktek dan sederhana. 14) Syarat kesuksesannya, selain menguasai dan menghayati petun-juknya, guru juga harus fasih.

Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Iqro

Peranan kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro dapat membantu siswa mengembangkan potensi dirinya yang masih kurang menguasai pembacaan Al-Qur’an sehingga bisa mengikuti mata pelajaran Al-Qur’an hadits dengan baik dan menghilangkan kesenjangan antar siswa pada penguasaannya membaca Al-Qur’an yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar Al-Qur’an hadits sesuai hasil belajar yang telah dilaluinya. Di samping itu, melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro guru dapat mem-berikan bimbingan khusus kepada siswa dan juga dapat membangun minat belajarnya da-lam mengenal dan mempelajari Al-Qur’an.

Seperti yang dijelaskan Departemen Aga-ma RI (2004) tentang Aga-mata pelajaran Al-Qur’an hadits merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam pada setiap madrasah yang dimaksudkan untuk mem-berikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkandung da-lam Al-Qur’an hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancar-kan iman dan taqwa kepada Allah SWT sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an hadits.

Pendidikan di sekolah/madrasah secara umum menyelenggarakan dua kegiatan yaitu kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kedua kegiatan ini bertujuan untuk mencapai tujuan kurikuler yang dapat mengantarkan pada tujuan institusional dan tujuan pendidi-kan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler mem-iliki kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pela-jaran yang sudah terstruktur dan terjadwal. Sedangkan kegiatan pendidikan melalui mata pelajaran yang terstruktur dan terjadwal sesuai dengan standar isi, termasuk kegiatan intrakurikuler (Badrudin, 2014).

Saihudin (2018) menyebutkan bahwa ekstrakurikuler pada lembaga pendidikan merupakan jawaban atas tuntutan dari kebu-tuhan siswa, membantu mereka yang kurang percaya diri, memperkaya lingkungan belajar, mengembangkan bakat dan minat mereka, dan memberikan rangsangan pada siswa untuk kreatif. Kegiatan ekstrakurikuler yakni berbagai aktivitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang berada di luar jam pelajaran. Sedangkan Budimansyah (Komalasari & Saripudin, 2017) menyebutkan kegiatan ekstrakurikuler dapat mengejawantahkan an-tara pengetahuan yang diperoleh di kelas se-bagai kegiatan intrakulikuler dengan sikap dan keterampilan yang harus di kembangkan agar dapat dimiliki siswa.

Adapun kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2014) adalah bentuk kegiatan diklat di luar jam yang ada dalam struktur ku-rikulum. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat juga pemantapan pembentukan kepribadian siswa. Husna (2017) menyebutkan fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai: 1) Pengem-bangan, yaitu mempunyai fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dapat peserta didik un-tuk mengembangkan dalam keaktifan, bakat, kemampuan suatu potensi, dan minat mereka. 2) Sosial, yaitu mempunyai fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk peserta didik agar mempunyai rasa bertanggung jawab sosial. 3) Persiapan karir, yaitu kegiatan ekstrakuriku-ler untuk mengembangkan suatu karir peserta didik.

(6)

Berdasarkan hasil penelitian Fauzi & Khoiriyah (2018) peran kegiatan ekstraku-rikuler dalam menunjang proses belajar mengajar Al-Qur’an hadits, dapat dijadikan sebagai wadah yang menarik bagi siswa untuk memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya, menguatkan dan memantapkan pros-es pembelajaran keagamaan di sekolah, bergairah untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung dida-lam Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari

Berkaitan dengan membangun minat bela-jar siswa dalam mengenal dan mempelabela-jari Al-Qur’an, Djamarah (2008) menyatakan bahwa

minat merupakan kecenderungan yang

menetap untuk memperhatikan dan meng-ingat sejumlah aktivitas. Misal, makin kuat suatu hubungan, maka makin besar minatnya terhadap hal tersebut.

Adapun minat belajar menurut Faturrah-man (2012) yaitu perhatian dengan perasaan menyukai, tertarik pada pelajaran dengan memperlihatkan keantusiasan, partisipasi dan aktif dalam belajar. Minat memiliki pengaruh besar terhadap belajar sebab minat anak ada-lah faktor utama yang akan menjadi penentu tingkat keaktifannya, jika materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minatnya, ia tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada ketertarikan baginya. Oleh karenanya, minat berhubungan erat dengan belajar, tanpa minat maka akan terasa menjenuhkan, pada nyatanya tidak semua anak, belajar dengan dorongan minat dirinya, namun bisa juga dengan mengembangkannya melalui materi pelajaran karena dipengaruhi oleh guru, te-man, serta orang tuanya.

Sedangkan menurut Sardiman (2010) mengungkapkan bahwa dorongan akan me-nyebabkan terjadinya tingkah laku atau per-buatan. Untuk melaksanakan sesuatu hen-daklah ada dorongan, baik dorongan itu yang datang dari dalam diri maupun yang datang dari dalam diri manusia maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan perbuatan lain, untuk dapat melaksanakan sesuatu harus ada motivasi. Sama juga halya pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau

kegiatan pembelajaran. Berawal kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, teruta-ma bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dalam arti bahwa ada usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adan-ya motivasi, maka seseorang adan-yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Jadi in-tensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi bela-jarnya. Berhasilnya siswa dalam belajar akan diketahui apabila telah dilakukan evaluasi atau penilaian. Sebagai hasil akhir nantinya akan diketahui prestasi belajarnya.

Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, maka guru melakukan evaluasi terhadap pem-belajaran Al-Qur’an Hadits. Dari kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro yang dilaksanakan, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dikatakan baik. Hasil dibuktikan dari nilai raport yang mem-perlihatkan bahwa prestasi belajar Al-Qur’an hadits siswa tergolong baik. Keberhasilan siswa dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya yaitu faktor internal meliputi minat siswa dan faktor eksternal meliputi dukungan dari guru dan orangtua serta lingkungan seki-tar.

Dalam kurikulum Al-Qur’an hadits Mad-rasah Tsanawiyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pen-didikan Al-Qur’an hadits adalah: 1) Agar siswa bersemangat untuk membaca Al-Qur’an hadits dengan benar. 2) Mempelajari, memahami dan meyakini kebenarannya. 3) Mengamalkan aja-ran-ajaran dan nilai yang terkandung di da-lamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya (Departemen Agama RI, 2003).

Kompetensi Standar Al-Qur’an hadits berisikan kumpulan kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam satu semester. yaitu: 1) Memahami serta mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam. 2) Meningkatkan pemahaman Qur’an surat

(7)

Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas berkaitan dengan ketauhidan pada konsep keIslaman. 3) Menghafal dan memahami mak-sud hadits-hadits yang berkaitan dengan isi kandungan surah atau ayat menyesuaikan tingkat perkembangannya (Wadud, 2015).

Hasil belajar banyak dipergunakan untuk mengukur seberapa besar penguasaan bahan yang sudah diajarkan. Untuk itu, perlu rangkaian pengukuran dengan macam-macam alat evaluasi yang dapat memenuhi syarat yang disebut tes. Pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diaplikasikan pada macam-macam bidang diantaranya pendidi-kan (Purwanto, 2009).

Belajar merupakan usaha yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan sistematis dengan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki, termasuk fisik, mental, panca indra, otak dan anggota tubuh lain. Begitu juga berbagai aspek jiwa seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan lainnya. Adapun prinsip belajar yaitu: 1) Kematangan jasmani dan ro-hani. 2) Memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan belajar. 3) Memahami tujuan proses belajar. 4) Memiliki kesungguhan dalam bela-jar. 5) Ulangan dan latihan (Dalyono, 2007).

Menurut Suprijono (2012) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara kese-luruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidi-kan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Dengan demikian yang dimak-sud dengan hasil belajar adalah tahap pen-capaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk prilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun Abdurrahman (2003) menyebut-kan bahwa hasil belajar merupamenyebut-kan kemam-puan yang diperoleh setelah melaksanakan kegiatan belajar. Belajar sebagai proses usaha untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif menetap. Pada kegiatannya yang ter-program dan terkontrol dikatakan sebagai kegiatan instruksional, tujuannya telah ditetapkan oleh guru terlebih dahulu. Jika siswa berhasil dalam belajar maka dapat

da-katakan ia telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Indikator hasil belajar Al-Qur’an Hadits menurut Syah (2013) yaitu sebagai berikut: 1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. 2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seper-ti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada pe-serta didik dalam berbagai tingkah laku. 3) Kecakapan psikomotorik ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, di samping ke-cakapan psikomotorik itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif ia juga banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor

siswa merupakan manifestasi wawasan

pengetahuan dan kesadaran serta sikap men-talnya.

Menurut Rohmah (2012) yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar ada-lah: 1) Faktor Lingkungan, yaitu lingkungan alami (tempat tinggalnya, yang tidak boleh terdapat pencemaran lingkungan) serta ling-kungan sosial budaya (hubungan dengan man-suia). 2) Faktor Instrumental, yakni seperangkat perlengkapan yang bermacam bentuknya demi pencapaian tujuan, di da-lamnya adalah kurikulum, program, fasilitas sarana, dan Guru. 3) Kondisi fisiologis, men-cakup aspek fisiologis yang mempengaruhi belajarnya (keadaan atau kondisi tubuh). 4) Kondisi psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).

Adapun Slameto (2013) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor intern meliputi faktor jasmaniah. Kesehatan seseorang ber-pengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan ce-pat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan lain sebagainya. 2) Faktor ekstern adalah faktor dari luar dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Saah

(8)

satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah ialah kualitas pembelajaran dan fakor lingkungann-ya.

Sedangkan Rumini, dkk. (2000) me-nyebutkan terdapat dua faktor yang ada pada diri individu, yakni faktor psikis (kognitif, afektif, psikomotor, campuran, kepribadian), faktor fisik (indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf, organ dalam). Sedangkan faktor luar diri individu, yaitu lingkungan alam, sosial ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana prasarana.

Diantara tugas guru yaitu menentukan taraf prestasi siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara operasional. Berkai-tan dengan taraf prestasi siswa dan mengenai taraf prestasi kelompok siswa dalam kelas berhubungan erat dengan masalah pada per-baikan program pengajarannya (Propam & Baker, 2005).

Prestasi adalah hasil dari usaha yang su-dah tercapai, prestasi belajar tersebut terkait dengan harapan yang terbentuk dari proses belajar di lingkungannya. Suatu harapan mengandung standar keunggulan yang berasal dari tuntutan orang tua atau lingkungan tem-patnya dibesarkan. Oleh karenanya, standar tersebut sebagai kerangka acuan ketika ia belajar, mengerjakan suatu tugas, memeca-hkan masalah dan mempelajari keterampilan lainnya (Djaali, 2008).

Prestasi belajar di sini dapat diartikan se-bagai tingkatan keberhasilan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan taraf pen-capaian prestasi. Menurut Syah (2004) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah se-bagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun Gunawan (2012) menyatakan prestasi belajar sebagai kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek ke-cakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang dialaminya.

Untuk menilai prestasi belajar, guru harus

melaksanakan evaluasi, yaitu sebagai

pemeriksaan terhadap bagian yang mengalami

kesulitan, yang nantinya akan ditemukan pemecahannya (Sudijono, 2001). Diantara fungsi-fungsi prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik (siswa). 2) Sebagai pemua-san hasrat ingin tahu. 3) Sebagai bahan infor-masi dan inovasi pendidikan. 4) Sebagai indi-kator intern dan ekstern dan institusi pendidi-kan. 5) Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap/kecerdasan peserta didik (Pidarta, 2009).

Simpulan

Kegiatan ekstrakurikuler wajib iqro di MTsN 2 Hulu Sungai Tengah dilaksanakan setelah kegitan sholat zuhur berjama’ah dan waktu istirahat, dua kali pertemuan dalam seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis dengan durasi selama satu jam pukul 13.30-14.30 WIB. Menggunakan sistem klasikal yaitu sesuai dengan kelas masing-masing secara individu. Bentuk kegiatan menekankan pada

pengembangan kemampuan dasar dan

menghayati isi yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits. Kegiatan di dalamnya berisi tentang pemahaman Al-Qur’an dan hadits, cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai tajwid dan makhrojal hurufnya, dan menghafal surah-surah pendek pilihan pada Juz 30 dengan menggunakan buku iqro

dan Al-Qur’an, disesuaikan dengan

kemampuan siswa dan dicatat dalam buku khusus. Yang terlibat dan bertanggung jawab dalam keberhasilan kegiatan adalah seluruh warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, semua staf karyawan, para siswa dan orang tua.

Peranan kegiatan ekstrakurikuler wajib

iqro dapat membantu siswa untuk

mengembangkan potensi dirinya yang masih kurang dalam penguasaan membaca Al-Qur’an hingga mampu dengan baik mengikuti mata

pelajaran Al-Qur’an hadits juga

menghilangkan kesenjangan antar siswa pada penguasaan membaca Al-Qur’an. Dan guru dapat memberikan bimbingan khusus kepada siswa dan juga dapat membangun minat belajarnya dalam mengenal dan mempelajari Al-Qur’an.

(9)

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, maka guru melakukan evaluasi terhadap

pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Hasil

dibuktikan dari nilai raport yang

menunjukkan prestasi belajar Al-Qur’an Hadits siswa tergolong baik. Faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya yaitu faktor internal meliputi minat siswa dan faktor eksternal meliputi dukungan dari guru dan orangtua serta lingkungan sekitar.

Referensi

Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Adhim, Mohammad Fauzil. (2007). Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Mizani.

Ahmadi, Abu & Supriyono, Widodo. (2013). Psikoogi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Alwi, Hasan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, M. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Asari, Hasan. (2014). Hadits-Hadits Pendidikan, Sebuah

Penelusuran Akar-Akar Pendidikan Islam. Bandung: Cipustaka Media Perintis.

Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Jakarta: PT. Indeks. Baharuddin, B., & Dalle, J. (2019). Transforming Learning Spaces for Elementary School Children with Special Needs.

Journal of Social Studies Education Research, 10(2), 344–

365.

Budiyanto, dkk. (2003). Ringkasan Pedoman, Pengelolaan dan Pembangunan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami Mengamalkan dan Memasyarakatkan Al-Qur’an (Gerakan MSA). Yogyakarta: Team Tadarus AMM.

Dalle, J., & Ariffin, A. M. (2018). The impact of technologies in teaching interaction design. Journal of Advanced Research

in Dynamical and Control Systems, 10(4 Special Issue),

1779–1783.

Dalyono, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. (2003). Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Agama.

Departemen Agama RI. (1995). Metode-Metode Membaca Al-Qur’an di Sekolah Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Agama RI. (2004). Pedoman Khusus Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI. (2004). Kegiatan Ekstrakurikuler

Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum dan Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2014). Kurikulum SMK 2014. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djaali. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Fadlillah, Muhammad. (2012). Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoritik dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Faturrahman, Muhammad. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.

Fauzi, Anis & Khoiriyah, Siti Mitahul. (2018). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler (Pesantren Sabtu-Ahad) Dalam Menunjang Proses Belajar Mengajar Al-Qur’an Hadits. Tadris: Volume 13 Nomor 2 h. 295-306.

Gunawan, Heri. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta.

Hermawati, W. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja Guru Dan Implementasi Program Kerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kinerja Mengajar Guru di MTS Negeri Model Brebes. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(9), 170–193.

Humam, As’ad. (1990). Cara-cara Belajar Tajwid Praktis. Yogyakarta: Pengasuh Team Tadarus AMM.

Husna. (2017). Kegiatan Ekstrakurikuler Didong Di SMAN 1 Permata Bener Merah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kuala: Universitas Syiah. Komalasari, Kokom (ed) & Saripudin, Didin. (2017). Pendidikan

Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Pidarta, Made. (2009). Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Propam, W. James & Baker, Eva L. (2005). Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohmah, Noer. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras. Rumini, Sri, dkk. (2000). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP

Universitas Negeri Yogyakarta.

Saihudin. (2018). Manajemen Institut Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Sardiman, A.M. (2010). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Slameto (2013). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sulthan, Muhjin. (1992). Metode Pengajaran Al-Qur’an, Al-Barqi. Surabaya: Sinar Wijayah.

(10)

Suprihadi. (2013). Pintar Agama Islam. Jombang : Lintas Media. Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning Teori dan

Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdaKarya. Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Syilabi, Abu Yahya. (2007). Cara Mudah Membaca Al-Qur’an Sesuai Kaidah Tajwid. Yogyakarta: Daar Ibnu Hazm. Thalib, Muhammad. (2005). Fungsi dan Fadhilah Membaca

Al-Qur’an. Surakarta: Kaffah Media.

Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wadud, Abd. (2015). Al-Qur’an Hadits. Semarang: PT. Toha Putra.

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Perhatikan contoh soal berikut ini untuk memahami cara menentukan derajat hasil bagi dan sisa pembagian suku banyak..

Takrifan (KBAT) yang digunakan oleh ilmuan barat adalah bermaksud ciri-ciri perluasan pemikiran seseorang pelajar itu untuk mengintepretasi, menganalisis, atau

[r]

Media bahan alam dalam kegiatan untuk meningkatkan kemampuan mengurukan pola adalah media yang kongkret dan menarik sehingga anak kelompok A1 TK Desa Wonolopo lebih tertarik dan

menggunakan metode Fuzzy Inference System pada tiap kelompok kecamatan menghasilkan akurasi peramalan terbaik dengan menggunakan model skenario Uji Coba II yang

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor