• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. & Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. & Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teori mengenai organizational support mendapat banyak perhatian

dalam penelitian mengenai hubungan karyawan dengan organisasi (Rhoades

& Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal

balik Gouldner (dalam Liu 2004) sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh

persepsi mereka terhadap kepedulian dan dukungan dari organisasi.

Organisasi dan karyawan memiliki sebuah hubungan timbal-balik. Ketika

karyawan merasa didukung oleh organisasi mereka maka karyawan merasa

berkewajiban untuk membalas dukungan tersebut melalui usaha ekstra dan

kesetiaan terhadap organisasi. Keyakinan global karyawan dimana organisasi

menilai kontribusi dan memperhatikan kesejahteraan mereka merupakan suatu

dukungan dari organisasi yang dirasakan karyawan atau disebut Perceived

Organizational Support (Shanock & Eisenberger, 2006). Perceived

Organizational Support (POS) yaitu tingkat dimana karyawan merasa

organisasi yang mempekerjakan mereka akan memberikan kompensasi yang

pantas atas usaha mereka, membantu ketika mereka membutuhkan, membuat

pekerjaan mereka menjadi menarik dan merangsang serta menciptakan kondisi

kerja yang baik.

Banyak literatur mengenai POS yang menguji hubungan kebijakan

sumber daya manusia dengan tujuan untuk memahami sikap dan perilaku

(2)

karyawan. Meta analisis dari 70 penelitian yang dilakukan Rhoades &

Eisenberger (2002) melaporkan anteseden dan konsekuensi dari POS.

Penelitian yang lain mengenai POS yang memediasi praktik sumber daya

manusia dengan komitmen organisasi dan kondisi kerja (Meyer & Smith,

dalam Tan, 2008a) dan POS sebagai pemediasi praktik sumber daya manusia

dan kondisi kerja pada turnover (Allen et al., dalam Silbert, 2005). Penelitian

tersebut menemukan bahwa POS memiliki hubungan yang lemah dengan

turnover intention. Mekanisme tentang POS mempengaruhi pentingnya

kebijakan sumber daya manusia dan mekanisme yang menguji turnover dalam

organisasi memerlukan penelitian lebih lanjut (Tan, 2008a).

Menurut Tan (2008a) secara spesifik praktik pengembangan karir yang

menyediakan perencanaan karir pada individu karyawan merupakan sinyal

bahwa hal tersebut merupakan kepedulian dan dukungan organisasi terhadap

karyawan. Tersedianya praktik pengembangan karir yang efektif tidak hanya

meningkatkan pertumbuhan dan self-esteem (penghargaan diri) karyawan

dalam menggunakan kemampuan dan pengetahuan tetapi juga sebagai cara

untuk mempertahankan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi

tersebut (Eisenberger dalam Liu, 2004). Penelitian Tan (2008a) menemukan

bahwa POS memediasi pengaruh praktek-praktek pengembangan karir pada

turnover intention.

Praktik sumber daya manusia yang berkaitan dengan pengembangan

karir dalam penelitian tersebut antara lain organizational reward, kesempatan

pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal yang

(3)

merupakan praktek pengembangan karir yang efektif dan mencerminkan

filosofi dasar organisasi dalam memperpanjang hubungan ketenagakerjaan

yang saling menguntungkan. Pengembangan karir dirancang untuk

menyelaraskan kemampuan dan pengetahuan mereka dengan peluang

pekerjaan dan membutuhkan peningkatan produktivitas kerja melalui

peningkatan motivasi dan kepuasan kerja.

Organizational reward berupa gaji dan tunjangan atau tangible

reward akan memacu motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya,

karena karyawan mempersepsikan bahwa organisasi memperhatikan kinerja

karyawan dengan memberikan reward atau balas jasa. Peningkatan kepuasan

terhadap organizational reward akan meningkatkan POS (Silbert, 2005).

Reward akan meninggalkan kesan pada karyawan bahwa mereka dihargai dan

bekerja lebih baik lagi di masa mendatang. Tersedianya kesempatan untuk

mengembangkan karir dirasa karyawan sebagai sebuah peluang dalam

organisasi dimana karyawan memiliki kesempatan untuk mendapatkan

pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka.

Dengan menyediakan kesempatan tersebut pada karyawan berarti organisasi

menawarkan pengembangan hubungan jangka panjang yang baik kepada

karyawan (Liu, 2004).

Dukungan supervisor mempengaruhi pengembangan karir karyawan,

karena supervisor merupakan atasan langsung yang memperhatikan,

mengawasi dan dapat memberikan penilaian kepada karyawan serta dianggap

sebagai cerminan dari tindakan organisasi terhadap mereka (Eisenberger et al.,

(4)

dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Perlakuan yang baik dari supervisor,

berarti juga perlakuan yang baik dari organisasi, akan mengurangi niat

karyawan untuk meninggalkan pekerjaan bahkan organisasi. Sedangkan

kebijakan promosi internal dalam organisasi dirasa sebagai salah satu program

pengembangan karir yang menguntungkan bagi karyawan, yang berarti

mereka memiliki kesempatan untuk mengisi jabatan tertentu dalam sebuah

organisasi. Hal ini berarti organisasi lebih mengutamakan karyawan internal

daripada merekrut karyawan baru untuk mengisi jabatan tersebut. Persepsi

karyawan terhadap kesempatan peningkatan karir di masa depan akan

memotivasi seseorang untuk mencapai harapan tersebut dan tetap berada

dalam organisasi untuk menunjukkan kemampuan dan ketrampilannya

(Vroom dalam Tan, 2008a).

Penelitian ini yang merupakan replikasi dari yang pernah dilakukan

oleh Tan (2008a)

akan menganalisis adanya keterkaitan praktik

pengembangan karir dengan turnover intention dan apakah keterkaitan

tersebut dimediasi oleh POS. Pada penelitian sebelumnya dilakukan pada 357

pekerja pada industri di bidang keuangan, teknologi informasi, arsitektur dan

pendidikan. Penelitian tersebut menyarankan pada penelitian selanjutnya

dilakukan pada bidang industri yang berbeda. Maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada industri di bidang kesehatan dengan sampel

perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta. Dengan menggunakan perawat

sebagai sampel, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan generalisasi dari

POS pada perawat.

(5)

Rumah Sakit dr. Oen Surakarta merupakan organisasi yang melayani

masyarakat di bidang jasa kesehatan. Keberadaan perawat sebagai pelaksana

kegiatan organisasi memiliki peran yang penting bagi organisasi karena

perawat melakukan interaksi langsung dengan konsumen yaitu pasien. Dalam

melaksanakan tugas, perawat diharapkan untuk memenuhi target yang

ditetapkan organisasi yang berarti mereka juga bekerja di bawah tekanan atau

target. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk keluar dari organisasi. Selain

itu adanya kesempatan karir yang lebih baik di tempat lain juga merupakan

alasan untuk meninggalkan organisasi. Sedangkan sumber daya manusia

terutama yang memiliki potensi dan kemampuan yang baik dan cenderung

berprestasi merupakan aset yang berharga bagi sebuah organisasi. Sehingga

organisasi akan berusaha untuk mempertahankan mereka untuk tetap berada

dalam organisasi dan tidak berniat untuk meninggalkan organisasi yang

menaungi mereka., salah satunya dengan menyediakan program-program

pengembangan karir yang berarti organisasi memperhatikan kebutuhan dan

kesejahteraan karyawan (POS) serta memotivasi mereka untuk berprestasi.

Perawat yang mendapat perlakuan yang baik dan dukungan dari

organisasi akan melayani pasien dengan sepenuh hati sehingga menimbulkan

kepuasan bagi para pasien, memberikan kontribusi yang bermanfaat dan akan

mempengaruhi

eksistensi

organisasi.

Dengan

menyediakan

praktik

pengembangan karir tersebut, maka organisasi memperhatikan dan peduli

terhadap kontribusi dan kesejahteraan mereka, sehingga niat untuk

meninggalkan organisasi pun berkurang.

(6)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ”PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT (POS)

SEBAGAI

VARIABEL

PEMEDIASI

PENGARUH

PRAKTIK

PENGEMBANGAN KARIR PADA TURNOVER INTENTION” (Studi

pada Perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Apakah organizational reward berpengaruh negatif secara langsung pada

turnover intention?

2. Apakah kesempatan pengembangan karir berpengaruh negatif secara

langsung pada turnover intention?

3. Apakah dukungan supervisor berpengaruh negatif secara langsung pada

turnover intention?

4. Apakah promosi internal berpengaruh negatif secara langsung pada

turnover intention?

5. Apakah POS memediasi pengaruh organizational reward pada turnover

intention?

6. Apakah POS memediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir pada

turnover intention?

7. Apakah POS memediasi pengaruh dukungan supervisor pada turnover

(7)

8. Apakah POS memediasi pengaruh promosi internal pada turnover

intention?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menguji pengaruh langsung organizational reward pada turnover

intention.

2. Untuk menguji pengaruh langsung kesempatan pengembangan karir pada

turnover intention.

3. Untuk menguji pengaruh langsung dukungan supervisor pada turnover

intention.

4. Untuk menguji pengaruh langsung promosi internal pada turnover

intention.

5. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi pengaruh organizational

reward pada turnover intention.

6. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi pengaruh kesempatan

pengembangan karir pada turnover intention.

7. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi dukungan supervisor pada

turnover intention.

8. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi promosi internal pada

(8)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam usaha untuk

menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi

manajemen, khususnya yang berhubungan dengan manajemen sumber

daya manusia.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai bekal

kelak, agar dapat menerapkan kombinasi yang tepat antara keadaan

teori dengan keadaan praktek di masa yang akan datang.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam

memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki demi usaha untuk

mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktik Pengembangan Karir

Pengembangan karir adalah serangkaian aktivitas sepanjang hidup yang

berkontribusi pada eksplorasi, pemantapan, keberhasilan dan pemenuhan karir

seseorang (Dessler, 2007). Bagi pengusaha, kerja sama pengembangan karir

memiliki beberapa fungsi seperti, pengusaha memberikan perangkat,

lingkungan, dan pengembangan keahlian bagi karyawan, lalu karyawan

melayani dan membangun organisasi atau perusahaan menjadi potensial.

Pengembangan karir juga dapat menumbuhkan komitmen karyawan. Hal

terbaik yang dapat dilakukan organisasi untuk menjaga komitmen karyawan

adalah dengan memberikan penawaran bahwa dalam lima tahun mendatang

karyawan tersebut akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih

untuk bekerja dibandingkan saat ini.

Karyawan, manajer, pengusaha berperan dalam perencanaan, pengarahan,

dan pengembangan karir karyawan. Klasifikasi peran-peran dalam

pengembangan karir (Otte & Hutchenson dalam Dessler, 2007) yaitu:

1. Individual atau Karyawan

a) Mengemban tanggung jawab atas karir sendiri.

b) Menilai minat, keahlian dan nilai-nilai.

c) Mencari informasi karir dan sumber daya.

d) Menyusun tujuan dan perencanaan karir.

(10)

e) Memanfaatkan kesempatan pengembangan.

f) Berbicara dengan manajer tentang karir individu.

g) Mengikuti rencana karir yang realistis.

2. Manajer

a) Memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.

b) Memberikan dukungan dan penugasan yang membangun.

c) Berpartisipasi dalam diskusi pengembangan karir

d) Mendukung rencana pengembangan karyawan.

3. Organisasi

a) Mengkomunikasikan misi, kebijakan dan prosedur.

b) Menyediakan pelatihan dan kesempatan pengembangan.

c) Memberikan informasi karir dan program karir.

d) Menawarkan berbagai jenis pilihan karir.

Program pengembangan karir tidak harus rumit. Laporan karyawan

bahwa mereka menerima umpan balik untuk kinerja mereka, memiliki

rencana pengembangan individual dan memiliki akses pada pelatihan

nonteknis sangat mungkin akan mengurangi kemungkinan karyawan

meninggalkan organisasi. Titik awal pengembangan karir dimulai dari diri

individu. Setiap individu bertanggung jawab atas pengembangan atau

kemajuan karirnya. Setelah komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan

pengembangan karir dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut menurut

Handoko (2001:131) :

(11)

1. Prestasi kerja

Kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja

yang baik karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan

karir lainnya. Kemajuan karir sangat tergantung pada prestasi kerja.

2. Exposure

Kemajuan karir juga ditentukan oleh exposure, yaitu menjadi dikenal

oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer dan

kesempatan-kesempatan karir lainnya. Tanpa exposure, karyawan yang berprestasi

baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran

karirnya.

3. Permintaan berhenti

Bila seorang karyawan melihat kesempatan karir yang lebih besar di

tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk

mencapai sasaran-sasaran karir. Banyak karyawan yang

berpindah-pindah perusahaan sebagai strategi karir mereka. Bila hal itu dilakukan

secara efektif mereka biasanya mendapatkan promosi, gaji dan

pengalaman baru.

4. Mentor dan sponsor

Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karir

informal. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan

pengembangan karir seperti program latihan, transfer atau promosi,

maka dia menjadi sponsor. Seorang sponsor adalah orang yang dapat

(12)

menciptakan kesempatan-kesempatan pengembangan karir bagi orang

lain. Seringkali sponsor karyawan adalah atasan langsung.

5. Kesempatan untuk tumbuh

Bila karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program

pelatihan, pengambilan kursus atau penambahan gelar, maka berarti

mereka memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna

baik bagi departemen personalia dalam pengembangan sumber daya

internal maupun bagi pencapaian rencana karir karyawan.

Praktik pengembangan karir dalam penelitian ini antara lain

organizational reward, adanya kesempatan pengembangan karir, dukungan

supervisor dan promosi internal. Keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau

meninggalkan pekerjaan tergantung pada apakah pekerjaan tersebut

menantang, apakah mereka mendapatkan dukungan dari organisasi dan

pengembangan pribadi.

B. Organizational Reward

Organizational reward adalah bentuk penghargaan atau balas jasa dari

organisasi atas kontribusi dan performance karyawan. Reward di tempat kerja

dikategorikan menjadi dua yaitu secara intrinsic atau extrinsic. Intrinsic

rewards adalah penghargaan dari individu untuk dirinya sendiri, sedangkan

extrinsic rewards adalah penghargaan yang dikendalikan oleh organisasi.

Perasaan seseorang akan harga diri esteem), kepuasan diri

(13)

Sebaliknya, pemberian balas jasa berupa materi dan penghargaan sosial seperti

pujian dan pengakuan termasuk dalam extrinsic reward. Intrinsic reward lebih

efektif dalam memotivasi pekerja dan berhubungan secara langsung dengan

kinerja daripada extrinsic reward. Intrinsic reward berkaitan dengan

pemenuhan atau kebutuhan lain yang lebih tinggi seperti harga diri, aktualisasi

diri dan prestasi yang akan merangsang motivasi individu. Proses alokasi

balas jasa dari organisasi adalah alat utama untuk memelihara dan terus

meningkatkan motivasi kerja. Organisasi memiliki pertimbangan besar

mengenai aspek-aspek spesifik ketika memberikan balas jasa seperti

peningkatan upah atau promosi.

Untuk meningkatkan produktivitas karyawan dapat dilakukan dengan

memberikan balas jasa bagi kinerja karyawan. Berikut ini adalah elemen

pokok efektifitas sistem balas jasa organisasi (Shinew & Weston, 1992):

1. Reward harus bernilai bagi karyawan. Balas jasa yang memenuhi

kebutuhan individual akan dirasa lebih bernilai dan lebih efektif dalam

meningkatkan kinerja karyawan.

2. Tingkat kinerja yang diperlukan yang harus dapat dicapai. Standar kerja

yang terlalu menuntut dapat menghambat motivasi karena hal itu kurang

dapat diterima oleh karyawan. Sebaliknya sasaran kerja yang mudah

dicapai bukanlah motivator yang efektif. Dengan melibatkan karyawan

dalam proses goal-setting akan menjamin sasaran-sasaran yang memenuhi

kriteria di atas. Melibatkan karyawan dalam proses perencanaan akan

(14)

menaikkan tingkat komitmen individu dan kesempatan memebentuk

sasaran kinerja baru yang akan dicapai.

3. Reward harus berhubungan dan tergantung pada kinerja. Jika penghargaan

didasarkan pada kinerja, maka organisasi harus memiliki alat-alat untuk

menilai kualitas dan kuantitas output karyawan.

4. Reward haruslah pantas. Karyawan merasa bermanfaat ketika mereka

merasakan bahwa karyawan menerima balas jasa yang setaraf dengan

kinerja mereka.

5. Sistem balas jasa harus komprehensif dan kreatif. Organisasi harus

mencoba untuk mengimplementasikan sistem balas jasa yang inovatif dan

menyeluruh karena metode penghargaan yang tradisional dapat

menyebabkan kegagalan dalam memotivasi karyawan. Organisasi dapat

mempertimbangkan kolaborasi tangible reward (seperti uang, barang,

fasilitas dan pelayanan dari kantor) dan intangible reward (seperti ucapan

pujian, pujian tertulis dan peningkatan otonomi)

Untuk meningkatkan POS, reward dirasa sebagai hal yang penting yang

akan meninggalkan kesan mendalam pada karyawan bahwa mereka dihargai

dan bekerja lebih baik lagi di masa mendatang (Silbert, 2005). Reward pada

hakekatnya berhubungan dengan niat karyawan untuk meninggalkan

organisasinya (turnover intention) ketika karyawan yang merasa puas dengan

reward yang diberikan organisasi percaya bahwa balas jasa yang kompetitif

seperti itu tidak dapat ditemukan di tempat lain, oleh karena itu mereka

memilih untuk tetap tinggal di organisasi tersebut. Meyers & Smith (dalam

(15)

Tan, 2008a) mengatakan organizational reward mencerminkan pengakuan

dan penghargaan atas kinerja karyawan. Dari pandangan karyawan, jumlah

upah akan memunculkan kemauan yang besar dari karyawan untuk

meningkatkan kinerjanya.

C. Kesempatan Pengembangan Karir

Pengembangan

karir

adalah

pengembangan

karyawan

yang

menguntungkan bagi perusahaan dan karyawan tersebut. Program

pengembangan karier efektif meningkatkan prestasi kerja individu melalui

pembelajaran yang terus-menerus dan penyesuaian, selagi organisasi

menawarkan hubungan pengembangan baik dengan karyawan mereka.

Menurut Aldefer & Maslow (dalam Liu, 2004) para karyawan memiliki hasrat

untuk mengembangkan potensi dan kemampuan dalam organisasi atau dengan

kata lain memenuhi kebutuhan untuk berkembang dan aktualisasi diri.

Kebijakan-kebijakan perusahaan memainkan peranan penting dalam

menyediakan kesempatan pengembangan karir. Organisasi yang menyediakan

peluang atau kesempatan karir menyiratkan perhatian yang lebih tinggi dari

organisasi pada karyawan (Rhoades & Eisenberger, 2002). Biasanya

perusahaan menyediakan kuantitas dan kualitas yang relevan mengenai skema

pengembangan karir yang mengisyaratkan karyawan untuk mengembangkan

kemampuan untuk tumbuh bersama dengan perusahaan tersebut. Apabila

karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program pelatihan,

pengambilan kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka

(16)

memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna baik bagi

departemen personalia dalam pengembangan sumber daya internal maupun

bagi pencapaian rencana karir karyawan.

D. Dukungan Supervisor

Supervisor terlibat dalam evaluasi kinerja, umpan-balik, dan program

pengembangan karir. Perlakuan yang kurang baik dari para supervisor

mencerminkan organisasi dan keputusan organisasi terhadap karyawan.

Dukungan supervisor didefinisikan sebagai tingkat dimana karyawan

membentuk kesan bahwa atasan mereka memperhatikan kesejahteraan

mereka, menghargai kontribusi mereka dan memberikan dukungan pada

mereka ( Eisenberger et al., 2002).

Yarnall (1998) mengelompokkan peran manajer lini yaitu:

1. Mempromosikan pengembangan karir

a. Mengkomunikasikan pentingnya pengembangan karir.

b. Mengkomunikasikan maksud/arti pengembangan karir.

c.

Meningkatkan kesadaran akan keuntungan-keuntungan dari

pengembangan karir.

d. Menciptakan iklim yang sesuai untuk pengembangan seperti

menyediakan peluang bagi staf untuk berbagi pelajaran dan

pengalaman mereka dengan atasan.

(17)

2. Memanfaatkan waktu dengan staf secara individu mengenai isu-isu

pengembangan karir

a. Bertindak sebagai pelatih dan penasihat.

b. Memberikan umpan-balik atas kinerja individu.

c. Menyediakan informasi mengenai peluang-peluang di masa

mendatang dalam organisasi.

d. Memberikan dukungan kepada individu yang sedang menentukan

tujuan dan perencanaan karir.

e. Menjadi sumber daya dan sumber gagasan untuk pilihan

pengembangan karir.

f. Membantu untuk mengidentifikasi dan mengatasi rintangan dalam

pengembangan karir.

g. Bertindak sebagai sounding board.

h. Mengatur harapan-harapan yang realistis.

3. Mengambil tindakan lebih lanjut mengenai pengembangan staf

a. Memperjuangkan karir.

b. Merancang kembali pekerjaan untuk menciptakan peluang-peluang

yang lebih menantang.

c. Penguatan pengembangan karir melalui penghargaan kepada staff.

Rhoades et al., (2002) mengatakan supervisor memainkan peran penting

dalam manajemen karyawan dan pekerjaan, sehingga hubungan diantara

mereka menjadi lebih dekat. Oleh karena itu, perlakuan yang menguntungkan

dari supervisor pada karyawan dapat meningkatkan dukungan organisasi yang

(18)

diterima karyawan, seperti memberikan kebebasan untuk memilih, keadilan

dan atribut kebijakan dan prosedur organisasi. Kepuasan karyawan terhadap

supervisor dapat mengurangi niat karyawan untuk keluar dari organisasi atau

perusahaan.

E. Promosi Internal

Pengembangan pegawai juga dapat dilakukan dengan program promosi

pegawai. Promosi dapat diartikan sebagai perpindahan dari satu jabatan ke

jabatan yang lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih

tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan

peningkatan gaji, upah dan hak-hak lain (Hedjrachman & Husnan, 2000).

Promosi di dalam suatu organisasi menunjukkan tanda bahwa prestasi dan

kemampuan seseorang akan dihargai dengan kenaikkan upah, tantangan

pekerjaan, tanggung jawab, status dan otonomi.

Bagi kalangan karyawan, promosi adalah penghargaan organisasional

yang sangat dicari. Promosi sendiri sebenarnya mempunyai nilai karena

promosi merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi karyawan. Bagi

perusahaan promosi memiliki arti sebab dengan adanya promosi berarti

kestabilan perusahaan dan moral karyawan akan dapat lebih terjamin. Suatu

jabatan tertentu pada suatu pasti akan ditinggalkan karena beberapa hal,

misalnya pensiun, sakit, keluar, meninggal, dan sebagainya. Sehingga jabatan

yang kosong harus diisi, dimana salah satu cara untuk mengisi kekosongan

tersebut adalah dengan promosi.

(19)

Karyawan yang mengisi sebuah jabatan yang lebih tinggi daripada

sebelumnya harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:

1. Pengalaman

2. Tingkat pendidikan

3. Loyalitas

4. Kejujuran

5. Tanggung jawab

6. Kepandaian bergaul

7. Prestasi kerja

8. Inisiatif dan kreatif

Promosi dibedakan menjadi:

1. Promosi yang disertai kenaikan gaji serta penambahan wewenag dan

tanggung jawab.

2. Promosi yang tidak disertai kenaikan gaji serta penambahan wewenag dan

tanggung jawab.

Dasar yang biasa dipakai untuk menetapkan promosi:

1. Atas dasar kecakapan kerja atau merit

Pada umumnya promosi yang didasarkan atas kecakapan kerja

dianggap lebih adil daripada promosi yang didasarkan masa kerja

(seniority)

2. Atas dasar masa kerja (seniority)

Dalam menentukan sistem senioritas terlebih dahulu ditentukan:

a) Saat dimulainya perhitungan masa kerja.

(20)

b) Menentukan kelompok yang akan diberi perlakuan istimewa.

c) Menentukan apakah perhitungan masa kerja diberlakukan untuk

seluruh bagian di perusahaan atau bagian-bagian tertentu saja.

Proses promosi tidak selalu merupakan pengalaman yang positif bagi

karyawan. Ketidakadilan, kesewenangan atau kerahasiaan dapat mengurangi

efektivitas dari proses tersebut. Menurut Dessler (2007) keputusan yang paling

penting adalah apakah promosi didasarkan pada senioritas atau kompetensi

atau kombinasi dari keduanya. Promosi yang didasarkan pada kompetensi

akan meningkatkan motivasi dari karyawan.

Promosi internal menghubungkan minat karir karyawan dengan organisasi

melalui pengenalan kinerja mereka, organisasi mengundang karyawan untuk

memperluas tujuan mereka di dalam organisasi. Mengacu pada teori POS,

menurut Guest et al., (dalam Tan, 2008a) promosi internal berarti

pemeliharaan kepada karyawan yang mengindikasikan bahwa organisasi

mengenal dan menilai kinerja karyawan melalui promosi formal. Hal ini juga

sebagai komitmen dari organisasi untuk melanjutkan pengembangan setiap

jalur karir karyawan dan kesempatan untuk belajar.

Promosi mengarah pada perlakuan yang disukai karyawan menunjukkan

bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja karyawan melalui promosi.

Menurut Vroom (dalam Tan, 2008a) persepsi karyawan mengenai peluang

kemajuan masa mendatang dalam organisasi akan memotivasi untuk

melaksanakan pekerjaan sampai mencapai harapan-harapan mereka dan tetap

(21)

berada di perusahaan untuk memperlihatkan kemampuan dan ketrampilan

mereka.

F. Perceived Organizational Support (POS)

Organizational Support Theory menyebutkan bahwa untuk menemukan

kebutuhan socioemotional dan untuk menentukan kesiagaan organisasi dalam

memberi penghargaan atas peningkatan kinerja, karyawan-karyawan

mengembangkan keyakinan bahwa organisasi menilai kontribusi mereka dan

memperhatikan kesejahteraan mereka (Eisenberger et al., 2002). Karyawan

meyakini dengan jelas bahwa organisasi memiliki orientasi umum yang positif

maupun negatif terhadap mereka mengenai kontribusi dan kesejahteraan

mereka.

Menurut Shanock & Eisenberger (2006) POS adalah tingkat dimana

karyawan merasa atasannya memperhatikan kesejahteraan dan menilai

kontribusi mereka kepada organisasi. POS yaitu tingkat dimana karyawan

merasa organisasi yang mempekerjakan mereka akan memberikan kompensasi

yang pantas atas usaha mereka, membantu ketika mereka membutuhkan

(seperti ketika sakit atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan), membuat

pekerjaan mereka menjadi menarik dan merangsang serta menciptakan kondisi

kerja yang baik. POS memperkenalkan sebuah gagasan dimana karyawan

memiliki pendapat mengenai komitmen organisasi kepada karyawan.

Perspektif ini penting untuk dipertimbangkan karena karyawan dan organisasi

dilibatkan dalam sebuah hubungan timbal-balik. Tidak cukup jika hanya

(22)

mempertimbangkan komitmen karyawan terhadap organisasi tetapi juga

mempertimbangakan dukungan yang diberikan organisasi kepada mereka

(Silbert, 2005). Dalam mengembangkan POS pada setiap karyawan,

organisasi harus menunjukkan dukungan organisasi terhadap mereka.

Kemudian ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan meningkatkan

komitmen mereka terhadap organisasi.

Persepsi tiap karyawan mengenai organisasi berbeda-beda, sehingga

penting untuk mempertimbangkan berbagai cara bagaimana karyawan melihat

organisasi. Misalnya, ketika karyawan berpikir mengenai organisasi atau

perusahaan, karyawan mungkin akan berpendapat bahwa tindakan dan

keprcayaan dari supervisor mereka merupakan cerminan dari tindakan dan

kepercayaan dari organisasi terhadap mereka. Dari persepsi karyawan,

kata-kata yang menyatakan dukungan atau penilaian yang tidak adil dari supervisor

mereka, yang mana mewakili organisasi, dapat mencerminkan secara langsung

pandangan karyawan mengenai komitmen organisasi terhadap mereka.

Menurut Rhoades & Eisenberger (2002), ada tiga cara primer dimana

karyawan merasa diperlakukan dengan baik oleh organisasi, yaitu melalui

dukungan dari supervisor, melalui imbalan dan kondisi kerja yang baik, dan

melalui kebijakan dan praktik organisasi yang adil. Praktik sumber daya

manusia yang baik menandakan sebuah investasi pada sumber daya manusia

dan

menunjukkan

pengakuan

terhadap

kontribusi

karyawan

akan

meningkatkan POS dan hal tersebut dilakukan oleh organisasi sebagai

tindakan yang disengaja dan secara sukarela. POS secara langsung mengarah

(23)

pada perilaku di tempat kerja yang menguntungkan bagi organisasi. POS

membantu mengurangi ketidakhadiran (absenteeism) dan mengurangi

turnover intention (Eisenberger, 1986).

G. Turnover Intention

Mathis & Jackson (2001:102) mendefinisikan turnover sebagai proses

dimana tenaga kerja meninggalkan organisasi dan harus ada yang

menggantikannya. Turnover dibedakan menjadi dua jenis:

1. Turnover sukarela (voluntary)

Turnover sukarela terjadi pada saat tenaga kerja meninggalkan

organisasi atas permintaan sendiri. Alasan karyawan meninggalkan

organisasi disebabkan oleh kurangnya tantangan kerja, adanya kesempatan

yang lebih baik di tempat lain, gaji, pengawasan, letak geografi tempat

kerja dan tekanan.

2. Turnover tidak sukarela (unvoluntary)

Turnover tidak sukarela terjadi pada saat tenaga kerja diberhentikan

dari organisasi. Umumnya tenaga kerja yang diberhentikan adalah tenaga

kerja yang kinerjanya kurang baik.

Turnover intention didefinisikan sebagai keputusan karyawan untuk

meninggalkan organisasi dengan sukarela. Niat untuk meninggalkan suatu

pekerjaan mengacu pada kecenderungan atau tujuan untuk meninggalkan

organisasi di mana seseorang dipekerjakan. Walaupun niat untuk

meninggalkan organisasi bukan berarti perputaran karyawan yang nyata tetapi

(24)

niat merupakan prediktor yang kuat untuk keluar dari pekerjaan. Tingginya

niat untuk meninggalkan organisasi mempunyai pengaruh negatif secara tidak

langsung saat bekerja dalam bentuk penurunan partisipasi dalam suatu

pekerjaan (Kivimaki et al., 2007).

Organisasi menginvestasikan banyak bagi karyawan yang berkaitan

dengan pelatihan, pelantikan, pengembangan, pemeliharaan dan menahan

mereka agar tetap berada di dalam organisasi. Konsekuensi dari perputaran

karyawan adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Total biaya

perputaran karyawan sulit untuk diukur, khususnya dampak pada budaya

organisasi, moral karyawan dan modal sosial. Biaya yang menjadi fokus yang

berhubungan dengan perputaran karyawan adalah biaya pemilihan dan

perekrutan, pelatihan dan pelantikan karyawan baru. Kehilangan karyawan

yang kinerjanya tinggi, mempunyai tingkat pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan yang tinggi atau seorang karyawan yang bekerja pada sebuah

perusahaan dimana tenaga kerjanya minim, menjadi sesuatu yang penting

pada kinerja, produktivitas dan pelayanan organisasi (Riley, 2006). Oleh

karena itu, semua biaya yang dikeluarkan harus memperkecil perputaran

(turnover) karyawan (Ongori, 2007). North (dalam Riley, 2006) mengatakan

turnover mempunyai dampak negatif pada karyawan lain dengan mengganggu

proses sosialisasi kelompok dan meningkatkan konflik internal yang dapat

mendorong bertambahnya perputaran.

Ketika organisasi mempekerjakan karyawan yang trampil dan efektif pada

posisi mereka, terdapat kemungkinan bahwa karyawan tersebut akan

(25)

menemukan pekerjaan yang sama di mana pun. Untuk mempertahankan

karyawan, organisasi memperkenalkan POS, yang merupakan cara efektif

untuk mengurangi turnover intention (Silbert, 2005). Karyawan yang

memperoleh dukungan organisasi sebagai bagian dari rangsangan yang

diberikan pada mereka akan mengurangi niat mereka untuk meninggalkan

organisasi tersebut (Allen et al., dalam Liu, 2004).

H.

Hubungan antara POS, Praktik Pengembangan Karir dan Turnover

Intention

Berdasar teori perubahan sosial Blau dan norma timbal-balik Gouldner

(dalam Liu, 2004) dukungan yang diberikan organisasi akan menciptakan

kewajiban karyawan untuk peduli pada masa depan organisasi dan

memperluas usaha mereka untuk mencapainya. POS dan peningkatan

dukungan tersebut akan membantu mengurangi niat karyawan untuk mencari

peluang kerja di tempat lain.

Menurut Silbert (2005) reward dirasa sebagai hal penting yang

meningkatkan POS, yang akan meninggalkan kesan mendalam pada karyawan

bahwa mereka dihargai dan bekerja lebih baik lagi di masa mendatang.

Reward pada hakekatnya berhubungan dengan niat karyawan untuk

meninggalkan organisasinya (turnover intention) ketika karyawan yang

merasa puas dengan reward yang diberikan organisasi percaya bahwa reward

yang kompetitif seperti itu tidak dapat ditemukan di tempat lain, oleh karena

itu mereka memilih untuk tetap tinggal di organisasi tersebut.

(26)

Liu (2004) mengatakan bahwa praktek-praktek sumber daya manusia yang

dapat menciptakan keyakinan karyawan tehadap POS adalah dengan

menyediakan kesempatan pengembangan yang dapat menemukan kebutuhan

pengembangan diri karyawan. Tersedianya kesempatan pengembangan karir

menggambarkan bahwa perusahaan berusaha untuk memanjakan karyawannya

sehingga akan mengurangi turnover intention.

Dukungan supervisor terhadap bawahannya menghasilkan hubungan yang

disukai (favorable) antara karyawan dan organisasi. Supervisor dapat

mempengaruhi karyawan melalui tindakan-tindakan yang dilakukannya baik

yang disukai maupun tidak disukai karyawan. Tindakan yang diambil

supervisor dipersepsikan karyawan sebagai tindakan organisasi. Sehingga

perlakuan yang baik dari supervisor terhadap bawahan yang dianggap

perlakuan yang baik dari organisasi akan mengurangi turnover intention.

Vroom (dalam Tan, 2008a) mengatakan bahwa persepsi karyawan

mengenai peluang kemajuan masa mendatang dalam organisasi akan

memotivasi untuk melaksanakan pekerjaan sampai mencapai harapan-harapan

mereka dan tetap berada di perusahaan untuk memperlihatkan kemampuan

dan ketrampilan mereka.

POS memelihara komitmen yang timbal-balik antara karyawan dan

organisasi, dimulai dari organisasi yang memberikan dukungan dan

kepedulian kepada karyawan dan karyawan membalas dengan usaha dan

tindakan untuk mencapai tujuan organisasi. Praktik pengembangan karir

menandakan

dukungan

dan

kepedulian

organisasi

(POS)

dalam

(27)

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan karyawan dan menurunkan niat

karyawan untuk melihat kesempatan karir di organisasi lain dan keluar dari

organisasi.

I. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang menghubungkan antara POS, praktek-praktek

pengembangan karir dan turnover intention antara lain:

Judul dan Peneliti

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Sampel

Hasil

1 Linking Career

Development Practices

to Turnover Intention:

The Mediator of

Perceived

Organizational

Support (Tan, 2008a)

Kesempatan

pengembangan

karir,

organizational

reward,

dukungan

supervisor dan

promosi

internal.

POS

sebagai

variabel

pemediasi

Turnover

intention

357 tenaga

kerja pada

empat

perusahaan di

bidang :

keuangan, IT,

arsitektur,

pendidikan

POS

memediasi

pengaruh

variabel

dependen

pada

variabel

independen

2 Organizational

Support as the

Mediator of

Career-Related HRM

Practices and Affective

Commitment :

Evidence from

Knowledge Workers in

Malaysia (Tan, 2008b)

Kesempatan

pengembangan

karir, promosi

intenal,

dukungan

supervisor,

kepuasan

terhadap upah.

POS sebagai

variabel

pemediasi.

Komitmen

organisasi

afektif

329 pekerja

di Malaysia

POS

memediasi

pengaruh

variabel

dependen

pada

variabel

independen

3 Factors Affecting

Psychiatric Nurses’

Intention to Leave

Their Current Job (Ito

et al., 2001)

Resiko kerja,

kepuasan kerja

dan dukungan

supervisor.

Turnover

intention

1494 perawat

pada 27

rumah sakit

di Jepang

Terdapat

hubungan

negatif

antara

variabel

dependen

dan

independen

(28)

Judul dan Peneliti

Variabel

Independen

Variabel

Dependen

Sampel

Hasil

4 A Relationship between

Organizational

Climate, Employee

Personality and

Intention to Leave.

(Hong & Kaur, 2008)

Dimensi iklim

organisasi:

Struktur,

Tanggung

jawab, Reward

dan Dukungan

Turnover

intention

183

karyawan di

Malaysia

Terdapat

hubungan

negatif

antara

variabel

dependen

dan

independen

5 The Impact of Human

Resource Management

Practices on Marketing

Executive Turnover of

Leasing Companies in

Sri Lanka

(Abeysekera, 2007)

Praktek-praktek

sumber daya

manusia

(Pengembangan

karir dan

Dukungan

supervisor)

Turnover

intention

100

Excecutive

Marketing di

Sri Lanka

Terdapat

hubungan

negatif

antara

variabel

dependen

dan

independen

6 Perceived

Organizational

Support: A Review of

the Literature.

(Eisenberger &

Rhoades, 2002)

Keadilan,

Dukungan

supervisor,

Promosi,

Organizational

reward dan

Kondisi kerja.

Perceived

Organi-zational

Support

(POS)

Penelitian

meta-analisis

pada 70

penelitian

sebelumnya

Terdapat

hubungan

positif antara

variabel

dependen

dan

independen

7 Antecedents and

Consequences of

Organizational

Commitment Among

Pakistani University

Teachers

(Chughtai & Zafar,

2006)

Kepuasan

terhadap

promosi, upah,

rekan kerja,

supervisor,

keamanan kerja,

kondisi kerja

dan pelatihan

Komitmen

organisasi

125 guru di

Pakistan

Terdapat

hubungan

positif antara

variabel

dependen

dan

independen

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan Tan (2008a)

yang menguji pengaruh organizational reward, kesempatan pengembangan

karir, dukungan supervisor, promosi internal pada turnover intention dengan

POS sebagai variabel pemediasi. Hasil penelitian Tan (2008a) menunjukan

bahwa POS memediasi pengaruh organizational reward pada turnover

intention secara parsial dan memediasi pengaruh kesempatan pengembangan

(29)

penuh. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berbeda yaitu

perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta.

J. Kerangka Pemikiran

Gambar II.1

Kerangka Penelitian

Keterangan:

Variabel penelitian ini antara lain organizational reward, kesempatan

pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal sebagai

Organizational Reward Dukungan Supervisor Kesempatan Pengembangan Karir POS Turnover Intention Promosi Internal

(30)

variabel independen. Sedangkan variabel dependennya yaitu turnover

intention

dan

variabel

pemediasinya

adalah

POS.

Praktik-praktik

pengembangan karir menandai dukungan dan kepedulian organisasi dalam

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan karyawan. POS dan

peningkatan POS tersebut akan membantu mengurangi niat untuk mencari

peluang kerja di tempat lain.

K. Hipotesis

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh praktik pengembangan karir

pada turnover intention dengan POS sebagai variabel mediasi.

Hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa

penelitian sebelumnya, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid

untuk diuji. Dari model penelitian diatas, dapat diambil hipotesis sebagai

berikut :

1. Pengaruh langsung organizational reward pada turnover intention.

Organizational reward akan berkaitan dengan turnover ketika

karyawan yang merasa puas dengan organizational reward meyakini

bahwa balas jasa yang diberikan organisasi tersebut tidak akan dapat

ditemui pada organisasi lain, sehingga memutuskan untuk tidak

meninggalkan organisasinya (Tan, 2008a). Dengan memberikan reward

secara efektif akan membentuk ikatan psikologis dengan organisasi.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa reward berpengaruh pada

(31)

dengan masa jabatan, ketrampilan dan pengalaman kerja, kepuasan

terhadap reward menyiratkan kesediaan kedua belah pihak (organisasi dan

karyawan) untuk menginvestasikan waktu dan usaha dalam melanjutkan

hubungan ketenaga-kerjaan. Dari segi pandangan perawat, jumlah upah

menimbulkan keseriusan dan kesediaan untuk meningkatkan kinerja. Oleh

karena itu perawat yang merasa puas dengan bentuk penghargaan moneter

tidak akan mempertimbangkan alternatif dari organisasi lain. Berdasarkan

hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah:

H

1

= Organizational reward berpengaruh negatif secara langsung

pada turnover intention.

2. Pengaruh langsung kesempatan pengembangan karir pada turnover

intention.

Praktik sumber daya manusia yang berkaitan dengan karir dapat

meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, potensi dan

meningkatkan kualitas perawat. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa

kesempatan pengembangan karir berhubungan negatif dengan turnover

intention (Abeysekera, 2007). Sedangkan penelitian Tan (2008b)

melaporkan adanya kesempatan pengembangan karir berhubungan positif

dengan komitmen organisasi afektif. Perawat yang menerima kesempatan

untuk mengembangkan karir akan meningkatkan kepercayaan dan

motivasi dalam bekerja dan mengurangi niat untuk keluar dari organisasi.

Maka hipotesis yang dirumuskan adalah:

(32)

H

2

= Kesempatan pengembangan karir berpengaruh negatif

secara langsung pada turnover intention.

3. Pengaruh langsung dukungan supervisor pada turnover intention.

Supervisor terlibat dalam evaluasi kinerja, umpan-balik, dan program

pengembangan karir karena supervisor merupakan atasan langsung dari

karyawan pelaksana dan melakukan pengawasan langsung terhadap para

bawahan. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa dukungan supervisor

berpengaruh negatif terhadap turnover intention ( Ito et al., 2001).

Sedangkan penelitian Abeysekera (2007) melaporkan bahwa dukungan

supervisor berhubungan negatif dengan turnover intention. Perawat yang

tidak mendapat dukungan dari supervisor memiliki niat yang lebih besar

untuk meninggalkan organisasi dibanding mereka yang mendapat

dukungan supervisor. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan

adalah:

H

3

= Dukungan supervisor berpengaruh berpengaruh negatif

secara langsung pada turnover intention.

4. Pengaruh langsung promosi internal pada turnover intention.

Promosi mengarah pada perlakuan yang baik dari organisasi yang

menunjukkan bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja melalui

promosi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa adanya peluang

promosi berhubungan positif dengan komitmen terhadap organisasi

(Chungtai & Zafar, 2006). Sedangkan penelitian Lyness & Judiesch (2001)

melaporkan karyawan yang mendapatkan promosi lebih menyukai untuk

(33)

tetap tinggal di dalam organisasi dibanding yang tidak mendapat

kesempatan promosi. Dalam norma timbal-balik (Gouldner dalam Liu,

2004), persepsi terhadap promosi dilihat sebagai bentuk dukungan dari

organisasi untuk mengurangi turnover. Maka hipotesis yang dirumuskan

adalah:

H

4

= Promosi internal berpengaruh berpengaruh negatif secara

langsung pada turnover intention.

5. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh organizational reward pada

turnover intention.

Dalam literatur mengenai POS belum banyak yang melaporkan

dampak organizational reward pada niat untuk meninggalkan organisasi.

Silbert (2005) mengatakan bahwa reward akan membawa hal positif bagi

karyawan dan mempengaruhi perilaku mereka dalam organisasi tersebut.

Keseluruhan bentuk dari paket reward layak mendapat perhatian, karena

reward menggambarkan kompetensi dan nilai karyawan. Beberapa

penelitian mengenai organizational reward antara lain penelitian Tan

(2008a) yang melaporkan bahwa POS memediasi organizational reward

dengan turnover intention. Penelitian Meyer, Smith & Rhoades (dalam

Tan, 2008a) melaporkan POS memediasi pemberian reward dan tunjangan

dengan komitmen organisasi afektif. Sedangkan penelitian Silbert (2005),

Rhoades & Eisenberger (2002) menyatakan organizational reward

berhubungan dengan POS. Semakin tinggi kepuasan perawat terhadap

(34)

organisasi benar-benar menilai kontribusi mereka terhadap organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah:

H

5

= POS memediasi pengaruh organizational reward pada

turnover intention.

6. POS

sebagai

variabel

pemediasi

pengaruh

kesempatan

pengembangan karir pada turnover intention.

Program pengembangan karier efektif akan meningkatkan prestasi

kerja individu melalui pembelajaran yang terus-menerus dan penyesuaian.

Beberapa penelitian mengenai pengembangan karir antara lain penelitian

Liu (2004) yang melaporkan bahwa kesempatan pengembangan karir

berhubungan dengan POS dan POS berhubungan negatif dengan turnover

intention. Sedangkan Tan (2008a) mengatakan bahwa ketersediaan

kesempatan pengembangan karir mengarah pada tersedianya dukungan

dari organisasi. Perawat yang menerima kesempatan pengembangan akan

meningkatkan motivasi dan kepercayaan dalam pekerjaan mereka.

Kemudian, perawat yang menerima kesempatan tersebut mungkin

memberikan balasan pada organisasi melalui pengembangan diri dan

mendorong ke arah berkurangnya niat untuk meninggalkan organisasi..

Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

H

6

= POS memediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir

(35)

7. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh dukungan supervisor pada

turnover intention.

Abdullah & Hofsede (dalam Tan, 2008b) mengatakan bahwa

karyawan mencari kesuksesan karir mereka dengan membangun hubungan

yang baik dengan supervisor dan membentuk kepercayaan dan kesetiaan.

Beberapa penelitian mengenai dukungan supervisor yaitu penelitian Tan

(2008a) melaporkan dukungan supervisor dan turnover intention dimediasi

oleh POS. Rhoades & Eisenberger (2002) mengatakan bahwa dukungan

supervisor berhubungan dengan POS. Abeysekera (2007) menemukan

bahwa dukungan supervisor berhubungan negatif dengan turnover

intention.

Perhatian

dan

dukungan

yang

diberikan

supervisor

meningkatkan persepsi para perawat terhadap POS, karena mereka

cenderung memandang tindakan supervisor tersebut sebagai tindakan

organisasi yang akhirnya mengarah pada berkurangnya niat untuk

meninggalkan organisasi. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang

dirumuskan adalah:

H

7

= POS memediasi pengaruh dukungan supervisor pada

turnover intention.

8. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh promosi internal pada

turnover intention.

Promosi internal dapat dipandang sebagai salah satu pertimbangan

dari organisasi atau perusahaan untuk memberikan penghargaan bagi

kinerja perawat. Promosi internal juga merupakan suatu cara untuk

(36)

melindungi salah satu aset perusahaan yaitu perawat yang berkompeten

agar tidak meninggalkan organisasi. Gaertner et al., (dalam Tan, 2008a)

menemukan hubungan positif antara promosi dan dukungan yang

diberikan organisasi. Penelitian Rhoades & Eisenberger (2002)

melaporkan bahwa tersedianya kesempatan promosi berhubungan positif

dengan POS dan POS berhubungan negatif dengan turnover intention.

Sedangkan Tan (2008a) melaporkan bahwa POS memediasi pengaruh

promosi internal terhadap turnover intention. Hipotesis yang dirumuskan

adalah:

H

8

= POS memediasi pengaruh promosi internal pada

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang

mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid,

obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004:53). Menurut Indriantoro dan

Supomo (2002:86), secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain

penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi: tujuan

studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan (setting) penelitian, unit

analisis, horison waktu dan pengukuran konstruk.

1. Tujuan Studi

Tujuan studi penelitian ini adalah hypothesis testing (pengujian

hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk

hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

praktik pengembangan karir (organizational reward, kesempatan

pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal) pada

turnover intention yang dimediasi oleh POS.

2. Tipe Hubungan Variabel

Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan

sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara

variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Dalam

penelitian ini variabel dependennya adalah turnover intention yang

(38)

dipengaruhi oleh variabel independen praktik pengembangan karir

(organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan

supervisor dan promosi internal) dengan POS sebagai variabel pemediasi.

3. Lingkungan (setting) Penelitian

Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan

yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting)

penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan mengambil

subyek penelitian perawat RS dr. Oen Surakarta.

4. Unit analisis

Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam

penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena

mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Unit

analisis penelitian ini adalah tingkat individual, yaitu data yang dianalisis

berasal dari setiap individual perawat.

5. Horison Waktu

Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu

titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang

relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan

dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study), yaitu

penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu.

6. Pengukuran Konstruk

Konstruk merupakan abtraksi dari fenomena atau realitas yang untuk

keperluan penelitian harus dioperasionalkan dalam bentuk variabel yang

(39)

diukur dengan berbagai macam nilai. Pengukuran konstruk dalam

penelitian ini menggunakan skala interval, yaitu skala yang menyatakan

kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur. Skala interval yang

digunakan dinyatakan dengan angka 1 sampai 7.

B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling

1. Populasi

Sekaran (2006:122) mendefinisikan populasi sebagai sekumpulan

individu, peristiwa, atau hal menarik lainnya yang ingin diteliti.

Sedangkan menurut Djarwanto (1998:107) populasi adalah jumlah dari

keseluruhan

obyek

(satuan-satuan

atau

individu–individu)

yang

karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah

perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta sebanyak 400 perawat.

2. Sampel

Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.

Menurut Djarwanto (1998:108) sampel adalah sebagian dari populasi yang

karakteristiknya hendak diteliti atau diselidiki dan dianggap bisa mewakili

keseluruhan populasi, jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasi.

Ferdinand (2002:48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil,

yaitu:

a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

(40)

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi.

Berdasarkan pedoman di atas maka jumlah sampel minimum dapat

ditentukan dari 5 kali 36 indikator yang digunakan, sehingga didapat

sampel minimum sebesar 180 perawat. Sedangkan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 200 sehingga memenuhi ukuran sampel

minimum.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari

populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2003:266). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini dengan simple random

sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak yang memberikan

kesempatan sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai

sampel (Indriantoro & Supomo, 2002:124). Teknik simple random

sampling yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengundi

nomor urut perawat berdasarkan data Bagian Personalia Rumah Sakit dr.

Oen Surakarta.

(41)

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah praktik

pengembangan karir yang meliputi organizational reward, kesempatan

pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal sebagai

variabel independen. Sedangkan variabel dependennya yaitu turnover

intention dan variabel pemediasinya adalah POS.

1. Variabel Independen

a. Organizational Reward

Organizational reward adalah bentuk balas jasa dari organisasi

atas kontribusi dan performance karyawan. Dalam penelitian ini

reward yang diberikan perusahaan berupa tangible reward yang

meliputi upah atau gaji dan tunjangan.

Variabel Organizational Reward diukur dengan 8 item pertanyaan

dari Pay Satisfaction Questionnaire yang dikembangkan oleh

Heneman & Scwabh (dalam Judge & Welbourne, 1994) untuk

mengetahui kepuasan karyawan terhadap kondisi-kondisi upah.

Terdapat empat unsur antara lain (1) tingkat upah, yang mencakup gaji

yang diterima saat ini, (2) upah tunjangan, yang mencakup bonus dan

insentif-insentif lain, (3) kenaikan upah setiap tahun dan (4) struktur

upah, yang mencakup upah yang berbeda pada profesi yang sama di

perusahaan.

(42)

b. Kesempatan Pengembangan Karir

Kesempatan pengembangan karir merupakan kesempatan atau

peluang yang diberikan perusahaan kepada karyawan untuk

meningkatkan kemampuan dan mendukung karyawan untuk mencapai

pengembangan karir jangka panjang dan kompetensi di tempat kerja.

Variabel kesempatan pengembangan karir diukur dengan empat

item pertanyaan yang dikembangkan oleh Liu (2004) yang mengukur

mengenai (1) tersedianya kesempatan pengembangan karir jangka

panjang dan (2) tujuan karir dalam organisasi.

Contoh item pertanyaan tersebut adalah (1) RS dr. Oen Surakarta

memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan karir saya, (2) RS dr.

Oen Surakarta memastikan bahwa saya dapat memaksimalkan potensi

karir saya.

c. Dukungan Supervisor

Dukungan supervisor adalah tingkat dimana karyawan membentuk

kesan bahwa atasan mereka memperhatikan kesejahteraan mereka,

menghargai kontribusi mereka dan memberikan dukungan pada

mereka ( Eisenberger et al., 2002).

Variabel dukungan supervisor diukur dengan 8 item pertanyaan

yang dikembangkan oleh London (dalam Song, 2008) yang mengukur

mengenai

dukungan supervisor

kepada karyawan

mencakup

empowerment, kepercayaan, rasa hormat, umpan balik yang diberikan

(43)

pertanyaan tersebut adalah (1) Supervisor anda bekerja sama dengan

anda dalam menetapkan sasaran kinerja, (2) Supervisor anda

membantu rencana pengembangan karir anda.

d. Promosi Internal

Promosi adalah perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lain

yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi.

Promosi mengarah pada perlakuan yang disukai karyawan

menunjukkan bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja

karyawan melalui promosi.

Variabel promosi internal diukur dengan pertanyaaan 3 item

pertanyaan yang dikembangkan Gaertner & Nollen (dalam Song,

2008) yang memfokuskan pada tersedianya kesempatan promosi bagi

karyawan dalam organisasi. Contoh item pertanyaan tersebut adalah

”RS dr. Oen Surakarta lebih mengutamakan untuk mempromosikan

karyawan dalam.”

2. Variabel Dependen

Turnover Intention merupakan maksud dan keinginan karyawan

untuk berhenti bekerja atau keluar dari pekerjaannya. Variabel Turnover

Intention diukur dengan tiga indikator Mobley (dalam Carmeli & Gefen,

2004) yaitu : (1) berpikir untuk keluar, (2) niat untuk mencari pekerjaan

lain, dan (3) niat untuk keluar dari organisasi.

Gambar

Gambar II.1  Kerangka Penelitian
Tabel III.1
Gambar IV.1
Tabel IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari bentuk dan banyaknya lantai pada usulan gubahan massa dalam hotel ini maka struktur yang digunakan bangunan hotel ini adalah sistem struktur

Berdasarkan hasil pengujian, maka disimpulkan bahwa sistem informasi geografis Monitoring Penyebaran Penyakit di Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB

nekrosis akibat tekanan pada kulit, paraplegia yang berat dengan onset yang cepat, dapat menunjukkan tekanan berat oleh karena kecelakaan mekanis atau abses dapat  juga merupakan

"Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak Juni 2008 hingga Mei 2009, Badan POM telah menarik peredaran 60 item obat tradisional dan suplemen

Jumlah model (baru/ pengembangan) dari hasil litbangkes untuk implementasi/pengem bangan kebijakan, program dan kegiatan di bidang kesehatan  model litbang sel/ genetika  dll,

Oleh karena itu, demokratisasi lokal menghadirkan adanya peran aktor dan atau elite politik lokal yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi proses

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang positif dari karyawan terhadap pekerjaannya bila dibandingkan dengan balas jasa yang seharusnya mereka terima yang sesuai dengan