• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum dalam struktur masyarakat, mahasiswa merupakan generasi intelektual yang seharusnya mampu berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang baik. Mahasiswa seharusnya lebih mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Secara umum, tuntutan dan harapan masyarakat adalah menginginkan agar mahasiswa menjadi manusia bermoral dan intelek sehingga mampu membersihkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada, juga diharapkan mampu menjadi inovator pembangunan di dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Mahasiswa merupakan generasi yang seharusnya dituntut untuk mengembangkan profesionalisme mereka untuk membangun negara dan menegakkan norma.

Namun kondisi ini ironis dengan status dan lebel tersebut karena berdasarkan kenyataan di lapangan ditemukan perilaku-perilaku menyimpang yang justru dilakukan oleh kalangan mahasiswa sendiri, seperti mabuk-mabukan, penganiayaan, pencurian, membunuh, memeras, menjambret, berkelahi dengan senjata tajam, tawuran, perjudian, penyalahgunaan narkoba serta perilaku seks bebas (http://sugiartoagribisnis.wordpress com).

(2)

Berdasarkan data yang ditemukan di media terdapat beberapa kasus penyimpangan yang dilakukan mahasiswa seperti ditemukan video porno yang pelakunya adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang diberi judul seperti (“ bandung lautan asmara tahun 2001”, “Reality Show Cah Uniska, “Mesum di Kampus” tahun 2009, “Ekseksusi Mahasiswa Budi Luhur tahun 2010” dan lainnya.

(http://www.wikidot.com//html).

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2004 oleh perusahaan riset International Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap remaja berusia 14-24 tahun sebanyak 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya mengungkapkan bahwa 64% remaja mengaku secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai seks. 65% informasi tentang seks mereka dapat melalui teman, 35% dari film porno,19% dari sekolah dan 5% dari orang tua (http://www.harianku.com/2008/11/seks-bebas-di-kalangan-remaja.html).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dr. Andik wijaya kepada 202 pelajar dikota Malang Jawa Timur antara lain menyebutkan bahwa 95 % remaja kota Malang pernah terlibat pornografi. Dari hasil penelitian tersebut, 85 responden menyatakan pernah, 110 sering dan sisanya mengaku setiap hari selalu terlibat dalam hal-hal yang berbau pornografi. Responden yang diteliti terdiri atas 52% laki-laki dan 48% perempuan, 8% berusia antara 13-15 tahun, 65,3% berusia 16-18 tahun dan 26,7% berusia diatas 18 tahun. Dalam penelitian ini terungkap hampir 16% responden telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan 100% dari mereka yang telah bertunangan mengaku telah melakukan hubungan seksual. Semua yang melakukan tadi

(3)

mengaku mendapat gagasan itu dari vcd porno, teman, internet, dan media lainnya (Jaguar, Ngabela, Pornografi Buat Siapa, (http://www.Sobatmuda.multiply.com// tang /bidik;).

Penelitian yang sama dilakukan oleh BKKBN tahun 2008 terhadap mahasiswa yang tinggal di rumah kost, dimana jumlah populasi sebanyak 2000 orang dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta dan diperoleh 1660 responden atau seksitar 83% dari jumlah populasi. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 97,5 % mahasiswa telah hilang keperawanannya dan 90 % diantaranya pernah melakukan aborsi. Dari penelitian tersebut bisa kita ketahui bahwa terdapat kecenderungan seks bebas dikalangan mahasiswa (http://one.indoskripsi.com/node/647).

Hasil penelitian di atas memungkinkan juga berlaku di kota Medan. Sebab kota Medan sebagai kota pendidikan banyak dijadikan tempat oleh mahasiswa luar daerah untuk melanjutkan studinya. Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai daerah pemukiman mahasiswa karena disitu terdapat beberapa kampus seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Darma Agung, Universitas Medan Area, Universitas Santo Thomas dan beberapa akademi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas malam di kafe-kafe, rumah kontrakan maupun rumah kost tanpa induk semang yang rentan sekali terhadap perilaku seks bebas.

Aktivitas malam kafe-kafe di kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang ini tidak terlepas dari perilaku hedonisme. Kegiatan seks bebas menjadi salah satu bentuk produk kultural manusia yang cukup lama. Dari waktu ke waktu selalu ada kreasi yang dilakukan mulai dari yang terang-terangan hingga yang terselubung lewat aktivitas

(4)

hiburan malam. Kafe remang-remang seolah tak lengkap tanpa kehadiran layanan seks kilat yang tidak berhubungan hiburan. Kafe dijadikan tempat “nongkrong” dan ajang berkumpul sambil minum dan makan bagi kaula muda itu ternoda dengan adanya fasilitas ruang berpenyekat bagai kamar dengan lampu penerangan yang remang-remang sehingga digunakan sebagai ajang berkumpul berubah fungsi menjadi ajang bermesum. Kafe-kafe ini bisa didatangi kalangan mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Selain kafe remang-remang juga terdapat lokasi rekreasi di sekitar kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini yang berpotensi bagi pengunjungnya untuk melakukan kegiatan yang melanggar hukum dan norma-norma agama seperti rumah kitik-kitik yakni rumah yang biasanya hanya terbuat dari dinding tepas namun cukup aman dari jangkauan umum untuk melakukan berbagai aktivitas.

Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang begitu rentan terhadap terjadinya perilaku seks bebas. Namun rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang lebih banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa sebagai tempat tinggal sementara selama kuliah dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada induk semangnya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan segala aktivitas sesuai yang di inginkan termasuk perilaku seks bebas. Yang lebih memprihatinkan lingkungan masyarakat sekitar yang cenderung “lepas tangan” dan “menutup mata”. Hal ini disebabkan masyarakat perkotaan yang cenderung permisif sehingga tidak memperhatikan dan mempermasalahkan semua aktivitas yang ada disekelilingnya. Hal ini berimplikasi kepada longgarnya pengawasan.

Disamping itu faktor lain seperti warung internet yang menjamur di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini memudahkan orang-orang mengakses

(5)

berbagai situs di internet termasuk video porno secara bebas tanpa pengawasan. Pemasaran blue film dalam bentuk dvd dan vcd yang menyebar luas di masyarakat. Vcd serta dvd porno secara bebas dan mudah didapatkan mahasiswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pada malam hari disekitar lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara ditemukan remaja yang berpasang-pangan duduk diatas motor dengan penerangan yang remang-remang bahkan gelap sembari bercumbu mengumbar nafsu. Diantara sekian banyak pasangan-pasangan tersebut sebagian diantara mereka berstatus mahasiswa.

Perilaku seks bebas dikalangan mahasiswa yang masih berstatus belum menikah melanggar norma dan susila, akan tetapi dalam fakta kenyataannya banyak pemuda yang berstatus mahasiswa yang justru melakukannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka diperoleh data bahwa perilaku seks bebas ditemukan dikalangan mahasiswa yang tinggal di kost-kostan di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang. Fenomena seks bebas yang terjadi dikalangan mahasiswa di lokasi ini terselubung dan masih belum diungkap oleh media massa atau peneliti akademis. Sehingga seks bebas yang terjadi di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang ini tidak terungkap ke khalayak masyarakat. Oleh sebab itu saya tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Perilaku Seks Bebas Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di Kecamatan Medan Baru dan Medan Selayang).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(6)

1. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi mahasiswa melakukan perilaku seks bebas?

2. Bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong mahasiswa melakukan perilaku seks bebas.

2. Untuk mengetahui bagaimana akibatnya terhadap pelaku seks tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan sekaligus dijadikan bahan rujukan bagi studi maupun penelitian lain yang berhubungan dalam bidang kajian mengenai gaya hidup dan penyimpangan sosial di perkotaan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap pengelola kost, masyarakat, dunia pendidikan, aparat pemerintah agar lebih peduli terhadap generasi muda seperti mahasiswa.

1.6. Defenisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi suatu abstraksi mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan

(7)

suatu gejala (Moleong, 1997:67). Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian juga menghindari kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini maka dibuat batasan-batasan konsep yang digunakan yakni :

1. Seks bebas dalam pengertian agama Islam adalah Zina yaitu nama bagi hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah atau bukan karena pernikahan yang subhat, atau nama bagi perbuatan seorang laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, yang menurut naluri manusia wajar tetapi dilarang oleh syara' karena diluar nikah (Nasikun, 1984:43-44).

2. Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konseksuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

3. Nilai adalah penghargaan yang diberikan oleh masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.

4. Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah ataupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur

(8)

semua perilaku manusia didalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

5. Anomi adalah suatu keadaan tanpa kaidah yang tercipta akibat tidak selarasnya harapan masyarakat dengan kenyataan-kenyataan sosial.

6. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

Referensi

Dokumen terkait

Umat Islam, misalnya, tidak memiliki paham yang seragam terhadap posisi Yahudi dan Kristen dalam konteks persoalan-persoalan teologis dan berbagai aspek kehidupan, sama dengan

Kesimpulan: tidak ada perbedaan pengaruh floor core stabilisasi exercise dan swiss ball core stabilisasi exercise terhadap kemampuan fungsional work related low back pain

Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa lebih dari 80% mahasiswa berpendapat bahwa pembelajaran berbasis projek dapat meningkatkan pemahaman ma- hasiswa

Apabila roh (muhammad) menyadari dan mengakui bahwa segala sifat yang wajib bagi Allah yang ternyata kepada Roh (Muhammad) adalah sifat Allah sendiri, disinilah tertunai

dan dinamis) harus ditransfer ke lapisan-lapisan tanah yang lebih dalam.  Perlu untuk meningkatkan frekuensi natural dan mengurangi amplitudo getaran. Jika pondasi

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pratiwi (2001) tentang kesepian yang ditinjau dari aktivitas dan tempat tinggal orang lansia pensiun yang bertipe

Tahap evaluasi dilakukan beberapa tahap yaitu evaluasi yang dilakukan ahli media dan ahli materi melalui proses validasi produk, kemudian merevisi produk