• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 752015003 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 752015003 BAB III"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

33

BAB III

Deskripsi Watmuri Diaspora dan Perlawanannya

Pada bab ini akan diuraikan tentang profil Watmuri Diaspora yang berada di

kota Ambon juga gambaran singkat mengenai masyarakat di desa Watmuri.

Perlawanan masyarakat akan dijabarkan berdasarkan hasil penelitian terkait mengapa

masyarakat Watmuri diaspora melakukan penolakan atas pengrusakan hutan dan

strategi-strateginya. Catatan singkat dari alur perlawanan Watmuri diaspora yakni

dahulu sebelum Watmuri terbentuk dalam pemerintahan administratif seperti

sekarang, hutan merupakan tempat tinggal pertama yang dihuni masyarakat. Hutan

mengingatkan masyarakat desa tentang asal muasal tempat tinggal yang menjadi

negeri lama mereka. Tempat-tempat yang pernah bersentuhan dengan kehidupan

masalalu para leluhur dipercaya memiliki kekuatan yang melampaui akal manusia

sehingga pantang untuk merusaknya dalam bentuk apapun. Pengalaman religius yang

dialami warga dengan berbagai kejadian aneh memperkuat keyakinan adanya roh-roh

yang mendiami tempat-tempat tersebut. Oleh karena itu, mengklaimnya sebagai

tempat sakral menjadi keputusan bersama masyarakat untuk menghindari berbagai

kejadian menyeramkan sekaligus menghargai warisan leluhur sebagai budaya

bersama. Lebih dari itu, hutan merupakan lahan komoditi karena dorongan pekerjaan

sebagai petani yang mendominasi di Watmuri karenanya, ketergantungan masyarakat

pada hutan sangatlah tinggi. Tingginya ketergantungan warga atas hutan serta

(2)

34

positif bagi masyarakat untuk memanfaatkan hutan secara bijaksana tanpa

menimbulkan berbagai kerusakan.

Di tengah pola penggunaan dan pemanfaatan hutan sedemikian rupa oleh

orang-orang Watmuri, tahun 2012 datanglah perusahaan PT Karya Jaya Berdikari

mengelolanya dengan sistem pembangunan kehutanan model HPH (hak pengusahaan

hutan). Pengelolaan hutan model HPH sebagaimana yang disampaikan oleh pihak

perusahaan yakni memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Watmuri

namun hasil yang didapatkan jauh berbeda. Kesejahteraan yang dimaksudkan tidak

nampak selama perusahaan beroperasi justru warga dibatasi menggunakan hutan

untuk bercocok tanam, batasan mengambil kayu untuk pembangunan rumah, serta

berbagai aktifitas lainnya karena akan menggangu jalannya proyek. Atas dasar

berbagai kesulitan yang timbul dari kehadiran perusahaan maka muncullah resistensi

masyarakat. Watmuri diaspora di Ambon terpanggil untuk memperjuangkan hak

masyarakat di desa Watmuri dan kelangsungan hidup baik sekarang maupun akan

datang. Perlawanan tersebut bukan untuk mengintervensi kinerja kepala desa yang

membuka peluang beroperasinya perusahaan melainkan terkait kepedulian mereka

untuk memperjuangkan hak orang banyak. Hak agar orang Watmuri mendapatkan

kesejahteraan, hak untuk terlibat dalam proses-proses pengeloaan karena yang

dikelola yakni hutan ulayat, hak agar perusahaan mengadakan evaluasi secara

transparan bagi masyarakat Watmuri agar menghindari berbagai kecurangan dan

(3)

35

3.1. Profil Watmuri Diaspora

Diaspora adalah sebutan bagi orang-orang yang keluar dari tanah asalnya baik

untuk mengubah nasip hidup dan atau menjadi masyarakat urban dan menetap di

perkotaan. Istilah ini pertama kali ditujukan bagi kaum Yahudi dan Yunani yang

menyebar setelah pembuangan. Diaspora dari kata Yunani yang berarti “untuk

menabur lebih atau untuk menyebarkan".1 Kemudian berkembang awal tahun

1990-an dalam studi migrasi d1990-an secara bertahap telah diambil oleh b1990-anyak kelompok

migran untuk menggambarkan eksistensi mereka yang berada diluar tempat asal.

Diaspora juga diartikan sebagai penyebaran spasial dari orang-orang yang

meninggalkan tanah asalnya.2

Masyarakat Watmuri diaspora yang tinggal di kota Ambon merupakan objek

penelitian penulis. Jumlah populasi Watmuri diaspora Ambon ± 370 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 70KK sebagai penduduk berdomisili tetap

sedangkan pemuda-pemudi yang sekedar melanjutkan studi pada perguruan tinggi

tidak dihitung sebagai penduduk tetap orang Watmuri di Ambon. Wilayah Gang

Viktoria Karang Panjang RT 005/RW 005 yang berada di Kecamatan Sirimau kota

Ambon merupakan area dengan populasi orang Watmuri terbanyak. Dari ± 60 kepala

keluarga (KK) jumlah penduduk RT 005 RW 005, 35 KK diantaranya adalah orang

Watmuri diaspora sedangkan sisanya terdiri dari keluarga-keluarga yang berasal dari

1https://pesd.princeton.edu/?q=node/232

2 Kleist, Nauja. In the Name of Diaspora: Between Struggles for Recognition and Political

(4)

36

daerah berbeda.3 Di lokasi ini biasanya disebut Watmuri mini karena banyaknya

mereka di area tersebut. Mereka hidup berdampingan secara rukun dengan orang lain

berbeda kebudayaan dan menjaga kasih persaudaraan di antara sesama. Oleh karena

itu, penulis menjadikannya sebagai tempat penelitian disertai beberapa tempat lainnya

di kota Ambon jika informan yang dituju berdomisili di luar Karang Panjang.

3.1.1. Sistem Ekonomi

Orang Watmuri perantau mempunyai mata pencaharian beragam jenis.

Pekerjaan yang umum digeluti yakni guru, bidang kesehatan, dosen, perkantoran,

TNI, POLRI serta wiraswasta. Selama observasi tampak bahwa perekonomian

Watmuri diaspora Ambon terbilang sangat baik. Demikian pula dengan tingkat

pendidikan akhir mereka yakni mencakup sekolah menengah atas (SMA), Diploma,

Sarjana, Pascasarjana bahkan sampai pada tingkat doktoral.4

3.1.2. Sistem Kekerabatan

Keluarga adalah prioritas utama orang Watmuri diaspora, tidak penting

seberapa banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap yang sama asalkan

hidup saudara-bersaudara tidak hilang. Prinsip hidup ini melekat pada diri orang

Watmuri diaspora dan menjadi tradisi yang tidak pernah sirna. Asumsi yang mereka

3Wawancara dengan Sdra J. Melmambessy 3 September 2016 di Ambon

4Penulis agak kesulitan untuk membuat rincian mengenai pekerjaan dan tingkat pendidikan

(5)

37

bangun yakni barangsiapa telah sukses di tanah rantau dialah yang mesti menampung

anggota keluarga dan kerabat yang datang dari kampung untuk mencari pekerjaan

maupun melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi. Walaupun begitu, kebiasaan

tersebut tidak memberatkan mereka sehingga mereka tetap nyaman menjalani

kehidupan walaupun tinggal serumah dengan anggota keluarga yang banyak.5

Orang Watmuri diaspora berada diberbagai tempat di kota Ambon. Untuk

menyatukan mereka dalam solidaritas kekerabatan dibentuklah satu organisasi

berbasis asal negeri pada tahun 1974. Tujuannya yaitu sebagai wadah perkumpulan

keluarga, mempererat hubungan kekeluargaan anak negeri di tanah rantau sekaligus

tempat binaan dan penopang agar berhasil di tanah rantau baik dalam pendidikan

maupun mencari pekerjaan. Organisasi ini lalu diberi nama IMNW yakni Ikatan

Masyarakat Nirunmas Watmuri. Nirunmas adalah nama kecamatan dan Watmuri

adalah nama kampung mereka serta memiliki AD/ART (anggaran dasar/anggaran

rumah tangga) yang mengabsahkan suatu organisasi. Struktur kepengurusannya

antara lain ketua, sekretaris dan bidang-bidang/seksi dari I-IV. IMNW menjadi

organisasi masyarakat sekaligus organisasi agama yang diikat dalam persekutuan

ibadah menurut kepercayaan agama Kristen Protestan. Awalnya ibadah organisasi

IMNW hanya satu kelompok saja akan tetapi transportasi menjadi masalah yang

sering dikeluhkan para anggota. Oleh karena itu, mereka berinisiatif melakukan

pembagian per-rayon pada tahun 2013 yang pembagiannya antara lain: Rayon

(6)

38

Baguala daerah Passo, Suli dan sekitarnya; rayon Sirimau area Tantui, Galala dan

Karang Panjang; rayon Nusaniwe bagian Benteng, Kudamati dan Amahusu. Pada

masing-masing rayon diadakan ibadah seminggu sekali dan ibadah gabungan semua

rayon dilakukan sebulan sekali. Di tengah kuatnya tantangan hidup perkotaan

dibarengi kesibukan masing-masing anggota, namun organisasi IMNW tetap hidup

sampai sekarang. Bertahannya organisasi IMNW sejak tahun 1974 sampai sekarang

tidak lepas dari keyakinan bersama bahwa ikatan saudara-bersaudara adalah prioritas

utama, jangan hilangkan hanya karena diterpa arus perkotaan.6

3.1.3. Sistem Sosial Budaya

Dalam perkembangan dunia yang semakin modern tidak menutup kenyataan

bahwa di berbagai tempat, adat istiadat masih tetap dipertahankan sebagai bagian dari

hidup sosisal budaya masyarakat. Kenyataan demikian dapat ditemukan pada orang

Watmuri di Ambon yang masih kental dengan kuatnya adat-istiadat. Pelantikan ketua

IMNW Ambon tahun 2008 dilakukan sesuai prosedur adat, diiringi tarian tradisional

orang Maluku Tenggara Barat tarian Torre yang biasa dipakai untuk melantik para

pejabat. Momentum ini sekaligus memperkuat eksistensi orang Watmuri yang masih

kuat berpegang pada tradisi adat. Sesekali menjelang perayaan ulang tahun organisasi

IMNW mereka melakukan perlombaan antar soa. Hal ini dilakukan untuk

mengingatkan generasi muda tentang pengenalan akan marga disetiap soa sekaligus

(7)

39

hubungan pela antar marga agar tidak terlupakan oleh generasi muda yang lahir di

kota. Momentum demikian sekaligus mempererat keharmonisan di antara mereka.7

Dalam urusan perkawinan terutama bagi yang menikah dengan orang asing,

kewajibannya ialah kembali ke negeri asal (Watmuri) untuk melakukan prosesi

minum air. Tradisi minum air diperuntukan bagi orang Watmuri yang menikah

dengan orang asing. Adat ini lalu dimaknai sebagai proses memperkenalkan pasangan

pada negeri dan masyarakat sehingga bukan lagi orang asing melainkan satu kesatuan

masyarakat Watmuri. Tradisi minum air hanya bisa dilakukan di Watmuri oleh

karena itu, bagi yang tinggal di tempat perantauan wajib kembali ke desa untuk

melakukan adat tersebut.8

3.2.Sekilas Tentang Masyarakat di Watmuri

Watmuri merupakan salah satu desa yang terletak di gugusan pulau Yamdena

kecamatan Nirunmas kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Jumlah

populasi masyarakat Watmuri ± 4000 jiwa, membentang pada pesisir pantai dengan

kebutuhan pokok dari hasil pertanian.9 Beras merah, jagung putih, umbi-umbian,

pisang dan kacang-kacangan menjadi makanan pokok yang dihasilkan serta

7 Soa adalah sebuah distrik desa/negeri. Soa secara sederhana diartikan sebagai kumpulan

dari beberapa marga. Kedudukan soa biasanya dibawah raja dan berfungsi sebagai dewan menteri atau pembantu raja. Wawancara dengan Bpk R. Melmambessy 28 Agustus 2016 di Ambon

8Pengambilan data via telpon tanggal 5 Januari 2017 dengan sdri P. Lakafin yang berada di

Watmuri untuk merayakan 100 tahun injil masuk di desa Watmuri. Di tengah moment kepulangan seluruh orang Watmuri di tanah rantau kesempatan itu dipakai untuk mengadakan adat minum air

secara masal pada keluarga yang menikah dengan orang luar dari luar desa Watmuri yang belum berkesempatan untuk melakukannya.

(8)

40

dikonsumsi oleh warga. Adakalanya hasil pertanian ini dijual ada pula untuk dimakan

sehari-hari. Selain berkebun, melaut jadi pekerjaan selingan masyarakat untuk

mencukupkan kebutuhan hidup.

Desa Watmuri tidak jauh lokasinya dari Saumlaki sebagai ibu kota kabupaten

Maluku Tenggara Barat jarak tempuh ± 2jam30 menit menggunakan sepeda motor,

juga tidak jauh dari Larat sebagai tempat perdagangan dengan jarak tempuh satu jam

menggunakan transportasi laut. Untuk menempuh hutan penduduk, warga biasanya

melakukan penyeberangan menggunakan perahu atau mengenderai sepeda motor.10

Tingkat pendidikan akhir orang Watmuri di desa lebih banyak antara SD-SMA, akan

tetapi masih ada yang menempuh pendidikan akhir (sarjana) dan menetap di desa

Watmuri baik sebagai tenaga PNS maupun honorer pada instansi pemerintah. orang

Watmuri memeluk agama Kristen Protestan.11

Kekhasan tempat tinggal orang Watmuri adalah mereka tinggal berdasarkan

soa masing-masing, teratur dan tidak bercampur dengan soa lainnya. Keteraturan

tempat tinggal ini didasarkan oleh urutan masing-masing soa yang masuk ke desa

Watmuri. Masyarakat Watmuri memiliki satu tempat adat yang diberi nama Natirdas

dan posisinya tepat di tengah-tengah perkampungan warga. Natirdas terbagi atas dua

suku kata yakni Natir artinya Rumah dan Das yang berarti Tempat. Secara harfiah

Natirdas diartikan sebagai rumah/tempat berkumpul. Natir sekaligus menjadi tempat

10 Wawancara dengan Bpk. N Lakafin tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri.

(9)

41

berkumpul, musyawarah, dan memutuskan segala kepentingan yang berhubungan

dengan adat-istiadat masyarakat Watmuri. Walaupun secara harfiah menunjukan

rumah namun fisiknya hanya berupa lapangan kosong. Dalam tuturan warga, natir

adalah tempat untuk pertama kalinya leluhur menapakkan kaki dan menemukan

lokasi untuk tinggal bersama. Di jaman dulu orang Watmuri tinggal secara terpisah di

hutan sesuai kediaman masing-masing soa. Keinginan mengumpulkan lima soa untuk

hidup berdampingan dalam satu desa yang sama menjadi cikal bakal ditemukannya

Natir.12 Soa yang pertama kali masuk di Watmuri adalah soa Sorluri, mereka tinggal

di sekitar lokasi natir dan menjadi soa raja. Pada mereka jika akan melewati Natir

khusus orang yang bukan penduduk asli mesti melakukan prosesi adat sebagai bentuk

permohonan ijin agar terhindar dari bahaya.

Foto 1: Prosesi adat minum sopi Foto pribadi di Watmuri, 23 Desember 201613

12Wawancara dengan Bpk. J lakafin 18 September 2016 di Ambon

13 Keterangan foto 1 merupakan proses adat yang dilakukan oleh penulis sendiri ketika

(10)

42

Keterangan pada foto1 menunjukan suasana dari prosesi adat bagi orang asing

yang baru pertama kali datang di Watmuri. Ritual adat ini adalah syarat mutlak bagi

pendatang baru jika ingin melewati Natir yang menjadi tempat sakral orang Watmuri.

Wajib melakukan ritual karena nilai budaya atas pentingnya Natir bagi orang

Watmuri masih terpelihara, sebab dari natir dibentuklah desa yang menjadi tempat

tinggal orang Watmuri sekarang. Untuk menjaganya tetap sakral, ritual menjadi akses

untuk menyentuh dan melewatinya. Ritual berlangsung dengan membawa minuman

sopi serta uang sebagai pengalas botol kemudian diserahkan kepada tuan tanah untuk

melakukan doa bersama menggunakan bahasa adat setempat. Setelah didoakan sopi

akan dibagikan kepada semua orang yang hadir dalam ritual, kemudian sebagiannya

akan disiram pada sebuah batu di depan rumah tuan tanah sebagai tanda ada ikatan

yang terbentuk dalam adat sesama manusia juga tanah leluhur sehingga menjadi sah

untuk menginjakan kaki di Natir yang sakral bagi orang Watmuri.14 Orang-orang

Watmuri diaspora di Ambon juga memiliki Natir sebagai tempat berkumpul dan

musyawarah. Berdasarkan kesepakatan orang-orang Watmuri yang ada di Ambon

maka mereka mengukuhkan salah satu rumah milik keluarga Melmambessy di gang

Victoria Karang Panjang-Ambon menjadi Natir bagi mereka.15

Masyarakat Watmuri memiliki hubungan pela-gandong yang terpelihara

secara baik hingga sekarang. Desa-desa yang memiliki ikatan pela dengan desa

Watmuri antara lain: desa Meyanu disebut pela mati yang diikat dengan darah, desa

14 Wawancara dengan Bpk. Lambatir tanggal 23 Desember 2016 di Watmuri.

(11)

43

Ritabel dan desa Ridoi adalah pela batas tanah dan desa Olilit sebagai pela perang.

Watmuri bahkan memiliki ikatan gandong dengan desa Atubun dan desa Batu putih.

Di samping hubungan pela gandong antar beberapa negeri/desa, Watmuri memiliki

hubungan pela antar Soa. Soa Ayoan memiliki pela dengan soa Dabu-Dabu.

Pantangan untuk pela soa ialah pertama, jika salah satu anggota pela meminta barang

yang dimiliki maka barang tersebut harus diberikan tanpa penolakan. kedua, dilarang

melihat darah sesama pela. Konsekuensi bagi setiap pelanggar yakni sakit dan

berbagai musibah lainnya. Untuk menghindari segala konsekuensi itu, maka

diwajibkan mengadakan ritual adat.16

3.2.2. Sistem Pemerintahan Desa di Watmuri

Desa Watmuri saat ini dipimpin oleh Bpk. M. Melmabessy menggantikan

kepala desa sebelumnya yakni Bpk. J Kofit. Struktur pemerintahan desa antara lain:

kepala desa, sekretaris dan bendahara diikuti kepala urusan desa meliputi kaur

pemerintah desa, kaur pembangunan, kaur pembinaan kemasyarakatan dan kaur

pemberdayaan masyarakat, lima kepala soa dan Marinyo. Terdapat 5 soa dan

marga-marga yang menjadi bagian di dalamnya yakni soa Sorluri marga-marga Ngilawana,

Batmomolin, Lambatir dan Sinonafin; soa Dabu-Dabu marga Aurmatin, Kofit, dan

Lambiombir; soa Ayoan marga Bembuain, Lakafin dan Nifmaskossu; soa Sayembun

marga Batlajery dan Melmambessy dan soa Fayembun marga Batlajery.17 Fungsi soa

ialah sebagai dewan menteri atau badan pembantu raja. Sedangkan fungsi kepala adat

16Wawancara dengan Bpk A. Samar tanggal 20 Agustus 2016 di Ambon

(12)

44

yakni mengurus segala kepentingan adat masyarakat maupun desa. Marinyo bertugas

menyampaikan berbagai informasi, instruksi-instruksi dan keputusan dari kepala desa

kepada masyarakat desa atau “mulut raja”. Adapula BPD atau Badan

Pemusyawaratan Desa. Fungsi BPD berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 yakni

memberikan masukan-masukan kepada kepala desa berdasarkan aspirasi masyarakat

yang mereka terima sekaligus berfungsi meminta dan menerima pertanggungjawaban

kepala desa.18

3.3. Hubungan Watmuri Diaspora dan Penduduk di Desa

Masyarakat Watmuri diaspora sangat mengutamakan persatuan dan

kepedulian satu sama lain. Manakala salah satu warganya mengalami sakit,

kecelakaan maupun kematian mereka akan bersama-sama terlibat berempati dengan

keluarga yang berdukacita tersebut. Pembentukan Organisasi IMNW (Ikatan

Masyarakat Nirunmas Watmuri) dan organisasi untuk pemuda yang disingkat

P3MNW (Persekutuan Pemuda Pelajar Mahasiswa Nirunmas Watmuri) bentuk

kepedulian menjaga persatuan untuk melawan invidualistis dan kepentingan diri

sendiri. Sampai saat ini hubungan orang Watmuri diaspora di Ambon dan yang

berada di mana saja terjalin begitu akrab dan harmonis.

Hubungan yang terbangun melalui komunikasi yang intensif antara Watmuri

diaspora di Ambon dan orang-orang di desa Watmuri membuktikan ikatan yang

begitu harmonis diantara mereka. Berbagai upaya dilakukan oleh orang-orang

Watmuri di Ambon sebagai kepekaan untuk membangun negeri yang diprogramkan

(13)

45

melalui organisasi IMNW. Salah satu yang pernah terealisasi yakni sosialisasi

terhadap pemuda/pemudi mencegah bebasnya pergaulan yang merusak masa depan.

Ada banyak program yang dirancangkan namun jangkaun desa yang begitu jauh

kurang lebih 3 hari menggunakan kapal laut serta dililit oleh tanggung jawab

pekerjaan menyulitkan kunjungan mereka ke desa Watmuri.19 Kepekaan dan

kepedulian terhadap negeri menunjukan eksistensi orang-orang diaspora bahwa

berada jauh dari daerah asal tidak menghilangkan kecintaan mereka terhadap

kampung halaman.

3.4. Hutan Dalam Pemahaman Orang Watmuri

Di desa Watmuri penggunaan hutan tidak sebatas tempat mencari nafkah

tetapi tempat menyimpan sejarah yang ditandai dengan istilah negeri lama. Istilah

negeri lama dipakai untuk menggambarkan kediaman awal suatu klan/soa yang

terdapat di hutan belantara dan terpisah-pisah. Pembentukan sebuah desa

administratif tidak lepas dari upaya mengumpulkan soa-soa yang terpisah itu hidup

berdampingan pada satu lokasi yang sama. Mengangkat satu pemimpin untuk

mengayomi masyarakat berdasarkan garis keturunan raja dan disahkan melalui

sumpah jabatan sesuai peratuarn negara sekaligus sumpah adat sesuai sistem

kebudayaan. Berada di lokasi yang baru tidak menghilangkan memori sejarah

terhadap negeri lama bahkan kekuatan-kekuatan roh masih dipercaya berada di

sekitar wilayah itu. Berdasarkan wawancara:

(14)

46

Hutan itu kadang angker dan misterius, di dalamnya ada pohon-pohon besar, batu-batu besar, tempat-tempat begitu pasti ada penunggunya.

Dilarang merusak atau menebang kalau tidak mau celaka.20

Di hutan sagala (baca= segala) jenis binatang, dan tumbuhan ada di situ. Jika ranting pohon patah tanpa sebab di hutan negeri lama milik salah satu soa pasti anggota keluarganya akan yang mengalami kesusahan,

kecelakaan atau kematian.21

Hasil wawancara ini menunjukan hutan masih bersifat magis bagi masyarakat

Watmuri, memiliki kekuatan dengan yang supernatural dan bersangsi bagi para

pelanggar. Cara demikian tidak dapat dipisahkan oleh kuatnya peranan adat dalam

masyarakat Watmuri. Apapun yang dilakukan orang Watmuri pasti diikuti oleh ritual

adat jika proses-proses berlangsungnya bersentuhan dengan tempat-tempat bersejarah

peninggalan leluhur. Pada lokasi-lokasi demikian pantang untuk mengotori maupun

merusaknya karena akan menyebabkan musibah bagi yang sengaja melakukan

pelanggaran. Adat tidak berarti menakut-nakuti masyarakat terhadap ancaman sosok

lain, ia hanya wadah pembentukan cara hidup masyarakat untuk kebaikan bersama.

Adat bahkan menjadi sarana untuk melindungi alam dari jarahan tangan-tangan yang

tidak bertanggungjawab, itu sebabnya hutan di Watmuri sangat terjaga kelestariannya

walaupun pekerjaan mereka didominasi oleh segi pertanian.

Berdasarkan tim yang pernah meniliti spesies tumbuhan di hutan Watmuri,

mereka menemukan satu jenis pohon langka yang hanya ditemukan pada dua tempat

yakni di hutan desa Watmuri dan di Brasil. Nama pohon itu ialah Turing atau warga

menyebutnya pohon kayu besi merah. Selain menjadi jenis pohon langka di dunia,

20 Wawancara dengan Bpk K. Batsira tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri

(15)

47

kualitas kayunya sangat baik untuk konstruksi bangunan. Pohon ini menjadi keunikan

dan kebanggaan tersendiri bagi orang Watmuri sehingga demi melindunginya

masyarakat dilarang untuk menebang tanpa ijin dan kesepakatan bersama warga.22

Hutan itu sudah menjadi rumah kedua bagi katong (baca= kami), setiap musim menanam, para petani akan tinggal berhari-hari di hutan. Habis tanam sampai panen juga akan sama. Semua orang punya walang di

kebun masing-masing sebagai tempat tinggal.23

Adapula yang berpendapat: Hutan adalah sumber pelestarian air, kayu dan bahan bangunan sekaligus aset bagi keturunan dan masa depan keluarga

dan masyarakat.24

Masyarakat Watmuri dengan pandangan hutan sebagaimana disebutkan akan

melihat hutan sangat penting bagi mereka sehingga perlu untuk menjaganya tetap

lestari dari praktek penebangan liar. Hutan yang menghijau tentu akan

mempertahankan mata air dalam tanah dan berimplikasi pada kesuburan tanah.

Keseimbangan alam bergantung pada tingkat kesadaran manusia memanfaatkan

potensi yang terkandung di dalamnya dan upaya itu terus dilakukan masyarakat

Watmuri demi menjaga hutan yang memberikan kehidupan bagi mereka. Area hutan

yang mengandung unsur sakral bagi masyarakat memiliki pohon-pohon besar yang

masih berdiri kokoh karenanya, adat memberikan kontribusi perlindungan hutan yang

lebih maksimal. Akan tetapi, setelah masuknya perusahaan PT Karya Jaya Berdikari

sebagai perusahaan HPH pola masyarakat menggunakan hutan mulai berubah.

22Wawancara dengan Bpk. L. Kofit 15 Agustus 2016 di Ambon.

23Wawancara dengan Bpk N. Lakafin tanggal 22 Desember 2016 di Watmuri.istilah Walang

bagi orang Maluku ialah rumah sederhana bertutupkan atap daun sagu dan berdinding papan. Ukurannya juga kecil.

(16)

48

situs budaya tentang hutan sakral diberangus dan relatif rusak oleh sikap monopoli

pengelola. Pengontrolan yang kurang efektif dari pemerintah lebih memberatkan

masyarakat yang prihatin dengan kerusakan hutan yang semakin meningkat. Oleh

karena itu, perlawanan Watmuri diaspora adalah respon dari sikap keacuhan

pemerintah yang mengabaikan nasib masyarakat desa dan sikap perusahaan yang

menebang pohon semaunya mereka.

3.5. Penggunaan Hutan di Watmuri

Hutan di Watmuri sangatlah luas, ukurannya bisa mencapai ribuan hektar.

Sebagai penduduk desa dengan dominan pekerjaan pada sektor pertanian, tentu hutan

merupakan faktor produksi utama untuk diolah dan didayagunakan. Masing-masing

soa memiliki petuanannya sendiri, walaupun demikian hutan dan penggunaannya

tidak dimanfaatkan oleh satu soa saja melainkan diperuntukan untuk semua dalam

kepentingan bersama.25 Di Watmuri hutan terbuka bagi siapa saja yang mau berkebun

asalkan diadakan permintaan ijin pada tuan tanah dari soa yang lokasinya akan

dipakai untuk bercocok tanam jika orang tersebut berasal dari soa yang berbeda.

Permintaan itu disertai dengan ritual adat dengan membawa sirih pinang dan sopi di

rumah kepala soa, di sana akan dilakukan doa adat diikuti dengan makan pinang dan

minum sopi. Tujuannya di satu sisi menghindari si pembuka lahan dari sakit,

kecelakaan atau kehampaan hasil karena berkebun di area bukan petuanannya, di sisi

lain sebagai proses meminta ijin pada tuan tanah yang disampaikan dalam bentuk doa

(17)

49

adat bagi leluhur. Hal ini tidak bermaksud orang Watmuri percaya terhadap kekuatan

nenek moyang, mereka hanya meneruskan tradisi yang telah ada merucut pada adat

adalah prioritas utama yang masih kuat dalam masyarakat. Warga bahkan dapat

mengambil kayu dengan mudah untuk pembangunan dalam kepentingan bersama

atau untuk pembangunan rumah.26 Sejak hutan dikelola oleh perusahaan HPH (hak

pengusahaan hutan) masyarakat makin tersingkir dari hutan mereka sendiri. Terdapat

batasan-batasan menebang pohon untuk bahan bangunan, batasan area bercocok

tanam karena area hutan telah dikuasai dan dikontrol pihak pengelola HPH.

3.6. Dari Hijau ke Deforestasi

Yamdena merupakan gugusan pulau terbesar di Maluku Tenggara Barat

dengan luas pulau 325.725 ha. Potensi kayu hutan tropis terbaik ada di gugusan pulau

ini, mengundang antusias perusahaan-perusahaan berbasis pengelolaan sumber daya

hutan mendapatkan ijin di pulau tersebut. 23 April 1991 PT Alam Nusa Segar melalui

SK Menteri Kehutanan No. 215/Kpts-II/1991 mendapatkan ijin eksploitasi seluas

164.000 Ha di pulau Yamdena. Tak lama kemudian perusahaan tersebut di-addendum

dengan SK Menteri Kehutanan No. 1107/Kpts-II/1992 tanggal 12 Desember 1992

dan berganti nama PT. Yamdena Hutani Lestari dengan luas 160.725 Ha. 15 tahun

kemudian perusahaan dicabut oleh Menteri Kehutanan dengan SK pencabutan

No.200/Menhut-II/2007 tanggal 16 Mei 2007 dikarenakan perusahaan melakukan

eksploitasi berlebih. Sejak tahun 1991-2007 kepulauan Yamdena mengalami

(18)

50

degradasi hutan yang memprihatinkan dan berimbas pada deforestasi (pengundulan).

Isu terkait degradasi itu mengarahkan kesalahan kepada pihak investor yang

mengeksploitasi hutan berlebih dan juga pemerintah yang telah membagi tata ruang

wilayah yang kurang tepat.27

Pada tahun 2007 Gubernur Maluku kembali memberikan peluang bagi

investor untuk mengeksploitasi hutan pulau Yamdena dengan mengeluarkan

rekomendasi No.522.11-03 tahun 2006 begitu juga dengan Bupati Maluku Tenggara

Barat lewat Surat Rekomendasi Bupati No.522/093/Rek/2007. Berdasarkan surat

rekomendasi tersebut maka Menteri Kehutanan mengeluarkan surat keputusan

tanggal 19 Maret 2009 dengan nomor: SK.117/Menhut-II/2009 yang memberikan

kewenangan penuh kepada PT Karya Jaya Berdikari untuk menebang dan mengelola

hasil hutan kayu di Maluku Tenggara Barat seluas kurang lebih 93.980 ha.

Menghadapi kondisi alam pulau Yamdena yang sebagiannya telah mengalami

deforestasi sejak tahun 1991-2007 mengundang kekhawatiran bertambahnya

kerusakan dan pengundulan hutan lagi atas kebijakan pemerintah itu.28

27file:///D:/HPH/Kajian_Degradasi_Yamdena_1998_2008.pdf

(19)

51

Sumber: file:///D:/HPH/Kajian_Degradasi_Yamdena_1998_2008.pdf

Berdasarkan keterangan gambar menunjukan penghilangan sebagian besar

hutan di Maluku Tenggara Barat gugusan pulau Yamdena oleh aktifitas perusahaan

model HPH. Anehnya, pihak pengelola tidak mendapatkan sanksi atas pengrusakan

hutan yang terjadi sementara masyarakat sekitar hutan harus bertahan hidup, bekerja

lebih keras dalam mengolah alam karena intensitas kesuburan tanah menurun. Jika ini

terus dibiarkan maka akan merugikan masyarakat lokal yang sangat bergantung pada

hutan sebagai tempat pencari nafkah. Lebih dari itu, generasi-generasi yang akan

datang akan terancam atas kerusakan alam yang terus meningkat. Akan tetapi,

pemerintah kabupaten kembali merekomendasikan PT Karya Jaya Berdikari untuk

mengeksploitasi hutan di kepualauan Yamdena mengundang kekhawatiran

munculnya berbagai kesulitan bagi masyarakat yang bergantung pada alam. Aksi

protes masyarakat baik yang mengalami dampak langsung maupun yang berada di

perantauan hanya untuk meretas berbagai dampak yang muncul dengan hadirnya

(20)

52

Wermatang tahun 2009 tidak pernah melakukan rehabilitasi hutan, kompensasi tidak

dibayar secara benar kepada masyarakat pemilik hutan ulayat sementara pohon-pohon

berkualitas telah ditebang dan dipasarkan. Kemudian perusahaan yang sama

mendatangi desa Watmuri untuk melancarkan proyek pembangunan kehutanan yang

sama, tentu warga akan lebih waspada dan menolak perusahaan. Namun atas prakarsa

kepala desa perusahaan diterima tanpa persetujuan seluruh masyarakat.

3.7. Dinamika Masuknya Perusahaan di Watmuri

Tahun 2009 menteri kehutanan mengeluarkan SK Menteri no

117/MENHUT-II/2009 pada perusahaan PT Karya Jaya Berdikari mengelola hasil hutan kayu di

Maluku Tenggara Barat dengan model HPH (hak pengusahaan hutan). Sebelum surat

keputusan menteri dicetuskan mendahuluinya telah dikelurkan rekomendasi Gubernur

Maluku dan diikuti oleh rekomendasi Bupati Maluku Tenggara Barat yang

mendudukung perusahaan mengelola hasil hutan kayu di kabupaten Maluku Tenggara

Barat. Ketika sah memperoleh ijin pengelolaan hutan model HPH, PT Karya Jaya

Berdikari mulai menyusun strategi agar memperoleh hutan masyarakat desa untuk

dieksploitasi. Pada tahun 2009 PT Karya Jaya Berdikari mendekati dua desa yakni

desa Wermatang dan desa Watmuri. Hutan desa Wermatang menjadi lokasi pertama

beroperasinya perusahaan melakukan eksploitasi.

“Tahun 2009 pihak pengelola melakukan rapat bersama dengan

(21)

53

dengan HPH dengan pertimbangan perusahaan barangkali dapat

membantu proses pembangunan gereja yang sedang berlangsung”.29

Sampai selesai pembangunan gereja dan diresmikan bulan Desember 2011

perusahaan tidak pernah datang di desa Watmuri sehingga warga menyatakan

persetujuan itu dibatalkan. Tahun 2012 dengan sadar perusahaan kembali melakukan

pendekatan ke desa Watmuri untuk mengkonfirmasi klaim penerimaan yang

disepakati tahun 2009 silam. Atas persetujuan kepala desa maka rapat bersama

dengan pihak perusahaan diselenggarakan. Orang-orang yang terlibat dalam

pertemuan yakni pihak pengelola dari PT Karya Jaya Berdikari, kepala desa,

sekretaris desa dan kroni-kroninya serta kurang lebih 113 warga desa. Pertemuan

yang berlangsung tanggal 5 Pebruari 2012 di gereja lama Watmuri menemui titik

kesepakatan bahwa seluruh masyarakat Watmuri menerima masuknya perusahaan

mengelola hutan ulayat. Perusahaan berjanji akan melakukan pengadaan air bersih,

listrik dan pembibitan kayu unggulan yang para pekerjanya yakni masyarakat

Watmuri dan diberi upah. Perusahaan akan menjamin biaya pendidikan anak dengan

memberikan beasiswa di tingkat SMA hingga ke perguruan tinggi serta pembayaran

kompensasi kepada masyarakat karena mengelola hutan ulayat warga. Bukti

persetujuan tersebut disahkan berdasarkan surat persetujuan yang ditandatangani oleh

kepala desa, ketua BPD Watmuri serta 113 warga, manakala terjadi penolakan pihak

perusahaan memiliki dasar hukum. Setelah surat persetujuan ditandatangani situasi

kampung mulai tidak stabil karena terbagi atas dua kubu pro dan kontra terhadap

(22)

54

masuknya perusahaan HPH. Keberatan warga bahwa pemerintah desa tidak dapat

memutuskan masuknya perusahaan dengan hanya keterlibatan 113 warga untuk

mewakili suara seluruh masyarakat. Jabatan raja tidak seharusnya melegitimasi

hadirnya suatu pembangunan tanpa pertimbangan warga yang memiliki hak yang

sama pada hutan. Dengan begitu, dapat menghindari penggunaan jabatan yang

monopolistik sebab hutan yang dikelola adalah hutan ulayat yang penggunaan dan

diperuntukannya untuk kepentingan seluruh masyarakat. Masyarakat khawatir dalam

pengelolaan hutan ke depan janji-janji yang pernah diucapkan pihak pengelola hanya

terealisasi pada orang-orang yang setuju masuknya perusahaan. Ini menjadi

kenyataan, beasiswa dan bekerja di perusahaan hanya diberikan kepada

oknum-oknum yang dari awal menyetujui masuknya perusahaan sedangkan pihak pengelola

wacanakan bahwa telah melakukan tindakan nyata kepada seluruh masyarakat.30

Dalam suatu pembangunan sedapat mungkin menghindari kecemburuan

sosial, jika sebagian orang diistimewakan dengan mendapatkan pekerjaan di

perusahaan dan status sosial ekonomi mereka meningkat sedangkan yang lainnya

statis akan menimbulkan kecemburuan dalam masyarakat. Orang watmuri diaspora

meretas situasi itu sehingga membantah pernyataan perusahaan yang mengatakan

telah melakukan tindakan nyata kepada seluruh masyarakat padahal hanya

diwujudkan pada mereka-mereka yang sejak awal menerima perusahaan. Ironisnya,

perusahaan tidak memberikan peta batas hutan kepada masyarakat Watmuri, itu

berarti eksploitasi hutan akan dilakukan semaunya pihak pengelola. Melalui

(23)

55

organisasi Ikatan Masyarakat Nirunmas Watmuri (IMNW) Ambon gerakan

penolakan dimobilisasikan. Langkah utama Watmuri diaspora yakni mengetahui

latarbelakang masuknya perusahaan di Watmuri dan perkembangannya sehingga

semua informasi yang diperoleh dari berbagai pihak mendapat kejelasan. Cara tepat

yang mereka tempuh yakni mengadakan pertemuan dengan masyarakat di desa

Watmuri maka dibentuklah satu Tim di kubu Watmuri diaspora Ambon. Tanggal 25

Juni 2012 Tim Watmuri diaspora menuju ke desa Watmuri dan mengadakan

pertemuan dengan menghadirkan staff pemerintah desa, pekerja harian majelis jemaat

Watmuri, tokoh adat dan seluruh masyarakat desa. Tujuan dari pertemuan itu ialah

meminta kejelasan diberikannya ijin kepada perusahaan mengelola hutan ulayat

masyarakat Watmuri. Rapat semakin menegangkan saat warga bertanya tentang

keberadaan Tim dan kepala desa dalam kaitannya dengan pelaksanaan hak

pengusahaan hutan (HPH) di Watmuri.31 Tim lalu mendudukan proporsi pengelola

hutan dalam berbagai pendekatan, secara sosiologis masyarakat akan mengalami

perubahan-perubahan dalam menggunakan hutan untuk memenuhi kebutuhan.

Perusahaan menjadi pengontrol dan akan membatasi kebebasan masyarakat

menggunakan hutan dan potensi alamnya. Secara budaya hutan memiliki unsur

sakral yang mengandung nilai-nilai budaya bagi orang Watmuri. Nilai-nilai itu

tercermin melalui hidup saling berbagi antar warga ketika hutan berfungsi demi

kepentingan bersama. Pergantian masa tidak pernah meruntuhkan kebiasaan dari

masyarakat tetapi dengan masuknya perusahaan, warga akan menyaksikan

(24)

56

kehancuran pada situs-situs budaya sekaligus terasing dari miliknya sendiri. Secara

ekonomi, sudah tentu orang Watmuri akan mengalami perubahan terutama kesulitan

membuka area bercocok tanam, mematikan mata pencaharian yang berimplikasi pada

kesulitan-kesulitan memenuhi kebutuhan hidup keluarga.32 Segala bentuk penjelasan

yang menerangkan pembangunan kehutanan akan mensejahterakan rakyat hanya

untuk mengelabui masyarakat desa yang tidak mengetahui cara kerja, pelaksanaan

dan dampak eksploitasi hutan di masa mendatang. Oleh penjelasan tersebut maka

kedudukan Watmuri diaspora Ambon menjadi jelas dalam persoalan HPH di

Watmuri lalu bagaimana dengan kedudukan pemerintah desa (kepala desa dan

kroni-kroninya)? Dalam konteks ini, pemerintah desa merupakan pihak yang menyetujui

masuknya perusahaan di Watmuri. Menanggapi kinerja pemerintah desa yang

cenderung monopolistik masyarakat membentuk TIM 12 sebagai bentuk kekecewaan

dan ketidaksetujuan mereka atas kepemimpinan kepala desa.

3.8. Mempertahankan Hutan Ulayat Berujung Konflik

Pertemuan pertama antara Watmuri diaspora Ambon dan orang-orang yang

tinggal di kampung telah menemui kata sepakat yakni menolak pengelolaan hutan di

Watmuri. Untuk lebih memperjelas keputusan masyarakat itu, Bupati Maluku

Tenggara Barat menyarankan untuk seluruh elemen masyarakat Watmuri melakukan

pertemuan dengan melibatkan pihak-pihak di tingkat kecamatan maupun kabupaten

untuk memperjelas kebenaran bahwa orang Watmuri menerima atau menolak HPH.

(25)

57

Berdasarkan arahan Bupati, tanggal 24 Agustus 2012 bertempat di desa Watmuri

diadakanlah pertemuan akbar yang melibatkan Camat Nirunmas sebagai perwakilan

pemerintah kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kapolres Maluku Tenggara Barat,

pekerja harian majelis jemaat GPM Watmuri, kepala desa dan staff serta seluruh

masyarakat Watmuri di pelosok tanah air. Rapat berujung pada hasil akhir yakni

orang Watmuri menolak perusahaan beroperasi di hutan Watmuri disertai bukti tanda

tangan kurang lebih 1000 orang warga.

Hasil rapat dipercayakan kepada kepala desa dan camat Nirunmas untuk

diserahkan pada Bupati Maluku Tenggara Barat. Surat penolakan belum juga diproses

untuk mendapatkan keputusan dari pemerintah kabupaten, tanggal 2 September 2012

kuasa hukum PT Karya Jaya Berdikari Bpk F Batlajery SH menyebarkan isu bahwa

camp perusahaan akan kembali dibangun untuk melanjutkan pelaksanaan HPH

sehingga membangkitkan kemarahan seluruh masyarakat Watmuri. Posko perusahaan

dihancurkan, para pekerja diusir, kepala desa dan kroni-kroni pemerintah desa dan

sebagian kecil warga yang terlibat menerima HPH turut diusir dari kampung.

Rumah-rumah mereka dihancurkan bahkan diadakan adat pelepasan di Natir “Msium

kawelinsir dimnu” artinya “usir keluar dari kampung” secara luas menyatakan mereka

bukan lagi bagian dari orang Watmuri. Warga merasa keputusan mereka dalam

pertemuan akbar yang melibatkan pemerintah daerah tidak dihargai untuk menolak

eksploitasi. Ini hutan kami, milik kami sudah seharusnya suara kami didengar bukan

ditiadakan. Masyarakat dengan cepat terpancing oleh isu yang disampaikan sehingga

(26)

58

PNS yang bertugas di desa Watmuri turut dipindah tugaskan karena dianggap terlibat

menolak HPH.33

Kondisi semakin memuncak ketika tim gabungan TNI/POLRI melakukan

penggerebekan di Watmuri. Masyarakat ditangkap, dipukul dan dianiaya secara

membabi buta sampai babak belur. Sebanyak 29 orang dalam kondisi tidak berdaya

dan dilarikan ke rumah sakit Saumlaki, satu orang di antaranya mengalami kondisi

koma. Sekitar 40 orang diseret secara paksa dan dipenjarakan di Saumlaki sedangkan

para lelaki dewasa lainnya menyelamatkan diri dengan bersembunyi di hutan.

Pendeta jemaat yang turut memperjuangkan hak jemaatnya juga dinyatakan akan

dipindah tugaskan dari jemaat. Semakin membingungkan karena ada urusan apa

klasis Tanimbar Utara mau memindahkan pendeta jemaat dari Watmuri? orang

Watmuri di Ambon marah dan menghadap ke kantor Sinode GPM di Ambon.

Pernyataan mereka, jika pendeta kami di pindahkan dari jemaat, kami nyatakan sikap

seluruh orang Watmuri keluar dari GPM.34 Dan akhirnya surat pindah itu dibatalkan.

Resistensi semakin kuat pada kubu Watmuri Diaspora menyikapi masyarakat desa

yang menjadi korban kekerasan. Mereka lalu menyurati KOMNAS HAM RI untuk

melaporkan segala hiruk pikuk kejadian yang tidak berprikemanusiaan itu.35 Rentetan

33Wawancara dengan Bpk A Samar 15 Agustus di Ambon. Penggunaan bahasa daerah di

Watmuri masih berlaku.

34Wawancara dengan Bpk L kofit 20 Agustus 2016 di Ambon

35Pernyataan dalam wawancara terkait pemindahan pendeta ketika arus penolakan

(27)

59

peristiwa dan intimidasi yang dialami warga desa memberi semangat berapi-api bagi

Watmuri diapora untuk memperjuangkan hak saudara-saudaranya.Watmuri diaspora

berjuang sekuat-kuatnya untuk mengeluarkan orang-orang Watmuri yang berada di

penjara. Sidang pertama mengalami kegagalan karena yang diperkarakan terkait

pidana. Enam bulan berselang dan atas kuasa hukum Bpk. T Soulissa. SH kasus

mereka dimenangkan dalam sidang perkara perdata melalui tahap mediasi dan ganti

rugi.36 Kemenangan mengeluarkan orang Watmuri yang dipenjarakan menjadi titik

awal membangun strategi resistensi warga atas pengelolaan hutan yang tidak

menguntungkan itu.

Di tengah menyusun strategi penolakan, orang-orang Watmuri diaspora

Ambon merasa perlu mendapatkan dukungan dari seluruh masyarakat Watmuri di

mana saja. Oleh karena itu, mereka berinisiatif untuk mendamaikan warga desa

dengan sebagian kecil warga yang telah diusir dari kampung tersebut. Orang Watmuri

diaspora bersekukuh mengadakan perdamaian tetapi orang-orang yang berada di

kampung bersikeras untuk tidak berdamai sebab mereka yang menyebabkan berbagai

peristiwa terjadi di Watmuri. Di tengah hati yang penuh amarah dan benci namun

oleh kasih Tuhan perdamaian itu terjadi.37 Perdamaian tersebut menjadi cikal bakal

majunya masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka serta menolak perusahaan

tetap bekerja di hutan Watmuri. Resistensi Watmuri diaspora mendapatkan dukungan

sedang dalam keadaan memanas di kampung terkait penolakan HPH tiba-tiba surat pindah itu dikeluarkan. Wawancara dengan Pdt Bpk. Y. Letelay 16 September 2016 di Ambon.

36Wawancara dengan Bpk. T Soulissa tanggal 6 September 2016 di Ambon

(28)

60

dari uskup Amboina (Katholik), sinode GPM, anggota DPRD provinsi Maluku dan

berbagai kalangan lainnya. Lebih khusus dukungan seluruh elemen masyarakat

Watmuri di desa maupun di perantauan untuk tetap nyatakan sikap menolak HPH.

3.9. Alasan – Alasan Penolakan

a. Hutan Adat

Hutan ulayat orang Watmuri adalah hutan adat masyarakat yang sejak dahulu

digunakan dan dimanfaatkan demi kepentingan bersama. Di dalamnya terdapat

unsur-unsur budaya yang melekat pada masyarakat lokal yakni tentang sakralnya

lokasi-lokasi hutan yang menyimpan sejarah kediaman orang Watmuri yang dahulu pernah

terbentuk di situ. Segalanya terpelihara sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagi

orang-orang Watmuri sebagai masyarakat adat. Atas dasar itu, bagaimana mungkin

perusahaan dengan mudah menggeserkan sistem tersebut? Sebagai masyarakat adat

memperjuangkan milik bersama menjadi yang utama, terlebih perusahaan tidak

mendapatkan ijin resmi masyarakat pemilik petuanan. Jikalau HPH mensejahterakan

seharusnya persetujuan itu diperoleh dari seluruh elemen masyarakat Watmuri, akan

tetapi jika hanya keputusan sepihak sudah tentu hasilnya akan mengenyangkan

sepihak.38 Sebagai hutan adat maka pengelolaan dan hasil hutan harus dirasakan

secara merata oleh masyarakat bukan menimbulkan berbagai keresahan. Pengrusakan

pada hutan sakral telah meresahkan warga sehingga menimbulkan perlawanan. Orang

Watmuri diaspora merasa perlu untuk memperjuangkan hak masyarakat atas hutan

(29)

61

serta perlindungan pada situs-situs budaya masyarakat sebab merusaknya sama

dengan menghancurkan adat istiadat masyarakat Watmuri.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Diabaikan

Perusahaan tidak pernah melakukan analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL) untuk mengukur apakah struktur tanah memperbolehkan eksploitasi atau

tidak. Sudah sepatutnya perusahaan ijin eksploitasi sebelum beroperasi pada suatu

wilayah wajib melakukan AMDAL sebagaimana peraturan pemerintah RI tahun 2002

tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan

Hutan Dan Penggunaan Kawasan Hutan pasal 45, agar aktifitas kerja tidak

berdampak negatif bagi masyarakat sekitar hutan. Atas kerjasama Watmuri diaspora

dan fakultas Pertanian Unpatti Ambon penelitian terkait AMDAL berlangsung di

hutan Watmuri. Hasilnya, struktur tanah di hutan Watmuri tidak diperbolehkan

melakukan penebangan secara berlebihan karena akan merusak penyimpanan air

dalam tanah. Implikasinya ialah tanah-tanah perladangan akan kering dan tandus.

Lebih dari itu, dapat berpotensi tenggelamnya pulau.39 Mengapa Amdal harus

dilakukan? Karena Undang-Undang dan peraturan pemerintah menghendaki

demikian. Apabila pemilik atau pemrakarsa proyek tidak melakukannya, maka akan

melanggar undang-undang dan tentu ijin proyek tidak akan didapat atau akan

(30)

62

menghadapi pengadilan yang memberikan sanksi-sanksi hukum. Amdal dibutuhkan

agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. 40

c. Pengembangan Sumber Daya Dan Infrastruktur Ekonomi Maupun Sosial Tidak Terpenuhi.

Perusahaan PT Karya Jaya Berdikari pernah berjanji akan menyiapkan

pengadaan air bersih dan listrik di desa Watmuri sebagai jaminan sosial kepada

masyarakat, faktanya tidak terealisasi.41 Mempekerjakan orang Watmuri di

perusahaan adalah golongan dari orang-orang yang sejak awal menerima HPH begitu

pula dengan pemberian beasiswa. Akan tetapi, perusahaan wacanakan bahwa telah

memenuhi kewajiban bagi masyarakat Watmuri. Hal ini tidak diterima oleh Watmuri

diaspora-Ambon karena pemberian untuk segelintir orang membesar-besarkan kalau

perusahaan telah memenuhi kewajiban pada masyarakat.

d. Standar Pemberian Kompensasi Tidak Sesuai

Berdasarkan peraturan gubernur Maluku No: 01 tahun 2012 tentang standar

pemberian kompensasi kepada masyarakat terhadap kayu yang dipungut pada areal

hutan ulayat di provinsi Maluku. Pasal 10 menyatakan pembayaran kompensasi untuk

masyarakat disesuaikan dengan besarnya kubisasi berdasarkan penerbitan Laporan

Hasil Penebangan Kayu Bulat (LHP-KB) yang diperhitungkan secara terbuka dan

dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Selama penebangan sejak 2012-2014 perusahaan

tidak pernah membayar kompensasi. Kompensasi baru diberikan tahun 2015 dan

40 Suratmo, Analisis Mengenai Dampak, 7.

(31)

63

2016 dan itu diberikan satu tahun sekali. Terbukti tidak sesuai keputusan dalam

peraturan Gubenur.42

e. Perusahaan Berjalan Di luar Ketentuan Yang Berlaku

Dalam surat keputusan menteri kehutanan RI nomor 117/MENHUT-II/2009

butir keempat bahwa PT Karya Jaya Berdikari sebagai pemegang ijin

HPH/IUPHHK-HA (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam) harus memenuhi

kewajiban: a) menyusun rencana kerja. b) melaksanakan kegiatan nyata di lapangan

paling lambat 1 tahun sejak diberikan ijin mengelola. c) melaksanakan perlindungan

hutan di areal kerja. d) melaksanakan sistem silvikultur sesuai kondisi areal hutan.

Tahapan ini tidak pernah dilakukan oleh perusahaan sehingga masyarakat

menyatakan HPH tidak berjalan sesuai prosedur.43 Lalu, kesejahteraan macam apa

yang akan diperoleh masyarakat hasil pengelolaan hutan milik mereka?

f. Rekomendasi Gubernur Mendahului Rekomendasi Bupati

Terdapat keganjalan atas pemberian ijin eksploitasi di hutan pulau Yamdena.

Surat rekomendasi Gubernur dikeluarkan mendahului rekomendasi Bupati. Bukan

suatu kekeliruan, dalam protokoler kepemimpinan tentu mengetahui jalur yang tepat

bahwa rekomendasi Gubernur tidak bisa mendahului rekomendasi Bupati karena

pulau Yamdena secara umum dan Watmuri secara khusus ada dalam kawasan

42Wawancara dengan Bpk. J Lakafin tanggal 18 September 2016 di Ambon

43Wawancara dengan Bpk E. Bembuain 12 Oktober 2016 di Jakarta. Beliau adalah Pembina

(32)

64

pemerintah kabupaten yang tahu areal dan tata ruang yang tepat dalam pengelolaan

dan pemanfaatan hasil hutan di wilayah kepemimpinannya. Mengapa pemerintah

provinsi begitu antusias memberikan ijin pengelolaan hutan di Yamdena? Sedangkan

sejak tahun 1991-2007 telah terjadi deforestasi di sebagian hutan pulau Yamdena.44

Bila ijin pengelolaan hutan menjadi aset pendapatan daerah mestinya pembangunan

tidak menghilangkan dasar budaya masyarakat. Hidup dan mengelola alam menjadi

matarantai kebutuhan masyarakat pedesaan sebagai pemilik petuanan. Pembangunan

mesti mengkesampingkan kepentingan mengambil keuntungan sehingga benar-benar

untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi yang terjadi pada wilayah-wilayah di

kepulauan Yamdena dan Watmuri lebih khusus ialah perampasan hak dan pekerjaan

perusahaan yang tidak sesuai prosedur.

Dampak yang timbul dari pengelolaan hutan oleh PT Karya Jaya Berdikari di

Watmuri saat ini antara lain, kerusakan hutan yang berimplikasi pada deforestasi

(pengundulan) oleh sebab, pihak pengelola tidak melakukan upaya rehabilitasi hutan

bahwa PT KJB sebagai pemegang ijin mesti membuat “kebun bibit seluas 100 ha per

lima tahun disesuaikan dengan tanaman unggulan/andalan setempat, serta perlu

mengadakan kebun pangkas” sebagaimana surat keputusan menteri kehutanan

sehingga memperluas kerusakan hutan di Watmuri.45 Masyarakat lokal mulai

kesulitan untuk membuka lahan pertanian, terbatas dalam mengambil kayu untuk

pembangunan serta menghancurkan hutan sakral warga. Warga semakin tidak setuju

44Wawancara dengan Sdra J. Melmambessy 3 September 2016 Di Ambon

(33)

65

karena hutan yang diekploitasi hanya berjarak 2km dari bibir pantai. Tahun 2013 dan

2014 ketika intensitas hujan meningkat, terjadi banjir besar yang mengalirkan

ranting-ranting pohon ke laut akibatnya air laut menjadi tercemar sehingga

membunuh ikan-ikan dan merusak terumbu karang di sekitarnya.46 Sampai di tahun

2016 sudah sekitar 2000-an hektar kawasan hutan Watmuri yang ditebang.

Foto: salah satu warga

Kondisi hutan sebagaiamana keterangan gambar semakin meresahkan warga bahkan

mereka tidak mengetahui seberapa luas perusahaan akan melakukan penebangan

karena tidak ada peta batas areal hutan yang diberikan kepada orang Watmuri.

Mestinya disetiap pengembangan sumber daya alam untuk pertumbuhan ekonomi

disertai pula pengawasan dan evaluasi untuk menghindari keresahan dan keluhan

masyarakat lokal. Selama wawancara terkait tujuan penolakan yang dilakukan oleh

orang Watmuri diaspora Ambon jawabannya yakni memperjuangkan hak masyarakat

adat atas hutan ulayat.47 Jika hak masyarakat adat tidak terpenuhi ditengah kehadiran

HPH maka sudah sepatutnya ijin perusahaan dicabut karena berjalan di luar ketentuan

yang berlaku yang menimbulkan berbagai keresahan warga.

46Wawancara dengan Bpk Lambiombir 23 Desember 2016 di Watmuri

(34)

66

3.10. Siapa yang Dilawan

PT Karya Jaya Berdikari adalah perusahaan pemegang ijin

HPH/IUPHHK-HA di Maluku Tenggara Barat berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan. Atas

ijin itu maka kekuatan mereka memiliki dasar hukum negara. Jika terjadi resistensi

masyarakat maka yang dilawan bukan saja pada pihak perusahaan melainkan

pemerintah. Bila pemerintah menyetujui aspirasi dari resistensi masyarakat sudah

tentu keputusan birokrasi dapat menghentikan kerja perusahaan.48

Pembangkangan yang dilakukan masyarakat Watmuri menghentikan aktifitas

perusahaan, tidak lama kemudian perusahaan kembali melanjutkan penebangan

karena mereka memiliki dasar hukum untuk menguatkan eksistensinya dalam

mengelola hutan model HPH di Maluku Tenggara Barat. Melawan pembangunan

berarti melawan pemerintah sehingga resistensi lebih ditujukan kepada pemerintah

sebagai kekuasaan tertinggi.

3.11. Strategi Perlawanan Masyarakat Watmuri Diaspora Dalam Menolak Ekploitasi Hutan

Berbagai peristiwa yang dialami orang-orang di Watmuri demi mempertahankan

hutan ulayat baik intimidasi, konflik, tindakan kekerasan semakin mendorong

masyarakat Watmuri diaspora yang berkediaman di Ambon untuk melakukan

perlawanan. Untuk menyalurkan berbagai aspirasi dan keresahan yang terjadi di

Watmuri maka mereka melakukan penyusunan strategi agar tindakan tepat pada

sasarannya.

(35)

67

a. Demonstrasi

Himpunan Mahasiswa Pemuda Lelemuku (HIMAPEL) merupakan suatu

organisasi yang di dalamnya tergabung seluruh organisasi pemuda, pelajar,

mahasiswa berbasis desa-desa dari Maluku Tenggara Barat yang berkediaman di kota

Ambon. P3MNW (persekutuan pemuda pelajar mahasiswa Nirunmas Watmuri)

adalah salah satu organisasi yang terhimpun di dalamnya sekaligus pelopor jalannya

demonstrasi untuk memperjuangkan nasib masyarakat Watmuri secara khusus dan

Maluku Tenggara Barat secara umum dari kehadiran pembangunan kehutanan model

HPH. Mereka melakukan demonstrasi sebagai bentuk kesadaran bersama terhadap

bahaya pembangunan kehutanan yang cenderung mengabaikan keterlibatan

masyarakat lokal dalam proses pengelolaan. Aksi demo berlangsung di depan kantor

Gubernur Maluku, Bapak K.A Ralahalu adalah Gubernur aktif yang menjabat saat

itu. Wacana yang disuarakan yakni menghentikan dan mencabut ijin usaha dari PT

Karya Jaya Berdikari di Maluku Tenggara Barat karena tidak efektif bagi masyarakat

lokal. Ditegaskan pula, kehadiran HPH telah merugikan masyarakat lokal yang

bergantung pada alam serta merusak hutan-hutan yang mengandung sejarah budaya

bagi masyarakat setempat. Suatu pembangunan yang bijaksana dan adil yakni

memberikan rasa aman dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar pembangunan, jika

tidak maka pemerintah harus mengambil langkah terhadap perusahaan yang

mendapatkan ijin pengelolaan tersebut.49

49P3MNW adalah organisasi pemuda, pelajar, mahasiswa Watmuri yang berada di Ambon.

(36)

68

b. Mengadakan Berbagai Pertemuan Untuk Konsolidasi

Berbagai pertemuan diupayakan oleh orang-orang Watmuri Diaspora Ambon

untuk menyalurkan aspirasi menolak HPH di Watmuri. Mereka mengadakan

pertemuan dengan badan pemerintah kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai basis

utama pemerintahan yang wilayahnya dieksploitasi. Pertemuan berlangsung dengan

dihadiri oleh wakil ketua DPRD Maluku Tenggara Barat dan ketua komisi C DPRD

kabupaten MTB. Pertemuan tersebut membahas terkait penolakan masyarakat

Watmuri terhadap PT Karya Jaya Berdikari yang mengelola hutan ulayat desa

Watmuri. PT Karya Jaya Berdikari tidak mendapatkan ijin dari masyarakat Watmuri

untuk mengolah hutan ulayat mereka karenanya, masyarakat bersikeras menolak

perusahaan yang dibuktikan dengan tanda tangan seluruh masyarakat Watmuri . Oleh

pertemuan itu pihak DPRD kabupaten Malulu Tenggara Barat bersedia meninjau

kerja PT KJB dengan melakukan kunjungan ke desa Watmuri. Terkait penolakan atas

pengelolaan hutan akan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah karena selama ini

informasi yang diperoleh ialah masyarakat Watmuri menerima pengelolaan hutan.50

Selanjutnya diadakan pertemuan di tingkat provinsi menghadirkan anggota

DPRD komisi A Provinsi Maluku dan Dinas Kehutanan provinsi Maluku.51 Dari

pertemuan tingkat provinsi kemudian diagendakan untuk bertemu langsung dengan

menteri kehutanan Republik Indonesia sebagai kekuasaan tertinggi yang memberikan

turut terlibat dalam setiap proses perlawanan. Keterlibatan mereka menunjukan kepedulian pada desa Watmuri dan nasib keluarga mereka yang berada di sana. Wawancara dengan sdra J

Melmambessy, 3 September 2016 di Ambon.

50Wawancara dengan Bpk. R Melmambessy 28 Agustus 2016 di Ambon

(37)

69

surat keputusan kepada PT Karya Jaya Berdikari mengelola dan memanfaatkan hasil

hutan kayu di kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pertemuan itu bertolak dari

berbagai pertimbangan dan alasan pengelolaan hutan yang tampak menyimpang bagi

masyarakat namun terus didiamkan oleh pemerintah kabupaten maupun provinsi.

Pengharapan bahwa pemerintah di tingkat pusat dapat mempertimbangkan aspirasi

masyarakat mencabut perusahaan di desa Watmuri secara khusus dan Maluku

Tenggara Barat secara umum karena dinilai tidak mensejahterakan masyarakat

lokal.52

c. Mengajukan Surat Penolakan Atas Pengelolaan Hutan

Sebelum pertemuan secara langsung masyarakat diaspora berupaya menyurati

Bupati Maluku Tenggara Barat, ketua DPRD kabupaten Maluku Tenggara Barat,

Gubernur Maluku, ketua DPRD provinsi Maluku, Menteri Kehutan RI yang seluruh

isi surat terkait penolakan masyarakat atas PT Karya Jaya Berdikari disertai lampiran

tanda tangan ±1000 orang sebagai bentuk penolakan warga pada perusahaan.

Masyarakat juga menyurati Kepala Polisi Republik Indonesia, Komnas HAM RI atas

tindakan kekerasan aparat keamanan tanpa motif yang jelas pada masyarakat agar

ditindaklanjuti. Akan tetapi, upaya menyurati tidak menuai hasil yang positif sampai

pada akhirnya pertemuan menjadi akses konsolidasi menyikapi persoalan HPH di

Watmuri.

(38)

70

d. Memberi Dukungan Bagi Masyarakat Agar Tetap Menolak

Selama perlawanan berlangsung, masyarakat diaspora tetap memberikan

motivasi dan dorongan moril bagi masyarakat di Watmuri. Motivasi itu bertujuan

untuk menguatkan masyarakat agar tetap konsisten menolak HPH dan tidak mudah

terpancing dengan ancaman-ancaman dari pihak manapun yang berusaha

membelokan niat penolakan warga.

e. Perlawanan Tertutup

Saat ini resistensi Watmuri diaspora-Ambon lebih bersifat tertutup atau

dilakukan secara diam-diam. Harapan terbesar mereka ialah dapat memilih pemimpin

daerah yang concern terhadap lingkungan yang tidak secara mudah melegitimasi

kekuasaan untuk mengijinkan suatu pembangunan tanpa pertimbangan kondisi sosial

budaya serta ekonomi masyarakat lokal. Wacana ini sedang diupayakan bagi

orang-orang yang mendiami kepulauan Yamdena dan Maluku Tenggara Barat secara luas

untuk memilih pemimpin daerah yang peduli pada kepentingan rakyat.53 Walaupun

tampak sulit dalam pencapaiannya namun bagi mereka tidak ada salahnya untuk

berusaha.

Hasil dari rangkaian perlawanan tersebut tidak berimplikasi mengubah

keputusan pemerintah untuk mencabut ijin usaha PT Karya Jaya Berdikari, itu

sebabnya sampai saat ini perusahaan tetap beroperasi di Watmuri yang telah

membabat kurang lebih 2000-an ha hutan. Hanya sedikit hasil yang diperoleh dalam

upaya perlawanan tersebut yakni penebangan yang sebelumnya 2km dari bibir pantai

(39)

71

dipindahkan menjadi 5km sesuai permintaan warga dan pembayaran kompensasi

yang baru dimulai tahun 2015 berjumlah Rp.1,3 M dan Rp1,7 M di tahun 2016.

Masyarakat diaspora menilai kompensasi yang diberikan pengelola tidaklah sesuai

dengan jumlah kayu dan luas hutan yang telah rusak karena alat berat perusahaan.

Hasil ini masih menjadi ketidakpuasan warga terlebih dampaknya mulai terasa di

antaranya meningkatnya kerusakan hutan; area bercocok tanam warga semakin

dipersempit; serta menipisnya kandungan air dalam tanah karena hutan yang mulai

mengalami pengundulan.

Orientasi pengelolaan hutan model HPH di Watmuri telah jauh dari esensinya

yakni pemanenan atau penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan dan

pemasaran hasil hutan kayu. Perusahaan lebih mengutamakan penebangan dan

pemasaran hasil kayu sementara aspek penanaman dan pemeliharaan terabaikan.

Lemahnya kontrol pemerintah untuk mengawasi kinerja perusahaan telah

menimbulkan berbagai keluhan di kalangan masyarakat lokal. Tampak jelas di depan

mata perusahaan melakukan banyak penyimpangan namun didiamkan dan terus

beroperasi.54 Beginikah sistem pembangunan negara ini? Eksistensi negara mestinya

memberikan perlindungan bagi warga yang berada di dalamnya sehingga tercipta

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan melindungi para penguasa.

3.12. Kesimpulan

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi

manusia. Hutan biasanya diibaratkan sebagai paru-paru dunia karena memberikan

(40)

72

kehidupan bagi makluk hidup yang berada di jagat ini. Melestarikan hutan adalah

kewajiban manusia agar ekosistem alam tetap terpelihara. Terhadap pentingnya hutan

bagi manusia iapun berpotensi besar terjadinya kerusakan baik oleh perladangan

warga, penebangan liar maupun kebijakan pembangunan kehutanan. Indonesia sejak

pemerintahan rezim orde baru telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan

yakni undang-undang pokok kehutanan dan pertambangan serta UU Investasi tahun

1967 yang memberikan berbagai kemudahan bagi investor untuk mengelola sumber

daya alam. Aktifitas pembangunan meliputi hak pengusahaan hutan atau yang

sekarang disebut Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam

(IUPHHK-Ha), pertambangan, perkebunan berskala besar dan Industri berbahan baku

hutan. Sejak itu, hutan menjadi salah satu sumber daya alam untuk lending sector

bagi pembangunan demi pertumbuhan ekonomi negara. Orientasi hutan untuk

mengutamakan pertumbuhan ekonomi di satu sisi telah menghadirkan berbagai

industri perkayuan, di sisi lain mainstream kebijakan tersebut justru memperparah

kerusakan hutan. Kebijakan pengelolaan hutan dengan harapan hasil-hasil

pembangunan kehutanan akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal

ternyata hanya jargon politik penguasa. Implikasi pembangunan tidak memberikan

kemakmuran bagi rakyat melainkan menguntungkan para pemilik kekuasaan.

Gerakan protes yang bermunculan adalah bentuk ekspresif masyarakat atas berbagai

keluhan dari kebijakan pembangunan yang menghancurkan nilai-nilai budaya

masyarakat lokal yang terkandung dari cara mereka menggunakan dan melindungi

(41)

73

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang hadir di desa Watmuri telah mengubah

pola masyarakat dalam menggunakan hutan sebagai tempat pencari nafkah serta

hutan yang menyimpan situs-situs budaya. Perusahaan telah merusak hutan-hutan

sakral masyarakat lokal yang dijaga sebagai warisan para leluhur. Watmuri diaspora

di Ambon merasa terpanggil untuk memperjuangkan hak hidup saudara bersaudara

mereka di kampung. Kepedulian yang mereka wujudkan dalam aksi-aksi protes

menunjukan betapa mereka prihatin dengan berbagai kesulitan yang dihadapi warga

desa sejak perusahaan beroperasi. Ini tidak tentang menolak pembangunan negara

melainkan tentang hak yang harus masyarakat desa terima dengan hadirnya

pembangunan. Jika hak mereka terpenuhi mungkin kecenderungan untuk bangkitnya

resistensi tidak akan terjadi. Hak tersebut yakni pertama, perusahaan mengambil

potensi sumber daya kayu dari hutan milik masyarakat lokal maka tindakan

pengembangan ekonomi maupun sosial harus nampak dalam masyarakat. Kedua,

masyarakat lokal dilibatkan dalam proses-proses pengelolaan serta tidak merusak

hutan sakral yang kaya adat istiadat bagi masyarakat. Ketiga, evaluasi secara

transparan dari pihak pengelola bagi seluruh warga desa agar menghindari

kecederungan munculnya monopoli dan pengambilan keuntungan. Apabila

aspek-aspek itu dijalankan maka masyarakat akan merasa aman dan jauh dari keluhan dan

Referensi

Dokumen terkait

Bagi responden penelitian ini, adanya pengaruh positif signifikan dari variabel Knowledge Manage- ment terhadap variabel Organizational Learning berarti adanya

Untuk mengetahui seberapa resisten tradisi menenun gedog terjaga dari pengaruh-pengaruh asing, dan seberapa besar kemungkinan ancaman tersebut; maka perlu dilakukan eksperimen

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah al- Qur’an tentang kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa (Q.S. Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep

Sejalan dengan pengertian dari perusahaan dengan bentuk usaha tetap diatas yang merupakan pelaku usaha, sesuai dengan Undang-undang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha

Nyatakan program kegiatan PKM yang sudah dilaksanakan yang telah dilakukan sendiri oleh penulis bukan oleh pihak lain. Perancangan Visual Media Interaktif “Biografi Leonardo Da

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “ Layanan bimbingan kelompok dapat mengurangi kenakalan remaja siswa kelas VIII SMP 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran

Rumah sakit umum daerah kabupaten Timor Tengah Selatan adalah pusat pelayanan kesehatan dengan beribu-ribu data pasien dari berbagai jenis penyakit. Oleh kerena

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan dispersi, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan kualitas audit terhadap luas