• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil pengamatan yang dilakukan penulis tentang prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya khususnya pengamatan di Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya dapat disimpulkan bahwa prosedur administrasi bongkar muat petikemas sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut berdampak positif pada kegiatan bongkar muat petikemas sehingga menjadi lebih efektif dan efisien karena proses bongkar muat lebih tertata secara sistem dan prosedur pelaksanaanya.

Selanjutnya, untuk meningkatkan pemahaman petugas terhadap prosedur tersebut pihak PT. Pelindo III (Persero) juga melakukan sosialisasi dan pelatihan berupa diklat operasional terkait prosedur bongkar muat petikemas sehingga petugas lebih memahami prosedur dan untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Selain itu untuk meningkatkan motivasi, perusahaan juga memberikan reward berupa bonus kepada petugas yang menjalankan operasional dengan penuh dedikasi dan benar. Sebagai perusahaan penyedia jasa kepelabuhanan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya telah melaksanakan kegiatan bongkar dan muat petikemas melalui cabangnya yakni Pelabuhan Tanjung Perak. Pelayanan jasa bongkar muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) dilakukan di Terminal Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya.

Adapun dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat petikemas di PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya akan melalui 7 (tujuh) tahapan atau prosedur yakni :

1. Administrasi dan Perencanaan Jasa Bongkar Muat Petikemas

Pada tahap ini hal pokoknya yakni pembuatan perjanjian kerjasama antara PT. Pelindo III (Persero) dengan Perusahaan Pelayaran mengenai kerjasama pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas yang direalisaikan dalam dokumen perjanjian kerjasama windows. Selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan meeting

(2)

perencanaan dan pengendalian antara Perusahaan Pelayaran dengan pihak Terminal untuk sama-sama merencanakan kegiatan bongkar muat petikemas sekaligus untuk menyamakan persepsi untuk kelancaran kegiatan bongkar muat petikemas.

2. Permohonan Pelayanan Bongkar Muat Petikemas

Pada tahap ini yang menjadi hal pokok yakni pembuatan EPB (Estimasi Perhitungan Biaya) sebagai jaminan dan tanda jadi pelaksanaan pelayanan kegiatan bongkar muat petikemas.

3. Perencanaan Operasi Kapal dan Perencanaan Operasi Lapangan

Yang menjadi hal pokok pada tahap ini yakni tentang perencanaan operasional bongkar muat petikemas secara keseluruhan dan menghasilkan dokumen operation plan yang akan dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas.

4. Pelayanan Alat Mekanik

Pada tahap ini yang menjadi hal pokok yakni perencanaan penggunaan peralatan dan kebutuhan petugas bongkar muat petikemas di lapangan. Dari tahap ini akan dicetak dokumen yard allocation yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan proses penumpukan petikemas utamanya dengan sistem alih kapal (transshipment).

5. Pelayanan Bongkar Muat Petikemas

Hal pokok yang terdapat dari tahap ini tentunya pelaksanaan bongkar muat petikemas di Terminal mulai dari pelaksanaan secara fisik maupun proses administrasi di lapangan. Dari tahap ini akan menghasilkan dokumen laporan hasil kegiatan bongkar muat petikemas sebagai bahan untuk administrasi akhir.

6. Pelayanan Alih Kapal (Transshipment)

Pada tahap ini terdapat hal pokok yakni perencanaan dan pelaksanaan alih kapal (transshipment) di lapangan berdasarkan dokumen transshipment list. Didalam tahap ini juga dilaksanakan proses penumpukan petikemas alih kapal di lapangan penumpukan/ CY untuk selanjutnya petikemas diangkut menggunakan kapal kedua menuju tujuan petikemas.

(3)

7. Laporan dan Bukti Pelayanan

Pada tahap terakhir ini, terdapat hal pokok berupa penerbitan nota bukti hasil pelaksanaan bongkar muat petikemas sebagai tanda administrasi akhir pelayanan jasa bongkar muat petikemas telah selesai dilaksanakan.

Ketujuh tahap diatas merupakan deskripsi dari rangkaian prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya. Hal lain yang juga menjadi pembahasan pengamat adalah adanya hambatan dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment). Adapun hambatan yang ditemui dari hasil pengamatan terbagi dalam tiga tahapan yakni :

1. Tahap Perencanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Terjadinya rebutan sandar kapal dari masing-masing Perusahaan Pelayaran;  Sistem aplikasi perencanaan yang eror/ jaringan putus; dan

 Sistem pembayaran CMS (Content Management System) mengalami masalah. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Realisasi pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan hasil meeting perencanaan dan pengendalian;

 Keterlambatan jadwal kapal yang akan sandar di dermaga;

 Proses waiting truck, yakni kemacetan truk di lapangan penumpukan/ CY untuk mengantri baik untuk melakukan penumpukan petikemas maupun pengambilan petikemas;

 Faktor cuaca yakni terjadinya hujan lebat yang menganggu kegiatan operasional bongkar muat petikemas; dan

 Waktu penumpukan petikemas alih kapal (transshipment) yang terlalu lama. 3. Tahap Laporan Akhir Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Kesalahan input data hasil pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas; dan  Sistem nota yang mengalami kerusakan (eror).

Pemaparan diatas merupakan hambatan dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment). Sebagai pelengkap pembahasan, pengamat juga membahas terkait dengan cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) yang pengamat peroleh dari hasil

(4)

wawancara dengan narasumber. Adapun cara untuk mengatasi hambatan dilakukan dalam bentuk antisipasi sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Antisipasi terjadinya rebutan sandar kapal dari masing-masing Perusahaan Pelayaran dilakukan dengan cara pelonggaran waktu pada jadwal sandar kapal. Dengan dilaksanakan hal tersebut, diharapkan semua pihak dapat dikoordinasikan membentuk suatu kesepakatan bersama untuk menata jadwal sandar kapal dengan tertib.

 Bentuk antisipasi terjadinya sistem aplikasi perencanaan yang eror/ jaringan putus adalah dengan memberitahu dan meminta Divisi Teknologi Informasi di Kantor Cabang untuk memperbaiki sistem yang rusak. Hal lain yakni dengan melakukan input data secara manual.

 Untuk mengatasi sistem pembayaran CMS (Content Management System) mengalami masalah sudah diantisipasi sebelumnya yakni dengan mengarahkan Perusahaan Pelayaran melakukan pembayaran biaya pelaksanaan bongkar muat secara manual yakni lewat loket bank yang berada di Kantor PPSA (Pusat Pelayanan Satu Atap).

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Bentuk antisipasi terhadap hambatan berupa realisasi pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan hasil meeting perencanaan dan pengendalian utamanya jika terjadi kerusakan alat yakni dengan menggunakan alat cadangan. Alat cadangan digunakan sembari menunggu teknisi selesai memperbaiki ala yang rusak.

 Untuk mengatasi keterlambatan jadwal kapal yang akan sandar di dermaga adalah dengan menghubungi pihak Perusahaan Pelayaran untuk mengkonfirmasi dan mengingatkan tentang jadwal sandar kapal. Dari hal tersebut diharapkan bila terjadi perubahan, maka pihak PT. Pelindo III (Persero) mengetahui lebih awal guna mempersiapakan langkah strategis agar kegiatan berjalan dengan lancar.

 Proses waiting truck, yakni kemacetan truk di lapangan penumpukan/ CY untuk mengantri baik untuk melakukan penumpukan petikemas maupun pengambilan petikemas diantisipasi oleh Petugas Terminal mengidentifikasi

(5)

penyebab utama kemacetan. Bila penyebabnya adalah kerusakan alat, maka akan dikerahkan alat cadangan.

 Dalam hal mengatasi faktor cuaca yakni terjadinya hujan lebat yang mengganggu kegiatan operasional bongkar muat petikemas, demi keselamatan kerja maka proses kegiatan bongkar muat petikemas akan dihentikan dan menunggu hingga cuaca memungkinkan untuk melakukan kegiatan bongkar muat.

 Waktu penumpukan petikemas alih kapal (transshipment) yang terlalu lama. Hal tersebut diantisipasi dengan menghubungi dan menghimbau pemilik petikemas tersebut agar berkoordinasi dengan pihak kapal pengangkut untuk segera mengangkut petikemas alih kapal (transshipment) menuju tujuan agar tidak terjadi antrian blok CY.

3. Tahap Laporan Akhir Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

 Kesalahan input data hasil pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas diantisipasi dengan membuat data rangkap dua serta menghimbau kepada petugas lapangan melakukan ceking lebih dari satu kali sebelum data dilaporkan.

 Dalam hal mengatasi hambatan berupa sistem nota yang mengalami kerusakan (eror), Divisi Keuangan akan melakukan koordinasi dan meminta Divisi Teknologi Informasi untuk memperbaiki sistem yang rusak. Sambil menunggu sistem diperbaiki, maka petugas pembuat nota akan membuat rincian data secara manual.

Demikian penjelasan secara deskriptif mengenai cara untuk mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment). Seluruh deskripsi diatas merupakan kesimpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis tentang prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya.

B. Saran

Setelah melakukan pengamatan dan observasi mendalam tentang prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal

(6)

(transshipment) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya, penulis telah mendapatkan kesimpulan dari pembahasan hasil temuan di lapangan. Ada beberapa hal yang patut dijadikan pertimbangan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) agar lebih baik dimasa yang akan datang utamanya dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat petikemas. Dengan berdasarkan penjelasan tersebut penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan pihak PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) lebih tegas lagi dalam hal pemberian sanksi kepada Perusahaan Pelayaran yang tidak mengikuti peraturan yang telah disepakati bersama dalam kegiatan bongkar muat petikemas. Hal tersebut demi kelancaran bersama kegiatan bongkar muat petikemas selain itu juga berkaitan dengan profesionalisme dan citra perusahaan di mata pengguna jasanya.

2. Diharapkan kepada para Petugas di Kantor Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya supaya lebih memanfaatkan ruangan kantor dengan maksimal. Hal tersebut berkaitan dengan temuan pengamat saat melakukan pengamatan di Kantor Terminal masih banyak bilik-bilik yang tidak digunakan dan fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya juga terlihat kurang terawat dan tertata. Diharapkan dengan suasana kantor yang bersih, rapi dan nyaman dapat membantu meningkatkan kinerja para petugas didalamnya sehingga lebih semangat dalam melakukan tugasnya.

3. Demi kelancaran kegiatan bongkar muat petikemas baik secara teknis maupun secara administratif sebaiknya PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) menambahkan alat pada Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya berupa Automated Stacking Crane (ASC) seperti yang dimiliki Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Dengan ditambahkannya alat tersebut akan meminimalisir terjadinya hambatan dalam kegiatan bongkar muat petikemas baik secara teknis maupun non teknis. Hal tersebut dikarenakan dengan alat tersebut memungkinkan pekerjaan bongkar muat petikemas berjalan secara otomatis karena crane dikendalikan dari dalam ruang kontrol sehingga menjanjikan keamanan, kecepatan dan ketepatan waktu bagi pengguna jasa karena pekerjaan bongkar muat petikemas berjalan lebih efektif dan efisien.

4. Alat merupakan sarana utama dalam melaksanakan suatu kegiatan utamanya bongkar muat petikemas, maka sebaiknya dari pihak teknisi terminal membuat

(7)

jadwal pengecekan alat-alat untuk kegiatan bongkar muat petikemas (crane, reach

stacker dan forklift) secara berkala sehingga selalu siap apabila akan digunakan.

Jadi pengecekan dan perbaikan tidak harus menunggu terjadinya kerusakan alat. Hal tersebut demi menunjang kelancaran kegiatan bongkar muat petikemas. 5. Dalam hal administrasi, arsip baik berupa dokumen maupun gambar dan lainnya

merupakan dokumen yang penting sehingga harus dijaga dan dirawat. Sebaiknya dokumen yang telah selesai digunakan untuk kegiatan bongkar muat petikemas khususnya yang berada di dalam kantor dan akan digunakan kembali diarsipkan dengan rapi. Untuk mempermudah dapat menggunakan almari arsip sehingga lebih aman dan juga harus diperhatikan kerapian serta penyusunan arsip. Hal tersebut diharapkan akan membantu petugas saat akan mencari dokumen dan data untuk digunakan sebagai laporan.

Hal-hal diatas merupakan saran yang dapat diberikan penulis terkait dengan prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Surabaya. Harapannya dengan adanya saran tersebut dapat membantu meningkatkan kinerja dan memacu PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) selaku penyedia jasa kepelabuhanan dalam memberikan pelayanan khususnya pada kegiatan bongkar muat petikemas agar berjalan lancar, tertib dan lebih baik lagi sehingga memberikan kepuasan bagi pengguna jasa kepelabuhannya. Lebih lanjut lagi juga meningkatkan citra perusahaan menjadi semakin baik sehingga membantu mendorong PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) dalam mewujudkan tujuan perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sig (2-tailed) pada kelompok eksperimen yaitu sebesar 0,011 atau lebih kecil dari taraf signifikasi 5% (0,05), maka disimpulkan bahwa hipotesis penelitian (H a) yang

PLN distribusi Jawa Barat dan Banten, agar pesan yang disampaikan oleh pimpinan Humas mendapatkan respon yang positif dari karyawan sehingga dapat membangun

(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang

3 Isi Ada pembukaan, banyak kalimat di atas 15 kalimat, sesuai dengan tema, ada penutup Banyak kalimat antara 12-14 kalimat, memnuhi ketiga kriteria lain Banyak kalimat

Oleh karena itu, industri rumah tangga olahan waluh di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang membutuhkan bahan baku setiap saat harus dapat mengendalikan atau

apa saja yang dapat bermanfaat bagi masarakat umum khususnya dan peneliti merancang yaitu berupa Informasi Pemetaan, penugasan pustu maupun bidan, dan segaligus

Dalam penulisan penelitian ini akan membahas dan menganalisa sebagai berikut : bagaimana cara untuk menekan ripple tegangan pada catu daya Repeater, bagaimana

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan gizi energi dan protein serta uji daya terima biskuit tepung labu kuning dan ikan lele berdasarkan analisis