• Tidak ada hasil yang ditemukan

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA

VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

e-mail: maesya678@gmail.com

ABSTRACT

Production of cucumber in area Padang Pariaman region in 2009 with the planting wide 23/Hectares, its production 242.20/tons. In 2010 with the planting wide 38/Hectares, result of the production 227.80/tons. Based on the data above can be seen decreasing of production from cucumber planting, caused on cucumber planting to produce many flowers but not only all of flowers can be success become a fruit. This thing estimated that the process was not running well. Therefore this research purposed to see the utilization of Apis cerana Fabr. bee to produce the cucumber (Cucumis sativus L.). This research was using experiment method two actions, using the bee and without using the bee with one action using 9 units cucumber planting. Based on the result of research about Apis cerana Fabr. bee that bee more effective to increase number of seed in the fruit than influence number of flower become a fruit and the height of fruit from cucumber planting above. The number of flowers into fruits thitung = 0,083, ttable = 2,18, weight of the fruits thitung = 0,30, ttable = 2,18 the numbers of seed thitung = 2,21, ttable = 2,18. Based on the data that were getting so can make a conclusion that the utilization of Apis

cerana Fabr. bee influential toward numbers of seed from fruit of cucumber (Cucumis sativus L.).

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

PENDAHULUAN

Lebah madu merupakan serangga yang membantu proses penyerbukan (polinator) berbagai macam tumbuhan, baik tanaman budidaya, maupun tumbuhan liar. Lebah madu merupakan polinator yang sangat efektif dan efisien. Hasil dari polinasi pada bunga menyebabkan tanaman berbuah (Widowati, 2013). Naim (1982) dalam Salmah (1989) juga melaporkan bahwa meningkatnya produksi buah-buahan dan sayur-sayuran disebabkan oleh karena hasil penyerbukan yang dilakukan oleh lebah madu.

Lebah penghasil madu terdiri atas beberapa jenis, di dunia dikenal empat jenis lebah penghasil madu. Keempat lebah tersebut adalah: Apis mellifera,

Apis florea, Apis dorsata dan Apis cerana. Sedangkan lebah yang banyak

dipelihara oleh masyarakat setelah Apis

mellifera adalah Apis cerana, lebah ini

merupakan lebah asli Asia yang menyebar mulai dari Afganistan, Cina, sampai Jepang, termasuk Indonesia (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2008).

Lebah madu termasuk serangga yang bermanfaat baik dari produk koloni maupun segi layanannya terhadap ekosistem. Lebah madu merupakan

(2)

2

serangga polinator (penyerbuk) yang telah dimanfaatkan dalam bidang pertanian diantaranya, untuk meningkatkan produksi berbagai jenis tumbuhan (Ramhaldo et al, 1990 dalam Jasmi 2014).

Kunjungan lebah ke tanaman memberi keuntungan bagi kedua pihak. Lebah memperoleh keuntungan dari serbuk sari dan nektar (sebagai pakan) sedangkan tumbuhan juga mendapatkan keuntungan berupa penyerbukan yang dibantu oleh lebah. Perilaku pencarian pakan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas serangga penyerbuk (Schoonhoven et al., 1998

dalam Ruslan dkk, 2015).

Salah satu tanaman yang dikunjungi oleh Apis cerana Fabr. adalah tanaman mentimun (Cucumis

sativus L.). Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji, tanaman ini mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar dari sisi tangkai daun (Soedarya, 2009).

Berdasarkan data dari BPS yang didapatkan, penurunan produksi mentimun pada tahun 2009 luas tanam 23/Ha, produksinya 242,20/ton. Sedangkan pada tahun 2010 luas tanam 38/Ha, hasil produksinya 227,80/ton. Dari data yang didapatkan terlihat penurunan produksi dari tanaman mentimun, dikarenakan pada tanaman mentimun menghasilkan banyak bunga namun tidak semua bunga yang bisa menghasilkan buah.

Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian tentang “Pemanfaatan lebah Apis cerana Fabr.

untuk hasil buah mentimun (Cucumis

sativus L.) di Palak Juha VII Koto

Kabupaten Padang Pariaman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bunga betina mentimun yang muncul pada saat mentimun berumur 32-38 hari dan untuk mengetahui berapa banyak bunga yang menjadi buah pada saat mentimun berumur 32-38 hari.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2016 di Palak Juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama, tanaman mentimun dengan lebah dan perlakuan kedua tanaman mentimun tanpa menggunakan lebah.

Pada hari ke 32 – 38, bunga betina yang mekar akan ditandai dengan pemberian label pada tangkai atau batang pada bunga. Lebah di masukkan ke dalam tanaman mentimun pada saat usia mentimun 32 – 38 hari. Koloni lebah dimasukkan kedalam rumah percobaan pukul 19.00 WIB dan pengamatan akan dilakukan setiap pukul 08.00 – 10.00 WIB selama satu minggu. Koloni lebah dikeluarkan dari rumah percobaan setelah dilakukan pengamatan. Setelah hari ke 38, koloni lebah tidak lagi dimasukkan kedalam rumah percobaan. Buah mentimun akan dipanen dihitung setelah 10 hari terjadinya penyerbukan. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menggunakan pisau atau gunting agar tidak merusak tanaman. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus t-test. (Sudjana, 1989).

(3)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian tentang pemanfaatan lebah Apis cerana Fabr. untuk hasil buah mentimun (Cucumis sativus L.) ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah bunga yang menjadi buah, berat buah, jumlah biji tanaman mentimun menggunakan lebah dan tanpa menggunakan lebah di Palak Juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman.

Waktu Penga-matan (hari) Jumlah Bunga Jumlah

Buah Berat Buah Jumlah Biji

L TL L TL L Rata-Rata TL Rata-Rata L Rata-Rata TL Rata-Rata 1 22 16 15 12 2067,7 137,85 2062,3 171,86 3150 210 1345 112,08 2 14 12 13 10 1650,1 126,93 1446,5 144,65 2489 191,46 1464 146,4 3 4 6 4 6 569,9 142,48 615,7 102,62 796 199 593 98,83 4 8 8 8 8 819,7 102,46 649,1 81,14 1449 181,13 572 71,5 5 6 7 5 7 502,4 100,48 869,2 124,17 774 154,8 585 83,57 6 8 8 8 8 923,6 115,45 784,9 98,11 1756 219,5 958 119,75 7 8 8 7 8 868,2 124,03 812,3 101,54 1495 213,5 978 122,25 Jumlah 70 65 60 59 7401,6 7240 11909 6495 Rata-rata 10 9,29 8,57 8,43 1057,37 1034,29 1701,29 927,86 L : Lebah TL : Tanpa Lebah

Tabel 2. Hasil analisis t-test pemanfaatan lebah Apis cerana Fabr. tentang jumlah bunga yang menjadi buah, berat buat dan jumlah biji.

Perlakuan

Ʃ Bunga ♀ menjadi

Buah Berat Buah Jumlah Biji

thitung ttabel thitung ttabel thitung ttabel

Menggunakan Lebah dan Tanpa

Lebah

0,083ns 2,18 0,30ns 2,18 2,21* 2,18

ns : Nonsignifikan

* : Berbeda nyata

Tabel 3. Pengukuran faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelembaban dan intensitas cahaya)

Hari Suhu ˚C Kecepatan

Angin (Knot) Kelembaban (%) Intensitas Cahaya (Jam) 1 25.9 0.6 91 4.4 2 26 0.9 91 3.8 3 26.8 0.7 88 4.3 4 27 1.2 86 7.4

(4)

4

5 26.2 1.8 91 5.9 6 26.1 1.7 88 7.2 7 26.9 2.1 86 5.1 8 27.3 1.5 87 4.3 9 27.3 0.7 87 2.8 10 27 1.4 67 4.5 11 27.2 2.5 91 5 12 26.2 1.3 91 3.6 13 27.2 1.6 89 6.2 14 25.4 1.9 94 2.4

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan lebah

Apis cerana Fabr. untuk hasil buah

mentimun (Cucumis sativus L.), pada Tabel 1 terlihat perbedaan antara mentimun menggunakan lebah Apis

cerana Fabr. dengan yang tidak menggunakan lebah Apis carana Fabr. Hasil analisis t-test jumlah bunga yang menjadi buah pada tanaman mentimun menggunakan lebah nonsignifikan dengan buah mentimun tanpa menggunakan lebah Hal ini diduga karena lebah Apis cerana Fabr. berkunjung pada bunga tanaman mentimun yang sedang mekar, sehingga terjadi proses polinasi. Raju and Ezradanam (2002) dalam Ruslan 2015, menyatakan bahwa lebah bekerja mengunjungi bunga untuk mengumpulkan nektar dan serbuk sari.

Berat buah mentimun yang menggunakan lebah tidak berbeda dengan berat buah mentimun tanpa menggunakan lebah (Tabel 2). Hal ini diduga karena buah mentimun yang menggunakan lebah memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan buah tanpa menggunakan lebah. Bunga yang ada pada mentimun tanpa menggunakan lebah berhasil menjadi buah sehingga mempengaruhi berat

buah dari mentimun tersebut. Seperti yang dilaporkan oleh Kearns & Inouye (1997) dalam Apituley, dkk (2012), bahwa proses penyerbukan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas buah dan biji yang terbentuk.

Jumlah biji pada tanaman mentimun menggunakan lebah berbeda nyata dengan biji mentimun tanpa menggunakan lebah (Tabel 2). Buah mentimun yang menggunakan lebah, jumlah biji yang dihasilkannya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah biji mentimun yang tidak menggunakan lebah. Hal ini diduga proses penyerbukan yang dilakukan oleh lebah

Apis cerana Fabr terjadi, sehingga

semakin banyak jumlah biji yang dihasilkannya. Atmowidi et al. (2007)

dalam Ruslan (2015), melaporkan bahwa serangga penyerbuk berpengaruh positif terhadap hasil panen tanaman B.

Rapa di Jawa Barat. Jumlah polong,

jumlah biji per polong dan bobot biji pertanaman lebih tinggi pada perlakuan tanaman yang terbuka (diserbuki oleh serangga) dibandingkan dengan perlakuan tanaman yang tertutup (tidak diserbuki oleh serangga). Hassanudin (2013) juga melaporkan bahwa jumlah biji berhubungan dengan keberhasilan penyerbukan dan pembuahan. Jika penyerbukan dan pembuahan berhasil

(5)

5

dengan baik, maka akan menghasilkan banyak biji.

Berdasarkan Tabel 3 suhu

udara berkisar antara 25,9-27,3˚C.

Suhu udara juga mempengaruhi

aktifitas Apis cerana Fabr. mencari

pakan karena perubahan suhu udara

di luar dan di dalam sarang

berhubungan dengan aktifitas Apis

cerana Fabr. Lebah akan bekerja

pada suhu tertentu, dengan kisaran

suhu yang efektif adalah suhu

minimum 15

o

C, suhu optimum 25

o

C

dan suhu maksimum 45

o

C. Diluar

kisaran tersebut serangga akan mati

kedinginan atau kepanasan (Jumar,

2000). Kecepatan angin berkisar

antara 0,6-2,1 Knot. Menurut Kasper

et al (2008) dalam Widhiono (2015)

angin sangat mempengaruhi aktivitas

pencarian pakan pada lebah, angin

dengan

kecepatan

24-34km/jam

berdampak buruk terhadap aktivitas

lebah madu dalam mencari pakan.

Jika dilihat dari kelembaban

berkisar antara 86-94%, tingginya

persentase kelembaban ini juga turut

mengganggu aktivitas kunjungan

lebah pada bunga. Menurut Ruslan

(2015), kelembaban mempengaruhi

lebah

dalam

mencari

pakan.

Tingginya persentase kelembaban

menyebabkan kandungan gula dalam

nektar yang disekresikan oleh bunga

lebih rendah. Nektar adalah cairan

gula yang berguna sebagai sumber

pakan dan energi bagi serangga

penyerbuk (Widhiono, 2015). Jika

nektar yang disekresikan oleh bunga

rendah, maka aktivitas kunjungan

Trigona sp. pada bunga akan rendah

pula sehinga proses penyerbukan

berjalan kurang baik. Intensitas

cahaya berkisar antara 2,4-7 Jam.

Sedangkan

untuk

lama

penyinaran matahari juga termasuk

tinggi mencapai 7,1 jam. Lebah

sangat memerlukan cahaya dalam

beraktivitas. Kunjungan lebah pada

bunga sangat ditentukan oleh cahaya,

karena lebah akan memulai aktifitas

ketika

cahaya

sudah

muncul.

Menurut Drickamer et al (2002)

lebah menggunakan cahaya sebagai

kompas untuk menunjukan arah dan

jarak sumber pakan dari sarang.

KESIMPULAN

Jumlah bunga betina mentimun yang menggunakan lebah yang muncul saat berumur 32-38 sebanyak 70 bunga, tanpa menggunakan lebah sebanyak 65 bunga. Jumlah bunga betina mentimun yang menggunakan lebah yang berhasil menjadi buah saat berumur 32-38 sebanyak 60 buah, tanpa menggunakan lebah sebanyak 65 bunga. Lebah Apis

cerana Fabr. sebagai polinator tidak

mempengaruhi jumlah bunga yang menjadi buah dan berat buah pada tanaman mentimun (Cucumis sativus L.), tetapi mempengaruhi jumlah biji dari tanaman mentimun.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kepada

Bapak Drs. Ismed Wahidi, M.Si, Ibu

Elza Safitri, M.Si, Ibu Febri Yanti

M.Pd, sebagai tim penguji yang telah

memberikan banyak saran serta

masukan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jasmi, 2014. Kajian Morfometrik dan Ekologi Apis cerana Fabr. (Hymenoptera: Apidae) Pada Tanaman Polikultur Di Sumatera Barat. Disertasi Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian. Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

(6)

6

Jumar, 2000. Entomologi Pertanian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2008. Lebah Madu. Penebar Swadaya: Jakarta.

Ruslan, Wahiba. 2015. Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman Brassica rapa. Jurnal of Natural Science Vol 4.

Salmah, S. (1992). Lebah,

pengembangan dan

pelestariannya. (Pidato pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Biologi). Jurnal. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

Salmah S. 1989. Jenis-Jenis Lebah Penghasil Madu dan Potensinya Di Sumatera Barat. Laporan Penelitian. BKS-B dan USAID Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.

Soedarya, Arief Prahasta. 2009. Agribisnis Mentimun. Pustaka Grafika: Bandung.

Widowati, Retno. 2013. Pollen Subtitute Pengganti Serbuk Sari Alami Bagi Lebah Madu. E-Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan. Universitas Nasional. Volume 1 Nomor 1.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan bubuk kaca sebagai pengganti sebagian semen dalam adukan beton

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil fitokimia dan aktivitas inhibisi terhadap enzim α- glukosidase dari ekstrak metanol daun Cryptocarya

Kemampuan penguasaan konteks aplikasi sains pada konteks minuman memiliki peningkatan terbesar dengan nilai N-gain sebesar 0,70, sedangkan yang terendah adalah pada konteks

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada model pertama ( full ) peubah bebas atau jumlah puskesmas memiliki F parsial terkecil dan tidak nyata ( < ).. Sehingga

Demikian Penetapan Pemenang lelang ini Kami sampaikan untuk diketahui,dan menjadi

Dalam penyampaian informasi tentang implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang pemerintah daerah menggunakan cara sosialisasi yang dilakukan di

Salah satu ujung dari masalah ini adalah proses produksi yang harus baik dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa, dapat mendukung

[r]