• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

54

guru kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Kecaamatan Tingkir. Tujuan dilakukan observasi dan diskusi adalah untuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 pada pembelajaran tematik. Berdasarkan kegiatan observasi dan diskusi didapatkan skor dan nilai prasiklus dari daftar skor dan nilai siswa yang dijabarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Data Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Pra Siklus

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor indikator kemampuan berpikir kreatif siswa masih dalam kategori rendah terutama pada indikator originality 29,8% dan Elaboration 29,8%. Berikut ini dijelaskan secara lebih lanjut total skor dan presentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa pada tahap pra siklus sebagai berikut:

Tabel 4.2

Kemampuan Berpikir Kretaif Siswa

Kelas 5SD N Sideorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir

NO Skor Sebelum Tindakan

Jumlah Kelompok (F) Presentase (%)

1. 16-20 2 33,2%

2. 11-15 5 66,8%

Jumlah 7 100

Indikator Presentase (%)

Fluence (menghasilkan banyak ide)

41,1% Flexibility (menghasilkan variasi ide) 33,9% Originality (menghasilkan ide baru) 29,8% Elaboration(mengembangkan ide) 29,8%

(2)

Presentase 33,25%

Rata-rata 13,3

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kreatif siswa hanya mencapai rata-rata 13,3 dengan presentase ketuntasan 33,2%.

Tabel 4.3

Nilai kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir

NO Nilai Sebelum Tindakan

Jumlah Siswa (F) Presentase (%)

1. 71-80 3 7,7% 2. 61-70 7 17,9% 3. 51-60 5 12,8% 4. 41-50 14 35,9% 5. 30-40 10 25,6% Jumlah 39 100 Tuntas 38% Tidak Tuntas 62% Nilai Tertinggi 72,5 Nilai Terendah 45 Rata-rata 60

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa indikator berpikir kreatif pada aspek Originality dan Elaboration masih berada pada kategori rendah yaitu 29,8% untuk indikator Originality dan 29,8% untuk indikator Elaboration. Pada tabel 4.2 menunjukkan Skor kemampuan berpikir kreatif pra siklus I hanya mencapai rata-rata 13,3 presentase 33,2 dari 7 kelompok siswa. Tabel 4.3 menunjukkan hasil nilai pra siklus 39 nilai terbanyak berada pada rentang 41 – 50 sebanyak 14 anak, presentase ketuntasan 38% sehingga nilai rata-rata hanya mencapai 60 dari kkm 65. Berikut disajikan dalam bentuk diagram batang presentase rentang skor kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pra siklus siswa kelas 5.

(3)

Grafik 4.1 Presentase

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pra Siklus

Grafik 4.2

Presentase Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

Berdasarkan gambar 4.2 dan gambar 4.3 diatas terlihat banyak siswa kelas 5 yang masih memiliki kemampuan berpikir kreatif dan nilai belajar yang rendah. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor internal siswa seperti dalam proses pembelajaran siswa masih berbicara dengan teman, takut dalam menyampaikan ide, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran, semangat belajar siswa yang kurang, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kurangnya fasilitas atau media serta model yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran tematik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari siswa secara lebih mendalam, mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan

hasil kemampuan berpikir

kreatif prasiklus

16-20 17-15 66,8 % 66,8 % 33,2 %

presentase kemampuan hasil

belajar prasiklus

71-80 61-70 51-60 41-50 25,6% 35,9% 12,8% 17,9 % 7,7%

(4)

informasi, mengembangkan sikap positif, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, serta menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. Dalam menerapkan pembelajaran tematik guru harus mengembangkan pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilannya dalam menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif adalah model Discovery Learning, Selain digunakannya model yang sesuai, dibutuhkan juga media yang mendukung. Maka dari itu, dalam mengatasi hasil belajar yang rendah adalah dengan menggunakan media yang ada dilingkungan sekitar siswa sesuai dengan tema yang dipelajari oleh siswa. Pelaksaan dilakukan pada siklus I dan siklus II.

4.2 Deskripsi Siklus I

Pada siklus I pembelajaran dilakukan berbeda dengan prasiklus. Pembelajaran difokuskan pada penerapan model Discovery Learning tema 6 subtema 2. Model Discovery Learning digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas 5. Dalam siklus I dilakukan pertemuan tatap muka sebanyak 3 kali dengan alokasi waktu 8 x 35 menit.

4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap perencanaan siklus I diawali dengan mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya, Menentukan permasalahan yang akan dibahas, Merancang proses pembelajaran model Discovery Learning menggunakan media sesuai dengan materi yang akan diajarkan, menyusun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tema 6 Subtema 2 yang mencakup Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar 3.3. Meringkas teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik, 4.3. Menyajikan ringkasan teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik dengan menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif secara lisan, tulis, dan visual. IPA Kompetensi Dasar 3.6. Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, 4.6. Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor. SBdP Kompetensi

(5)

Dasar 3.3. Memahami pola lantai dalam gerak tari kreasi daerah, 4.3. Mempraktikan pola lantai pada gerak tari kreasi daerah. Selain itu, disiapkan juga materi dan lembar kerja yang akan digunakan untuk pembelajaran. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa disiapkan rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa untuk mengetahui apakah model yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada kegiatan observasi setiap pertemuan disiapkan lembar observasi untuk pengajar dan siswa. Lembar observasi tersebut digunakan untuk melihat keterlaksanaannya pembelajaran dengan model Discovery Learning.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk setiap pertemuan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 9 Maret 2018 dan Sabtu, 10 Maret 2018, evaluasi dilaksanakan pada hari senin 12 Maret 2018. Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya dengan model a Discovery Learning.

a. Pertemuan 1 ( 9 Maret 2018)

Kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa bersama, menanyakan kabar siswa dan presensi siswa. Guru mengingatkan pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan, guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar air mendidih didalam panci dan bertanya kepada siswa apakah kalian pernah melakukan kegiatan yang sama seperti pada gambar setelah siswa menjawab apersepsi, siswa dan guru melakukan tanya jawab, kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan inti, pembelajaran dalam pertemuan I menekankan pada penyampaian materi dengan model Discovery Learning menggunakan gambar-gambar dan media pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Tahap pertama pada kegiatan inti diawali dengan menjelaskan langkah-langkah model Discovery Learning kepada siswa, membagikan lembar kerja sesuai sintak model Discovery Learning kepada siswa, dan membentuk siswa menjadi 7

(6)

kelompok, dilanjutkan dengan tahap pertama model Discovery Learning yaitu pemberian stimulus oleh guru dengan membagikan teks bacaan kegiatan siti memasak bersama ibunya (Stimulation). Guru mememberikan stimulus dengan bertanya kepada siswa pernahkah kalian melakukan kegiatan yang serupa dengan siti dan ibu? Mengapa air didalam panci menjadi panas saat dimasak dan mengeluarkan gelembung?kemudian guru membimbing siswa untuk mengisi lembar kerja berdasarkan stimulus yang telah diberikan, kemudian pada tahap kedua (problem statement) siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan jawaban siswa secara mandiri berdasarkan peristiwa yang terjadi pada lingkungan sekitar.Pada tahap ketiga (data collection) guru menunjukkan gambar contoh kegiatan memasak berkaitan dengan perpindahan panas secara konveksi, tahap keempat (data processing) siswa diminta untuk menuliskan hasil diskusi dengan menganalisis gambar yang telah ditunjukkan oleh guru, tahap kelima (verification) siswa diajak melakukan percobaan memasukkan es batu kedalam gelas berisi air panas untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa, pada tahap keenam (generalization) guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi. Pembelajaran dilanjutkan dengan membagiakn teks bacaan perpindahan panas atau kalor secara konveksi, siswa diminta untuk membuat peta konsep berdasarkan teks bacaan tersebut. Pembelajaran terakhir guru menunjukkan gambar seorang penari kemudian siswa diminta untuk menyebutkan contoh-contoh dari daerah yang diketahui kemudian guru mengaitkan jawaban siswa dengan pengertian pola lantai dalam tari, guru membagikan teks bacaan macam-macam pola lantai dalam gerak tari kemudian siswa diminta untuk menyebutkan macam-macam pola lantai dalam gerak tari sesuai pada bacaan. Sebelum menutup pelajaran guru dan siswa menarik kesimpulan bersama tentang materi yang telah dipelajari.

Kegiatan penutup diakhiri dengan siswa dibimbing guru membuat kesimpulan materi hasil belajardan guru memberikan tindak lanjut bagi siswa dengan nilai yang masih rendah. Guru menutup pelajaran pada hari tersebut.

(7)

Kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa bersama, menanyakan kabar siswa dan presensi siswa. Guru membuka pelajaran dengan menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan, kemudian guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar siswa yang sedang berkemah didepan api unggun dan bertanya kepada siswa kenapa saat kita didekat api unggun tubuh kita merasa hangat.Setelah siswa menjawab apersepsi, siswa dan guru melakukan tanya jawab sederhana, kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan inti, pembelajaran dalam pertemuan 2 masih menekankan pada model Discovery Learning menggunakan gambar-gambar dan media pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Tahap pertama pada kegiatan inti diawali dengan menjelaskan langkah-langkah model Discovery Learning kepada siswa, membagikan lembar kerja sesuai sintak model Discovery Learning kepada siswa, dan membentuk siswa menjadi 7 kelompok, dilanjutkan dengan tahap pertama model Discovery Learning yaitu pemberian stimulus oleh guru dengan membacakan teks percakapan Siti dan Lani saat berkemah, guru memberikan stimulus dengan bertanya kepada siswa pernahkah kalian berada didekat api unggun?apa yang kalian rasakan saat didekat api unggun?seberapa dekat kalian dengan api unggun? Apakah jarak kita dengan api unggun mempengaruhi rasa hangat yang akan terkena didalam tubuh kita? (stimulation). Guru membimbing siswa untuk mengisi lembar kerja berdasarkan stimulus yang telah diberikan, kemudian pada tahap kedua (problem statement) siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan jawaban siswa secara mandiri berdasarkan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Pada tahap ketiga (da collection) guru membagikan teks bacaan tentang perpindahan kalor secara radiasi, tahap keempat (data processing) siwa diminta untuk menuliskan hasil diskusi dengan menganalisis teks bacaan yang telah dibagikan oleh guru, tahap kelima (verification) siswa diajak melakukan percobaan mendekatkan telapak tangan ke lilin yang menyala dengan jarak yang berbeda untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa,guru menjelaskan sedikit

(8)

pengetahuan tentang perpindahan panas atau kalor secara radiasi. Pada tahap keenam (generalization) guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi. Pembelajaran dilanjutkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hal-hal penting pada bacaan yang telah dibagikan oleh guru. Guru kemudian menunjukkan gambar gerak tari kupu-kupu sebagai contoh tari daerah Jawa Tengah, siswa diminta untuk menyebutkan contoh tari daerah Jawa Tengah. Guru meminta siswa untuk menirukan gerakan pada gambar gerak tari kupu-kupu. Sebelum menutup pelajaran guru dan siswa menarik kesimpulan bersama tentang materi yang telah dipelajari.

Kegiatan penutup, diakhiri dengan siswa dibimbing guru untuk membuat kesimpulan pembelajaran pada hari tersebut.

c. Pertemuan III (11 Maret 2018)

Kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, mengkondisikan kelas agar siap belajar, berdoa bersama, dan presensi siswa. Guru membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi kepada siswa dengan melakukan tanya jawab untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari di pertemuan sebelumnya.

Kegiatan inti dalam pertemua 3 adalah evaluasi dari pembelajaran 2 dan 5, guru mengulang sedikit materi yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami, saat kegiatan tanya jawab sudah selesai, guru membagikan soal evaluasi siklus 1 kepada siswa kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kegiatan penutup, diakhiri dengan tanya jawab tentang kesulitan siswa dalam mengerjakan soal kemudian siswa diminta untuk mempelajari materi berikutnya dirumah.

Pada setiap kegiatan pembelajaran siswa di amati melalui lembar observasi dan rubrik penilaian yang telah disiapkan sesuai dengan RPP dan langkah pembelajaran model Discovery Learning. Hasil observasi dan rubrik penilaian kegiatan siswa yang telah didapat adalah sebagai berikut:

(9)

1. Saat guru memberikan stimulus siswa mampu memberikan variasi jawaban berdasarkan stimulus yang diberikan oleh guru.

2. Pada tahap prbolem statement siswa mampu mengidentifikasi lebih dari satu jawaban yang sesuai dengan stimulus yang telah diberikan oleh guru. 3. Saat penyusunan hipotesis siswa dapat menyusun hipotesis sesuai dengan

permasalahan yang telah diberikan oleh guru

4. Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan data siswa dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat.

5. Pada tahap data collection terdapat beberapa siswa yang belum mampu menganalisis informasi untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat.

6. Pada tahap data processing beberapa siswa belum mampu menafsirkan data dan informasi yang telah diperoleh menjadi sebuah data.

7. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan pada saat membuat alternatif jawaban berdasarkan data yang diperoleh.

8. Pada tahap verification siswa mampu melakukan percobaan dengan baik. 9. Pada tahap generalization beberapa siswa masih mengalami kesusahan

dalam menghubungkan data dan hasil percobaan yang mereka lakukan untuk menjawab hipotesis.

10. Siswa dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil penemuan mereka terhadap hipotesis yang mereka buat.

Rekapitulasi lembar observasi guru pada Siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut :

a. Pertemuan I

Dari lembar observasi aktivitas pengajar menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa pengajar melaksanakan pembelajaran sesuai rencana dalam lembar observasi dengan cukup baik. Hasil observasi aktivitas pengajar pada siklus I pertemuan I yaitu jumlah jawaban “YA” sebanyak 9 item. b. Pertemuan II

(10)

Dari lembar observasi aktivitas pengajar dalam menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rencana dalam lembar observasi dengan baik. Hasil observasi aktivitas pengajar pada siklus I pertemuan II yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 10 item.

Selain aktivitas guru yang diamati, kegiatan siswa selama pembelajaran juga diamati. Observasi terhadap siswa dilakukan pada pertemuan I dan II. Hasil observasi kegiatan siswa yaitu sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran tema 6 subtema 2 pembelajaran 2 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, pada saat tahap menganalisis informasi, mengolah data informasi, membuat alternatif jawaban, serta menghubungkan hasil percobaan berdasarkan data yang telah diperoleh. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 6 item dan jawaban “Tidak” sebanyak 4 item.

b. Pertemuan II

Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran tema 6 subtema 2 pembelajaran 2 de model diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, pada saat tahap mengolah data dan informasi, membuat alternatif jawaban, serta menghubungkan hasil percobaan berdasarkan data yang telah diperoleh, bebrapa siswa masih kebingungan untuk mengeluarkan ide dan pendapatnya. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 7 item dan jawaban “Tidak” sebanyak 3 item. 4.2.3 Hasil Tindakan

Hasil tindakan dapat dilihat berdasakan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui rubrik penilaian berdasarkan lembar kerja siswa dan hasil belajar siswa berdasarkan soal evaluasi siklus, hasil observasi kegiatan pembelajaran oleh siswa

(11)

untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Discovery Learning. Tema 6 Subtema 2 pembelajaran 2 dan 5. Hasil penilaiannya adalah sebagai berikut: 4.2.3.1 Hasil Tindakan Siklus I

Hasil kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari rubrik penilaian berdasarkan lembar kerja siswa, kemampuan berpikir kreatif siswa pada Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 2 dan 5 siklus I mencapai nilai rata-rata 29,20 dengan presentase 73% dari 7 kelompok siswa. Sedangkan hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian soal evaluasi pada pertemuan III secara tertulis dengan soal pilihan ganda. Terlihat bahwa daftar nilai hasil belajar siswa kelas 5 siklus I menunjukan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 65. Dari jumlah siswa sebanyak 39 siswa, terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 28 siswa memperoleh nilai  65. Kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas 5 pada Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 2 dan 5 siklus I sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Tabel 4.4

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 2

Pembelajaran 2 Siklus 1 Pertemuan 1

NO Nama Kelompok Skor (F) Presentase (%)

1. Kelompok 1 30 75% 2. Kelompok 2 19 47,5% 3. Kelompok 3 30 75% 4. Kelompok 4 29 72,5% 5. Kelompok 5 25 62,5% 6. Kelompok 6 29 72,5% 7. Kelompok 7 28 70% Skor Rata-rata 27,1 Presentase 67,8%

(12)

Berdasarkan tabel 4.4 rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa Pertemuan I pembelajaran tema 6 subtema 2 pembelajaran 2 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, pada saat tahap membuat alternatif jawaban, mengembangkan jawaban atau gagasan, penguasaan konsep dan menemukan jawaban berdasarkan hasil percobaan. Hasil rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa pertemuan I dengan skor tertinggi 30 dan skor terendah 19 .

b. Pertemuan II

Tabel 4.5

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 2

Pembelajaran 5 Siklus 1 Pertemuan 2

NO Nama Kelompok Skor Presentase (%)

1. Kelompok 1 31 77,5% 2. Kelompok 2 32 80% 3. Kelompok 3 29 72,5% 4. Kelompok 4 27 67,5% 5. Kelompok 5 28 70% 6. Kelompok 6 29 72,5% 7. Kelompok 7 26 65% Skor Rata-rata 28,8 Presentase 72%

Berdasarkan tabel 4.5 rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran tema 6 subtema 2 pembelajaran 5 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, yaitu pada tahap membuat alternatif jawaban, penguasaan konsep, dan mengembangkan jawaban . Hasil rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa pertemuan II

(13)

dengan skor tertinggi 32 dan skor terendah 26. Berikut adalah rekapitulasi kemampuan berpikir kreatif siswa siklus I berdasarkan pertemuan I dan II :

Tabel 4.6

Rekapitulasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 2

Pembelajaran 2 Siklus 1

Indikator Presentase

Fluence (menghasilkan banyak ide) 84,8% Flexibility (menghasilkan variasi ide) 58,9%

Originality (menghasilkan ide baru)

64,9% Elaboration(mengembangkan ide)

72,0%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan pada setiap indikator Originality menjadi 64,9% dan Elaboration 72,0% terutama pada indikator Fluence sebesar 84,8%. Berikut ini dijelaskan secara lebih lanjut total skor dan presentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.7

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Siklus I

NO Siklus I Jumlah Skor Presentase%

1. Pertemuan I 190 67,8%

2. Pertemuan II 202 72,1%

Jumlah 392 139

Presentase 73%

Rata-rata 29,2

Dari tabel diatas, menunjukkan adanya peningkatan dari 7 kelompok siswa, skor total pertemuan pertama 190 , rata-rata skor 27,1 dengan presentase 67,8%, skor total pertemuan II dari 7 kelompok adalah 202, rata-rata skor 28,8 dengan

(14)

presentase sebesar 72,1%. Total skor siklus I adalah 392, rata-rata skor 29,2 dengan presentase 73%. Presentase kelompok yang belum mencapai ketuntasan adalah 27%. Meskipun telah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif, namun, hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan, pembelajaran berhasil apaila mencapai rata-rata skor 32% dengan presentase ketuntsan 80%.

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada pertemuan III menunjukkan adanya peningkatan dari 39 siswa, presentase ketuntasan siswa sebesar 71,8% dari 28 siswa yang ada, tidak tuntas 28,20% dari 11 siswa dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Belajar Siswa Siklus I

NO Nilai Siklus I

Jumlah Siswa Presentase%

1. 80-84 9 23,0% 2. 75-79 5 12,8% 3. 70-74 12 30,8% 4. 65-69 2 5,1% 5. 60-64 3 7,7% 6. 55-59 4 10,3% 7. 50-54 4 10,3% Jumlah 39 100 Tuntas 71,8% Tidak Tuntas 28,2% Nilai Tertinggi 82,5 Nilai Terendah 50 Rata-rata 69,5

Dari tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa hasil belajar siklus I kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir, 9 siswa memperoleh nilai dalam rentang 80-84 dengan presentase 23,1 %, sebanyak 5 siswa memperoleh nilai dalam

(15)

rentang 75-79 dengan presentase 12,8% sebanyak 12 siswa memperoleh nilai dalam rentang 70-74 dengan presentase 30,8%, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 65-69 dengan presentase 5,1%, sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dalam rentang 60-64 dengan presentase 7,7%, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 55-59 dengan presentase 10,2%, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 50-54 dengan presentase 10,2%. Meskipun telah mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar. Namun, hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.

4.2.4 Refleksi Siklus I

a. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa mulai terlihat bahwa penggunaan model Discovery Learning yang dilakukan oleh pengajar sudah sesuai sintak model dan terlaksana dengan baik. Namun dalam proses membuat alternatif jawaban, mengembangkan jawaban atau gagasan, penguasaan konsep, dan menemukan jawaban berdasarkan hasil percobaan, beberapa siswa masih belum menguasai sehingga kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa masih ada yang rendah (kurang dari KKM). Hal ini dapat terlihat dari jawaban siswa yang belum menggunakan langkah yang sistematis sehingga hasil jawaban mereka masih salah.

b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa

Evaluasi kemampuan berpikir kreatif diperoleh dari lembar kerja siswa menggunakan rubrik penilaian, Kemampuan berpikir kreatif sudah mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari beberapa kelompok yang mengalami peningkatan skor meskipun masih ada beberapa kelompok yang belum mengalami peningkatan, awalnya nilai rata-rata prasiklus 13,3 dengan presentase 33,2%, pada siklus I rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai 29,2 dengan presentase 73%.

Evaluasi hasil belajar diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran siklus I yang dilakukan pada pertemuan III telah menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami peningkatan nilai walaupun masih terdapat juga siswa yang belum

(16)

tuntas. Nilai rata-rata kelaspun meningkat dari yang semula rata-rata prasiklus sebesar 60 meningkat menjadi 69,5 pada siklus I presentase ketuntasan dari pra siklus yang hanya 30% menjadi 71,8%.

4.2.5 Tindak Lanjut Siklus I

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, observasi serta refleksi diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery learning oleh pengajar sudah sesuai sintak model yang digunakan. Namun, pada kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa kekurangan. Meskipunn sudah terjadi peningkatan pada hasil belajar dan presentase ketuntasan mengalami kenaikan, tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai indikator kerja yang ditetapka yaitu 80%. Kekurangan lain adalah masih adanya beberapa siswa yang kesusahan dalam membuat alternatif jawaban, mengembangkan jawaban atau gagasan, penguasaan konsep dan menemukan jawaban berdasarkan hasil percobaan. Beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Kekurangan siklus I yang harus diperbaiki yaitu selama proses pemberian materi guru harus menunjukkan materi secara menyeluruh kepada siswa, misalnya saat pemberian contoh melalui gambar guru seharusnya berkeliling dan menunjukkan kepada siswa, memantau siswa pada saat proses percobaan dan membimbing siswa dalam memecahkan masalah dan menarik kesimpulan.

4.3 Deskripsi Siklus II

Setelah melakukan analisis, evaluasi dan refleksi hingga diperoleh data dari hasil pembelajaran siklus I mengenai penerapan pembelajaran dengan model Discovery Learning menggunakan media pembelajaran, maka dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan perencanaan penelitian pada siklus II. 4.3.1 Perencanaan Tindakan Siklus II

Tahap perencanaan siklus II hampir sama dengan siklus I yaitu diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tema 6 Subtema 3 pembelajaran mencakup Kompetensi Dasar 3.3. Meringkas teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik, 4.3. Menyajikan ringkasan teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau elektronik dengan menggunakan

(17)

kosakata baku dan kalimat efektif secara lisan, tulis, dan visual. IPA Kompetensi Dasar 3.6. Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, 4.6. Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor. SBdP Kompetensi Dasar 3.3. Memahami pola lantai dalam gerak tari kreasi daerah, 4.3. Mempraktikan pola lantai pada gerak tari kreasi daerah. Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit setiap pertemuan I dan pertemuan II, 2x35 menit untuk evaluasi pertemuan III. Sebelum melaksanakan pembelajaran, selain menyiapkan RPP sesuai dengan langkah-langkah model Discovery Learning menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang akan diajarkan. Pengajar juga harus menyiapakan media pendukung yang akan digunakan, Selain itu, disiapkan juga materi dan lembar kerja yang akan digunakan untuk pembelajaran. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif siswa disiapkan rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa untuk mengetahui apakah model yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Selain itu, juga harus disiapkan lembar observasi pada setiap pertemuan yaitu lembar obsevasi pelaksanaan pembelajaran oleh pengajar dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran oleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk setiap pertemuan I dan II, 2x35 untuk evaluasi pertemuan III. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2018, Selasa, 20 Maret 2018, dan evaluasi Rabu 21 Maret 2018. Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya dengan model Discovery Learning.

a. Pertemuan 1 ( 19 Maret 2018)

Kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa bersama, menanyakan kabar siswa dan presensi siswa. Guru membuka pelajaran dengan mengingatkan pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan

(18)

disampaikan, guru menggunakan bantuan media power point untuk mempermudah penyampaian materi. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan teks percakapan Lani dan Dayu yang membahas fungsi termos dan bertanya kepada siswa mengapa termos dapat menjaga suhu air panas didalamnya meskipun sudah berjam-jam. Setelah siswa menjawab apersepsi guru, siswa dan guru melakukan tanya jawab sederhana dan kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan inti, pembelajaran dalam pertemuan I menekankan pada penyampaian materi dengan model Discovery Learning menggunakan power point, Penguasaan kelas dan pembimbingan siswa saat menggunakan media pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Tahap pertama pada kegiatan inti diawali dengan menjelaskan langkah-langkah model Discovery Learning kepada siswa, membagikan lembar kerja sesuai sintak model Discovery Learning kepada siswa, dan membentuk siswa menjadi 7 kelompok, dilanjutkan dengan tahap pertama model Discovery Learning yaitu pemberian stimulus oleh guru dengan menuangkan air panas dari dalam termos kedalam sebuah gelas, kemudian guru menutup gelas yang berisi air panas menggunakan tutup gelas. Siswa diminta untuk menebak dan menuliskan hasil dugaannya apakah air didalam gelas akan tetap panas dengan ditutup menggunakan gelas. Setelah 5 menit air yang ada didalam gelas berubah menjadi hangat dan ditutup gelas terdapat titik-titik emun dari air panas (Stimulation). Guru mememberikan stimulus kepada siswa dengan bertanya pernahkah kalian menuangkan air panas kedalam termos? Mengapa air yang dituang kedalam gelas berubah menjadi hangat meskipun sama-sama ditutup seperti termos?kemudian guru membimbing siswa untuk mengisi lembar kerja berdasarkan stimulus yang telah diberikan, kemudian pada tahap kedua (problem statement) siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan jawaban siswa secara mandiri berdasarkan peristiwa yang terjadi pada lingkungan sekitar.Pada tahap ketiga (data collection) guru menunjukkan video dan gambar termos dan bagian-bagiannya melalui power point, tahap keempat (data processing) siswa diminta untuk menuliskan hasil pengamatannya berdasan video dan gambar yang telah ditunjukkan oleh guru,

(19)

tahap kelima (verification) guru menunjukkan dan membagikan teks bacaan tentang termos terkait dengan fungsi dan kinerja termos untuk membuktikan benar atau tidak hipotesis dan jawaban yang telah dibuat siswa, pada tahap keenam (generalization) guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi, guru menjelaskan sedikit tentang fungsi dan cara kerja termos. Pembelajaran dilanjutkan dengan menunjukkan dan membagikan teks bacaan penggunaan benda konduktor dan isolator, siswa diminta untuk menuliskan informasi pentingpada bacaan tersebut. Pembelajaran terakhir guru menunjukkan gambar seorang penari, kemudian siswa diminta untuk membuat gambar cerita tentang seorang penari. Guru menunjukkan beberapa contoh gambar cerita dan mengajak siswa untuk mencermati kesan dan makna dari gambar cerita yang ditunjukkan oleh guru.

Kegiatan penutup diakhiri dengan siswa dibimbing guru membuat kesimpulan materi hasil belajar dan guru memberikan tindak lanjut bagi siswa yang belum memahami materi. Guru menutup pelajaran pada hari tersebut.

d. Pertemuan II (20 Maret 2018)

Kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa bersama, menanyakan kabar siswa dan presensi siswa. Guru membuka pelajaran dengan menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan, kemudian guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan gambar Beni dan ibu yang sedang memanggang kue dan bertanya kepada siswa mengapa adonan kue yang dimasukkan kedalam oven isa matang. Setelah siswa menjawab apersepsi, siswa dan guru melakukan tanya jawab sederhana, kemudian guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan inti, pembelajaran dalam pertemuan 2 masih menekankan penyampaian materi dengan model Discovery Learning menggunakan power point, Penguasaan kelas dan pembimbingan siswa saat menggunakan media pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Tahap pertama pada kegiatan inti diawali dengan menjelaskan langkah-langkah model Discovery

(20)

Learning kepada siswa, membagikan lembar kerja sesuai sintak model Discovery Learning kepada siswa, dan membentuk siswa menjadi 7 kelompok, dilanjutkan dengan tahap pertama model Discovery Learning yaitu pemberian stimulus oleh guru dengan menunjukkan teks bacaan kegiatan Ibu dan Beni yang sedang memanggang kue, guru memberikan stimulus dengan bertanya kepada siswa Pernahkah kalian memanggang kue menggunakan oven? Mengapa oven membuat adonan kue menjadi matang?Mengapa tangan kita tidak sakit saat memegang oven menggunakan pegangan tangan? Sebenarnya apakah bahan yang digunakan untuk membuat oven dan bagaimana cara kerjanya? (stimulation). Guru membimbing siswa untuk mengisi lembar kerja berdasarkan stimulus yang telah diberikan, kemudian pada tahap kedua (problem statement) siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan jawaban siswa secara mandiri berdasarkan peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Pada tahap ketiga (da collection) guru menampilkan video contoh benda yang menggunakan bahan konduktor dan isolator, tahap keempat (data processing) siwa diminta untuk menuliskan hasil diskusi dengan menganalisis video yang ditunjukkan oleh guru, tahap kelima (verification) siswa mengamati percobaan yang dilakukan oleh guru, memasak air menggunakan teko listrik, karena teko listrik memiliki cara kerja yang hampir sama dengan oven, siswa memperhatikan bahan yang digunakan untuk memuat teko listrik untuk dan mengetahui prinsip apakah yang diguanakan teko listrik,untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa,guru menjelaskan sedikit pengetahuan tentang prinsip perpindahan konduktor dan isolator (generalization) guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Perwakilan siswa diminta untuk menyampaikan hasil diskusi. Pembelajaran dilanjutkan dengan menunjukkan dan membagikan teks bacaan Bahan Konduktor dan Kalor Disekitar kita dan meminta siswa untuk menuliskan informasi penting yang didapat. Guru menampilkan contoh-contoh gamar cerita, siswa diminta untuk menganalisis bahan dan teknik yang digunakan dalam membuat gambar tersebut.Sebelum menutup pelajaran guru dan siswa menarik kesimpulan bersama tentang materi yang telah dipelajari

(21)

Kegiatan penutup, diakhiri dengan siswa dibimbing guru untuk membuat kesimpulan pembelajaran pada hari tersebut. Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama.

Pada setiap kegiatan pembelajaran siswa di amati melalui lembar observasi dan rubrik penilaian yang telah disiapkan sesuai dengan RPP dan langkah pembelajaran model Discovery Learning. Hasil observasi dan rubrik penilaian kegiatan siswa yang telah didapat adalah sebagai berikut:

1. Saat guru memberikan stimulus siswa mampu memberikan variasi jawaban berdasarkan stimulus yang diberikan oleh guru.

2. Pada tahap prbolem statement siswa mampu mengidentifikasi lebih dari satu jawaban yang sesuai dengan stimulus yang telah diberikan oleh guru. 3. Saat penyusunan hipotesis siswa dapat menyusun hipotesis sesuai dengan

permasalahan yang telah diberikan oleh guru

4. Saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan data siswa dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat.

5. Pada tahap data collection siswa mampu menganalisis informasi untuk membuktikan hipotesis yang telah mereka buat.

6. Pada tahap data processing siswa mampu menafsirkan data dan informasi yang telah diperoleh menjadi sebuah data.

7. Siswa cukup baik dalam membuat alternatif jawaban berdasarkan data yang diperoleh.

8. Pada tahap verification siswa mampu melakukan percobaan dengan baik. 9. Pada tahap generalization beberapa siswa masih mengalami kesulitan

dalam menghubungkan data dan hasil percobaan yang mereka lakukan untuk menjawab hipotesis.

10. Siswa dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil penemuan mereka terhadap hipotesis yang mereka buat.

Rekapitulasi lembar observasi guru pada Siklus II pertemuan I dan II sebagai berikut :

(22)

Dari lembar observasi aktivitas pengajar dalam menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rencana dalam lembar observasi dengan baik. Hasil observasi aktivitas pengajar siklus II pertemuan I yaitu jumlah jawaban “YA” sebanyak 10 item. d. Pertemuan II

Berdasarkan lembar observasi aktivitas pengajar dalam menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa pengajar telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai rencana yang ada dalam lembar observasi dengan sangat baik. Hasil observasi aktivitas pengajar pada siklus I pertemuan II yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 10 item.

Selain aktivitas guru yang diamati, kegiatan siswa selama pembelajaran juga diamati. Observasi terhadap siswa dilakukan pada pertemuan I dan II. Hasil observasi kegiatan siswa yaitu sebagai berikut:

c. Pertemuan I

Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran tema 6 subtema 3 pembelajaran 2 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, pada saat siswa menghubungkan hasil percobaan berdasarkan data yang telah diperoleh. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 9 item dan jawaban “Tidak” sebanyak 10 item.

d. Pertemuan II

Berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran tema 6 subtema 3 pembelajaran 5 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan dengan baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan II yaitu jumlah jawaban “Ya” sebanyak 10 item dan jawaban “Tidak” sebanyak 0 item.

4.3.3 Hasil Tindakan

Hasil tindakan dapat dilihat berdasakan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui rubrik penilaian dari lembar kerja siswa dan hasil belajar siswa dari soal evaluasi siklus, hasil observasi kegiatan pembelajaran oleh siswa untuk

(23)

mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Discovery Learning. Tema 6 Subtema 3 pembelajaran 2 dan 5. Hasil penilaiannya adalah sebagai berikut: 4.3.3.1 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh dari rubrik penilaian berdasarkan lembar kerja siswa, kemampuan berpikir kreatif siswa pada Tema 6 Subtema 3 Pembelajaran 2 dan 5 siklus II mencapai nilai rata-rata 32,5 dengan presentase 81,5% dari 7 kelompok siswa. Sedangkan hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian soal evaluasi pada pertemuan III secara tertulis dengan soal pilihan ganda. Terlihat bahwa daftar nilai hasil belajar siswa kelas 5 siklus II menunjukan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 65. Dari jumlah siswa sebanyak 39 siswa, terdapat 6 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 33 siswa memperoleh nilai  65. Kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas 5 pada Tema 6 Subtema 3 Pembelajaran 2 dan 5 siklus I sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Tabel 4.9

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 3

Pembelajaran 2 Siklus 2 Pertemuan 1

NO Nama Kelompok Skor Presentase (%)

1. Kelompok 1 34 85% 2. Kelompok 2 31 77,5% 3. Kelompok 3 33 82,5% 4. Kelompok 4 28 70% 5. Kelompok 5 28 70% 6. Kelompok 6 30 75% 7. Kelompok 7 27 67,5% Skor Rata-rata 30,14 Presentase 75,3%

(24)

Dari tabel 4.9 rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa Pertemuan I tema 6 subtema 3 pembelajaran 2 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa telah melaksanakan kegiatan pembelajaran namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, pada saat tahap membuat alternatif jawaban, dan menemukan jawaban berdasarkan hasil percobaan. Hasil rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa pertemuan I dengan skor tertinggi 34 dan skor terendah 27 .

c. Pertemuan II

Tabel 4.10

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 3

Pembelajaran 5 Siklus 2 Pertemuan 2

NO Nama Kelompok Skor Presentase (%)

1. Kelompok 1 37 92,5% 2. Kelompok 2 36 90% 3. Kelompok 3 35 87,5% 4. Kelompok 4 29 72,5% 5. Kelompok 5 30 75% 6. Kelompok 6 33 82,5% 7. Kelompok 7 30 75% Skor Rata-rata 32,8 Presentase 82,1%

Dari tabel 4.10 rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa pembelajaran tema 6 subtema 3 pembelajaran 5 menggunakan model Discovery Learning diperoleh hasil bahwa siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapan peneliti. Hasil rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif pertemuan II dengan skor tertinggi 37 dan skor terendah 29. Berikut adalah rekapitulasi kemampuan berpikir kreatif siswa siklus II pertemuan I dan II :

(25)

Tabel 4.11

Rekapitulasi Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Tema 6 Subtema 2

Pembelajaran 5 Siklus 2

Indikator Presentase siklus (%) Fluence (menghasilkan banyak ide) 87,5% Flexibility (menghasilkan variasi ide) 71,4%

Originality (menghasilkan ide baru)

66,7% Elaboration(mengembangkan ide)

85,7%

Dari tabel diatas menunjukkan adanya peningkatan pada setiap indikator Originality menjadi 66,7% dan Elaboration 85,7% terutama pada indikator Fluence sebesar 87,5%. Berikut ini penjelasan lebih lanjut total skor dan presentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif pada siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.12

Rekapitulasi Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Siklus I

NO Siklus I Jumlah Skor Presentase (%)

1. Pertemuan I 211 75,3%

2. Pertemuan II 230 82,14%

Jumlah 441 139

Presentase 81,2%

Rata-rata 32,5

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan adanya peningkatan dari 7 kelompok siswa, skor total pertemuan pertama dari 7 kelompok adalah 211 , rata-rata skor 30,1 dengan presentase 75,3%, skor total pertemuan II dari 7 kelompok adalah 230, rata-rata skor 32,8 dengan presentase sebesar 82,1%. Total skor siklus I adalah 441, rata-rata skor 32,5 dengan presentase 81,2%. Presentasi kelompok

(26)

yang belum mencapai ketuntasan adalah 18,5%. Meskipun telah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif, namun, hasil tersebut masih di bawah indikator keberhasilan, pembelajaran dikatakan berhasil apaila mencapai rata-rata skor 32% dengan presentase ketuntsan 80%. Presentase keberhasilan atau kemampuan berpikir kreatif dari 7 kelompok siswa yang dibentuk sudah mencapai 81,2%, meskipun masih terdapat beberapa kelompok yang mendapat skor rendah, namun hasil tersebut sudah mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata 32 dengan presentase keberhasilan sebesar 80%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena presentase ketuntasan sudah mencapai 81,2%. Hasil belajar siswa pada siklus II pada pertemuan III menunjukkan adanya peningkatan dari 39 siswa, presentase ketuntasan siswa sebesar 84,6% dari 33 siswa yang ada, tidak tuntas 15,4% dari 6 siswa dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13 : Hasil Belajar Siswa Siklus II

NO Nilai Siklus II

Jumlah Siswa Presentase%

1. 85-90 6 15,4% 2. 80-84 7 17,9% 3. 75-79 7 17,9% 4. 70-74 8 20,6% 5. 65-69 5 12,8% 6. 60-64 4 10,3% 7. 55-59 2 5,1% Jumlah 39 100 Tuntas 84,6% Tidak Tuntas 15,4% Nilai Tertinggi 87,5 Nilai Terendah 55 Rata-rata 74,2

(27)

Tabel 4.12 menunjukan bahwa hasil belajar siklus II kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Kecamatan Tingkir, 6 siswa memperoleh nilai dalam rentang 85-90 dengan presentase 15 %, sebanyak 7 siswa memperoleh nilai dalam rentang 80-84 dengan presentase 17,5% sebanyak 7 siswa memperoleh nilai dalam rentang 75-79 dengan presentase 17,5%, sebanyak 8 siswa memperoleh nilai dalam rentang 70-74 dengan presentase 20%, sebanyak 5 siswa memperoleh nilai dalam rentang 65-69 dengan presentase 12,5%, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 60-64 dengan presentase 10%, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 55-59 dengan presentase 5%. Presentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 84,6%, meskipun masih terdapat 6 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 15,4%, namun hasil tersebut sudah mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar 80% siswa mengalami ketuntasan ≥65 dengan KKM 65.

4.3.4 Refleksi Siklus II

a. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning Dari hasil pembelajaran siklus II kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa mulai terlihat bahwa penggunaan model Discovery Learning yang dilakukan oleh pengajar sesuai sintak dan terlaksana dengan baik. Meskipun ada beberapa siswa yang harus dijelaskan ulang untuk memahami konsep dan materi pembelajaran, dan masih ada 6 siswa yang tidak tuntas (kurang dari KKM). b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa

Evaluasi kemampuan berpikir kreatif diperoleh dari lembar kerja siswa menggunakan rubrik penilaian, Kemampuan berpikir kreatif sudah mengalami banyak peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari beberapa kelompok yang mengalami peningkatan skor meskipun masih ada beberapa kelompok yang mengalami sedikit peningkatan, awalnya nilai rata-rata prasiklus 13,3 dengan presentase 33,2%, pada siklus I rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai 29,2 dengan presentase 73% dan akhirnya pada siklus II kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami banyak peningkatan, rata-kemampuan berpikir kreatif menjadi 32,5 dengan rata-rata 81,2%.

(28)

Evaluasi hasil belajar diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran siklus II yang dilakukan pada pertemuan III telah menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami peningkatan nilai walaupun masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas. Nilai rata-rata kelaspun meningkat dari yang semula rata-rata-rata-rata prasiklus sebesar 60 meningkat menjadi 69,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 74,2. pada siklus I presentase ketuntasan dari pra siklus yang hanya 30% menjadi 71,8% dan mengalami peningkatan menjadi 84,6%.

4.3.5 Tindak Lanjut Siklus II

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, observasi serta refleksi diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery learning pada siklus II oleh pengajar sudah sesuai sintak model yang digunakan. Dimana pembelajaran yang berlangsung mengalami peningkatan dari baik menjadi lebih baik. Namun, pada kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa kekurangan pada siswa, meskipun guru harus membimbing dan mengulang kembali materi yang sulit untuk siswa pahami, namun pada siklus II telah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa.

Pengajar telah melakukan perbaikan dari siklus I dalam pelaksanaan siklus II, akhirnya hasil belajar siswa mencapai target yang ditentukan yaitu presentase kemampuan berpikir kreatif mencapai 80% dengan rata-rata 32 dan hasil Belajar 80% dari KKM 65. Presentase yang dicapai pada siklus II untuk kemampuan berpikir kreatif mencapai 81,5%, rata-rata 32,5 sedangkan hasil belajar mencapai ketuntasan 84,6 dengan rata-rata 84,6 dari KKM 65 (34 siswa tuntas dan 5 siswa belum tuntas), oleh sebab itu penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena prsentase ketuntasan berpikir kreatif dan hasil belajar lebih dari 80%. Karena target indikator kerja telah tercapai pada tahap siklus II, maka penelitian ini hanya dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan Siklus II.

4.4. Hasil Analisis Data

Hasil analisis data kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan (prasiklus), siklus I dan siklus II serta perbandingan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar dalam tabel 4.19 dibawah ini:

(29)

Tabel 4.14

Data Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Indikator Rata-rata Skor

Pra Siklus Siklus I Siklus II Fluence (menghasilkan banyak

ide)

41.1% 84,4% 87,5%

Flexibility (menghasilkan variasi ide)

33,9% 58,9% 71,4%

Originality (menghasilkan ide baru)

29,8% 64,9% 66,7%

Elaboration(mengembangkan ide)

29,8% 72,0% 85,7%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kreatif siswa dari 7 kelompok mengalami peningkatan terutama pada aspek Fluence dan aspek Elaboration, pada prasiklus skor untuk indikator Fluence sebesar 23 sehingga hanya mencapai presentase 41,1%, untuk indikator Flexibility skor 35 presentase 33,9%, indikator Originality 26 presentasenya 29,8%, dan skor indikator Elaboration dengan presentase 29,8%. Pada siklus I skor dan rata-rata indikator berpikir kreatif mengalami peningkatan. Skor indikator Fluency 95 rata-rata 3,4, skor indikator Flexibility 66 rata-rata-rata-rata 2,3, skor indikator Originality 106, rata-rata 2,5 dan untuk skor indikator Elaboration 124 dengan rata-rata 2,9. Total skor dan rata-rata kemampuan berpikir kreatif dari 4 indikator yang telah ditetapkan pada siklus I adalah 29,2. Pada siklus II skor dan rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif mengalami kenaikan yang cukup tinggi, skor indikator Fluency meningkat menjadi 99, rata-rata 3,5, skor indikator Flexibility 81, rata-rata 2,89, skor indikator Originality 118, rata-rata 2,80, dan untuk skor indikator Elaboration 161 dengan rata-rata 3,83. Hal ini membuktikan penerapan model Discovery Learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa khususnya pada aspek Fluence dan Elaboration. Rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif pada siklus II adalah 32,5. Berikut dijelaskan total skor dan presentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa pada tahap pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut:

(30)

Tabel 4.15

Presentase Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Indikator Berpikir Kreatif Hasil Belajar

Prasiklus Siklus I

Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II Jumlah Siswa 39 39 39 39 39 39 Jumlah Skor 93 392 441 2.340 2.750 2.902,5 Rata-rata Skor 13,3 29,20 32,5 60 69,5 74,4 Skor Tertinggi 18 62 71 72,5 82,5 87,5 Skor Terendah 10 45 56 45 50 55 Presentase Siswa Tuntas 33,2% 73% 81,5% 38,5 % 71,8% 84,6% Presentase Siswa Belum Tuntas 66,8% 25% 18,5% 61,5 % 28,2% 15,4%

Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kreatif siswa pra siklus hanya mencapai rata-rata 13,3 dengan presentase ketuntasan 33,2%. Pada siklus I kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan 39.8% .Sedangkan pada siklus II kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan 8,12%. Untuk hasil belajar dari 39 siswa terdapat 15 siswa yang tuntas dan 24 siswa tidak tuntas. Nilai siswa tertinggi yaitu 72,5 dan terendah 45. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan 33%, pada siklus II hasil belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 12,8%. Berikut disajikan hasil peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar prasiklus, siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:

(31)

Grafik 4.3

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Grafik 4.4

Peningkatan Hasil Siswa Berdasarkan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

1.4. Pembahasan

Pembelajaran Discovery Learning yang dilakukan sesuai dengan sintak. Akan meningkstkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar. Wahyudi & Siswanti, (2015: 27) Discovery Learning merupakan proses pembelajaran dimana siswa tidak disajikan pelajaran dalam bentuk finalnya. Menurut Hanifah., & Wasitohadi, 2017: 95) Discovery Learning merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri. Dari hasil analisis data, ternyata model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Kemampuan berpikir kreatif siswa awalnya hanya mencapai 33,2%, rata-rata 13,3 dari 7 kelompok, kemudian mengalami peningkatan 39,8% pada siklus I menjadi 73%, rata-rata 29,2. Siklus II mengalami peningkatan 8,2% menjadi 81,2%, dengan rata-rata 32,2 melebihi indikator

33,20%

73% 81,50%

0,00% 50,00% 100,00%

Prasiklus Siklus I Siklus II

Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kreatif

Prasiklus Siklus I Siklus II 38,50% 71,80% 84,60% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%

Prasiklus Siklus I Siklus II

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

(32)

keberhasilan yang ingin dicapai yaitu rata-rata 32, dengan presentase 80%. Hasil belajar siswa awalnya hanya mencapai rata-rata 60,presentase 38,5%. Siklus I mengalami peningkatan rata-rata menjadi 69,5 kenaikan prsentase sebesar 33% menjadi 71,8%. Siklus II rata-rata 74,4, kenaikan presentase 12,8% menjadi 84,6%. Hasil belajar yang diperoleh melebihi indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil belajar siswa meningkat apabila 80% siswa mengalami ketuntasan ≥65 dengan KKM 65

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat sisimpulkan bahwa Discovery Learning merupakan pelajaran yang disajikan dengan tidak utuh untuk meningkatkan kemampuan penemuan pada siswa, hal itu akan membuat siswa merasa tertantang dan tertarik mengidentifikasi permasalah dengan suatu percobaan. Peneliti lain yang membutikan meningkatnya kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Discovery Learning adalah Hendra Erik .R (2014) berjudul “Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik Bermuatan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 71,55. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil penelitian Abdul Mumin S dan Elis Sri .R (2017) berjudul “Penggunaan Model Discovery Learning untuk Meningktakan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Tema 1 Benda-benda di Lingkungan Sekitar Subtema 1 Wujud Benda dan Cirinya di Kelas V SDN Rancasawo 1” . Siklus I hasil belajar siswa mencapai presentase ketuntasan sebesar 54,6, sedangkan pada siklus II mencapai presentase ketuntasan sebesar 80,9%, dan siklus III mencapai presentase ketuntasan 91,8%.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa model Discovery Learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Dari dua penelitian tersebut memiliki beberapa kekurangan dan diperbaiki pada penelitian ini, maka penelitian ini memiliki keunggulan, yaitu 1) Menekankan dua aspek sekaligus yaitu berpikir kreatif dan hasil belajar, 2) Menggunakan permasalahan yang ada disekitar kehidupan siswa, sehingga penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar pada Tema 6 Panas dan Perpindahannya Subtema 2 dan 3.

(33)

Gambar

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa skor kemampuan berpikir kreatif siswa  hanya mencapai rata-rata 13,3 dengan presentase ketuntasan 33,2%
Grafik 4.1  Presentase
Tabel 13 : Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel  4.12  menunjukan  bahwa  hasil  belajar  siklus  II  kelas  5  SDN  Sidorejo  Kidul  02  Kecamatan  Tingkir,  6  siswa  memperoleh  nilai  dalam  rentang  85-90  dengan presentase 15 %, sebanyak 7 siswa memperoleh nilai dalam rentang 80-84  dengan p

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok produk HS 8413 dipilih menjadi tema karena nilai perdagangan HS 8413 Prancis mencapai 5,1 milyar USD dan nilai impornya dari Indonesia baru sebesar 0,9 juta

Kegiatan rutin yang dikoordinir oleh mahasiswa antara lain pengajian anak-anak empat hari seminggu yang dikelola oleh para mahasiswa (PAPIKA) dan para Muadzin

Tujuan penelitian ini yakni mengetahui karakteristik industri terompet tradisional di kecamatan bulukerto, perkembangan usaha terompet serta strategi bertahan

bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a dan b serta dalam rangka menggerakkan semua elemen pendidikan untuk menciptakan semangat dan dasar pendidikan

- Mengenal Tuhan melalui mengenal nama nama Tuhan yang baik ( Asmaul Husna) - Menanamkan sikap santun kepada orang tua,pendidik dan/ atau pengasuh dan teman - Mengurutkan

Darihasil penelitian terhadap nilai organoleptik tekstur ikan patin jambal siam yang diawetkan dengan biji kluwak pada konsentrasi yang berbeda terjadi penurunan

Serangan Gowa yang kedua dilancarkan tiga bulan kemudian, dengan persiapan yang perang yang lebih baik dan dibantu oleh Kerajaan Luwu sebagai Kerajaan Islam yang pertama di

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mencari solusi persamaan transport neutron secara numerik memakai metoda Monte Carlo dengan memperhitungkan faktor