• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 - Test Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05

SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIZA FATMAWATI NIM. 111 13 169

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : -

Hal : Naskah Skripsi

Saudari Riza Fatmawati

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Riza Fatmawati NIM : 111 13 169

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 08 Mei 2017 Pembimbing

(4)
(5)

v

NIP. 19550320 198203 1001 KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII

SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017 Disusun oleh

RIZA FATMAWATI NIM: 111 13 169

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 05 Juni 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd ______________ Sekretaris Penguji : Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd ______________ Penguji I : Dr. Budiyono Saputra, M.Pd ______________ Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd ______________

Salatiga, Juni 2017 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

(6)

vi

NIP. 19670121 199903 1 002 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Riza Fatmawati

NIM : 111 13 169

Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 26 April 2017 Yangmenyatakan,

(7)

vii MOTTO

بِحُي ُالله َّنِإ .ِالله ىَلَع ْلَّكَىَتَف َتْمَزَع اَذِإَف .ِرْمَلأا ىِف ْمُهْرِواَشَو ْمُهَلْرِفْغَتْساَو ْمُهْنَع ُفْعاَف . ََِْْللِّلاَىَتُُْلا

”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membualatkan tekad, maka bertawakkalah pada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak Rifai Apin dan Ibu Titi Mulyani yang selalu memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar menjadi orang yang bermanfaat.

2. Mas Eko Purnomo suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk saya agar menyelesaikan studi tepat waktu.

3. Sahabat-sahabat terbaikku, Asri Nariswari H, Sayyidatut Tasliyah, Arifatul Fitriyah, Rastrid Dita, Luzarit F, Rifqi Munif dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semangatnya yang membuat saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita mencapai kesuksesan bersama. Amin.

4. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, mahasiswa PAI 2013.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swt.yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

sekaligus juga sebagai dosen pembimbing akademik.

(10)

x

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga, 26 April 2017

(11)

xi ABSTRAK

Fatmawati, Riza. 2017. Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Drs. H Wahyudhiana, M. MPd.

Kata Kunci: Metode Diskusi, Pembelajaran Agama Islam, Pembentukan Karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI pada pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Adapun rumusan masalahnya antara lain: 1) Bagaimana peran metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pembentukan karakter siswa?. 2) Karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi?. 3) Apa saja kendala dalampembentukan karakter siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi? Dan bagaimana solusinya?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang berlokasi di SMPN 05 Salatiga dengan subyek Kepala Sekolah, Waka Kurikurulum, guru PAI, serta siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara serta dokumentasi.Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Kegunaan Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Metode Diskusi ... 18

1. Pengertian Metode Diskusi ... 18

2. Macam-macam Diskusi ... 21

3. Tujuan Pembelajaran dengan Metode Diskusi ... 24

4. Kelebihan Metode Diskusi ... 25

5. Kelemahan Metode Diskusi ... 27

6. Strategi agar Metode Diskusi Efektif ... 27

B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 29

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 29

2. Landasan Pendidikan Agama Islam di Indonesia ... 31

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 33

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 34

5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah ... 35

6. Materi Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII ... 36

C.Pembentukan Karakter ... 38

1. Pengertian Pembentukan Karakter ... 38

2. Tujuan Pembentukan Karakter ... 39

3. Manfaat Pembentukan Karakter ... 40

4. Landasan Pendidikan Karakter ... 41

5. Butir-butir Pendidikan Karakter Bangsa ... 43

6. Metode Membangun Karakter ... 45

(14)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 49

B.Kehadiran Peneliti ... 50

C.Lokasi Penelitian ... 51

D.Data dan Sumber Data ... 51

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

F. Analisis Data ... 55

G.Pengecekan Keabsahan Data ... 56

H.Tahap-tahap Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum SMPN 05 Salatiga ... 59

1. Sejarah dan Proses Perkembangannya ... 59

2. Profil Sekolah ... 59

3. Visi dan Misi Sekolah ... 60

4. Jumlah Siswa ... 61

5. Kurikulum ... 61

6. Ekstrakurikuler ... 61

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 63

B.Temuan Penelitian ... 64

1. Profil Responden ... 64

(15)

xv C.Pembahasan dan Analisis Data

1. Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga ... 71 2. Karakter yang dapat Dikembangkan melalui

Pembelajaran PAI dengan Metode Diskusi ... 75 3. Kendala dalam Pembentukan Karakter Siswa pada

Mata Pelajaran PAI dengan Metode Diskusi ... 79 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 83 B.Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data Lampiran 2 : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 3 : Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 4 : Surat-surat Ijin Penelitian Lampiran 5 : Dokumentasi

Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 7 : SKK

(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan cikal bakal pemegang keberhasilan dunia di masa yang akan datang, anak-anak menjadi harapan majunya sebuah peradaban negara. Anak dipersiapkan sedemikian rupa untuk dapat memenuhi hal tersebut melalui pendidikan.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sadulloh, 2014: 5).

(19)

2

SMK Yapin yang terjadi pada hari Jum’at, 28 Oktober 2016 pukul

02:11WIB meregang satu nyawa pelajar tewas (Dikutip dari metro.sindonews.com pada tanggal 08 November 2016 pukul 14:52 WIB).

Pendidikan menjadi harapan utama bagi perbaikan kualitas manusia Indonesia. Ditinjau dari peran dasarnya, pendidikan merupakan jalur peningkatan kualitas manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, seperti keimanan, ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisplinan, dan sebagainya (Naim, 2012: 25).

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Damayanti, 2014: 9).

(20)

3

Pendidikan Agama Islam memegang peranan penting dalam membentengi peserta didik dari pengaruh-pengaruh negatif, yaitu dengan membimbing pelajar dalam menanamkan dan mengembangkan pendidikan karakter.

Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan, tetapi juga harus bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif dan nyaman. Selain itu, metode mengajar juga komponen yang sangat penting, metode mengajar menentukan sampai dimana siswa memahami dan mengerti pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Sehingga guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan dapat menggunakan metode pembelajaran tersebut dengan tepat sesuai dengan materi pelajaran dan kondisi siswa yang akan menerima materi.

Di dalam proses belajar mengajar, banyak dikenal metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, demonstrasi dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar termasuk menggunakan metode diskusi yang berfungsi untuk merangsang murid berpikir dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Karena metode menempati posisi terpenting dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, guru, tujuan, metode, materi, media dan evaluasi (Arief, 2002: 109).

(21)

4

orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

Di SMPN 05 Salatiga dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) guru sering menggunakan metode diskusi. Metode diskusi yang diterapkan pun sangat beragam, ada model diskusi kelas, diskusi kelompok, model debat dan lain-lain. Banyak siswa yang senang mengikuti pembelajaran PAI dengan metode diskusi, karena dengan diskusi siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk menemukan jawaban dari yang ditugaskan guru. Selain itu, pembelajaran PAI dengan metode diskusi berbeda dengan metode-metode lainnya. Siswa di SMPN 05 Salatiga saat diskusi menjadi lebih aktif, berani berpendapat, berani mengajukan pertanyaan, dan berani berbicara di depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

5

2. Karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi?

3. Apa saja kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi? Dan bagaimana solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pembentukan karakter siswa.

2. Untuk mengetahui karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi.

3. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi serta solusinya.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Secara teoritis

(23)

6 2. Secara praktis

a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berguna bagi para pendidik maupun orang yang mempunyai perhatian khusus dalam dunia pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk memudahkan penelitian selanjutnya tentang peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap persepsi dan agar lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 04 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Metode Diskusi

(24)

7

dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan bersama-sama. Jenis-jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium dan diskusi panel (Suyanti, 2010: 76).

Jadi metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk memecahkan suatu permasalahan dan membuat keputusan bersama-sama.

2. Pembelajaran PAI

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Zakiyah Darajdat (1998: 87) yang dikutip Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup” (Majid dan Andayani, 2004: 130).

Jadi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk memahami ajaran islam secara menyeluruh.

3. Pembentukan karakter

(25)

8

Karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, jujur, sederhana dan lain sebagainya (Adisusilo, 2013: 78).

Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat yang tertanam pada individu dan telah biasa dilakukan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian (Fathoni, 2011: 99). Jadi metode merupakan cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid (Kasiram, 2008: 36).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(26)

9

Penelitian yang akan dilakukan bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta, dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada (Muhimmatun, 2015: 33).

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau perubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2006: 5).

2. Kehadiran Peneliti

(27)

10

Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan diketahui secara terbuka oleh subyek penelitian (afidburhanudin.wordpress.com. Dikutip pada tanggal 02 November 2016 pukul 04:44 WIB).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek penelitian siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga yang berlokasi di Jalan Bima No. 10, Dukuh, Sidomukti Salatiga, Jawa Tengah 50722.

4. Sumber data

Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.

a. Data Primer

(28)

11

metode diskusi dalam pembelajaran PAI dalam pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga, serta pengamatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Suwartono (2014: 41) adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian.

Untuk mengetahui data-data di lapangan, maka digunakanlah beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

a. Wawancara

(29)

12

datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang memberikan wawancara disebut interview (Fathoni, 2005: 105).

Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dari sumber data, yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru PAI serta siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga.

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya mengamati.

(30)

13 c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara, tulisan) terhadap segala hal baik obyek atau segala sesuatu yang sedang terjadi. Pengumpulan data dengan dokumentasi lebih menitikberatkan pada situasi pembelajaran di kelas, gambaran umum SMPN 05 Salatiga, serta arsip pembelajaran PAI yang telah dilaksanakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan oleh guru PAI.

6. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model Miles dan Huberman. Dalam analisis data ini meliputi tiga aktivitas, yaitu:

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian data

(31)

14

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel dan naratif.

c. Penarikan kesimpulan

Setelah data disajikan, langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik triangulasi. Tehnik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan catatan lapangan hasil pengamatan dan naskah hasil wawancara.

(32)

15

penelitian dalam menggali data sejenis, misalnya wawancara, observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).

8. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah memilih lokasi penelitian, melakukan observasi terhadap hal yang ingin diteliti di lokasi penelitian, menyusun rancangan penelitian, menentukan informan untuk menambah informasi ypenelitian, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur menjadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek mudah menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan. c. Tahap analisis data

(33)

16

peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Merupakan kajian pustaka yang menyajikan kajian teoritik mengenai: peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI dan pembentukan karakter siswa.

BAB III : METODE PENELITIAN

(34)

17

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil pembahasan yang memuat tentang pembahasan dari data yang telah didapat yang meliputi peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI dan pembentukan karakter siswa.

BAB V : PENUTUP

(35)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi terdiri dari dua kata yaitu metode dan diskusi.

Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan (Muliawan, 2005: 144).

Metode menurut J.R David yang dikutip oleh Majid (2014: 21) adalah “a way in achievieng something” (cara untuk melakukan sesuatu).

Sedangkan dalam sumber lain, disebutkan bahwa:

“Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988: 740).

(36)

19

metode pembelajaran disebut sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Hamdani, 2011: 80).

Metode mengajar adalah kata yang digunakan untuk menandai serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya adalah belajar pada siswa (Wahab, 2009: 99).

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan di dalam pembelajaran, anatara lain: metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, drama, debat, laboratorium, pariwisata dan lain-lain. Akan tetapi, dalam penelitian ini yang akan diperdalam pembahasannya adalah metode diskusi.

Diskusi adalah percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematika yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) yang dikutip oleh Mulyasa (2010: 116) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.

Menurut JJ Hasibuan dan Dip, Ed dan Moejiono yang dikutip oleh Dr Armai Arief (2002: 146) bahwa “metode diskusi adalah suatu cara

(37)

20

pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif atas pemecahan suatu masalah”.

Suyanti (2010: 76) menyebutkan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan bersama-sama. Ada beberapa jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium dan diskusi panel.

Dalam pembelajaran dengan metode diskusi, guru dan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditujukan untuk membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi (Trianto, 2013: 123).

Jadi metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk memecahkan suatu permasalahan dan membuat keputusan bersama-sama.

(38)

21

Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih

mengetahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An-Nahl: 125) (Depag RI, 2011: 281)

2. Macam-macam Metode Diskusi

Terdapat beberapa macam metode diskusi yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), antara lain:

a. Diskusi kelas

Diskusi kelas adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Ada beberapa prosedur dalam diskusi ini, yaitu:

1) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi (siapa yang akan menjadi moderator dan penulis).

2) Sumber masalah (guru, siswa atau ahli tertentu dari luar), memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.

(39)

22

4) Moderator menyimpulkan hasil diskusi. b. Diskusi kelompok kecil

Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 siswa. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dengan kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan atau membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi panel

(40)

23

digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa diberi tugas untuk merumuskan hasil pembahasan diskusi (Suyanti, 2010: 77-78).

e. Syndicate Group

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu atau tugas-tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar permaslahan, menggambarkan aspek-aspeknya. Kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber informasi atau referensi yang dapat dijadikan rujukan oleh siswa.

f. Whole Group

Whole Group merupakan diskusi kelas dimana para peserta duduk membentuk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.

g. Buzz Group

(41)

24

pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

h. Brainstrorming

Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri dari 8-12 peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri di dalam upaya mengembangkan ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar (Usman, 2002: 41-43).

3. Tujuan Pembelajaran dengan Metode Diskusi

Secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berfikir dan ketrampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan siswa di dalam pelajaran. Menurut Tjokrodiharjo yang dikutip oleh Trianto (2013: 124) setidaknya ada tiga tujuan pembelajaraan dengan metode diskusi, yaitu:

a. Meningkatkan cara berfikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran.

b. Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa.

(42)

25

Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari suatu materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan obyektif dalam pemecahan suatu masalah (Usman, 2002: 36).

4. Kelebihan Metode Diskusi

Setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar memiliki kelebihan dan kelemahan, demikian halnya dengan metode diskusi.

Di antara kelebihan metode diskusi adalah:

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. b. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka

mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada kesimpulan. c. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide,

gagasan-gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.

d. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan dan membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.

(43)

26

f. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi, merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisplin dan menghargai pendapat orang lain (Usman, 2002: 37).

g. Diskusi membantu para siswa untuk merumuskan ide-ide mereka dan belajar mengkomunikasikannya dengan jelas.

h. Diskusi mendorong mahasiswa berfikir dengan menggunakan bahasa dan kebiasaan disiplin ilmu yang bersangkutan.

i. Diskusi mengajari siswa untuk menjadi pendengar yang tekun dan menghargai.

j. Diskusi mendidik siswa untuk belajar lebih dalam dan mengingat lebih lama dengan cara mengharuskan mereka menghubungkan apa yang mereka dengar dan apa yang mereka katakan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki (Elizabert, 2012: 151-152).

(44)

27 5. Kelemahan Metode Diskusi

Adapun kelemahan dari metode diskusi, antara lain adalah:

a. Pembicaraan sering dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa saja yang memiliki ketrampilan berbicara.

b. Pembahasan kadang-kadang meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur.

c. Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol, dimana hal itu mengakibatkan iklim pembelajaran terganggu.

d. Memerlukan waktu yang cukup panjang, dan terkadang tidak sesuai yang direncanakan (Suyanti, 2010: 77).

e. Mempersyaratkan siswa harus memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.

f. Tidak tepat digunakan pada awal proses belajar apabila siswa baru diperkenalkan pada bahan pembelajaran baru.

g. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum (Hamdani, 2011: 159).

6. Strategi agar Metode Diskusi Efektif

(45)

28

Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1986: 104) menjelaskan jenis dan sifat pertanyaan yang layak didiskusikan adalah:

a. Menarik minat anak didik yang sesuai tarafnya.

b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari satu yang dapat dipertahankan kebenarannya.

c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”, tetapi lebih mengutamakan penalaran yang

mempertimbangkan dan membandingkan.

Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi ini berjalan lancar dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif, Mulyasa (2010: 117) memberikan langkah-langkah berikut:

a. Rumuskanlah tujuan dan masalah yang akan dijadikan topik diskusi.

b. Siapkanlah sarana dan prasarana yang diperlukan untuk diskusi. c. Susunlah peranan-peranan peserta didik dalam diskusi, sesuai

dengan jenis diskusi yang akan dilakukan.

d. Berilah pengarahan kepada peserta didik secukupnya agar melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan diskusi.

e. Ciptakanlah suasana yang kondusif sehingga peserta didik dapat mengemukakan pendapat secara bebas untuk memecahkan masalah yang didiskusikan.

(46)

29

g. Sesuaikan penyelenggara diskusi dengan waktu yang tersedia. h. Sadarlah peranan guru dalam diskusi, baik sebagai fasilitator,

pengawas, pembimbing maupun sebagai evaluator jalannya diskusi.

i. Akhirilah diskusi dengan mengambil kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan. Kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru. Tetapi apabila peserta didik kesulitan mengambil kesimpulan, kesimpulan dapat dilakukan oleh guru dan jangan mengulur-ulur waktu.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pengertian pembelajaran menurut Muhammad Surya yang dikutip oleh Majid (2014: 4) adalah suatu proses untuk mendapatkan suatu perubahan perilaku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu. Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, fasilitas, material dan prosedur yang saling mempengaruhi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

(47)

30

makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat desai pembelajaran dalam membelajarkan peserta didik. Senada dengan definisi tersebut, Abdul Majid menjelaskan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang tlah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagi kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pola penyediaan sumber belajar (Amirulloh, 2015: 74-75).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar.

Pendidikan secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu at-tarbiyah yang mempunyai makna pendidikan (Achmadi, 1987: 4).

(48)

31

Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupannya. Sedangkan menurut A Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Majid, 2012: 12).

Dari beberapa pengertian pembelajaran Pendidikan Agama islam di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah interaksi antara peserta didik, pendidik serta sumber belajar untuk memahami ajaran islam secara menyeluruh dan benar.

2. Landasan Pendidikan Agama Islam di Indonesia

Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

a. Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara Indonesia yaitu Pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

(49)

32

asas Ketuhanan yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.

c. Dasar operasional, yaitu di dalam Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, bab II Pasal 2 ayat 3 setelah diperbaharui dengan ketetapan MPRS No XXVII/MPRS/1966 yang menetapkan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri (Shaleh, 1969: 208).

Dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap MPRNo II/MPR/1988 dan Tap MPR No. II/MPR 1993 tentang garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Dian dan Majid, 2004: 132)

(50)

33

pendidikan berarti bahwa: pendidikan nasional haruslah berdasarkan pendangan hidup dan pandangan bangsa Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan nasional memberikan kesempatan bagi pemeliharaan rohani melalui pendidikan dan pengajaran agama, tiap-tiap anak diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing, selaras dengan ketetapan MPRS yang telah diuraikan di atas (Shaleh, 1969: 37).

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah menurut Majid (2012, 15) adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

(51)

34

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif atau dari lingkungannya yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

“Pendidikan Agama islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi” (Majid, 2012: 16).

Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Al-Abrasy yang dikutip oleh Zakiyah Daradjat (1995: 18), antara lain:

a. Sebagai pembentukan akhlak mulia.

(52)

35

c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia menuju kesempurnaan.

d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.

e. Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari rezeki.

5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Sebagai sarana pendidikan yang akan mendidik para peserta didik ke dalam jenjang kehidupan yang lebih baik, sekolah sangat berkepentingan dengan moralitas peserta didik. Pendidikan agama memberi kontribusi penting yang tidak dapat diberikan mata pelajaran lain, yakni dalam hal memanusiakan insan-insan muda.

Berpijak kepada pentingnya perwujudan pendidikan agama di sekolah, setidaknya ada empat hal yang realistis yang dapat diharapkan dari pendidikan agama di sekolah umum.

a. Pendidikan agama memberi wawasan tentang kehidupan secara utuh. Kontribusi pelajaran agama memberi wawasan holistik tentang alam dan dunia.

(53)

36

mendapatkan gelar, namun untuk meningkatkan kualitas hidup sendiri dan sesama sesuai bidang keahliannya.

c. Pendidikan agama memberi kontribusi dalam membangun karakter (character building). Lewat pendidikan agama, murid menyadari ada hal-hal mulia, seperti nilai-nilai moral, kemanusiaan dan tanggung jawab.

d. Pendidikan agama mengedepankan aspek universal dari agama. Yaitu memotivasi manusia untuk berbuat baik dan menjadi orang baik (Sapsuha, 2013: 56-57).

6. Materi Pendidikan Agama Islam SMP kelas VIII

Sebagaimana kita ketahui, ajaran pokok Islam meliputi masalah aqidah (keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (ihsan).

Aqidah besrifat i’tikad batin, emngajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.

Syari’ah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati

semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.

(54)

37

ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) (Dian dan Majid, 2004: 77)

Adapun materi Pendidikan Agama Islam kelas VIII yang terdapat di silabus adalah sebagai berikut:

a. Q.S. Al-Furqan (25): 63; dan Q.S. Al Isra’(17) : 27; dan Hadis tentang rendah hati, hemat dan hidup sederhana.

b. Q.S. An Nahl (16):114 dan Hadis terkait tentang perilaku perilaku mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan bergizi.

c. Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32 serta Hadis terkait tentang perilaku menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran. d. Iman kepada kitab-kitab Allah.

e. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah. f. Shalat sunnah berjamaah dan munfarid. g. Macam-macam sujud.

h. Puasa sunnah dan puasa wajib.

i. Makanan dan minuman yang halal dan haram.

(55)

38 C. Pembentukan Karakter

1. Pengertian Pembentukan Karakter

Pembentukan yaitu proses, cara, perbuatan membentuk. Sedangkan karaker adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (Samani dan Hariyanto, 2013: 237).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Listyarti (2012: 8) , karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain; tabiat; watak.

Dalam buku Rohinah M. Noor menyebutkan bahwa menurut Wynne (1991), kata karakter berasal dari bahasa Yunani ”to mark”

(menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dalam pendidikan karakter, Thomas Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral.

(56)

39

kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik. Melalui proses pendidikan nantinya akan dapat menghasilkan karakter yang baik. 2. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Darma Kesuma yang dikutip oleh Fadhilah dan Khorida (2014: 25), tujuan pendidikan karakter khususnya dalam setting sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikian peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah.

c. Membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama-sama.

Selain ketiga tujuan di atas, ada juga beberapa tujuan pendidikan karakter, yaitu:

a. Mengembangkan nurani peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter.

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji.

(57)

40

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan kritis.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan.

3. Manfaat Pendidikan Karakter

Melalui adanya pendidikan karakter, diharapkan dapat mengurangi berbagai persoalan negatif yang terjadi di bangsa ini. Mulai dari perilaku menyimpang kekerasan, ketidakjujuran, sampai pada perilaku korupsi dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan itu, menurut Zubaedi yang dikutip oleh Fadhilah dan Khorida (2014: 27-28), ada beberapa fungsi diadakannya pendidikan karakter, antara lain:

a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pada fungsi ini pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran yang baik, berhati baik serta berperilaku yang baik sesuai dengan falsafah Pancasila.

(58)

41

pengembangan potensi warga negara unttuk menuju bangsa yang mandiri dan sejahtera.

c. Fungsi penyaring. Artinya, pendidikan karakter dimaksudkan untuk memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

4. Landasan Pendidikan Karakter

Beberapa landasan dari pendidikan karakter di Indonesia, adalah sebagai berikut:

a. Agama

Agama merupakan sumber kebaikan, oleh karena itu pendidikan karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama. Karakter yang dikembangkan tidak boleh bertentangan dengan agama.

b. Pancasila

(59)

42 c. Budaya

Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam. Nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa agar pendidikan yang ada tidak terlepas dari akar budaya bangsa Indonesia.

d. Tujuan Pendidikan Nasional

(60)

43

5. Butir-butir Pendidikan Berkarakter Bangsa

Ada 18 butir nilai pendidikan berkarakter bangsa, antara lain: a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya.

b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan.

c. Toleransi: sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis serta pendapat orang lain yang berbeda darinya.

d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.

f. Kreatif: berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.

(61)

44

i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan: cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air: cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan pengahrgaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat atau komunikatif: tindakan yang memperlibatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

n. Cinta damai: sikap. Perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk

(62)

45

p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang berupaya menjaga lingkungan dari kerusakan serta mengembangkan upaya untuk memperbaiaki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya (Listyarti, 2012: 6-8).

6. Metode Membangun Karakter

Menurut Muwafik Saleh (2012: 12-15), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membangun karakter siswa atau anak, antara lain sebagai berikut:

a. Metode keteladanan. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh dan miniatur yang sesungguhnya dari sebuah perilaku.

b. Melalui simulasi praktik. Seperti melalui bermain peran (role playing) dan demonstrasi.

c. Metode ikon dan afirmasi (menempel dan menggantung). Yaitu menuliskan afirmasi ataupun ikon-ikon dari karakter yang ingin dibentuk dan dimiliki.

(63)

46

e. Metode 99 sifat utama. Yaitu pada setiap harinya setiap orang memilih salah satu sifat Allah (Asmaul Husna) secara bergantian kemudian menuliskan komitmen perilaku aplikatif yang sesuai dengan sifat tersebut.

f. Membangun kesepakatan nilai keunggulan. Baik secara pribadi maupun kelembagaan menetapkan sebuah komitmen untuk membangun nilai-nilai positif yang akan dijadikan karakter. g. Melalui penggunaan metafora. Yaitu dengan menggunakan

metode pengungkapan cerita yang diambil dari kisah nyata atau kisah inspriratif lainnya.

Melalui beberapa metode di atas, karakter siswa dapat dibentuk dan dikembangkan agar menjadi siswa yang berkarakter mulia dan berkarakter bangsa.

D. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

a. Penelitian Halimatus Sadiyah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul

“EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM

(64)

47

tersebut berbeda dengan yang akan penulis teliti, penulis memfokuskan pada peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa.

b. Penelitian Muhimmatun Khasanah mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul “PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI PADA KELAS VII G SMP N 1 IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA” dimana hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa melalui pembelajaran PAI di kelas maupun di luar kelas dapat mempengaruhi dan meningkatkan karakter siswa menjadi lebih baik. Penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Penulis akan membahas mengenai peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa.

c. Penelitian Yulia Maftuhah Hidayati dan Susilo Adi Prasetyo mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “PERAN METODE DISKUSI DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA”

(65)

48

Penelitian tersebut berbeda dengan yang akan pemulis teliti. Penulis menyertakan peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa.

2. Persamaan dan Perbedaan antara yang diteliti dengan penelitian yang relevan

Penelitian ini relevan dengan ketiga penelitian di atas, ada beberapa persamaan dan juga perbedaannya. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas adalah peneliti ingin mengetahui tentang pelaksanaan metode diskusi dalam pembelajaran serta bagaimana perannya terhadap karakter siswa. kemudian dari sisi hasil penelitian ada beberapa persamaan yaitu metode diskusi dapat menunjang perkembangan karakter siswa untuk menjadi yang lebih baik.

Sedangkan perbedaannya antara lain dari segi judul penelitiannya berbeda. Peneliti menuliskan judul “Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”

(66)

49 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di SMPN 05 Salatiga. Penelitian Lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala obyektif yang terjadi di lokasi tersebut (Fathoni, 2011: 96).

Penelitian yang akan dilakukan bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta, dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada. (Muhimmatun, 2015: 33).

(67)

50

menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2006: 5).

Berdasarkan penjelasan tersebut, diharapkan dengan adanya penelitian ini maka dapat menggambarkan tentang peran metode disksusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Penelitian ini berusaha menemukan data yang berkenaan dengan fakta, fenomena yang terjadi selama proses pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode diskusi terhadap pembentukan karakter siswa, hambatan serta upaya dalam mengoptimalisasikan kegiatan tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Sebagai intrumen kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subyek penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat bukan manusia (seperti instrumen angket).

(68)

51

keterlibatan peneliti di lapangan diketahui secara terbuka oleh subyek penelitian (afidburhanudin.wordpress.com. Dikutip pada tanggal 02 November 2016 pukul 04:44 WIB).

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan pengamat penuh, yaitu mengamati peran diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Selain itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian juga telah mendapatkan ijin dari lembaga pendidikan yang dijadikan obyek penelitian (SMPN 05 Salatiga) secara formal, yaitu melalui ijin tertulis dari lembaga peneliti (IAIN Salatiga) serta dari Badan Pemerintahan Kota salatiga bagian KESBANGPOL.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek penelitian siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga yang berlokasi di Jalan Bima No. 10, Dukuh, Sidomukti Salatiga, Jawa Tengah 50722.

D. Data dan Sumber Data

(69)

52 9. Sumber data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

c. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pada subyek penelitian dicatat sebagai data utama ditambah dengan hasil pengamatan dari tindakan subyek penelitian di SMPN 05 Salatiga.

Di antara data primer yang akan dicari adalah: 1) peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI dalam pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga, 2) karakter siswa yang dapat dikembangkan dari pembelajaran PAI dengan metode diskusi, 3) faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan metode diskusi.

(70)

53 d. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang terkait dengan SMPN 05 Salatiga. Sumber data tertulis atau dokumen yang diperoleh dari bagian administrasi SMPN 05 Salatiga. Adapun data tertulis tersebut diantaranya adalah visi misi sekolah, letak geografis, keadaan guru, siswa dan karyawan, serta sarana prasarana yang ada.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Suwartono (2014: 41) adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian.

(71)

54 d. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang memberikan wawanca disebut interviewe. (Fathoni, 2005: 105)

Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dari sumber data, yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru PAI serta siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga.

e. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya mengamati.

(72)

55

metode diskusi, pola interaksi antara siswa dan guru, serta pelaksanaan kegiatan, pembiasaan, pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran PAI dengan metode diskusi. f. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara, tulisan) terhadap segala hal baik obyek atau segala sesuatu yang sedang terjadi. Pengumpulan data dengan dokumentasi lebih menitikberatkan pada situasi pembelajaran di kelas, gambaran umum SMPN 05 Salatiga, serta arsip pembelajaran PAI yang telah dilaksanakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan oleh guru PAI.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model Miles dan Huberman. Dalam analisis data ini meliputi tiga aktivitas, yaitu:

1. Reduksi data

(73)

56 2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Melalui penyajian tersebut, maka data terorganisasikan, terrsusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel dan naratif.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah data disajikan, langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik triangulasi. Tehnik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan catatan lapangan hasil pengamatan dan naskah hasil wawancara.

(74)

57

dengan memakai beberapa metode penelitian dalam menggali data sejenis, misalnya wawancara, observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).

H. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini melalui empat tahap, yaitu: 1. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, melakukan observasi, mengurus perizinan dari lembaga IAIN serta KESBANGPOL, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk melihat besar pengaruh kelompok acuan terhadap keputusan siswa General Conversation memilih Global English Language

Bahkan komputer merupakan teknologi yang lebih dari sekedar teknologi penyimpanan informasi, namun juga mempunyai kemampuan ang tidak terbatas dalam penyimpanan, pemrosesan,

berkenaan dengan ilmu pengetahuan contohnya adalah, “ilmu pengetahuan dianggap baik apabila memberikan manfaat yang berarti. Dalam paradigma, unsur yang mencakup.. tentang

pasal 2 ayat (1) UU Tindak Pidana Korupsi “TPK” yang menyatakan bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah “setiap orang yang melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu, metode preventif dan.

[r]

Bagi pegawai terlebih pegawai ketatausahaan lembaga pendidikan penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan acuan dari penerapan mass education dalam meningkatkan

Dengan merubah sudut injeksi ke titik 21 derajat sebelum TMA, waktu ignition delay meningkat, untuk tahap physical delay tetap namun saat chemical delay menjadi