PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI
DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI
STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
UMI FATHIMAH
111-12-164
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI
DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI
STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
UMI FATHIMAH
111-12-164
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
“Tidak ada jalan bertabur bunga dalam menggapai cita dan cinta”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibuku (Ngaliyem) dan ayahku (Sariyono) yang sangat saya cintai, sebagai
wujud baktiku padanya yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan
doanya bagi penulis.
2. Saudaraku tersayang, Mu’arifin sekeluarga, yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan.
3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI yang selalu membimbing dan memotivasi
penulis.
4. K.H Nasafi M.Pd, dan bu Nyai Asfiah selaku orang tua keduaku di pondok
pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.
5. Teman-teman PAI 2012 seperjuangan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi
guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyususnan skripsi
ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya
skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi
Pendidikan Agama Islam.
6. Teman seperjuangan, PAI 2016, yang selama ini telah berjuang bersama.
7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman ( Latifah, Indah, Ira, isma, Ulfa,
Mbak Leli, Abdin qiqi, Titik) dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu
persatu.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di
dunia maupun di akhirat.
Penulisan dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 21 Maret2017
Penulis
Umi Fathimah
ABSTRAK
Fathimah, Umi. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri Menjadi Guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun akademik 2016/2017, Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.
Kata kunci: Problematika, Pendidikan Agama Islam dan Guru PAI
Masalah dalam pendidikan adalah suatu hal yang lumrah terjadi pada semua peserta didik. Diantara masalah tersebut adalah yang terjadi pada mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam problematika yang dihadapi mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan apa saja langkah-langkah yang ditempuh mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Skripsi ini menggunakan metode kualititif naratif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dan menggunakan pendekatan naratif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya. Objek dari penelitian ini adalah sebagian mahasiswa IAIN Salatiga semester VI. Dan prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan trianggulasi.
Dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh hasil sebagai berikut: bahwa dari problematika yang bersifatinternal yang terdiri tiga hal yaitu: cita-cita/minat mahasiswa PAI bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang berminat atau bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase 92,32%, tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang berminat menjadi guru PAI dengan prosentase 7,68%. Pengetahuan dasar keislaman, bahwa banyak dari mahasiswa PAI yang paham tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 89,02%, tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan prosentase 10,08%. Pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang mengetahui tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 14,88%.
mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih ada dari sebagian kecil yang kurang mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada dari sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.
DAFTAR ISI
SAMPUL... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... .... 9
C.Tujuan Penelitian...9
D.Manfaat Penelitian ...9
E. Penegasan Istilah………...10
F. Metode Penelitian ...11
G.Sistematika Penelitian ...16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan 1. Pengertian Problematika…... 17
2. Berbagai Masalah Dalam Pendidikan……... 18
3. Ikhwal Masalah Pendidikan... 20
4. Lingkup Pendidikan... 26
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...29
2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam ...31
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ………...35
4. Tujuan Pendidikan Islam ………...36
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika Mahasiswa Dalam Pendidikan Islam 1. Faktor Internal ...39
2. Faktor Eksternal... 42
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ………..43
E. Tugas Guru ...44
F. Kompetensi Profesionalisme Guru …………...………45
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian 1. Identitas IAIN Salatiga ………...47
2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga ………....48
3. Letak Geografis IAIN Salatiga ………51
4. Asas, Fungsi dan Tujuan ……….51
5. Visi dan Misi IAIN Salatiga ………...54
6. Program Pendidikan IAIN Salatiga ………55
7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ………..57
8. Profil Program Studi PAI ………59
B. Temuan Data Penelitian...63
1. Problematika yang bersifat Internal ……… 64
2. Problematika yang bersifat Ekstenal ………...68
3. Langkah-langkah yang Perlu Disiapkan Mahasiswa PAI …...71
BAB 1V PEMBAHASAN A. Problematika Mahasiswa PAI dalam Mempersiapkan Diri Menjadi Guru PAI ………...75
1. Problematika yang bersifat Internal ………75
B. Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI ……… 80 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...84
B. Saran ...86
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga Tiga Tahun Terakhir
Tabel 3.2 Faktor cita-cita /minat
Tabel 3.3 Faktor Pengetahuan Dasar Keislaman
Tabel 3.4 Faktor Pengetahuan Tentang PAI
Tabel 3.5 Faktor Lingkungan Keluarga
Tabel 3.6 Faktor Lingkungan Masyarakat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pedoman Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi Kuesioner
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 Nilai SKK Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan makhluk (manusia) yang dapat dididik dan dapat
mendidik, sehingga ia mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan
pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa
bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya
sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya
berbuat merupakan komponen dari fitrah itu (Daradjat, 2011:16).
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan RasulNya.
Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan
pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dan
karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan
maka pendidikan itupun menjadi wajib dalam pandangan Islam.
Dalam pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa
pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta
didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif
Dalam proses pendidikan pasti tidak lepas dari peran seorang guru,
guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasehat, dan
lain sebagainya. Untuk menjadi seorang guru, seseorang haruslah
mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam hal pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Supaya nantinya guru itu bisa digugu (dipatuhi)
dan ditiru ( diteladani). Karena guru adalah orang tua kedua bagi anak
didiknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya)
mengajar. Kata guru dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam
bahasa inggris disebut teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni
A person whose occurpation is teaching others. Yang artinya, guru ialah
sesorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 1995:223).
Mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya:
a. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain
(bersifat kognitif)
b. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat
psikomotor)
c. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat
afektif).
Sebab dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada
prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang
Perilaku ini meliputi tingkah laku, yang bersifat terbuka seperti
keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti
berpikir (ranah cipta) dan berperasaan ( ranah rasa).
Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Hal itupun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada
sembarangan guru/ sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi
guru.
Jabatan profesional guru harus memenuhi kegiatan intelektual, karena
dalam proses mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat
didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati bahwa jabatan
profesi guru mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan dari
orang awam, dan memungkinkan guru profesional disegani oleh siswa,
teman sejawat bahkan masyarakat sekitar karena kewibawaan,
kepandaiannya atau yang lainya. Guru yang professional pada intinya
adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan
dan penggajaran ( Asdikoh, 2013: 23)
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
Firman Allah:
Artinya: ….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat…. (Q.S. Al-Mujadalah:11).(Kitab
Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya).
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa
misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai
ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu
pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan
perkembangan zaman.
Untuk menjadi seorang guru, mahasiswa harus mempersiapkan diri
dengan baik, agar selain menjadi guru mahasiswa juga akan menjadi
teladan bagi murid, dan cerminan bagi masyarakat. Karena sebagai guru
tidak hanya berperan sebagai pendidik saja, tetapi juga berperan sebagai
seorang pribadi dan pembimbing. Sebagai seorang pribadi, guru juga
pembimbing, guru harus bisa memahami keadaan siswa yang
dibimbingnya, maka dari itu sebagai seorang guru mahasiswa harus
mempersiapkan diri dari awal dan berusaha dengan baik.
Meskipun pada awalnya tidak semua mahasiswa PAI berasal dari
sekolah yang berbasis agama, ada yang dari sekolah umum atau kejuruan.
Maka dari itu pasti ada beberapa masalah dalam mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang guru, baik dari segi afektif, kognitif, maupun
psikomotoriknya dan dari faktor internal dan eksternalnya.
Sebagai seorang calon guru, mahasiswa PAI harus mempunyai
fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) yang merupakan kemampuan
pikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam
situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan
ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan
bertindak yang sesuai dengan situasi yang dihadapi (Syah,1995:227).
Selain itu, guru juga harus mempunyai keterbukaan psikologis, guru yang
terbuka secara psikologi biasanya ditandai dengan kesediaannya yang
relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan
tempatnya ia bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping
itu ia juga memiliki empati (empathy), yakni respons afektif terhadap
pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Keterbukaan
psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan
metedologi belajar saja. Untuk menjaga disiplin kelas, guru sering
bertindak otoriter, menjauhi siswa, bersikap dingin itu menyembunyikan
rasa takut kalau dianggap lemah. Sesungguhnya guru adalah makhluk
biasa. Guru sejati bukanlah makhluk yang berbeda dengan
siswa-siswanya. Ia bukan makhluk serba hebat. Ia harus dapat berpartisipasi di
dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswanya dan yang dapat
mengembangkan rasa persahabatan secara pribadi dengan siswa-siswanya
dan tidak merasa kehilangan kehormatan karenanya. Rasa was-was, takut
dalam keadaan tertentu adalah wajar (Soemanto, 1990:221-222).
Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru
dan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik
(Djamarah,2000:41). Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog
terkemuka, Profesor doktor, Zakiah Darajat menegaskan.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat
dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara
konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD ’45
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia
harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga
pengajar.
Sebagai calon guru harus mempunyai kematangan kepribadian guru
baik dari segi kedewasaan atau kesehatan fisik dan psikis (Sukmadinata,
2011:254-255). Guru sebagai pribadi, pendidik, dan pembimbing, dituntut
memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani
dan rohani. Minimal ada tiga ciri kedewasaan. Pertama, orang yang telah
dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life),
yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan
dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu
melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak banyak dipengaruhi
subjektifitas dirinya. Ketiga,orang dewasa adalah orang yang telah bisa
bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki
kemerdekaan, kebebasan; tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung
jawab.
Dari segi kesehatan fisik dan psikis, guru juga dituntut untuk memiliki
fisik dan mental yang sehat. Fisik yang sehat berarti terhindar dari
berbagai macam penyakit. Guru yang sakit bukan saja tidak mungkin
dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi juga kemungkinan
berarti guru itu tidak boleh memiliki cacat badan yang menonjol yang
memungkinkan kurangnya penghargaan dari anak.
Kesehatan mental berarti guru terhindar dari berbagai bentuk gangguan
dan penyakit mental. Gangguan-gangguan mental yang diderita guru dapat
menganggu bahkan merusak interaksi pendidikan. Guru yang mengalami
gangguan mental tidak mungkin menciptakan hubungan yang hangat,
bersahabat, penuh kasih sayang, penuh pengertian dsb dengan para
siswanya. Belajar dari guru yang mengalami gangguan mental
memungkinkan siswa diperlakukan sebagai kambing hitam atau objek
kekesalan dan kejengkelannya. Kesehatan fisik dan mental mutlak
diperlukan dari orang-orang yang bekerja menjadi guru.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah satu-satunya
lembaga pendidikan Negeri di Salatiga. Institut ini menjadi pilihan para
mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Para
mahasiswanya tidak hanya berasal dari Salatiga saja, tetapi juga berasal
dari berbagai daerah, misalnya: Semarang, Boyolali, Magelang dan
Temanggung. Institut ini merupakan institut yang terkenal di kalangan
masyarakat dimana mampu menghasilkan output yang berprestasi dan
unggul. Keberhasilan IAIN tersebut, tidak terlepas dari kompetensi dosen
yang dimilikinya dan usaha para mahasiswanya.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
Diri Menjadi Guru PAI Studi Narasi Mahasiswa PAI Semester (VI) Tahun
Akademik 2016/2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, beberapa pokok
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI?
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam masalah
yang di hadapi mahasiswa PAI, sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
2. Mengetahui apa saja langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa
PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun ajaran
2016/2017, sehingga dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Guru PAI
a. Dapat meningkatkan kualitas diri.
b. Dapat mengatasi masalah yang di hadapi guru PAI.
2. Mahasiswa PAI
a. Dapat mempersiapkan diri menjadi guru PAI dengan baik dan
professional.
b. Dapat mengatasi berbagai problematika dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI.
3. Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan dalam
menghadapi berbagai problematika mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI atau sebuah perbandingan
dalam penelitian selanjutnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul tersebut,
maka perlu dijelaskan maksud istilah yang dipakai. Adapun istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Problematika
Problematika adalah suatu masalah atau persoalan. Dalam Kamus
dipecahkan, yang menimbulkan masalah. Sedangkan masalah dalam
bahasa inggris disebut problem yang artinya “question to be solved or
decide”. Secara sederhana masalah berarti sesuatu yang masih
menimbulkan masalah dan belum terselesaikan.
b. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap
mental yang terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri
maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat
teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara
iman dan amal sholeh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal (Djamarah,2000:27-28).
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa. Faktor yang
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial (Syah, 1995:132).
d. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dalam
faktor ini ada dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana
penelitian adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9). Dan
menurut Moleong (2009: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naratif
kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi
lainnya yang berlaokasi di IAIN Salatiga.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di IAIN Salatiga, yang tepatnya berada di
Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Salatiga, Jawa Tengah,
Indonesia. Adapun strata pendidikan mencakup: Fakultas Tarbiyah:
Pendidikan Agama Islam (PAI), objek yang digunakan peneliti adalah
sebagian mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI.
3. Sampling
Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.
Sebutan untuk suatu sampel biasanya mengikuti teknik dan atau jenis
sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik atau jenis
sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa
pandang bulu (Hadi, 1981:75).
4. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah :
a. Angket
Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode
penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh orang-orang yang dikenai atau disebut responden
(Walgito, 1990: 35). Adapun yang menerima angket dalam
pengumpulan data ini adalah mahasiswa PAI di Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan
pribadi antara pengumpul data atau pewawancara dengan sumber
data atau responden (Wirartha, 2006:37).
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, buku, dan sebagainya (Arikunto,
mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur organisasi,
sarana dan prasarana, data guru dan siswa.
Metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode
lain. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1998:236).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2011:102).
Instrument yang digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan
problematika mahasiswa PAI dengan persiapan diri untuk menjadi
guru PAI adalah kuesioner dan wawancara terstruktur.
6. Teknik analisis data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera
digarap oleh peneliti. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan
data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis
(Arikunto,2010:278).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data
meliputi klarifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada
tahap klarifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan
rumusan yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data dilakuan
dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan data yang
berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang dirumuskan.
Setelah data diperoleh secara utuh, seluruh data dianalisis secara
detail dan mendalam. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kesalahan dalam penyajian data dan untuk menjaga keutuhan
penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi (keabsahan), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu, untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan
mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode kualitatif hal ini dicapai
dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang terkait.
c. Membandingkan apa yang dikatakan key person (informan)
G. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk
mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara
keseluruhan isi skripsi.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan pembahasan yang berisi tentang problematika
mahasiswa dalam lingkup pendidikan, problematika mahasiswa dalam
lingkup pendidikan Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
problematika, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan
Islam.
Bab III merupakan paparan data dan temuan peneliti meliputi :
identitas sekolah, sejarah IAIN Salatiga, letak geografis, asas, fungsi,
tujuan, visi dan misi, program pendidikan, profil FTIK, profil jurusan PAI
IAIN Salatiga lebih khususnya program studi PAI dan temuan data
penelitian.
Bab IV merupakan analisis data mengenai problematika mahasiswa
PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan
1. Pengertian problematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah problema atau
problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang
menimbulkan permasalahan. Sedangkan masalah dalam bahasa inggris
disebut problem yang artinya “question to be solved or decide”.
Menurut Syukir yang dikutip oleh Maliyeh dalam tesisnya
menyebutkan bahwa problematika adalah suatu kesenjangan yang
mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat
menyelesaikan atau dapat diperlukan
(http://digilib.uinsby.ac.id/4413/5/Bab%202.pdf).
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian problematika adalah
suatu masalah yang belum terpecahkan baik dari faktor internal
maupun eksternal yang perlu diselesaikan atau dicari jalan keluar
permasalahannya.
Masalah belajar adalah kondisi yang dialami siswa dan
menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut
bisa datang lingkungan (ekstern) atau dapat juga datang dari dalam diri
sendiri (intern). Hambatan yang bersumber dari luar antara lain seperti
kurangnya perhatian orang tua. Hubungan dengan anggota keluarga
yang tidak harmonis, kurang sarana belajar, mempunyai konflik
dengan teman, gaya mengajar guru yang kurang menarik, teman
pergaulan yang kurang kondusif dan sebagainya (Sriyanti, 2011:126 ).
Empat hal yang menjadi kekeliruan guru dalam mengajar sehingga
menjadi masalah ketika terjadi pembelajaran (Hamruni, 2012:32).
Berikut analisis empat hal tersebut:
a. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa
Tampaknya banyak guru yang tidak melakukan diagnosis
tentang keadaan siswa, sehingga ia tidak mengetahui apakah siswa
sudah paham tentang materi yang akan dijelaskan, karena selain
siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswa pun
membaca buku lain yang relevan.
b. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk berpikir
Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi
melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur
kognitifnya secara penuh dan terarah. Mengajar adalah mengajak
siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang
dihadapinya.
c. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik
Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu,
apa yang dilakukan oleh guru seharusnya mengarah pada
pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar,
guru perlu mendapatkan umpan balik, apakah tujuan yang ingin
dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum.
d. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan
menguasai pelajaran
Dalam era informasi sekarang ini telah terjadi perubahan
peranan guru. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Akan tetapi
lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran.
Masalah-masalah tersebut tidak hanya dihadapi oleh para guru,
tetapi juga oleh para guru pemula. Situasi lingkungan kerja guru
cenderung banyak menimbulkan kendala bagi para guru pemula dalam
memulai melaksanakan tugas dalam lingkungan yang baru (Surya dkk,
2010:59).
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia masih
sangat banyak dan kompleks. Dari sederet permasalahan dalam dunia
pendidikan, dapat dirunut di antaranya sebagai berikut:
a. Banyak anak didik yang tidak memperoleh pendidikan yang
layak.
b. Banyak lulusan yang kurang mampu memiliki kompetensi.
c. Banyak lulusan yang tidak mampu bersaing di pasar global.
d. Sasaran pendidikan belum tercapai.
e. Wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun sampai
saat ini belum dapat menjadi wajar 12 tahun.
f. Peranan guru atau pendidik yang belum optimal.
g. Biaya pendidikan yang (dianggap) relatif mahal.
Permasalahan-permasalahan itu akan dipaparkan secara singkat
berikut solusi yang dapat diajukan. Mudah-mudahan hal ini dapat
menjadi langkah awal dalam mengatasi berbagai persoalan yang
tengah dihadapi dunia pendidikan kita.
1) Banyak Anak yang Tidak Memperoleh Pendidikan yang Layak
Untuk menjaring sebesar-besarnya anak-anak yang belum
mendapat kesempatan pendidikan formal, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dapat memberlakukan jam wajib belajar.
Waktu jam belajar diberlakukan tidak ada anak yang berada di
jalanan, demikian juga sanksi bagi orang tua anak yang tidak
2) Banyak Lulusan yang Kurang Memiliki Kompetensi
Masalah ini berhubungan dengan mutu pendidikan. Mutu
dapat ditingkatkan melalui beberapa komponen.
Penjelasan:
Input adalah masukan mentah yang berwujud siswa
baru yang akan memasuki lembaga pendidikan tertentu,
sesuai ketentuan yang diatur oleh lembaga tersebut,
kemudian dalam kurun waktu tertentu mereka diproses
(proses input).
Proses input, dimaksudkan proses kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian yang melakukan proses
(pendidik) adalah orang yang telah memiliki kompetensi
dalam bidang pendidikan.
Output, lulusan atau keluaran dari suatu lembaga
pendidikan yang bermutu akan dinilai oleh pengguna
lulusan tersebut, sinergi atau relevan dengan pasar serta
sepadan dengan kebutuhan.
3) Mutu Guru Berbanding Lurus dengan Kualitas Pendidikan.
Secara hakiki, pendidikan dipandang bermutu diukur dari
kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan
INPUT PROSES
INPUT
memajukan kehidupan nasional. Pendidikan yang berhasil
adalah pendidikan yang mampu membentuk generasi muda
cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian.
4) Profesionalisme Guru.
Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal (UU No. 14 tahun 2015).
5) Kompetensi Beberapa Aspek Penting dalam Profesionalisme
Guru.
Guru yang bermutu dan professional adalah guru-guru yang
memiliki kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik,
kepribadian, sosial dan professional sebagaimana yang
dipersyaratkan oleh UU.
Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang terkait, di antaranya
seperti : anak didik/peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, meteri
dan alat pendidikan, serta lingkungan, atau situasi pendidikan.
Unsur-unsur tersebut saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam
proses pendidikan (Surya dkk, 2010:25). Berikut ini dijelaskan secara
singkat unsur-unsur dalam proses pendidikan.
Anak didik atau peserta didik yaitu anak yang akan
diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang
memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu
bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan berakhlak
mulia. Agar berhasil dalam membawa anak ke arah
kedewasaan, tentunya pendidik atau orang dewasa harus
memahami karakteristik anak, seperti berikut ini:
1) Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri
yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.
2) Anak memiliki potensi untuk berkembang.
3) Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang
lainnya.
b. Pendidik.
Pendidik yaitu orang dewasa yang berperan untuk
mempengaruhi dan membawa anak didik ke arah manusia
sempurna, yaitu insan kamil. Oleh karena itu, pendidik harus
memiliki hal-hal yang meliputi : kewibawaan, kasih sayang,
komitmen, dan kejujuran.
1) Kewibawaan. Orang yang memiliki kewibawaan yaitu
orang yang dapat memengaruhi orang lain memalui sikap
dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan
2) Kasih sayang. Orang yang memiliki kasih sayang yaitu
orang yang penuh perasaan dengan cinta terhadap sesama.
3) Komitmen. Orang yang memiliki komitmen yaitu orang
yang mempunyai keterikatan secara penuh untuk
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
4) Kejujuran. Orang yang ikhlas yaitu orang yang dalam
melakukan sesuatu didasari niat tanpa pamrih tulus hati.
c. Tujuan Pendidikan.
Pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk membentuk
manusia sempurna yang memiliki kepribadian bangsa sesuai
dengan kaidah-kaidah yang menjadi harapan bangsa dan
masyarakat Indonesia, serta manusia yang memiliki akhlak
mulia dan berkualitas.
d. Materi dan Alat Pendidikan.
Materi adalah bahan ajar yang akan disampaikan kepada
anak didik agar dapat dikuasai dan dipahami. Supaya materi
dapat dipahami olek anak didik tentu saja harus menggunakan
alat atau metode dalam melakukan kumonikasi antara anak
didik dan pendidik.
Alat pendidikan adalah suatu upaya melalui komunikasi
pendidikan itu dapat tercapai. Alat-alat pendidikan dapat
dibedakan dari bermacam-macam segi.
1) Alat pendidikan yang positif dan negatif.
a) Positif, jika ditujukan agar anak mengerjakan
sesuatu yang baik, seperti contoh yang baik,
pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran.
b) Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik
jangan mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya
larangan, celaan, peringatan, ancaman dan
hukuman.
2) Alat pendidikan preventif dan korektif
a) Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum
ia melakukan sesuatu perbuatan yang tidak baik,
misalnya pembiasaan, perintah, pujian dan ganjaran.
b) Korektif, jika maksudnya memperbaiki, karena anak
telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu
yang buruk, misalnya: celaan, ancaman, dan
hukuman.
3) Alat pendidikan yang sifatnya menyenangkan dan yang
tidak menyenangkan
a) Menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan
senang pada anak-anak, misalnya: ganjaran dan
b) Tidak menyenangkan, maksudnya yang
menimbulkan perasaan tidak senang pada
anak-anak, misalnya: hukuman dan celaan. Hukuman
dalam pendidikan dapat diterapkan yang bersifat
mendidik, menpunyai nilai pendidikan, yang
bertujuan menghukum anak agar tidak mengulangi
keadaan seperti itu lagi.
e. Lingkungan dan Situasi Pendidikan
Keadaan tempat berlangsungnya proses pendidikan sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu
suatu lingkungan yang nyaman sehingga proses pendidikan
tidak terganggu.
4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan juga mempengaruhi pendidikan seorang peserta didik.
Ada beberapa lingkungan di luar sekolah sebagai berikut:
a. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di
antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak
dasar-dasar pendidikan dan pengalaman melalui rasa kasih
sayang yang penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan
nilai-nilai kepatuhan.
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri
antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan
anak dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja
diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup
bersama anak-anak sebayanya.
c. Perkumpulan remaja
Pada umumnya anak-anak diatas umur 12 tahun
membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi-organisasi
yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan yang meluap-luap
dalam diri mereka.
d. Lingkungan kerja
Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke
lingkungan kerja memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja
merupakan suatu lingkungan baru yang menuntut berbagai
penyesuaian. Dalam lingkungan itu mereka bergaul dengan
orang-orang dewasa lain yang berbeda dari yang pernah mereka
alami.
Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir
sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat
dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama.
Ada perbedaan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi
suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan.
a) Suasana
Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi
anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut
oleh orang tuanya dengan gembira dan malahan kerapkali
dirayakan dengan mengadakan selamatan. Sedangkan
sekolah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru
yang tidak dikenalnya.guru itu selalu berganti-ganti.
b) Tanggung jawab
Di rumah anak biasanya berbuat baik dan menjauhi
perbuatan-perbuatan buruk. Sedangkan di sekolah guru
merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikan
otak murid-muridnya.
B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam
Pengertian pendidikan secara bahasa, maka kita harus melihat
kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa
tersebut.Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam
bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata
“pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata
kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya
“Tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa
Rabnya adalah “ Tarbiyah Islamiyah”.
Sedangkan secara istilah Pendidikan Agama Islam adalah
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam,
yang memerlukan usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan yang
menunjang keberhasilannya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah pembentukan kepribadian muslim (Darajat, 2011:25-28).
Untuk memperoleh wawasan yang agak lengkap maka dalam
pembahasan ini akan membahas tentang pengertian pendidikan agama
Islam menurut beberapa pendapat (Darajat, 2011:86-88).
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut KPPN (Komisi
Pembaharuan Pendidikan Nasional).
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,
antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan
agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Ditbinpaisun
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah
Umum Negeri).
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta
tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang dianutnya itu
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pendidikan
Agama Islam sebagai berikut:
1). Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup
(way of life).
2). Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang
dilaksanakan berdasar ajaran agama.
3). Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup didunia maupun di akhirat kelak.
2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam
Tanggung jawab dalam pendidikan tidak hanya dipegang oleh
guru, tetapi juga oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan misalnya
orang tua dan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan
diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik
ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya
dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu
dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam
situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah atau masyatakat (Direktorat jenderal PTAI, 1984:33).
Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan “pasif”, artinya si
pendidik tidak mendahului “masa peka” akan tetapi menunggu dengan
seksama dan sabar. Bimbingan aktif terletak di dalam: (a)
pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya; (b)
pemberian pengetahuan dan percakapan yang penting untuk masa
depan si anak; dan (c) membangkitkan motif-motif yang dapat
Pemberi bimbingan ini dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan
rumah tangga, para guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.
a. Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam
rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan
karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di
sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan
biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu
itu menjalakan tugasnya dengan baik. Pengaruh ayah terhadap
anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi
gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang
dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari
berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan
penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik
laki-laki atau perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat
Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua. Apakah
tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau
tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak hal itu adalah
merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada
setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung
jawab itu karena telah merupakan amanah Allah SWT. yang
dibebankan kepada mereka.
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban
orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam
rangka :
1). Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk
yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua
dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
2). Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah
maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3). Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
4). Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat,
sesuai dengan pandangan hidup dan tujuan hidup muslim.
b. Guru
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang
tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,
sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya
kepada sembarang guru/ sekolah karena tidak sembarang orang
dapat menjabat guru.
c. Masyarakat
Masyatakat turut serta memikul tanggung jawab
pendidikan. Secara sederhana masyatakat dapat diartikan
sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat
mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan
tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat
atau penguasa yang ada didalamnya. Bila anak telah besar
diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga
Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam
Islam bersifat perseorangan dan sosial sekaligus.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam mempunyai beberapa fungsi antara lain
adalah:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan,dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilih
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (Majid,2014:16).
Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari
tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20
tahun 2003), yang berbunyi: “pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam, baik makna
atau tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan
hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
Ada beberapa tujuan pendidikan menurut Direktorat Jenderal
PTAI, sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus sejajar dengan
pandangan Islam pada manusia, yaitu mahluk Allah yang mulia
yang dengan akalnya, perasaannya, ilmunya, kebudayaannya,
pantas menjadi kholifah di bumi.
b. Tujuan akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir pula. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku
selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan
pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada
tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah
kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi
anak didik.
d. Tujuan operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan
operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu
kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya
lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika
Mahasiswa dalam Pendidikan Islam
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu
sendiri. Faktor ini mempunyai dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniah).(Syah, 1995: 132).
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa,
seperti kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat,
juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
infomasi dan pengetahuan. Akibat negatif selanjtunya adalah
terhambatnya information processing yang dilakukan oleh
sistem memori siswa tersebut.
b. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; b) sikap siswa; c) bakat
siswa; d) minat siswa; e) motivasi siswa.
1) Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungn untuk mereaksi atau merespons
(response tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada
guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
3) Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapaistas masing-masing.
4) Minat Siswa
Secara sedarhana, minat (interst) berarti kecenderungan
dan kegirahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Namun terlepas dari masalah populer atau
tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang
selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal
organisme (baik manusia maupun hewan) yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi
ekstrinsik.
Motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yag berasal dari luar diri siswa.
Yang terdiri dari dua faktor, yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial (Syah, 1995:137).
a. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua siswa iu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengolahan keluarga, ketengangan keluarga, dan demografi
keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik
maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh siswa.
b. Faktor lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Menurut Muhaimin (2002:145), kondisi pembelajaran PAI adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Kondisi, metode dan hasil adalah
tiga komponen utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
PAI, perinciannya sebagai berikut:
1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang
perhatian kita adalah berusaha mengidentifakasi dan mendeskripsikan
faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran. Kendala
pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada,
keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana yang tersedia.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) strategi
pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi
pengelolaan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
PAI, strategi pengorganisasian adalah suatu metode yang
mengorganisasi isi bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran.
Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode
penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat
siswa dapat memproses dan menerima pelajaran PAI dengan mudah,
cepat, dan menyenangkan. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah
metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan
komponen-komponen metode pembelajaran.
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran siswa dapat diklarifikasikan menjadi
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat
diukur dengan kriteria: 1) kecermatan, 2) kecepatan untuk bekerja, 3)
kesesuaian, 4) kuantitas untuk bekerja, 5) kualitas hasil akhir, 6)
tingkat alih belajar, 7) tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi
jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasa
diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk
berkeinginan terus belajar.
E. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat
tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan
dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru harus dapat melaksanakan
tugas 1) Mengajar, 2) Mendidik, 3) Melatih para siswanya. Ketiga
kegiatan ini harus dapat dijadikan sebagai kebiasaan kerja mereka.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di
dalam masyarakat bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen
strategis yan memiliki peran dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa, semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin
terjamin tercipta dan terbinanya persiapan dan keandalan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri
bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini.
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau
kecakapan. Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggis ini cukup banyak
dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan
ability yang memiliki arti kurang lebih sama dengan kemampuan. Hanya,
proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan
berperingkat tinggi (Syah, 1995:230).
Istilah “professional” (professional) aslinya adalah kata sifat dari kata
profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
Sebagai kata benda, professional kurang lebih berarti orang yang
melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai
mata pencaharian.
Kompetensi profesionalisme guru ada tiga macam. Sebagai berikut:
1. Kompetensi kognitif guru
Kompetensi kognitif guru meliputi pengetahuan dan
keterampilan, kognitif guru atau ranah cipta dapat dikelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu: 1) kategori pengetahuan
kependidikan/keguruan; 2) kategori pengetahuan bidang studi yang
akan menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru.
2. Kompetensi afektif guru
Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak,
sehingga amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini