• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT),

TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT

KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

PROFESIONAL

Studi Kasus : Guru Tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh : T. Novita Marry Haryanto

991324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL

Studi kasus: Guru tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

Oleh

T. NOVITA MARRY HARYANTO UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap; 2) usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan; dan 3) apakah guru tidak tetap mengalokasikan dana pengembangan profesi atau tidak.

Penelitian ini merupakan penelitian deskreptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies). Penelitian dilaksanakan di Daerah Kotamadya Yogyakarta pada bulan Agustus sampai November 2006. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru tidak tetap yang mengajar di Daerah Kotamadya Yogyakarta dan memiliki masa kerja 1-3 tahun.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan teknik tabulasi data diketahui bahwa:

A. Pola-pola penggajian guru tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Guru pemula, terdiri:

a. guru honorer, memperoleh gaji berdasarkan jumlah jam mengajar per minggu dikalikan upah per jam, rata-rata Rp10.500 untuk negeri dan Rp15.000 untuk swasta.

b. guru kontrak, memperoleh gaji sesuai surat kontrak yang ditandatangani, sebesar Rp530.000 per bulan

c. guru tetap yayasan, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian yang telah ditandatangani dengan yayasan sebesar Rp725.000 per bulan

2. Guru Bantu, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian kerja yang telah disepakati bersama sebesar Rp710.000 per bulan.

B. Usaha yang dilakukan guru tidak tetap untuk menambah penghasilan antara lain: wiraswasta 36%, berdagang/buka warung 12%, bekerja pada orang lain 12% dan tidak memberi jawaban 40%.

C. Pengalokasian dana peningkatan pengembangan profesi, dengan membeli buku, majalah/surat kabar 80%, membeli alat penunjang belajar mengajar lainya 80%, dan tidak memberikan jawaban 20%.

(7)

ABSTRACT

THE PATTERN OF UNPERMANENT TEACHERS’ COMPENSATION, THE LEVEL OF FULFILMENT OF BASIC NEEDS, AND THE LEVEL OF

FULFILMENT FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT NEEDS A Case Study: Unpermanent Teachers in Yogyakarta Special Region

By

T. NOVITA MARRY HARYANTO

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2007

This research aims to know and analyse: 1) the amount of salary earned by unpermanent teachers; 2) unpermanent teachers’ efforts in earning the additional income; and 3) whether unpermanent teachers allocate the funds for developing their professional.

This research is a descriptive research using a survey approach. This research was conducted in Yogyakarta Special Region from August to November 2006. The population of this research were 50 unpermanent teachers who taught in Yogyakarta Special Region whose period of working is between 1-3 year.

The techniques of data collection in this research were observation, documentetion and interview. The technique of analising the data was tabulation technique. Based on the result of analysing the data, it is known that:

A. The patterns of unpermanent teachers’ compensation in Yogyakarta Special Region are divided into two:

1. The beginners who consist of:

a. Teachers who teach in state schools whose honorarium based on hourly straight time paid Rp10.500 for a week whereas who teach in private schools earn Rp15.000.

b. The teachers who sign contract earn Rp530.000.

c. The permanent teachers who work for the private institution earn Rp725.000 monthly.

2. Assistant teachers who have already signed the contract with the institution earn Rp710.000 monthly.

B. The additional efforts done by the teachers to increase the income are being entrepreneurs 36%, traders or run the stall 12%, workers for other people 12%, don’t give response 40%.

C. The allocation of fund to develop their profession for buying some books, magazines/newspaper is 80%, buying other supporting utensils in learning teaching process is 80%, and didn’t give any response is 20%.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya yang berjudul

“Pola-pola Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan

Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profesional”. Penulisan

skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Penidikan.

Disini penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi

ini masih banyak kekurangan-kekurangan, juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata dharma.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Universitas Sanata dharma.

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

5. Bapak Drs. P.A Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu

dan membimbing dalam penyusunan skripsi dan memberikan masukan-masukan

dalam penulisan skripsi ini.

(9)

6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S,Pd, yang telah membantu dan memberikan masukan

dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepada Guru Tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta yang telah membantu

penulis dan memberikan masukan untuk penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku Bapak Haryanto dan Ibu Tuniah yang telah memberikan

segalanya baik waktu, material, dan dukungan doanya sehingga studiku bisa

selesai.

9. Adikku ”Almarhum Noviana”, mbak tau kamu pasti mendoakan mbak agar bisa selesai kuliah agar orang tua kita tidak kecewa dan dukunganmu tidak akan mbak

lupakan seumur hidup mbak. Mbak sayang kamu ana.

10.Suamiku, makasih yach…. atas dukungannya sehingga aku bisa menyelesaikan

skripsi ini.

11.Anakku Fidel. Makasih ya sayang….. karena kamu mama bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Adikku Lia dan Wiwik, makasih atas semua bantuannya jagain Fidel sehingga

mbak bisa bimbingan skripsi.

13.Shinta, Yayuk …. gimana …. aku jadi lulus juga kayak kalian kan?

14.Teman-teman PDU ’99, Anna, Niken, Edi, Kosmas, Tatang makasih ya ….

kamulah teman seperjuanganku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi

perbaikan skripsi ini.

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….…. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………... v

ABSTRAK……… vi

ABSTRACT………. vii

KATA PENGATAR ……… viii

DAFTAR ISI ..………. x

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… .. xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola-pola Penggajian... 9

1. Pendapatan/Gaji ... 9

2. Teori Pengupahan ... 12

(11)

3. Upah/Pengupahan ... 15

4. Sistem Pengupahan Guru PGPS ... 19

B. Profesi Guru ... 21

1. Definisi Guru... 21

2. Pengertian Profesi Guru ... 22

3. Undang-undang tentang guru dan dosen Tahun 2006... 24

4. Peranan Guru... 26

5. Karakteristik Guru... 27

6. Pengembangan Profesi Keguruan ... 28

C. Tingkat Kebutuhan Dasar ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel.………... 38

E. Teknik Pengambilan Sampel... 39

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Data yang dicari ... 41

H. Teknik pengambilan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data... 44

Kisi-kisi Pedoman Wawancara……….. 46

(12)

BAB IV. HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta..……… 47

B. Diskripsi Lokasi Penelitian………….……….. 48

a. Batas Wilayah.……… 49

b. Penduduk……… 49

c. Keadaan Geografi……….. 50

d. Pembagian Wilayah ..………. 50

C. Perkembangan Pendidikan di Kota Yogyakarta……….. 52

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data……… 62

B. Pembahasan ………. 76

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan……… 93

B. Saran……….. 97

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Table III. 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara 46

Tabel IV. 1. Luas Kabupaten/Kotamadya di DIY 48

Tabel IV. 2. Nama kecamatan dan kelurahan di DIY 51

Tabel IV. 3. Jumlah sekolah di kota Yogyakarta 53

Tabel IV.4. Jumlah siswa sekolah 54

Tabel IV. 5. Jumlah guru PNS di kota Yogyakarta 55

Tabel IV. 6. Jumlah guru swasta di kota Yogyakarta 56

Tabel IV. 7. Jumlah kelas yang dipakai oleh sekolah di kota Yogyakarta 56

Tabel IV. 8. Jumlah ruang kelas yang digunakan 56

Tabel IV. 9. Jumlah guru Bantu kota Yogyakarta 57

Tabel IV. 10. Subsidi guru tidak tetap dan guru tetap yayasan 57

Tabel IV. 11. Subsudi guru tidak tetap 58

Tabel IV. 12. Subsidi kelebihan jam mengajar GTT dan GTT Yayasan 58

Tabel IV. 13. Frekuensi dan Presentasi jumlah gaji 60

Tabel IV. 14. Frekuensi dan komponen gaji 61

Tabel V. 1. Frekuensi dan presentase Jenis Usaha untuk menambah

Penghasilan 72

Tabel V. 2. Frekuensi dan Presentase jumlah pendapatan dari usaha

Sampingan 73

(14)

Tabel V. 3. Frekuensi dan Presentase pengalokasian waktu melaksanakan

Usaha sampingan 74

Table V. 4. Frekuensi dan Presentase jenis pengalokasian peningkatan

Profesi guru 75

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Wawancara

Lampiran 2. Daftar mentah hasil penelitian

Lampiran 3. Data pendidikan sekolah swasta (yayasan) di lingkungan Dinas

Pendidikan Kotamadya Yogyakarta tahun Ajaran 2005/2006

Lampiran 4. Data pendidikan sekolah negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

Kotamadya Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

Lampiran 5. Daftar Gaji PNS

Lampiran 6. Nama sekolah TK, SD, SMP, SMA DAN SMK di Kotamadya

Yogyakarta

Lampiran 7. Nama guru Bantu TK, SD, SMP, SMA dan SMK di Kotamadya

Yogyakarta

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9. Contoh Petikan Keputusan Pengangkatan CPNS

Lampiran 10. PETA Wilayah Kotamadya Yogyakarta

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Pekerjaan yang

mereka lakukan sangatlah berat dan penuh tanggung jawab baik kepada

pribadi, masyarakat maupun pemerintah. Dengan tanggung jawab yang

diemban oleh seorang guru seharusnya seorang guru mendapatkan balas jasa

yang seimbang dengan tanggung jawabnya. Seharusnya kehidupan dan

pengembangan profesi mereka lebih diperhatikan agar seorang guru lebih

berkualitas dalam mengajar atau bisa dibilang lebih professional dalam

mengajar.

Namun dalam kenyataannya, profesi guru sering dianggap rendah oleh

banyak kalangan, karena dilihat dari gaji yang mereka terima. Padahal guru

salah satu faktor penentu tinggi rendahnya hasil dari pendidikan. Tinggi

rendahnya hasil pendidikan bisa dilihat dari kesiapan guru dalam mengajar.

Kesiapan guru dalam mengajar bisa dihasilkan bila didukung oleh

perekonomian dan kesejahteraan guru yang memadai. Bila perekonomian guru

dan kesejahteraan guru bisa diatasi maka seorang guru tidak akan mencapai

pendapatan di luar profesinya yang bisa mengganggu profesionalitas seorang

guru.

Guru dianggap professional bila dapat menyiapkan mata pelajaran yang

akan diajarkan kepada siswanya tidak hanya dari buku pelajaran semata tetapi

dari pengetahuan-pengetahuan baru dan yang sedang hangat-hangatnya

(17)

dibicarakan. Untuk mendapatkan berita ini seorang guru minimal hatus

mendengarkan berita dari radio, televisi atau membacanya di Koran.

Salah satu persoalan klasik di Indonesia yang sudah dirasakan bertahun-tahun,

dari periode berikutnya dan belum pernah terpecahkan adalah rendahnya gaji

guru dan tingkat kesejahteraannya.

Pertanyaan yang sekarang perlu dicari jawabanya adalah apakah mungkin

dengan gaji yang kecil seorang guru bisa mencukupi kebutuhan dasarnya?

Apa yang menjadi dasar kita mengatakan kesejahteraan guru di Indonesia

rendah atau gaji yang kecil? Penelitian atas kesejahteraan yang rendah itu

didasarkan paa beberapa hal. Pertama dibandingkan dengan kesejahteraan

guru di negara-negara lain, termasuk negara tetangga kita Malaysia. Kedua

dibandingkan dengan alokasi waktu yang dicurahkan oleh guru dan beban

tanggungjawab yang harus mereka pikul, dibandingkan dengan gaji Pegawai

Negeri Sipil (PNS) pada umumnya. Ketiga dibandingkan dengan nilai tukar

uang atas kebutuhan dasar untuk hidup sehari-hari seorang guru.

Dibanding dengan gaji guru-guru di negara tetangga Malaysia, gaji guru

Indonesia amatlah rendah, karena nilai tukarnya tidak mencukupi kebutuhan

hidup selama satu bulan dengan tiga atau empat anggota keluarga. Untuk

memenuhi kebutuhan makan yang memenuhi standar empat sehat lima

sempurna tidak mencukupi, apalagi untuk kebutuhan lainnya.

Bila dibandingkan dengan kesejahteraan PNS lain di Indonesia, secara

nominal gaji guru lebih tinggi untuk golongan dan masa kerja yang sama.

(18)

karena guru mendapatkan tambahan tunjangan fungsional. Memang jam kerja

PNS guru dan PNS non guru tidak sama, kalau PNS non guru bekerja sehari 8

sampai 10 jam atau kurang lebih 42 jam per minggu. Tetapi jam kerja seorang

guru tidak terbatas. Memang seorang guru mengajarnya hanya pukul 07.00

saampai 12.45 tetapi sebelum mengajar seorang guru harus mempersiapkan

bahan mata pelajaran yang akan disampaikan dan membuat satuan pelajaran.

Setelah mengajar harus memeriksa hasil pelajaran siswa. Peluang seorang

PNS guru untuk mendapatkan pendapatan diluar gaji sangatlah sulit atau

sangatlah kecil. Sedang PNS non guru lebih banyak mendapatkan peluang

karena sering ada proyek-proyek dengan masyarakat. Sedangkan guru

memiliki peluang dengan cara memberi les di sekolah maupun diluar sekolah.

Harapan masyarakat terhadap guru saangatlah besar, bukan hanya disekolah

saja tetapi juga di lingkungan tempat tinggalnya seorang guru dianggap

sebagai panutan atau teladan bagi masyarakat.

Hal yang paling menyedihkan yang sekarang ini dialami para guru tidak

tetap di Indonesia, terutama disekolah-sekolah kecil terlebih di pedesaan.

Sampai sekarang banyak sekolah kecil terutama di desa yang memberi honor

sebesar Rp.2.500,00 per jam mengajar. Dengan demikian, kalau seorang guru

mengajar dalam satu minggu 24 jam, maka dalam satu bulan hanya

mendapatkan gaji Rp 60.000,00. di Jakarta sampai sekarang masih ada

sekolah yang menggaji guru sebesar Rp.4.000,00 per jam. Engan demikian

bila guru mengajar dalam satu minggu mengajar 24 jam mata pelajaran maka

(19)

gaji yang mereka peroleh amatlah tidak sesuai dengan pengorbanan yang

mereka keluarkan.

Di kota besar seperti Jakarta, para guru swasta mengajar di

sekolah-sekolah yang tergolong sekolah-sekolah mahal saja gaji yang diteima amatlah kecil,

yaitu kurang dari Rp. 1.500.000,00 per bulan yang diatas Rp 1.500.000,00 per

bulan sangatlah jarang. Dengan tuntutan ekonomi yang tinggi, gaji dibawah

Rp 1.500.000,00 per bulan sangatlah tidak cukup untuk memenuhi hidup

sehari-hari. Hal serupa juga terjadi pada sekolah-sekolah negeri di Jakarta.

Gaji yang diterima guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) amatlah renah

(di Jakarta saja masih ada yang memperoleh gaji dibawah Rp 200.000,00 per

bulan), nasibnya juga tidak jelas, amat tergantung dari otoritas kepala sekolah

sehingga sewaktu-waktu bisa dipecat, seperti yang di alami oleh Umas

Abdhali and kawan-kawan yang mengajar di SMU 112 Jakarta (Kompas 20

Sept 2000). Bila guru-guru swasta menapat dana insentif dari pemerintah

sebesar Rp 75.000,00 per bulan, yang pembayarannya dilakukan enam bulan

sekali, juga ada daerah yang memberi tambahan insentif lain sebesar Rp

50.000,00 per bulan maka para guru tidak tetap terutama guru pemula dan

guru Bantu disekolah-sekolah negeri, baik SD sampai SMU tidak memperoleh

dana insentif sama sekali.

Pemerintah dan masyarakat jangan menutup mata terhadap kekurangan

dan keganjilan yang di alami guru, termasuk soal kesejahteraan atau

kecukupan kebutuhan dasar guru. Kondisi itu menjadi ironis karena disisi lain

(20)

disisi lain seorang guru harus berfikir bagaimana caranya untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya. Akibat tekanan ekonomi yang rendah, tak jarang mereka

melakukan aksi mogok mengajar bahkan demonstrasi. Mereka melakukan hal

itu cukup beralasan dan masuk akal dan bisa dipahami. Bila kesejahteraan

guru tidak diperbaiki maka akibatnya akan fatal, bisa jadi untuk memenuhi

kebutuhan mereka akan mencari pendapat dari usaha lain sehingga waktunya

akan habis. Akibatnya kualitas pendidikan akan merosot. Oleh karena itu,

menjadi kewajiban kita semua baik pemerintah maupun masyarakat, untuk

mensejahterkan guru secara berlahan-lahan, sehingga para guru dapat

mencukupi kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan kehidupan mereka

yang lebih layak. Kita tahu, kesejahteraan guru pada jaman dahulu dengan

jaman sekarang sangatlah berbeda, jaman dahulu kebutuhan dasar mereka

sangatlah baik karena kebutuhan dasar mereka terjamin, tapi sekarang tingkat

kesejahteraan mereka terabaikan, sehingga harus mencari tambahan atau usaha

lain untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Rekomendasi Bank Dunia untuk memberdayakan guru dan tenaga

kependidikan (1999) menyebutkan bahwa apapun yang diluncurkan untuk

meningkatkan mutu guru guna memacu mutu mutu pendidikan (missal,

peningkatan kualifikasi pendidikan, penataran-penataran, pengendalian saran

dan prasarana pendidikan), serta restrukturisasi system insentitif dengan

pemberian imbalan yang baik kepada guru berprestasi (merit system) tidak

akan memberi pengaru maksimal bagi peningkatan mutu jika kesejahteraan

(21)

Selanjutnya, survey yang dilakukan Bank Dunia di Indonesia, Liberia dan

Somalia menunjukan jumlah guru yang memiliki sambilan kedua atau ketiga

untuk mencari penghasilan tambahan. Masalah keasejahteraan guru,

menyangkut guru keseluruhan, baik guru negeri, guru swasta, guru tidak tetap

(guru pemula, guru bantu) guru TK, SD, SMP, SMU maupun dosen. Dengan

adanya pemilihan-pemilihan yang jelas, kirany dapat mengetahui sebetulnya

cenderung membicarakan rendahnya gaji guru. Rendahnya guru dilihat dari

nominal yang diperoleh, bukan pada usaha atau langkah atau usaha yang

ditempuh oleh guru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan

kemampuan yang ada dan berdasarkan pada permasalahan di atas, maka

penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pola-pola Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profeasional di Kotamadya Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Batas Masalah

Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menghindari

hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi

masalah yaitu:

a. Penelitian ini dibatasi pada pola-pola penggajian guru tidak tetap di

(22)

b. Obyek penelitian adalah guru-guru tidak tetap yang mengajar di TK, SD,

SMP, SMA atau SMK di Kotamadya Yogyakarta.

c. Responden yang diteliti berjumlah 50 responden.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana pola penggajian guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta?

b. Bagaimana usaha guru dalam memperoleh tambahan penghasilan ?

c. Apakah guru mengalokasikan dana pengembangan profesi ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis jumlah gaji yang diperoleh guru tidak

tetap di Kotamadya Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui dan menganalsis bagaimana usaha guru tidak tetap

dalam memperoleh tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan

ekonomi dasar keluarga guru di Kotamadya Yogyakarta

c. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah guru tidak tetap

mengalokasikan dana pengembangan profesi.

(23)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dan bahan

pertimbangan bagi pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Daerah

Istimewa Yogyakarta, dalam usaha meningkatkan jumlah gaji dan

kesejahteraan guru khususnya guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu).

Selain itu dapat juga sebagai salah satu “masukan” untuk pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah untuk meninjau sistem penggajian guru secara

tersendiri. Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah

untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut khususnya masalah guru untuk

kedepannya.

b. Bagi para guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dan

acuan bagi para guru untuk bernegosiasi dan menuntut perbaikan nasib.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi gambaran bagi guru tentang

arti sebuah kesejahteraan dan tingkat kebutuhan dasar untuk perbaikan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola-pola Penggajian

Pola-pola penggajian yang dilakukan di Indonesia kurang memenuhi

standar kebutuhan guru. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pola

penggajian adalah suatu gambaran yang dipakai sebagai patokan untuk gajian

pegawai dalam suatu instansi.

1. Pendapatan/Gaji

a. Definisi Pendapatan

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005,

gaji adalah hak yang diterima oleh guru /dosen atas pekerjaannya dari

penyelenggara pendidikan / satuan pendidikan dalam bentuk finansial

secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Sumardi,(1982:92), pengertian pendapatan dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang

sifatnya legular yang biasa diterima, biasanya sebagai balas jasa

atau kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji atau

upah, balas jasa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri

dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang

(25)

dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal,

tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial.

2) Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang

sifatnya regular akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan

diterima dalam bentuk barang atau jasa. Barang-barang atau jasa

yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak

diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang dinikmati barang

atau jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara

Cuma-Cuma, pembelian barang atau reduksi dari majikan.

b. Pengelompokan Pendapatan

Perincian pengelompokan pendapatan menurut Badan Pusat

Statistik, (Mulyanto Sumardi, 1982:92) pada dasarnya dikelompokkan

dalam:

1) Pendapatan sektor informal yaitu, segala pendapatan berupa uang

atau barang yang sifatnya regular dan yang diterima sebagai balas

jasa.

2) Pendapatan sektor informal yaitu, segala penghasilan baik berupa

uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa dari

sektor informal.

3) Pendapatan sub sistem yaitu, terjadi apabila produksi dan konsumsi

berada di satu tangan masyarakat kecil. Maka pendapatan dalam

(26)

bersumber dari sektor formal, yaitu pendapatan yang diperoleh

guru dari hasil usaha dan diterima sebagai balas jasa / upah atau

gaji.

c. Sumber Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh seseorang bisa berasal dari

beberapa sumber yaitu:

1) Usaha sendiri, misalnya berdagang, mengerjakan sawah atau

menjalankan usaha sendiri.

2) Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau

perusahaan sebagai buruh atau karyawan.

3) Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan,

mempunyai uang yang dipinjamkan dengan bunga dan sebagainya.

Selain pendapatan (balas jasa dan hak milik) mungkin masih

ada penerimaan atau masuk lainnya, misalnya:

a) Uang pensiun bagi yang sudah lanjut usia yang dulu bekerja pada

pemerintah atau instansi lain.

b) Sumbangan atau hadiah, misalnya bantuan dari saudara atau famili,

warisan orang tua dan sebagainya,

c) Pinjaman atau hutang, ini merupakan uang masuk tetapi suatu saat

(27)

2. Teori Pengupahan

Sistem pengupahan disuatu negara biasanya didasarkan pada

falsafah atau teori yang dianut oleh negara tersebut. Ada dua ekstrim

sistem pengupahan yaitu:

1. Ajaran Karl Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas.

2. Teori pertambahan produk marjinal berlandaskan asumsi

perekonomian bebas.

Landasan pengupahan di Indonesia adalah UUD, pasal 27, ayat (2)

dan penjabarannya dalam Hubungan Industrial Pancasila. Pada prinsipnya

sistem pengupahan harus mampu menjamin kehidupan yang layak bagi

pekerjaan dan keluarganya yang berarti mempunyai fungsi sosial,

mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang dan

memuat pemberian insentip yang mendorong peningkatan produktivitas

kerja dan pendapatan nasional.

1. Upah Menurut Kebutuhan (Ajaran Karl Marx)

Dalam ajaran Karl Marx Upah adalah hasil yang diterimam

seseorang dari bekerja menurut kemampuannya dan tiap orang

memperoleh menurut kebutuhannya. Atau dengan kata lain, upah

sesuai dengan tingkat kebutuhan seseorang.

Upah menurut kebutuhan adalah ajaran Karl Marx yang memiliki

(28)

a. Teori nilai.

Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa hanya

buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Maka Marx

menyimpulkan bahwa nilai suatu barang adalah nilai dari jasa

buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk

memproduksi barang tersebut.

b. Pertentangan kelas

Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa kapitalis

selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk

mengurangi penggunaan buruh, sehingga pengusaha dapat

menekan upah. Akibat dari pengurangan penggunaan buruh

menimbulkan pengangguran besar-besaran.

c. Terbentuknya masyarakat komunis

Terbentuknya masyarakat komunis berasal dari

konsekwensi dari dua ajaran Marx yaitu: teori nilai dan

pertentangan kelas. Dalam masyarakat ini seseorang tidak

menjualkan tenaganya kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu

melalui partai buruh akan mengatur apa dan berapa jumlah

produksi. Dalam teori ini Marx memimpikan “tiap orang harus

bekerja menurut kemampuannya, dan tiap orang memperoleh

menurut kebutuhannya” (from each according to his ability, to

(29)

Dari teori-teorinya, Marx mengimplikasikan pandangannya

tersebut dalam sistem pengupahan dan pelaksanaannya adalah sebagai

berikut :

1. Bahwa kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macamnya dan

jumlahnya kira-kira sama. Nilai tiap barang yang sama adalah juga

sama. Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang juga kira-kira sama.

Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan fungsi

sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtip dari buruh.

2. Sistem pengupah tidak mempunyai fungsi pemberian insentip yang

sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktifitas kerja dan

pendapatan nasional.

3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap

orang betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya.

2. Upah Sebagai Imbalan (Teori Neo Klasik)

Dalam teori Neo Klasik upah adalah imbalan atas usaha kerja

yang diberikan karyawan kepada pengusaha.

Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka

memaksimalkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan

faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor-faktor produksi yang

dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai tambahan

hasil marjinal dari faktor produksi tersebut, dalam hal ini pengusaha

(30)

pertambahan marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima

orang tersebut.

3. Upah/Pengupahan

a) Definisi upah atau Pengupahan

a. Pengertian upah menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional

Upah adalah suatu penelitian sebagai suatu imbalan dari

pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau

jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan

kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan

produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan

peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara

pemberi kerja dan penerima kerja.

b. Pengertian upah menurut Martoyo Susilo

Upah akan gaji adalah suatu bentuk pemberian kompensasi

yang bersifat “finansial” dan merupakan yang utama dari

bentuk-bentuk kompensasi yang ada bagi karyawan. (Susilo, 1998 : 118)

Jadi upah, adalah sebagai pengganti akan jasa yang

diserahkan pekerja kepada pihak lain atau majikan.

b. Teori Penentuan Tingkat Upah

Teori tentang penentuan upah menunjukkan pada faktor-faktor

yang harus diperhatikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

(31)

akan dibayar oleh manajemen, atau apakah yang menentukan

pengurangan-pengurangan minimum yang dapat diterima manajemen?

Apakah yang menentukan pembayaran-pembayaran minimum yang

dapat diterima oleh para buruh atau pekerja?

Terdapat enam teori tentang penentuan upah, yaitu sebagai

berikut:

1) Peranan Lingkungan Ekonomi (economic enviroment)

Suatu faktor lain pada segi permintaan yang dalam jangka

panjang mempunyai arti yang lebih penting adalah sifat dari pasar

barang-barang hasil produksinya. Makin inelastic sifat permintaan

akan barangnya makin kuat unsur oligopolinya didalam industri,

maka tingkat upah akan cenderung lebih tinggi pula. Adanya suatu

struktur pasar yang oligopilitis akan memberikan kepada sarekat

buruh suatu alat pengungkit untuk menaikkan upah melainkan

entry prevention perusahaan pendatang baru, sehingga para

pendatang baru tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan suplay

tenaga yang elastis didalam sektor atau industri yang bersangkutan.

2) Perbandingan-perbandingan upah (wage comparison)

Perbandingan upah sering digunakan sebagai pegangan,

baik oleh Serikat buruh atau manajemen didalam perundingan atau

negosiasi, terutama jika telah terjadi perubahan-perubahan didalam

tingginya upah. Banyak sekali ahli-ahli ekonomi ketenagakerjaan

(32)

penengah atau arbitrators sering memakai faktor ini sebagai dasar

atau penjelasan didalam memberikan

rekomendasi-rekomendasi-nya. Pada umumnya para buruh atau pekerja

membanding-bandingkan upah dan kondisi-kondisi kerja yang terdapat dari

berbagai macam tempat.

3) Biaya Hidup

Dengan menggunakan biaya hidup sebagai kriterium maka

penyesuaian-penyesuaian upah diadakan terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam cost of living. Sebagai tolok ukur

dipakai indeks harga-harga yang di bayar oleh buruh atau pekerja

(wage earner) dan karyawan administratif yang bertempat tinggal

di daerah perkotaan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang

dibutuhkan. Dan pada umumnya baik buruh maupun manajemen

tidak dapat menyetujui suatu ikatan antara upah dan biaya hidup

yang bersifat otomatif.

4) Budget Buruh

Hubungan konseptual antara kriterium biaya hidup dengan

kriterium budget minimum adalah sangat erat. Kedua konsep itu

mempersoalkan standar hidup. Meskipun demikian ada

perbedaannya. Kriterium biaya hidup menekankan kepada suatu

aktual standard yang diperolehnya dengan sapling statistik dari

(33)

negeri. Kriterium budget sebaliknya menekankan kepada suatu

ideal standar, suatu standard yang melampaui standard yang aktual.

5) Produktivitas (productivity)

Hubungan antara produktivitas fisik dan upah, yang secara

langsung menyangkut kepentingan manajemen, buruh dan arbiter

dalam penentuan kriterium upah ialah, bahwa kedua-duanya itu

menentukan unit labour cost. Peningkatan produktivitas fisik

(dengan upah tetap) menyebabkan unit labour cost turun dan

sebaliknya. Kenaikan unit labour cost yang disertai dengan

kemajuan-kemajuan dalam produktivitas fisik menunjukkan bahwa

kenaikan upah itu lebih kuat daripada cost saving effect

peningkatan produtivitas.

6) Kemampuan membayar (ability to pay)

Kemampuan untuk membayar sangat erat hubungannya

dengan produktivitas, karena output setiap per man hour naik

sedangkan faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, maka

untung perusahaan akan bertambah. Berhubung dengan itu maka

buruh atau pekerja merasa berhak dan secara moral dan dibenarkan

untuk mendapatkan bagian dari kenaikan produktivitasnya dan

labanya itu. Walaupun kenaikan membayar sering dikemukakan

oleh buruh sebagai dasar tuntutan kenaikan upah, namun

(34)

sebagai dasar untuk mempertahankan upah yang berlaku. Jadi

dalam hal ini buruh sering tidak konsekuen.

3. Sistem Pengupahan Guru PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil)

Sistem pengupahan merupakan kerangka yang memberikan

gambaran secara sistematis tentang pengaturan upah dan penetapan upah

pada berbagai tingkat jabatan. Menurut Sondang Siagian (1995 : 253)

suatu imbalan yang baik adalah sistem yang mampu memikirkan kepuasan

para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi

memperoleh, memelihara dan mempekerjakan sejumlah orang dengan

berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif. Dengan

adanya Undang – undang yang mengatur dalam penentuan tingkat upah

(Payaman Simanjutak 2001 : 110) sistem pengupahan di Indonesia pada

umumnya didasarkan pada tiga fungsi sebagai berikut :

a. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya

b. Mencerminkan atas hasil kerja seseorang.

c. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas

kerja.

Menurut Undang-Undang tentang guru dan dosen tahun 2006

dikatakan bahwa “Penghasilan atau upah guru meliputi gaji pokok,

tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa

tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan masalah

(35)

dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Menurut UURI No.14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam pasal 15 menjelaskan hal-hal

sebagai berikut :

1. Gaji pokok adalah satun penghasilan yng ditetapkan berdasarkan

pangkat, golongan, dan masa kerja.

2. Tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan penghailan

sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga.

3. Tunjangan profesi adalah tunjangna yang diberikan kpada guru yang

memiliki sertifikat peniikan sebagai penghargaan atas

profesionalitasnya.

4. Tunjangan khusus adalah tunjangan yang ibrikan kepada guru sebagai

kompetensi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan

tugas di daerah khusus.

5. Maslahat tambahan adalah kesejahteraan yang diperoleh dalam bntuk

asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

Jenis-jenis tunjangan diatas adalah jenis tunjangan yang diterima guru

sebagai balas jasa yng diberikan pemerintah setiap bulan sesuai dengan

profesinya. Dalam hal ini, penggajian seorang guru bisa dilihat dari status

kepegawaiannya dan juga status sekolah dimana guru tersebut mengajar.

Bila seorang guru diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan

(36)

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan

kerja atau kesepakatan kerja bersama.

B. Profesi Guru 1. Definisi guru

Banyak sekali definisi tentang guru dalam dunia pendidikan, menurut

kamus Bahasa Indonesia guru adalah: orang yang pekerjaannya atau mata

pencahariannya, profesinya mengajar. Sedang menurut Undang-undang

Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang

dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidika dasar, dan pendidikan menengah. Implikasi

informalnya setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh

tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang mengajar yakni dosen

dan guru. Menurut Samana (1994 : 15) guru adalah pribadi dewasa yang

mempersiapkan diri sendiri secara khusus melalui lembaga pendidikan

guru, agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik

siswanya, untuk menjadi warga negara yang baik (susila), berilmu,

produktif, sosial, sehat, dan mampu berperan aktif dalam persaingan

(37)

2. Pengertian Profesi Guru

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut keahlian

yang khas dari para anggotanya keahlian yang khas tersebut tentunya tidak

dimiliki oleh anggota profesi lain, sebab keahlian dan keterampilan yang

dimiliki oleh suatu profesi merupakan hasil pendidikan dan pelatihan atau

melalui suatu proses profesional dalam program pendidikan atau pelatihan

yang terancam, begitu pula dengan profesi kependidikan. Dilihat dari

ciri-ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri-ciri-ciri (Supriadi, 1999 : 96)

sebagai berikut :

1. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam

mengabdi kepada masyarakat.

2. Profesi menuntut ketrampilan tertentu yang diperoleh lewat

pendidikan, latihan yang lama dan insentif serta dilakukan dalam

lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu.

4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta

sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik.

5. Anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh

imbalan finansial atau materiil.

Dari ciri-ciri tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua

pekerjaan menunjukkan pada suatu profesi. Suatu profesi berbeda dengan

pekerjaan-pekerjaan lainnya karena fungsi sosialnya yaitu pengabdian

(38)

khusus untuk melaksanakan fungsi tersebut. Selain itu suatu profesi

menerima imbalan berupa finansial atau materiil. Profesi guru adalah suatu

contoh suatu profesi.

Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi

dalam lima kategori, yaitu: tanggung jawab dalam pengajaran,

memberikan bimbingan, pengembangan kurikulum, pengembangan

profesi dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan

masyarakat.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru

dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis

mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan-bahan yang diajarkan

kepada siswa. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu

pengetahuan sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai

oleh siswa.

Guru harus selalu belajar supaya ia mempunyai bekal yang cukup

dalam rangka mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki supaya

apa yang ia transformasikan betul-betul dimiliki oleh siswa.

Tanggungjawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya

ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga,

meningkatkan tugas serta tanggung jawab untuk selalu profesional. Oleh

(39)

kemampuan dalam rangka meningkatkan tugas profesinya. Seorang guru

harus memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dilakukan

oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun

karsa, tut wuri Handayani “. Baik didalam maupun di luar sekolah.

Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik

dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan

anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah

misi kemanusiaan yaitu misi bertugas dalam pengabdian masyarakat.

3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan

Dosen, Bab I Pasal 1 No 1, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keamanan,

ketakwaan dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualivikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang

sesuai dengan bidang tugas.

(40)

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan.

f. Memiliki penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban

melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan

kompetensi sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan,

jenis kelamin, agama, ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode

etik guru serta nilai-nilai agama dan etika.

(41)

4. Peranan Guru

Pada tahun 1975, menurut Norman dan Goble dalam Samana (1994 :

39-41) mengungkapkan bahwa atas inisiatif ONESCO dan IBE di Jenewa

diadakan konferensi internasional tentang pendidikan sekolah dengan tema

“beberapa kecenderungan utama dibidang pendidikan dan perubahan

peranan guru selama berdinas”. Dengan mengacu pada isi konferensi

tersebut maka seorang guru adalah sebagai berikut:

a. Fungsi guru dalam proses intruksional serta pertanggungjawabannya

lebih penting dari pada otoritasnya sebagaimana sumber keilmuan bagi

belajar siswa.

b. Sejalan dengan pemikiran di atas, terjadilah pergeseran titik berat

dalam proses pengalihan pengetahuan, yang semula berpusat pada diri

guru (sebagai informator), kini proses tersebut mementingkan siswa

untuk belajar secara sistematis, kontinyu dan optimal.

c. Pola hubungan timbal balik antara guru dengan siswa juga mengalami

perubahan layanan bimbingan belajar siswa dari guru semakin menuju

keindividualisme proses belajar siswa.

d. Praktek pengajaran semakin ditandai dengan penggunaan produk

teknologi pengajaran yang modern, yang menuntut penguasaan

konsep, prinsip dan keterampilan baru dalam penggunaannya.

e. Dalam era modernisasi pengajaran tersebut, semakin dituntut

kerjasama antara guru, dengan ahli atau profesi lain yang terkait

(42)

f. Sejalan dengan pemikiran di atas, secara teknik operasional guru

hendaknya semakin sadar akan perlunya kerjasama antara guru, guru

dengan orang tua siswa, dan guru dengan kelompok-kelompok sosial

kemasyarakatan untuk membina perkembangan siswa.

g. Dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi dan padat informasi

terjadi penurunan otoritas yang secara tradisional ada dalam hubungan

pendidik (termasuk guru) dengan peserta didik (siswa).

h. Dalam situasi seperti ini, guru semakin dituntut menjadi model

(patron) yang menjadi kiblat perkembangan diri siswa dan mampu

melaksanakan kepemimpinan yang partisipasif.

5. Karakteristik Guru

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka guru harus

memiliki kemampuan mengajar yang baik. Adapun karakteristik seorang

pengajar yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Soekartawi (1995 :

33-34), adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuannya (bahan ajar) yang

diberikan kepada siswa.

b. Mampu memberikan motivasi pada siswa.

c. Mampu mengelola kelas.

d. Mampu bertindak sebagai pemimpin.

e. Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan.

f. Mampu membuat suasana kelas tetap terkontrol.

(43)

h. Mau menerima umpan balik bagi siswa.

i. Mempunyai keahlian dalam pengajaran.

Sifat guru yang baik adalah sebagai berikut:

a. Guru harus menjadi orang tua murid-muridnya.

b. Ada hubungan baik antara guru dengan muridnya.

c. Guru hendaklah mempunyai pengetahuan tentang anak.

d. Guru harus merasa berkewajiban kepada masyarakat.

e. Guru hendaklah bersikap adil dan jujur.

f. Guru harus bersikap ikhlas.

g. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya.

h. Guru hendaknya berpengetahuan luas.

i. Guru harus periang.

j. Guru harus gesit.

k. Guru harus sehat jasmani.

6. Pengembangan Profesi Keguruan

Lembaga pendidikan guru merupakan lembaga yang selalu

mendapat perhatian, baik oleh para ahli pendidikan maupun oleh para

administator pendidikan dalam berbagai tingkat wewenang dan tanggung

jawab dalam sektor pendidikan. Perhatian itu wajib diberikan mengingat

pentingnya peranan lembaga pendidikan guru, baik pre-service (latihan

dilakukan sebagai persiapan sebelum menempuh praktek keguruan seperti

(44)

percobaan bagi penyajian oleh para anggota tim, sebagai usaha untuk

menentukan tingkat materi pelajaran sesungguhnya sebagai metode untuk

memperkirakan penempatan sebagai alat bagi supervisor untuk melatih

dan menilai guru-guru yang baru) dalam rangka mempersiapkan dan

menyediakan calon-calon guru berbagai jejang persekolahan, sejak dari

Taman Kanak-kanak sampai dengan pendidikan tingkat menengah.

Dengan adanya tuntutan ilmu pengetahuan serta teknologi yang

selalu mengalami perkembangan yang cukup pesat, maka agar peranan

guru dalam pengajarannya tetap bermutu dan up to date dalam

membimbing belajar siswa, seorang guru harus belajar dalam banyak hal

yang terkait dengan pengajaran secara berkesinambungan.

Kegiatan belajar berkesinambungan bagi seorang guru secara rinci

kegiatan belajar yang didasari pertimbangan rasional adalah :

1. Pendidikan (juga pengajaran) berlangsung sepanjang hayat. Berlaku

untuk guru dan siswa. Usaha seseorang untuk mencapai perkembangan

diri serta karyanya tidak pernah selesai maka harus selalu berkembang

dan perlu dikembangkan terus-menerus.

2. Pendidikan (juga pengajaran) merupakan kiat dalam penguasaan serta

penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan serta teknologi bagi

pembentukan pribadi manusia.

3. Sistem pengajaran, materi pengajaran dan penyampaiannya kepada

(45)

4. Sistem pengajaran tersebut bersifat terbuka, yang berarti bahwa sitem

pengajaran itu mudah atau rentan terhadap pengaruh dari luar

sistemnya.

5. Siswa adalah pribadi yang unik dan aktif menghadapi lingkungan

hidupnya (belajar).

6. Unjuk kerja (kinerja) guru bersifat autetik, situasional, dan kreatif.

7. Misi pendidikan (juga pengajaran) adalah membantu siswa agar

mampu menghadapi tantangan masa depannya secara lebih baik.

Dalam hal ini yang bertanggung jawab terhadap mutu guru tersebut

adalah banyaknya pihak, yaitu calon guru yang bersangkutan, guru calon

guru (dosen LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan), kurikulum

LPTK (pihak pengembangan dan pengambilan kebijakan kurikulum

sehubungan dengan pendidikan calon guru), pemakai tenaga guru (sekolah

negri dengan jajaran hierarki vertikalnya), organisasi profesi dan secara

tidak langsung adalah masyarakat umumnya.

Secara garis besar hambatan-hambatan atau masalah yang dihadapi

dalam pengembangan profesi keguruan adalah kesulitan pembibitan guru

yang bermutu, kesulitan dalam standardisasi pendidikan guru pra-jabatan,

kesulitan dalam standardisasi pendidikan guru dalm jabatan, dan kesulitan

dalam pembinaan kesinambungan serta keterpaduan antar pembibitan –

pendidikan guru pra-jabatan – pendidikan guru dalam jabatan untuk

peningkatan mutu guru atau pengembangan kompetensi atau karirnya. Jika

(46)

relevan dengan tuntutan keguruan jika proses kerja serta evaluasi hasil

kerjanya terlaksana secara sistematis serta berkeahlian dan jika

penghargaan terhadap profesi guru (baik secara moral, sosial dan finansial)

cukup tinggi, maka harapan akan muncuk guru-guru yang bermutu

semakin dekat realisasinya.

C. Tingkat Kebutuhan Dasar

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral

maupun materiil, baik kebutuhan penting maupun sesuai dengan kebutuhan

mereka. Kebutuhan dasar atau sering disebut kebutuhan pokok atau basis

human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna

kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi

individu seperti makan, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan.

Samir Radwan dan Torkel Alfhan menuliskan bahwa tanpa

mengurangi konsep basis needs, keperluan minimum dari seorang individu

atau rumah tangga adalah sebagai berikut :

1. Makan

2. Pakaian

3. Perumahan

4. Kesehatan

5. Pendidikan

6. Air dan sanitasi

7. Transportasi

(47)

Menurut Dr. Thee Kian Wie kebutuhan manusia adalah hal yang

spesifik, karena kebutuhan pokok disuatu daerah berbeda-beda. Thee Kian

Wie mendefinisikan kebutuhan pokok sebagai suatu paket barang dan jasa

yang oleh masyarakat dianggap perlu bagi setiap orang dan merupakan

kebutuhan tingkat minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang.

Model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi memenuhi lima sasaran

pokok yang dianggap lebih efektif dalam menangani kemiskinan yang

berlarut-larut menurut Soedjatmoko yaitu:

1. Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan atau perumahan,

peralatan sederhana dan sebagai kebutuhan yang dipandang perlu;

2. Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai jasa, pendidikan

untuk anak dan orang tua, program preventif dan kuratif kesehatan air

minum, pemukiman dengan lingkungan yang mempunyai infrastruktur dan

komunikasi, baik rural maupun urban;

3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif

(termasuk menciptakan sendiri) yang memungkinkan adanya balas jasa

setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga;

4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa,

ataupun dari perdagangan internasional untuk memperolehnya dengan

kemampuan untuk menyisihkan tabungan untuk pembiayaan usaha

(48)

5. Menjamin adanya partisipasi masa dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan proyek-proyek.

Di Indonesia pemenuhan kebutuhan dasar dijamin oleh negara, seperti

dalam UUD 1945 pasal 27 menyebutkan bahwa ”tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan pasal

31 ayat 1 “menjamin tiap-tiap warga negara untuk mendapatkan pengajaran”.

Tapi dalam kenyataannya tidak semua warga negara merasakannya. Misalnya

saja kehidupan seorang guru tidak tetap, mereka jauh dari penghidupan dan

pekerjaan yang layak. Dengan gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaannya

mereka yang berat, mereka sangat sulit untuk memenuhi kehidupan mereka

sehari-hari apalagi untuk mengembangkan profesinya sebagai seorang guru.

Bila seorang guru tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok atau

kebutuhan dasarnya maka mereka jauh dari sejahtera. Pengertian sejahtera itu

sendiri adalah seluruh penyelenggaraan dalam kehidupan guru yang

dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan guru

lebih baik dari kondisi sekarang dalam segala hal termasuk peningkatan mutu

dan pemenuhan penunjang profesi.

Tingkat kesejahteraan seorang guru bisa diukur dari seberapa besar

pendapatan atau gaji yang didapat setiap bulan. Setiap negara memiliki sektor

pendidikan yang memiliki paling banyak mempekerjakan orang dengan gaji

tetap. Sebagai gambaran pada tahun 1990, di Indonesia terdapat 1,2 juta atau

(49)

tahun 2000 terdapat separuh dari 4 juta PNS adalah guru. Awal tahun 2000,

banyak sekali penerimaan guru yang diangkat sebagai PNS guna menunjang

program pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun yang memerlukan

tambahan sekitar 35.000 guru tiap tahunnya dan bersamaan pula ribuan guru

yang pensiun. Dalam hal ini belum termasuk guru tidak tetap dan guru

yayasan.

D. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu yang berjudul “Hubungan Taraf Kepuasan Guru Terhadap Kesejahteraan Dengan Keterlibatan Pelaksana Tugas Administrasi Pengajaran di SMA Swasta Se- Kotamadya Yogyakarta”. Tri Yuniani membahas bahwa sebagian besar guru-guru di kabupaten Bantul memandang bahwa pemberian gaji yang kurang layak

mengakibatkan tingkat kesejahteraan yang dimiliki sangat rendah, untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup apalagi untuk

pengembangan profesinya. Sehingga berakibat pada kualitas guru dalam

mengajar juga rendah. Hasil penelitian ini juga didukung dari hasil penelitian

Mohrojin yang berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Gaji Guru dan Kredibilitas Guru Dengan Usaha Pengembangan Diri Guru STM I dan II Yogyakarta”. Dalam penelitian tersebut menghasilkan bahwa tingkat kepuasan tentang gaji yang dihasilkan guru sangatlah rendah, sehingga

(50)

hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti ini dapat diambil

kesimpulan bahwa selama ini gaji guru belum bisa memenuhi kebutuhan

hidup keluarga guru atau kebutuhan dasar dan jauh dari kata sejahtera

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

Suharsimi (2000:309) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan. Dalam penelitian deskriptif ini tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tapi hanya menggambarkan “apa adanya” suatu variabel, gejala atau

keadaan. Metode deskriptif berkenaan dengan bagaimana kondisi, proses,

karakteristik hasil dari suatu survai.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian Deskriptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies).

Dengan menggunakan pendekatan survai ini diharapkan peneliti dapat

melakukan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatakan

keterangan yang diharapkan oleh peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kotamadya, Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi adalah sebagai

berikut:

(52)

1. Di kotamadya Yogyakarta, terdapat sekolah-sekolah dan instansi

pendidikan baik negeri maupun swasta yang tersebar merata di

berbagai pelosok wilayahnya.

2. Sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, terutama guru dilihat

dari jumlah dan jenisnya cenderung lebih banyak dibandingkan daerah

Kulon Progo dan Daerah Bantul.

3. Di kotamadya Yogyakarta, banyak sekolah-sekolah TK, SD, SMP,

SMA atau SMK sehingga banyak guru-guru yang bekerja

disekolah-sekolah baik swasta maupun disekolah-sekolah negeri karena terletak dipusat

kota.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada 3 Agustus 2006 sampai

dengan 3 November 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dan objek dalam penelitian ini adalah :

1. Subjek dalam penelitian ini adalah semua guru tidak tetap (guru pemula,

guru bantu) yang berada di kotamadya Yogyakarta baik yang mengajar di

sekolah negeri maupun swasta. Subjek yang diteliti berjumlah 50 GTT

yaitu 25 guru bantu dan 25 guru pemula yang diambil secara purposive

sampling (sampling bertujuan).

2. Objek penelitiannya adalah pola-pola penggajian guru tidak tetap dan

tingkat kecukupan kebutuhan dasar di kotamadya Yogyakarta dilihat dari

(53)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia,

benda-benda, gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam

suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru tidak

tetap yang berada di Kotamadya Yogyakarta. Guru tidak tetap di sini

adalah guru yang bersetatus sebagai guru pemula, guru Bantu yang

mengajar di sekolah negeri maupun yayasan dengan masa kerja 1-3 tahun.

Yang menyebar di Kotamadya Yogyakarta.

2. Sampel

Dalam suatu penelitian akan dikatakan ideal bila peneliti meneliti

semua populasi yang ada. Dalam penelitian ini populasi sangatlah besar.

Tapi karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka untuk mengatasi

keterbatasan ini, peneliti memerlukan adanya sampel. Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perwakilan dari guru-guru tidak tetap yang memenuhi

syarat atau kriteria yang telah ditentukan oleh penulis, yaitu guru tidak

tetap (guru pemula, guru bantu) yang mengajar tingkat TK, SD, SMP,

SMA dan SMK di Kotamadya Yogyakarta. Alasan pengambilan guru

tidak tetap di tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK sebagai berikut:

a. Guru tidak tetap yang mengajar di TK, SD, SMP, SMA dan SMK

rata-rata mempunyai ijasah sarjana S – 1 sehingga memiliki kompetensi

(54)

b. Tanggung jawab dan jumlah jam kerja guru tidak tetap yang mengajar

di TK, SD, SMP, SMA dan SMK memiliki tanggung jawab yang sama

besar, sehingga mereka layak untuk menjadi sampel dalam penelitian

ini.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti ini menggunakan teknik purposive sampling (sampling

bertujuan). Jadi, hanya anggota populasi yang memenuhi syarat dan

kriteria yang ditentukan peneliti dianggap cocok sebagai sumber data.

Dalam penelitian ini, sampel pengambilan yang dianggap

memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan oleh penulis adalah:

a. Guru tidak tetap yang mengajar di tingkat TK, SD, SMP, SMA dan

SMK, yang mengajar di wilayah Kotamadya Yogyakarta.

b. Memiliki masa kerja 1-3 tahun.

c. Lulusan S 1.

d. Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan populasi yang diambil

sebagai sampel yang memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan

penulis yaitu 25 guru bantu dan 25 guru pemula.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Variabel Penelitian

(55)

b. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar dilihat dari jumlah gaji atau

pendapatan guru tidak tetap

c. Pemenuhan kebutuhan pengembangan profesi guru dilihat dari gaji

yang diterima oleh guru tidak tetap

2. Definisi Operasional

a. Pola-pola penggajian guru tidak tetap

Dalam penelitian ini pola-pola penggajian guru tidak tetap

diartikan sebagai pegangan atau dasar yang digunakan dalam

menentukan besar kecilnya jumlah gaji atau pendapatan yang harus

diterima seorang guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta dalam satu

bulan mengajar.

b. Pemenuhan kebutuhan dasar dilihat dari jumlah gaji atau pendapatan

guru tidak tetap

Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan guru tidak tetap

diartikan sebagai kemampuan guru tidak tetap di kotamadya

Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan

mendayagunakan gaji atau pendapatan yang diperolehnya selama satu

bulan mengajar. Selain itu tingkat kesejahteraan ini juga diukur dari

seberapa besar kemampuan gaji yang diperoleh guru bila diukur

dengan barang-barang pemuas kebutuhan rumah tangga.

c. Pemenuhan kebutuhan pengembangan profesi guru dilihat dari gaji

(56)

Dalam penelitian ini jumlah gaji atau pendapatan guru tidak

tetap diartikan sebagai besar kecilnya uang yang diterima guru tidak

tetap di Kotamadya Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan

pengembangan profesinya.

G. Data yang Dicari

Untuk mengukur masing-masing variabel dalam penelitian ini , maka

data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data

oleh peneliti untuk tujuan penelitian. Data ini bisa diperoleh dari

responden, melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung.

Sehingga data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Tingkat kebutuhan ekonomi dasar guru tidak tetap di kotamadya

Yogyakarta.

b. Tingkat kebutuhan pengembangan profesi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dulu dikumpulkan oleh

orang lain di luar penelitiannya sendiri walaupun sesungguhnya

merupakan data asli bagi yang bersangkutan (Spillane. SJ, 1983 : 72). Data

(57)

a. Jumlah guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) di Kotamadya

Yogyakarta.

b. Pola-pola penggajian bagi guru tidak tetap Di Kotamadya Yogyakarta.

c. Jumlah gaji yang diberikan kepada guru tidak tetap di Kotamadya

Yogyakarta.

d. Letak Geografis Kotamadya Yogyakarta.

e. Jumlah sekolah TK, SD, SMP, SMK dan SMA di Kotamadya

Yogyakarta.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Hariwijaya dan Djaela (2004:44), observasi ialah metode

pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan

terhadap fenomena yang diteliti. Fenomena yang diteliti adalah kondisi

dan keadaan para guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta. Observasi

ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran kehidupan

sehari-hari dari guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu).

Hasil observasi ini adalah gambaran langsung mengenai kondisi

yang terjadi dilapangan, baik kondisi fisik maupun non fisik yang terjadi

selama penelitian. Guna memperoleh data yang tepat maka setiap hal yang

berhubungan dengan hasil observasi dicatat secara lengkap, dari waktu,

(58)

yang satu dengan hasil observasi berikutnya. Catatan observasi diubah ke

dalam catatan yang lebih lengkap dan proses itu dilakukan setiap kali

melakukan pengamatan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui

dokumen bahan tertulis. Penelitian ini memanfaatkan metode dokumentasi

untuk mengetahui jumlah guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta,

Sejarah Kotamadya Yogyakarta, jumlah sekolah yang ada di Kotamadya

Yogyakarta, peta atau letak geografis, data tentang daftar gaji guru.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait dengan

objek dan subjek penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti akan

menggunakan pedoman wawancara agar prosesnya dapat terarah dan

mempunyai tujuan yang jelas. Pedoman wawancara ini bersifat terbuka

sehingga responden diberikan kebebasan dalam memberi jawabannya.

Teknik ini juga memperkuat dan memperdalam jawaban. Data yang akan

dicari dengan teknik wawancara adalah:

a. Tingkat kebutuhan dasar guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu).

b. Tingkat kemakmuran / kesejahteraan guru tidak tetap

c. Gaji yang benar-benar diterima guru tidak tetap.

d. Usaha yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan hidup guru tidak

(59)

e. Hambatan atau kendala yang dihadapi guru tidak tetap dalam hal

sebagai berikut :

1. Proses belajar mengajar.

2. Peningkatan profesionalisme guru

3. Pemenuhan hidup sehari-hari

4. Upaya peningkatan kebutuhan dasar.

f. Harapan guru tidak tetap.

I. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh penulis

adalah teknik analisis “tabulasi data”. Tabulasi data memili tiga alur

kegiatan, yaitu : pemeriksaan data(editing), pemberian tanda kode (coding)

dan tabulasi data. (Iqbal, 2002:89).

1. Pemeriksaan data (editing)

Pemeriksaan data merupakan proses pengecekan atau pengoreksian

data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk

(raw data) atau data yang sudah terkumpul dari responden tidak logis

dan meragukan. Dalam editing ini mempunyai tujuan menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan

bersifat koreksi. Semua kesalahan dan kerusakan pada waktu pengeditan

ini, sebaiknya diperbaiki secara menyeluruh atau mencari responden lain

Gambar

Table V. 4. Frekuensi dan Presentase jenis pengalokasian peningkatan
Tabel III. 1
Tabel IV. 1
Tabel IV. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada penelitian kali ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan tahapan pengembangan sistem metode prototype untuk membantu masyarakat untuk

Menurut Ahmad Gozali (2005:94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai berikut : “Suatu perjanjian yang disepakati ant ara bank syariah dengan nasabah

1) Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik. 2) Karena terpisahnya tempat antara regu kesatu dengan regu yang

Hasil rata-rata jagung VUB Sukmaraga dan Bisma yang ditanam di lahan sawah tadah hujan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil jagung pada beberapa lokasi

Sejumlah bangunan kuno yang sebagian besar saat ini berada di titik nol / menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta // Bahkan kini

Berangkat dari Kota Klaten ke arah tenggara, sekitar 8 kilometer / Tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten./ wisatawan akan menjumpai sebuah waduk Irigasi setengah alami

Se laku Panitia Po kja V Unit Layanan Pe ngadaan (ULP) me nyatakan bahwa Pe mas ukan Pe nawara n via Inte rne t te lah ditutup s e s uai waktunya, maka s e lanjutnya dilakukan

Tatanama asam karboksilat berdasarkan sistem IUPAC diturunkan dari nama alkana induknya dengan memberi awalan asam dan mengubah huruf terakhir “a” pada alkana dengan huruf