• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Erny Rusyani, 2015

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN

DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran, Fakultas Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Erny Rusyani

1104538

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN

DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

Oleh

Erny Rusyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Erny Rusyani

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(4)

ERNY RUSYANI

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN

DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Skripsi,

Dr. H. Suwatno, M.Si NIP. 196201271988031001

Mengetahui, Ketua Program Studi Pend. Manajemen Perkantoran,

(5)

Erny Rusyani, 2015

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

Oleh: Erny Rusyani

1104538

Skripsi ini dibimbing oleh: Dr. H. Suwatno, M.Si

Penelitian ini dilakukan di SMKN Se-Kota Bandung. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai belum optimalnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran. Beberapa faktor yang diduga menyebabkan belum optimalnya motivasi belajar siswa tersebut adalah kompetensi profesional guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMKN Se-Kota Bandung. Responden dalam penelitian ini berjumlah 35 guru mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMKN Se-Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara tidak berstruktur dan penyebaran angket (kuisioner). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi sederhana, diperoleh kesimpulan bahwa kompetensi profesional guru memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa.

(6)

Erny Rusyani, 2015

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PROFESSIONAL COMPETENCE OF TEACHERS

TOWARDS STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION ON THE

SUBJECT OF PRODUCTIVE OFFICE ADMINISTRATION IN ENTIRE SMKN BANDUNG

By: Erny Rusyani

1104538

This thesis is supervised by: Dr. H. Suwatno, M.Si

This research is conducted in entire SMKN in Bandung. The issue being discussed in this research is students’ learning motivationwhich is not yet being optimal on the subject of productive office administration. One of several factors hyphothesized the problem is in the professional competence of the teachers. The goal of the research is to find out the influence of professional competence of the teachers towards students’ learning motivation on the subject of productive office administration in entire SMKN in Bandung. The respondents on this research aggregate to 35 teachers on the subject of productive office administration in entire SMKN in Bandung.

This research employed a descriptive and verficative method. Data elicitation technique was conducted by unstructered interview and questionnaire distribution. Simple regression analysis is utilized as the data analysis. Based on the calculation using simple regresion analysis, it can be concluded that professional competence of the teachers gave positive and significant influence towards students’ learning motivation.

(7)

Erny Rusyani, 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Konsep Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Pengertian Motivasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Teori Motivasi... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Pengertian Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.4 Pengertian Motivasi Belajar... Error! Bookmark not defined.

2.1.5 Fungsi Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.1.6 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar . Error! Bookmark not defined.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar . Error! Bookmark

not defined.

2.1.8 Indikator-indikator Motivasi Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Konsep Kompetensi Profesional Guru ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Erny Rusyani, 2015

2.2.2 Pengertian Kompetensi Profesional Guru... Error! Bookmark not

defined.

2.2.3 Ciri-ciri Guru Profesional ... Error! Bookmark not defined.

2.2.4 Peran Guru Profesional dalam Proses Belajar Mengajar ... Error!

Bookmark not defined.

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Variabel dan Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

3.3.1 Operasional Variabel Kompetensi Profesional Guru.. Error! Bookmark

not defined.

3.3.2 Operasional Variabel Motivasi Belajar.. Error! Bookmark not defined.

3.4 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.7.1 Uji Normalitas... Error! Bookmark not defined.

(9)

Erny Rusyani, 2015

3.7.3 Uji Linieritas ... Error! Bookmark not defined.

3.8 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.8.1 Teknik Analisis Data Deskriptif ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2 Teknik Analisis Data Inferensial ... Error! Bookmark not defined.

3.9 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Gambaran Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.1.5 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Kompetensi Profesional Guru ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Motivasi Belajar Siswa ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Administrasi Perkantoran di

SMK Negeri Se-Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark

not defined.

5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Implikasi dan Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Permasalahan yang dihadapi peserta didik saat ini ialah mengenai keadaan

motivasi belajar siswa, tinggi rendahnya motivasi belajar siswa akan berdampak

pada kualitas peserta didik. Maka dari itu, pendidikan sangat berperan penting guna

meningkatkan kualitas peserta didik. Pendidikan merupakan proses pembelajaran

yang melibatkan guru dengan peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas peserta didik. Secara mendasar yang dapat meningkatkan kualitas peserta

didik merupakan seorang guru, guru yang mampu mengelola proses pembelajaran

dengan baik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolok ukur yang

dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Proses pembelajaran

merupakan kegiatan utama di sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa

menyenangkan dan memotivasi peserta didik dalam belajar sehingga peserta didik

tidak merasa jenuh ataupun bosan dalam proses pembelajaran tersebut.

Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.

Motivasi mendukung seseorang untuk mencapai hasil yang diinginkan begitu

halnya seorang siswa yang membutuhkan motivasi belajar yang tinggi guna

mendapatkan hasil belajar yang baik. Hal ini mendorong seorang guru untuk dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa. Tetapi pada saat ini beberapa siswa memiliki

motivasi yang rendah menjadikan siswa malas untuk belajar dan tidak adanya

gairah untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Seperti yang dikatakan

oleh Toto Ruhimat,dkk (2012:129) menyatakan bahwa:

(12)

pembelajaran (developer, desainer), menilai program hasil pembelajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor).

Motivasi belajar tidak akan terjadi jika tidak ada rangsangan dari seorang

guru. Motivasi yang tinggi dapat mengantarkan siswa pada hasil belajar yang baik.

Pada saat ini banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk malas

belajar dan tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi salah satunya yaitu seorang

guru. Maka dari itu peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Guru yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa ialah guru yang memiliki

kompetensi, salah satu kompetensi yang wajib ditingkatkan oleh guru ialah

kompetensi profesional.

Kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam mengelola proses

pembelajaran peserta didik yang bermutu akan menentukan tinggi atau rendahnya

perolehan hasil belajar siswa. Selain itu, hasil belajar siswa berkaitan dengan

seberapa besar siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif

dalam proses belajar. Semakin kuat motivasi atau dorongan yang menyebabkan

seseorang melakukan perbuatan, maka semakin kuat pula usaha yang dilakukan

untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Keinginan yang kuat serta

keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kondisi motivasi

belajar yang dimiliki siswa.

Secara umum faktor yang mempengaruhi motivasi pada diri seseorang

dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik seperti yang

dikatakan oleh Abin Syamsuddin (2004:37) menyatakan bahwa “Motivasi tersebut

timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan (1) datang dari dalam diri individu itu

sendiri (intrinsik); (2) datang dari lingkungan (ekstrinsik)”. Faktor utama yang

menyebabkan motivasi belajar siswa rendah biasanya pada faktor ekstrinsik di

mana faktor yang datang dari lingkungan sekolah khususnya seorang pengajar

(guru).

Rendahnya motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2010:23) bahwa:

(13)

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Seperti yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2010:23) bahwa motivasi

belajar dapat timbul karena dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik,

faktor ekstrinsik tersebut salah satunya adalah kegiatan belajar yang menarik. Salah

satu upaya untuk membuat kegiatan belajar mengajar yang menarik yaitu tanggung

jawab seorang guru di mana guru harus mampu membuat kegiatan belajar yang

menarik agar dapat meningkatkan motivasi belajar.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar

siswa dilihat dari tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik serta guru yang

memiliki kompetensi yang baik khususnya kompetensi profesional guru. Pada

penelitian ini yang menjadi perhatian penelitian adalah rendahnya motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran, khususnya data yang

diperoleh peneliti ialah data kelas X Administrasi Perkantoran.

Tabel 1.1

Pengukuran Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

Sumber: Data Perpustakaan SMKN 1 Bandung

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil mengunjungi

perpustakan di SMKN 1 Bandung mencapai rata-rata sebesar 3,23%, meminjam

buku sebesar 2,88% dan membaca buku sebesar 2,13%. Sedangkan rata-rata yang

harus diperoleh sebesar 100%. Jika mengunjungi perpustakaan, meminjam buku

dan membaca buku telah mencapai 100% maka target yang diinginkan

(14)

Tabel 1.2

Pengukuran Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

Sumber: Data Perpustakaan SMKN 3 Bandung

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil mengunjungi

perpustakan di SMKN 3 Bandung mencapai rata-rata sebesar 2,12%, meminjam

buku sebesar 1,99% dan membaca buku sebesar 1,09%. Sedangkan rata-rata yang

harus diperoleh sebesar 100%. Jika mengunjungi perpustakaan, meminjam buku

dan membaca buku telah mencapai 100% maka target yang diinginkan

perpustakaan SMKN 3 Bandung tercapai.

Tabel 1.3

Pengukuran Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

Sumber: Data Perpustakaan SMKN 11 Bandung

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil mengunjungi

perpustakan di SMKN 11 Bandung mencapai rata-rata sebesar 1,65%, meminjam

buku sebesar 1,56% dan membaca buku sebesar 1,33%. Sedangkan rata-rata yang

(15)

membaca buku telah mencapai 64% maka target yang diinginkan perpustakaan

SMKN 11 Bandung tercapai.

Berdasarkan beberapa tabel di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar siswa juga dapat dilihat dari keinginan siswa untuk mengunjungi

perpustakaan guna menambah pengetahuan mengenai mata pelajaran produktif

maupun pengetahuan yang lainnya, meminjam buku di perpustakaan, serta

membaca buku. Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa SMK Negeri 1 Bandung

belum mencapai 100%, SMK Negeri 3 Bandung belum mencapai 100% dan SMK

Negeri 11 Bandung belum mencapai 64%, hal ini menyatakan bahwa masih

kurangnya minat siswa dalam mengunjungi perpustakaan, meminjam buku maupun

membaca buku. Oleh karena itu, adanya tanggung jawab seorang guru yang mampu

meningkatkan minat siswa dalam mengunjungi perpustakaan, meminjam buku dan

membaca buku guna menambah wawasan dan meningkatkan hasil belajar siswa

karena semakin tinggi minat dan keinginan siswa yang dimiliki siswa semakin

tinggi pula keinginan siswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Sehingga

pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa semakin luas dan juga

mempermudah siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi yang mampu mencapai

nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

Tabel 1.4

Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Produktif di SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014,

2014/2015 No. Mata Pelajaran

Tahun Ajaran 1 Pengantar Administrasi

Perkantoran

4 Otomatisasi Perkantoran 2,78 2,80

5 Simulasi Digital 2,63 2,65

(16)

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa

di SMK Negeri 1 Bandung rata-rata kurang dari KKM, karena dari setiap mata

pelajaran produktif terdapat rata-rata nilai ulangan yang kurang dari 2,67. Pada

tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran produktif yang kurang dari 2,67 yaitu mata

pelajaran pengantar administrasi perkantoran, korespondensi, dan simulasi digital.

Salah satu mata pelajaran yang mencapai 2,67 ialah mata pelajaran otomatisasi

perkantoran dengan nilai rata-rata 2,78 dan kearsipan dengan nilai rata-rata 2,68.

Kemudian pada tahun ajaran 2014/2015 mata pelajaran yang mencapai 2,67 yaitu

mata pelajaran otomatisasi perkantoran yang semakin meningkat dari tahun ajaran

2014/2015 (semester ganjil) dengan nilai rata-rata 2,80 dan mata pelajaran

korespondensi dengan nilai rata-rata 2,70.

Tabel 1.5

Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Produktif di SMK Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014,

2014/2015 No. Mata Pelajaran

Tahun Ajaran 1 Pengantar Administrasi

Perkantoran

4 Otomatisasi Perkantoran 2,74 2,66

5 Simulasi Digital 2,85 2,70

Sumber: Data dokumen SMKN 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ulangan

beberapa mata pelajaran produktif masih dibawah kriteria kentutasan minimum

yaitu sekitar 2,67. Pada tahun ajaran 2013/2014 nilai rata-rata yang mencapai di

atas 2,67 (kriteria kentutasan minimum) yaitu mata pelajaran otomatisasi

perkantoran dengan nilai rata-rata 2,74 dan simulasi digital dengan nilai rata-rata

2,85. Pada tahun ajaran 2014/2015 (semester ganjil) mata pelajaran yang mencapai

di atas 2,67 yaitu mata pelajaran korespondensi dengan nilai rata-rata 2,78 dan

(17)

Tabel 1.6

Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Administrasi Perkantoran Pada Mata Pelajaran Produktif di SMK Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014,

2014/2015 No. Mata Pelajaran

Tahun Ajaran 1 Pengantar Administrasi

Perkantoran

4 Otomatisasi Perkantoran 2,66 2,56

5 Simulasi Digital 2,54 2,50

Sumber: Data dokumen SMKN 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun ajaran 2013/2014

nilai rata-rata yang melebihi kriteria kentutasan minimum sebesar 2,67 hanya mata

pelajaran pengantar administrasi perkantoran dengan nilai rata-rata 2,82 dan pada

tahun ajaran 2014/2015 (semester ganjil) nilai rata-rata yang melebihi kriteria

kentutasan minimum sebesar 2,67 hanya mata pelajaran kearsipan dengan nilai

rata-rata 2,81.

Dapat disimpulkan dari tabel di atas bahwa dari tahun ajaran 2013/2014

sampai dengan tahun ajaran 2014/2015 (semester ganjil) masih terdapat beberapa

mata pelajaran produktif yang belum memenuhi kriteria kentutasan minimum dari

masing-masing 5 mata pelajaran pada mata pelajaran produktif administrasi

perkantoran. Di lihat dari SMK Negeri 1 Bandung pada tahun ajaran 2013/2014

hanya 2 mata pelajaran yang mencapai kriteria ketuntasan minimum dan pada tahun

ajaran 2014/2015 (semester ganjil) hanya 2 mata pelajaran yang mencapai kriteria

(18)

hanya 2 mata pelajaran yang mencapai kriteria ketuntasan minimum dan pada tahun

ajaran 2014/2015 (semester ganjil) hanya 2 mata pelajaran yang mencapai kriteria

ketuntasan minimum. Kemudian SMK Negeri 11 Bandung pada tahun ajaran

2013/2014 hanya 1 mata pelajaran yang mencapai kriteria ketuntasan minimum dan

pada tahun ajaran 2014/2015 (semester ganjil) hanya 1 mata pelajaran yang

mencapai kriteria ketuntasan minimum. Dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 1

Bandung dan SMK Negeri 3 Bandung terdapat 2 mata pelajaran yang mencapai

kriteria ketuntasan minimum dibandingkan SMK Negeri 11 Bandung hanya 1 mata

pelajaran yang mencapai kriteria ketuntasan minimum dari ajaran 2013/2014 dan

2014/2015 (semester ganjil). Kemudian rendahnya motivasi belajar siswa juga

dapat dilihat dari beberapa wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa

disetiap sekolah. Dari hasil wawancara kepada siswa SMK Negeri Se-Kota

Bandung tingkat motivasi belajar mereka masih rendah, banyak siswa yang

menginginkan hasil belajar yang baik akan tetapi siswa tersebut malas untuk

belajar, malas untuk mengerjakan pr, dan beberapa siswa yang malas untuk masuk

sekolah dan mengikuti mata pelajaran tertentu. Hal ini tidak akan memperbaiki

hasil belajar siswa tetapi akan memperburuk hasil belajar. Maka dari itu, peran guru

dalam proses belajar mengajar sangatlah penting guna membangkitkan motivasi

belajar siswa. Akan tetapi, ada saja beberapa guru yang masih memiliki kompetensi

profesional yang rendah sehingga sulit untuk membangkitkan motivasi belajar

siswa atau memperbaiki hasil belajar siswa.

Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus maka dampak dari motivasi

menyebabkan target kurikulum tidak tercapai. Oleh karena itu, harus ada upaya

untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu upaya ialah dengan

meningkatkan kompetensi guru khususnya kompetensi profesional guru. Hal ini

senada dengan yang dikatakan Uzer Usman (2007:9) yang menyatakan bahwa

“Proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh

peranan dan kompetensi guru”.

Kompetensi guru salah satunya ialah kompetensi profesional, di mana guru

(19)

yang dikatakan oleh Masnur Muslich (2007:7) mengatakan bahwa dengan

sertifikasi diharapkan guru menjadi pendidik profesional.

Adapun data berikut ini menjelaskan beberapa guru yang telah sertifikasi

dan belum sertifikasi pada guru mata pelajaran produktif administrasi perkantoran

di SMK Negeri Se-Kota Bandung yang tersertifikasi dan belum tersertifikasi:

Tabel 1.7

Daftar Guru Sertifikasi di SMK Negeri Se-Kota Bandung No. Nama Sekolah Jumlah

Guru

Tersertifikasi Belum Tersertifikasi

1 SMKN 1 Bandung 10 10 -

2 SMKN 3 Bandung 15 14 1

3 SMKN 11 Bandung 10 9 1

Sumber: Data dokumen SMKN 1 Bandung, SMKN 3 Bandung dan SMKN 11 Bandung tahun ajaran 2014/2015

Berdasarkan data mengenai guru yang sudah tersertifikasi dan belum

tersertifikasi dapat dilihat bahwa masih ada beberapa guru dari salah satu SMK

Negeri Se-Kota Bandung yang belum sertifikasi. Jika dilihat di SMK Negeri 1

Bandung semua guru mata pelajaran produktif administrasi perkantoran sudah

sertifikasi, SMK Negeri 3 Bandung masih terdapat 1 guru yang belum sertifikasi

dan SMK Negeri 11 Bandung masih terdapat 1 guru yang belum sertifikasi. Dari

data tersebut dapat diketahui bahwa masih terdapat guru yang belum sertifikasi,

maka dari itu perlu adanya peningkatan guru akan keprofesionalannya walaupun

guru tersebut belum sertifikasi dan yang sudah sertifikasi perlu ditingkatkan

keprofesionalannya khususnya dalam mengajar.

Berkaitan dengan masalah di atas, penulis menyadari bahwa guru harus

memiliki kompetensi profesional yang baik untuk dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul sebagai berikut : “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap

(20)

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah rendahnya motivasi belajar

siswa di SMK Negeri Se-Kota Bandung. Maka dari itu seorang guru sangat

berperan penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menurut Prey Katz

(dalam Sardiman A.M, 2011:143) mengungkapkan bahwa “Peranan guru sebagai

komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai

pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan

tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan”.

Kemudian menurut Sardiman A.M (2011:77) menyatakan bahwa:

Menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar, dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Sedangkan Suryabrata (2004:142) mengemukakan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Faktor Intrinsik

1. Frekuensi bertanya pada guru 2. Kepemilikan buku wajib

3. Kerajinan dalam mengerjakan tugas mandiri 4. Keseriusan mengikuti kegiatan belajar mengajar 5. Tingkat kehadiran

2) Faktor Ekstrinsik 1. Kompetensi guru 2. Materi Ajar 3. Metode Belajar 4. Ruang Belajar 5. Perpustakaan

Mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki dalam penelitian

ini maka penulis hanya meneliti faktor kompetensi guru, dibatasi pada kompetensi

profesional guru.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah

dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pernyataan penelitian

(21)

1. Bagaimana gambaran tingkat kompetensi profesional guru pada mata

pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota

Bandung?

2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota

Bandung?

3. Adakah pengaruh tingkat kompetensi profesional guru terhadap tingkat

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi

perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini merupakan alasan mengapa penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kompetensi

profesional guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Bandung.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tingkat kompetensi profesional guru pada

mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri

Se-Kota Bandung.

2. Untuk mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota

Bandung.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat kompetensi profesional

guru terhadap tingkat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan untuk memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan yang berkaitan dengan teori yang ada di dalamnya yakni

dalam bidang pendidikan dan juga sebagai bahan referensi untuk para

(22)

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna: (1) sebagai bahan

informasi guru SMK Negeri Se-Kota Bandung untuk dapat memahami

perilaku siswa dan tingkat motivasi belajar siswa; (2) sebagai bahan

rujukan bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi profesional

sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) untuk

mengetahui dengan pasti tingkat kompetensi profesional guru terhadap

(23)

METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian

Objek dan subjek (sasaran) penelitian adalah individu yang dijadikan

sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Penelitian

ini membahas mengenai pengaruh kompetensi profesional guru terhadap motivasi

belajar siswa. Adapun objek penelitian pada penelitian ini adalah SMK Negeri

Se-Kota Bandung. Adapun SMK Negeri Se-Se-Kota Bandung yang penulis teliti ialah

SMK Negeri 1 Bandung, SMK Negeri 3 Bandung dan SMK Negeri 11 Bandung.

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi penulis, dan

memudahkan penulis dalam mengarahkan penelitiannya. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2014:3) menyatakan bahwa “Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Sedangkan menurut Arikunto (2010:136) menyatakan bahwa “Metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

dalam penelitiannya.”

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode

survey eksplanasi (exsplanatory survey). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Sanapiah Faisal (2007:18) menjelaskan:

Penelitian eksplanasi yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menemukan dan mengembangkan teori, sehingga hasil atau produk penelitiannya dapat menjelaskan kenapa atau mengapa (variabel anteseden apa saja yang mempengaruhi) terjadinya sesuatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.

Sedangkan menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:5)

mengemukakan “Metode explanatory survey yaitu metode untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengajuan hipotesis”.

Dengan melakukan metode explanatory survey ini, penulis akan melakukan

pengamatan untuk memperoleh gambaran antara variabel X (kompetensi

(24)

belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Bandung.

3.3Variabel dan Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai dua variabel, yaitu variabel kompetensi

profesional guru sebagai variabel independent atau variabel bebas (X) dan variabel

motivasi belajar siswa sebagai variabel dependent atau variabel terikat (Y).

Variabel adalah suatu obyek yang mempunyai variasi yang akan dipelajari

oleh peneliti dan akan menarik kesimpulan darinya. Dan berikut ini pengertian

variabel penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:36) menyatakan bahwa

“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Berikut penelitian ini adalah penjabaran dari operasional variabel

kompetensi profesional guru dan operasional variabel motivasi belajar siswa:

3.3.1 Operasional Variabel Kompetensi Profesional Guru

Variabel kompetensi profesional guru dalam penelitian ini dapat diukur

melalui indikator yang meliputi: (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan

proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) Guru bertanggung jawab

memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) Guru mampu

berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,

(5) Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

profesinya.

Tabel 3.1

Operasional Variabel (X) Kompetensi Profesional Guru

Variabel Indikator Ukuran Skala No. Item

Kompetensi

1. Tingkat kesediaan guru dalam proses belajar

(25)

adalah guru yang

3. Tingkat kejelasan guru dalam

3.Guru bertanggung jawab memantau

5.Guru seyogianya merupakan bagian

(26)

Variabel motivasi belajar siswa dalam penelitian ini dapat diukur melalui

indikator yang meliputi: (1) Perhatian (attention); (2) Relevansi (relevance); (3)

Kepercayaan diri (confidence); (4) Kepuasan (satisfaction).

Tabel 3.2

Operasional Variabel (Y) Motivasi Belajar Siswa

Variabel Indikator Ukuran Skala No.

Item

1. Perhatian 1. Tingkat keseriusan

siswa dalam

mengikuti pelajaran 2. Tingkat keingintahuan

siswa

3. Tingkat respons

siswa dalam

2. Relevansi 1. Tingkat kesesuaian materi dengan manfaat

2. Tingkat kepercayaan diri siswa dalam kelemahan siswa dalam meningkatkan prestasinya

4.Kepuasan 1. Tingkat penerimaan siswa atas pujian

2. Tingkat kesesuaian hasil belajar dengan

Sumber: Keller (dalam A. Drajat, 2013:22) 3.4Populasi Penelitian

(27)

penelitian, atau unit analisis yang memiliki ciri/karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau menjadi perhatian dalam suatu peneltiian (pengamatan). Dengan demikian populasi tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi apa saja yang menjadi perhatian kita.

Menurut Sugiyono (2004: 57) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan”.

Dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan atas objek atau

subjek berupa orang atau benda yang memiliki karakteristik tertentu dan yang akan

dijadikan sebagai bahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru mata pelajaran

produktif administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung. Adapun

rincian mengenai ukuran populasi tersebut dirinci dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Populasi Guru SMK Negeri Se-Kota Bandung

Nama Sekolah Jumlah Guru

SMKN 1 Bandung 10

SMKN 3 Bandung 15

SMKN 11 Bandung 10

Jumlah Seluruh Guru 35 orang

Sumber: Data SMK Negeri Se-Kota Bandung 2015

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian sensus atau

menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Penggunaan populasi

atau sensus ini dikarenakan jumlah unit analisis hanya 35 orang. Sehingga untuk

penentuan jumlah populasinya dianggap mencukupi maka yang dijadikan ukuran

sampelnya lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi.

3.5Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan data-data yang

(28)

yang diperlukan dan sesuai untuk mendukung jalannya penelitian sehingga dapat

menghasilkan suatu gambaran dalam pemecahan masalah yang dikajinya. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab dengan beberapa siswa untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik wawancara tidak berstruktur kepada siswa

kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung.

2. Kuesioner atau angket, merupakan teknik pengumpulan data yang

berbentuk daftar beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada

responden yang telah disusun sedemikian rupa oleh penyusun. Menurut

Sugiyono (2014:193) menyatakan bahwa “Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden”.

Dalam menyusun angket, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan,

diantaranya :

1. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.

2. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif-alternatif jawaban.

3. Pada responden hanya diperlukan tanda check list (√) pada setiap

alternatif jawaban yang telah disediakan secara tepat.

4. Menetapkan scoring pada setiap item-item pertanyaan. Dalam

penelitian ini setiap jawaban dari responden diberi nilai dengan

menggunakan skala Likert.

Tabel 3.4 Skala Likert

Pilihan Jawaban Bobot

nilai Sangat setuju/selalu/sangat positif/sangat baik 5

Setuju/sering/positif 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/negatif/tidak baik 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2

(29)

3.6Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpulan

data perlu diuji kelayakannya, karena akan menjamin bahwa data yang

dikumpulkan akurat. Instrumen yang baik dan layak harus memenuhi dua syarat,

yaitu harus valid dan reliabel. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014:168)

bahwa:

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, maka hasil dari

penelitian yang dilakukan akan menjadi valid dan reliabel.

3.6.1 Uji Validitas

Arikunto (2010:168) mengatakan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keahlian suatu instrumen”. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui tepat atau tidaknya angket yang tersebar. Uji

validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap bulir item dengan skor

total.

Rumus ini menggunakan Korelasi Product Moment yang dikembangkan

oleh Karl Pearson (Sambas Ali Muhidin, 2010:26), seperti berikut:

r = � ∑ − ∑ . ∑

√[� ∑ 2− ∑ 2] . [� ∑ 2− ∑ 2]

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah responden

X = jumlah skor item

(30)

instrumen penelitian menurut Sambas Ali Muhidin (2010:26-30) adalah sebagai

berikut:

1. Menyebar instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu .

6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir/item angket dari skor-skor yang diperoleh.

7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2, dimana n merupakan jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas, yaitu 20 orang. Sehingga db = 20 – 2 = 18, dan ∝ = 5%. 8. Membuat kesimpulan, yaitu dengan cara membandingkan nilai hitung r

dan nilai tabel r. Dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika r n > r l , maka instrumen dinyatakan valid.  Jika r n < r l , maka instrumen dinyatakan tidak valid. Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi perhitungan Kompetensi

Profesional Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa yang dilakukan di SMK

Pasundan 3 Bandung.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Profesional Guru (X)

No.Item r hitung r tabel Keterangan

(31)

Variabel Kompetensi Profesional Guru (Variabel X), menunjukkan sebanyak 1

item tidak valid dan sebanyak 10 item dinyatakan valid. Dengan demikian, item

yang dapat dinyatakan sebagai alat untuk mengumpulkan data variabel Kompetensi

Profesional Guru (Variabel X) berjumlah 10 item.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y)

No.Item r hitung r tabel Keterangan

Sumber: Hasil Pengolahan Data Responden

Selanjutnya, pengujian validitas terhadap 9 item untuk variabel Motivasi

Belajar Siswa (Variabel Y), menunjukkan 9 item dinyatakan valid. Dengan

demikian, seluruh item dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data

variabel Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y).

Secara keseluruhan rekapitulasi jumlah angket hasil uji validitas dapat

ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Jumlah Item Angket Hasil Uji Validitas

No. Variabel

Valid Tidak Valid

1 Kompetensi Profesional Guru (X) 11 10 1

2 Motivasi Belajar Siswa (Y) 9 9 -

Total 20 19 1

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Item Angket yang tidak valid sebanyak 1 item berada pada variabel X,

(32)

alat untuk mengumpulkan data variabel X dan Y.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas instrumen, selanjutnya adalah melakukan

uji reliabilitas instrumen. Sambas Ali Muhidin (2010:31) menyatakan bahwa:

Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas istrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya, jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Sugiyono (2014:168) juga menyatakan bahwa “Instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Dalam uji reliabilitas ini, menurut Arikunto (dalam Sambas Ali Muhidin,

2010:31) menyatakan bahwa: Formula yang dipergunakan untuk menguji

reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien alfa ( ) dari Cronbach

(1951), yaitu:

� = [ �

�− ] . [ − ∑ �2

�2 ]

Dimana sebelum menentukan nilai reliabilitas, maka terlebih dahulu

mencari nilai varians dengan rumus sebagai berikut:

� = ∑

2 ∑ � 2 � � Keterangan:

� = Reliabilitas instrumen/koefisien korelasi/korelasi alpha K = Banyaknya bulir soal

∑ �� = Jumlah varians bulir

(33)

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas

instrumen penelitian seperti yang dijabarkan oleh Sambas Ali Muhidin

(2010:31-35) adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil iju coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu.

6. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total. 7. Menghitung nilai koefisien alfa.

8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2. 9. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r dan

nilai tabel r. Kriterianya:

 Jika nilai r n > nilai r l, maka instrumen dinyatakan reliabel.  Jika nilai r n < nilai r l , maka instrumen dinyatakan tidak

reliabel.

Berikut ini diperoleh hasil Uji Reliabilitas. Rekapitulasi hasil Uji

Reliabilitas tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel X dan Variabel Y

No. Variabel r hitung r tabel Keterangan

1 Kompetensi Profesional Guru (X) 0,723 0,444 Reliabel

2 Motivasi Belajar Siswa (Y) 0,775 0,444 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data Uji Coba Angket

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel kompetensi

profesional guru diperoleh rhitung = 0,723 dan r tabel = 0,444. Hal ini berarti r hitung

lebih besar dari r tabel (0,723>0,444) dengan demikian angket untuk variabel

(34)

0,444. Hal ini berarti r hitung lebih besar dari r tabel (0,775>0,444) dengan demikian

angket untuk variabel motivasi belajar siswa dinyatakan reliabel.

3.7Pengujian Persyaratan Analisis Data 3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebagai syarat dilakukannya uji parametrik. Uji

normalitas ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang

dianalisis tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas, diuji

dengan menggunakan Liliefors test dengan bantuan Microsoft Office Excel 2013.

Menurut Harun Al-Rasyid (Sambas Ali Muhidin, 2010:93), kelebihan Liliefors Test

adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full)

sekalipun dengan ukuran sampel kecil.

Langkah–langkah pengujian normalitas data dengan Liliefors (Sambas Ali

Muhidin, 2010:93-95), adalah sebagai berikut:

1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada beberapa data.

2. Periksa data beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif hitunglah proporsi empirik (observasi).

5. Hitung nilai Z untuk mengetahui theoritical proportion pada tabel Z. 6. Menghitung theoritical proportion.

7. Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsisi.

8. Buat kesimpulan dengan kriteria uji, tolak H jika D hitung > D tabel dengan derajat kebebasan (dk) (0,05)

9. Memasukkan besaran seluruh angka tersebut ke dalam tabel distribusi berikut:

Tabel 3.9

Distribusi Pembantu untuk Pengujian Normalitas

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010:94)

X F fk Sn(�� Z �� �� Sn(�� - �� �� [�� �� − � �� ]

(35)

Kolom 1 : Susunan data dari terkecil ke besar

Kolom 2 : Banyak data ke i yang muncul

Kolom 3 : Frekuensi kumulatif. fk = f + fk sebelumnya

Kolom 4 : Proporsi empirik (observasi). Formula, Sn(X = fki : n Kolom 5 : Nilai Z, formula, Z = = �−�̅,

dimana X̅ = ∑ X

n dan S = √

2−(∑ ��) 2 −

Kolom 6 : Theoritical Proportion (tabel z) : Proporsi kumulatif luas Kurva

Normal Baku dengan cara melihat nilai z pada tabel distribusi normal.

Kolom 7 : Selisih Empirical Propotion dengan Theoritical Propotion dengan

cara mencari selisih kolom (4) dan kolom (6).

Kolom 8 : Nilai Mutlak, artinya semua nilai harus bertanda positif. Tandai

selisih mana yang paling besar nilainya. Nilai tersebut adalah D

hitung.

Selanjutnya menghitung D tabel pada ∝ = 0,05 dengan cara ,88

√n . kemudian membuat kesimpulan dengan kriteria :

 D hitung < D tabel, maka H diterima, artinya data berdistribusi normal.  D hitung ≥ D tabel, maka H ditolak, artinya data tidak berdistribusi

normal.

3.7.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk kepentingan akurasi data dan

kepercayaan terhadap hasil penelitian. Pengujian homogenitas merupakan uji

perbedaan antara dua kelompok, yaitu dengan melihat perbedaan varians

kelompoknya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap

variabel memiliki varians yang homogen (Sambas Ali Muhidin, 2010:96).

Uji statistika yang akan digunakan adalah uji Barlett dengan menggunakan

bantuan Microsoft Office Excel 2013. Kriteria yang digunakannya adalah apabila

(36)

(Sambas Ali Muhidin, 2010:96)

Dimana :

Si2 = Varians tiap kelompok data

dbi= n-1 = Derajat kebebasan tiap kelompok

B = Nilai Barlett = log ∑ ��

S2gab = Varians gabungan = = ∑ �2

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas

varians ini (Sambas Ali Muhidin, 2010:97), adalah:

1. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses penghitungan, dengan model tabel sebagai berikut :

Tabel 3.10 Model Tabel Uji Barlett

Sampel db=n-1 Logdb. Log db.� 1

2 3

… ∑

Sumber : Sambas Ali Muhidin (2010:97) 3. Menghitung varians gabungan.

4. Menghitung log dari varians gabungan. 5. Menghitung nilai Barlett.

6. Menghitung nilai � .

7. Menentukan nilai dan titik kritis.

8. Membuat kesimpulan, dengan kriteria sebagai berikut :

 Jika nilai � hitung < dari nilai � tabel, maka H diterima atau variasi data dinyatakan homogen.

(37)

Uji linieritas menjadi salah satu syarat untuk analisis data yang

menggunakan uji parametrik. Menurut Sambas Ali Muhidin (2010:99) menyatakan

bahwa:

Teknik analisis data yang didasarkan pada asumsi linieritas adalah analisis hubungan. Teknik analisis statistika yang dimaksud adalah teknik yang terkait dengan korelasi, khususnya korelasi Product Moment, termasuk di dalamnya teknik analisis regresi dan analisi jalur (path analysis).

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat

dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran

regresi. Uji linieritas dihitung dengan bantuan Microsoft Office Excel 2013.

kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa regresi linier

melawan hipotesis tandingan bahwa regresi tidak linier. Langkah-langkah yang

dapat dilakukan dalam pengujian linieritas regresi adalah sebagai berikut:

1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y 2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK dengan rumus:

� = ∑

2

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi b a (JK / , dengan rumus:

� / = b. ∑ − ∑ .∑

4. Menghitung jumlah kuardat residu (JK dengan rumus:

= ∑ − � /

5. Menghitung rata-rata kuadrat regresi a (RJK ) dengan rumus:

=

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJK ) dengan rumus:

/ = � /

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJK ) dengan rumus: = ��

8. Menghitung jumlah kuadrat error JKE dengan rumus:

� = ∑ {∑ − ∑

2 } �

Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.

9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JK C) dengan rumus: JK C = JK − JKE

10. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJK C) dengan rumus:

� =

(38)

12. Mencari nilai uji F dengan rumus:

F = ��

3.8Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Uep Tatang Sotani dan Sambas Ali Muhidin

(2011:158) yaitu “Upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik

atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”. Adapun

beberapa tujuan dilakukannya teknik analisis data seperti yang dikatakan oleh Uep

dan Sambas (2011:159) yaitu:

Terdapat tujuan dari dilakukannya teknik analisis data, antara lain : 1) mendeskripsikan data, dan 2) membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Untuk mencapai kedua tujuan teknik analisis data di atas, maka terdapat

beberapa langkah atau prosedur yang perlu dilakukan menurut Uep dan Sambas

(2011:159) sebagai berikut :

1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.

2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data.

3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.

4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian.

(39)

serta berbagai ukuran tendensi sentral, maupun ukuran dispersi. Tujuannya memahami karakteristik data sampel penelitian.

7. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi-proposisi yang dibuat apakah proposisi-proposisi tersebut ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak. Atas dasar pengujian hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat.

Teknik analisis data dalam penelitian dibagi menjadi dua macam, yaitu

teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial.

3.8.1 Teknik Analisis Data Deskriptif

Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dapat dilakukan melalui

statistika deskriptif, yaitu statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.

Termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain penyajian data

melalui tabel, grafik, diagram, presentase, frekuensi, perhitungan mean, median

atau modus.

Analisis data ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan

masalah. Untuk menjawab rumusan masalah no.1 dan no.2, maka teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran

tingkat kompetensi profesional guru dan gambaran tingkat motivasi belajar siswa.

Berkaitan dengan analisis data deskriptif peneliti menggunakan skala likert.

Untuk itu penulis menggunakan langkah langkah seperti yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2002:81) yaitu:

1. Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan menggunakan rumus: SK=ST x JB x JR.

2. Membandingkan jumlah skor hasil angket dengan jumlah skor item, untuk mencari jumlah skor dari hasil angket dengan rumus :

xi= x1 x2 x3 ...+x37.

Keterangan :

X1 = Jumlah skor hasil angket variabel x

X1-Xn = Jumlah skor angket masing masing responden 3. Membuat daerah kontinum. Langkah langkahnya sebagai berikut :

 Menentukan kontinum tertinggi dan terendah Sangat Tinggi : K = ST x JB x JR

(40)

rumus :

R = � � ���− � ℎ

 Menentukan daerah kontinum sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan cara menambahkan selisih (R) dari mulai kontinum sangat rendah ke kontinum sangat tinggi.

4. Sebagaimana hasil perhitungan dari langkah-langkah di atas, maka dapat disimpulkan rekapitulasi skor kriterium seperti berikut:

Tabel 3.11

Penafsiran Persentase Skor Deskriptif Variabel Kompetensi Profesional Guru

No Ukuran Kompetensi Profesional Guru Kategori Option

1. Tinggi 4 – 5

2. Sedang 3

3. Rendah 1 – 2

Sumber: Diadaptasi dari Skor Jawaban Responden 2015

Pada variabel kompetensi profesional guru, memiliki skor tertinggi 5, dan

skor terendah 1, sehingga kriteria penafsiran untuk variabel kompetensi profesional

guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12

Penafsiran Persentase Skor Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Siswa No Ukuran Motivasi Belajar Siswa Kategori Option

1. Tinggi 4 – 5

2. Sedang 3

3. Rendah 1 – 2

Sumber: Diadaptasi dari Skor Jawaban Responden 2015

3.8.2 Teknik Analisis Data Inferensial

Teknik analisis data inferensial meliputi statistik parametik yang digunakan

untuk data interval dan ratio serta statistik non parametik yang digunakan untuk

data nominal dan ordinal.

Uep Tatang Sotani dan Sambas Ali Muhidin (2011:185) menyatakan

(41)

dengan tujuan untuk membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktik penelitian, analisis statistika inferensial biasanya dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis. Statisika inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi.

Berikut ini langkah-langkah yang digunakan dalam analisis regresi menurut

Ating Somantri dan Sambas Ali M (2006:243), yaitu :

1) Mengadakan estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris

2) Menguji berapa besar variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh

variabel independen.

3) Menguji apakah estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak.

4) Melihat apakah tanda dan magnitud dari estimasi parameter cocok

dengan teori.

Peneliti menggunakan model regresi sederhana yaitu Ŷ= a + bX Keterangan: Ŷ = variabel tak bebas (nilai duga)

X = variabel bebas

a = penduga bagi intersap (α)

b = penduga bagi koefisien regresi (β)

α dan β parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga

diduga menggunakan statistika sampel.

Penelitian ini menggunakan data dalam bentuk skala ordinal seperti yang

dijelaskan dalam operasional variabel. Sedangkan pengolahan data dengan

penerapan statistik parametrik mensyaratkan data sekurang-kurangnya harus diukur

dalam skala interval, maka semua data ordinal terlebih dahulu akan

ditransformasikan menjadi skala interval.

Pola pengubahan digunakan untuk setiap item dari seluruh item instrumen,

operasional pengubahan data dari ordinal ke interval menggunakan Metode

Succesive Interval (MSI). Metode Succesive Interval (MSI) dapat dioperasikan

dengan salah satu program tambahan pada Microsoft Excel, yaitu Program

Succesive Interval. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam menggunakan

(42)

2. Klik “Add-In” pada menu bar.

3. Klik “Statistic” pada menu Add-In hingga muncul kotak dialog

“Succesive Interval”.

4. Klik “Drop Down” untuk mengisi Data Range pada kotak dialog Input,

dengan cara memblok skor yang akan diubah skalanya.

5. Pada kotak dialog tersebut, kemudian check list (√) Input Label in First

Now.

6. Pada Option Min Value isikan/pilih 1 dan Max Value isikan/pilih 5.

7. Masih pada Option, check list (√ ) Display Summary.

8. Selanjutnya pada Output, tentukan Cell Output, hasilnya akan

ditempatkan di sel mana. Lalu klik “OK”.

Dalam penelitian ini digunakan analisis parametrik karena data yang

digunakan adalah data interval. Hal ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan

pada no. 3 pada rumusan masalah, yaitu adakah pengaruh kompetensi profesional

guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi

perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung. Adapun untuk menguji hipotesis

pada data yang berbentuk interval, maka dalam penelitian ini digunakan analisis

regresi sederhana.

3.9Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Dengan pengujian tersebut maka

akan diperoleh suatu keputusan untuk menerima atau menolak suatu hipotesis.

Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan

suatu keputusan dalam menolak atau menerima hipotesis ini. Tujuan dari hipotesis

ini adalah untuk menyatakan adaya pengaruh dari variabel X dan variabel Y.

Menurut Sambas Ali Muhidin (2010:43), langkah-langkah pengujian

hipotesis untuk penelitian populasi (sensus), adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumusan hipotesis H dan H

� : = 0 : Tidak terdapat pegaruh variabel X terhadap variabel Y.

H1 : β ≠ 0 : Terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

(43)

analisis regresi).

4. Menentukan titik kritis dan daerah kritis (daerah penolakan) H0.

(44)

Erny Rusyani, 2015

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 1.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan seperti yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Gambaran tingkat kompetensi profesional guru mata pelajaran produktif

administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung, yang terdiri dari

5 indikator, yaitu: 1) guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses

belajarnya; 2) guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa; 3) guru bertanggung

jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi; 4) guru

mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

pengalamannya; 5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat

belajar dalam lingkungan profesinya. Kelima indikator tersebut berada pada

kategori tinggi.

2. Gambaran tingkat motivasi belajar siswa mata pelajaran produktif

administrasi perkantoran di SMK Negeri Se-Kota Bandung, yang diukur

oleh 4 indikator yaitu: 1) indikator perhatian; 2) relevansi; 3) kepercayaan

diri; 4) kepuasan berada pada kategori tinggi.

3. Kompetensi profesional guru mempunyai pengaruh positif terhadap

motivasi belajar siswa mata pelajaran produktif administrasi perkantoran di

SMK Negeri Se-Kota Bandung yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan dan

analisis data bahwa kompetensi profesional yang terdiri indikator 1)

indikator guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya; 2)

guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya

serta cara mengajarnya kepada siswa; 3) guru bertanggung jawab memantau

hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi; 4) guru mampu berpikir

sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;

5) guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

(45)

analisis korelasi berada pada kategori kuat.

1.2Implikasi dan Rekomendasi

Kesimpulan di atas merujuk kepada skor rata-rata setiap ukuran, saran yang

dikemukakan mengacu kepada ukuran yang memiliki skor rata-rata terendah

diantara indikator yang lain untuk masing-masing variabel. Berdasarkan hal

tersebut saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian, variabel X (kompetensi profesional guru) memiliki

hasil yang menunjukan kategori tinggi. Pada indikator guru mampu berpikir

sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya

menunjukkan hasil yang terendah atau dalam kategori tinggi. Hal ini

seharusnya menjadi perhatian pihak sekolah yang selalu memantau tingkat

keprofesionalan guru dalam mengajar, selain meningkatkan keprofesionalan

guru dalam mengajar di sekolah guru mengikuti adanya seminar, pelatihan

demi menunjangnya keprofesionalan guru.

2. Variabel Y (motivasi belajar siswa) dalam penelitian ini menunjukan berada

pada kategori yang tinggi. Pada indikator relevansi menunjukkan hasil yang

terendah atau dalam kategori tinggi. Hal ini seharusnya menjadi perhatian

seorang guru. Guru mampu memberikan materi sesuai dengan kemampuan

siswa agar siswa mendapat hasil sesuai dengan keinginannya dan

kemampuannya.

3. Bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih mendalam

mengenai kompetensi profesional guru dan motivasi belajar siswa,

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan sampel yang lebih luas.

Selain itu peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan mengubah

Variabel X atau Variabel Y dalam penelitian yang sesuai dengan teori,

sehingga pembahasan mengenai kompetensi profesional guru dan motivasi

(46)
(47)

A. Sumber dari buku:

A.M, Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

_______. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

_______. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Abidin, Yunus. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asep dan Suyanto. (2013). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi Erlangga.

Danim, Sudarwan. (2003). Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipta.

_______. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal, Sanapiah. (2007). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Grafindo Persada.

Fathurrohman, Pupuh. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

_______. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhidin, Sambas.A, dan Ating Sumantri. (2006). Aplikasi Statistik Dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Gambar

Tabel 1.1  Pengukuran Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran
Tabel 1.2  Pengukuran Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran
Tabel 1.4  Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Administrasi Perkantoran Pada Mata
Tabel 1.5  Nilai Rata-rata Ulangan Kelas X Administrasi Perkantoran Pada Mata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai pelaut, biasanya ia harus berlayar dan meninggalkan keluarganya selama berbulan-bulan, hal ini mengakibatkan istri sering

Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud mempelajari bagaimana gambaraan pencapaian tugas perkembangan waria yang nampak berhasil memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak puas dengan 3 program Jamsostek yang diterapkan PT Biotis Nusantara yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja,

Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.. Predikat-objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan

Pengembangan Program Perkuliahan Metodologi Penelitian Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Riset Kependidikan Sains Mahasiswa Calon Guru

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO : Structure and Composition Variety In Agroforestry Systems Based On Kemenyan In Forest Area Batangtoru West Block Adiankoting District of North

Padahal semestinya, siswa SMA diharapkan mampu memegang tanggung jawab dalam perencanaan karir serta konsekuensi-konsekuensinya, memiliki kesiapan untuk memenuhi syarat

Analisis break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui situasi atau keadaan dimana pendapatan total perusahaan sama dengan biaya totalnya. Dengan mengetahui