• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI ALBERT BANDURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI ALBERT BANDURA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI ALBERT BANDURA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teori Kepribadian

Oleh :

1. Khairuaki

(1114500017)

2. Citra Fajar Sari

(1114500037)

3. Ainun Nuril Haq

(1114500063)

4. Bella Swari Religia

(1114500107)

Kelas

: 4-D BK

Dosen Pengampu

: Faisalludin, M.Pd

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori kognitif soial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Menurut Bandura ketika siswa belajar merek dapat menstransformasikan pengalaman mereka secara kognitif. Faktor kognitif berupa ekspetasi atau penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu: perilaku, person atau kognitif dan lingkungan. Fktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan. Faktor person atau kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Banduru tidak memiliki kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamental. Faktor kognitif mencakup ekspetasi, keyakinan, strategi pemikiran, dan kecerdan.

Menurut Albert Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Albert Bandura itu?

2. Bagaimana Teori Belajar menurut Albert Bandura? 3. Apa Eksperimen dari Albert Bandura?

4. Apa Saja Jenis-Jenis Peniruan Dari Albert Bandur? 5. Apa Saja Ciri-ciri Teori Peniruan?

6. Apa Saja Unsur Utama Dalam Peniruan?

7. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Menurut Albert Bandura?

8. Apa Saja Kelemahan (Kritik) dan Kelebihan dari Teori Albert Bandura?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui Biografi dan Albert Bandura. 2. Dapat mengetahui teori belajar dari Albert Bandura.

3. Dapat mengetahui eksperimen apa saja dari Albert Bandura.

(3)

5. Dapat mengetahui cirri-ciri dari teori peniruan. 6. Dapat mengetahui unsure utama dari teori peniruan.

7. Dapat mengetahui aplikasi dari teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. 8. Dapat mengetahui apa saja kelemahan dan kelebihan dari teori Albert Bandura. D. Manfaat Penulisan

1. Dapat mengenal Albert Bandura melalui biografinya. 2. Dapat belajar mengenai teori belajar Albert Bandura.

3. Mengetahui apa saja eksperimen yang dilakukan oleh Albert Bandura. 4. Mengetahui apa saja jenis dari peniruan dalam teori Albert Bandura. 5. Mengetahui cirri-ciri apa saja dalam teori peniruan.

6. Mengetahui unsure apa saja dalam teori penirun.

7. Dapat menerapkan aplikasi dari teori bandura dalam kehidupan sehari-hari. 8. Dapat meahami apa sja kelebihan da kelemahan dri teori Albert Bandura.

BAB II PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ALBERT BANDURA

Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 diMondereAlberta, Canada. Dia memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari

(4)

pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi pendapat Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972. Semasa bertugas sebagai tenaga pengajar, Beliau sangat disayangi oleh pelajar-pelajarnya kerana sikap beliau yang ambil berat dan sanggup memberi bantuan maklumat yang mereka perlukan.

B. TEORI BELAJAR ALBERT BANDURA

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat - isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial, manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus- stimulus lingkungan.

Teori belajar sosial menekankan, bahawa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan. lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh (Kardi, S., 1997: 14) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara

(5)

selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M. 1998a:43).Sama seperti pendekatan teori pembelajaranan terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan pada hujah yang diutarakan beliau bahawa sebahagian besar daripada tingkah laku manusia adalah sebahagian daripada hasil pemerolehan, dan prinsip pembelajaranan sudah mencukupi untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori -teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperihalkan fakta bahawa banyak peristiwa pembelajaranan terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, semasa melihat tingkah laku orang lain, individu akan pembelajaran meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

Salah satu asumsi awal dan dasar dari teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Tidak seperti rekan-rekannya sesame penganut aliran behviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-semata refleks otomatif atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

(6)

Menurut aliran behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan atau pembawaan apa-apa dari orang tuanya, dan belajar adalah refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory) serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdaan atau warisan atau pembawaan.

Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mentalnya sendiri. Faktor pembawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.

Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa dan ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) imitation (peniruan).

Conditioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada

dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan rewad (ganjaran atau memberi hadiah atau mengganjar)dan

punishment (hukuman atau member hukuman)untuk senantiasa berfikir dan memutuskan

perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.

Imitation, proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seharusnya

memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu, lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa. Analisis perilaku terapan (applied behavior analysis) merupakan kombinasi dari pengkodisian dan modeling, yang dapat membantu menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan secara sosial.

Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubhan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.

Teori pembelajaran terbaru Bandura disebut dengan teori kognitif sosial. Perubahan dari satu nama ke nama yang lain ini merefleksikan meningkatnya peneknan Bandura atas respon kognitif terhadap persepsi sebagai suatu yang mendasar dalam perkembangan.

Beberapa fase teori belajar, antara lain:

1) Fase Memperhatikan (attentional phase)

Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek berkaitan dengan daya

(7)

ingatannya. Bagi remaja tertarik dan menaruh perhatian terhadap perilaku model tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai yang hebat, unggul, berkuasa, anggun, berwibawa. Selain itu, berkembangnya perhatian oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi. Untuk menrik perhatian para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimic tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu. Semakin erat hubungnnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatin tersebut dan demikian pula sebaliknya.

2) Fase Menyimpan (retention phase)

Setelah fase memperhatikan, seorang individu akan memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, ini berarti individu mengingat dan menyimpan stimulus yang diterimanya dalam bentuk simbol-simbol. Menurut Bandura bentuk-bentuk simbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga verbalisasi. Pada anak-anak yang kemampuan verbalnya terbatas, maka kemampuan menirunya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual. 3) Fase Mereproduksi (reproduction phase)

pada tahap reproduksi, segala tahp bayangan atau citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah terimpan dalam memori para peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka untuk membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka erap, misalnya dengan menggunakan sarana post-test.

4) Fase Motivasi (motivation phase)

Tahap terakhir dalam proses terjainya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang berfungsi sebaga reinforcement ‘penguatan’ atau segala informasi yang ada dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan memberi pujian, hadiah atau nilai tertentu kapada para peserta didik yang hasil belajarnya memuaskan. Sementara itu, kepada peserta didik yang belum menunjukkan hasil belajar yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini ada baiknya ditunjukka bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi.

C. EKSPERIMEN ALBERT BANDURA

Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan kanak-kanak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

(8)

Albert Bandura, seorang tokoh mazhab sosial ini menyatakan bahawa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan. Beliau menjelaskan lagi bahawa aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura: Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar Bobo.

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa, si anak akan lebih agresif.

D. JENIS-JENIS PENIRUAN (MODELING)

1. Peniruan Langsung

Pembelajran dikembangkan langsung berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Cirri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang mencontohkan sesuatu melalui proses perhatian. Contoh: meniru gaya penyanyi atau selebriti yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan tak langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: minurukan watak yang dibacakan dalam sebuah buku cerita.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dn tidk langung. Contoh: pelajar meniru gaya gurunya melukis dan mewarnai dari pada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat/Seketika

Tingkah laku yang ditiru hanya untuk situasi tertentu saja. Contoh: meniru gaya berpakaian selebriti di TV, tetapi tidak boleh dipakai disekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru tidak boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: eorang pelajar meniru gaya bahasa gurunya saat mengajar.

E. CIRI-CIRI TEORI PENIRUAN

Cirri-ciri dari teori peniruan menurut Albert Bandura antara lain: a. Unsur pembelajaran utama adalah perhatian dn peniruan.

b. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai, dan lainnya. c. Pelajar meniru sesuatu kemahiran dari pada kecakapan guru sebagai mdel. d. Pelajar memperoleh kemahiran jika memperoleh kepuasan dan peneguhan.

(9)

e. Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, peringatan, peniruan dengan tingkah laku atau gerak balas yang sesua, diakhiri dengan peneguhan positif.

F. UNSUR UTAMA DALAM PENIRUAN

Unsur utama dalam teori peniruan menurut Albert Bandura antara lain: a. Tumpuan (Attention)

Subjek harus member tumpuan kepada tingkah laku model untuk memperbolehkannya dalam mempelajrinya.

b. Penyimpanan (Retention)

Subjek yang memerhati harus menyimpan peristiwa itu dalam ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila dperlukan atau diinginkan. c. Penghasilan (Reproduction)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkah laku, subjek juga pasti memiliki kebolehan mewujudkan atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.

d. Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

G. APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA

Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai epeda. Ditahap perhatian, sianak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibandingkan dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dianggapnya kurang menarik. Oelh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda.

Pada tahap penyimpanan, dalam ingatan sianak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatau saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi dimana sianak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, disinilah tugas sang ayah untuk member reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.

H. KELEMAHAN (KRITIK) DAN KELEBIHAN TEORI ALBERT BANDURA

 Kelemahan (kritik) teori Albert Bandura

Teori pembelajaran social Albert bandura sangat sesuai jika diklsifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai

(10)

peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkahlakunya dengan hanya. melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat setengah individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif termasukl perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.  Kelebihan teori Albert Bandura

Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata - mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan kanak-kanak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan kanak-kanak

factor sosial dan kognitif.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory). Sa;ah satu asumsi awal dan dasar teori kognisi sosial Bandura adalah bahwa manusia cukup fleksibel dan mampu mempelajari berbagai sikap, kemampuan, perilaku, serta cukup banyak dari pembelajaran tersebut yang merpakan hasil dari pengalaman tidak langsung. Bandura

(11)

memandang tingkah laku manusi bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat reksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan denga skema kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning(pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).

Teori pembelajaran terbaru Bandura disebut denga teori kognitif sosial. Beberapa fase teori belajar sosial, diantaranya:

1. Fase memperhatikan (attentional phase) 2. Fse menyimpan (retention phase) 3. Fase mereproduksi (reproduction phase) 4. Fase motivasi (motivation phase)

Jenis-jenis peniruan (modeling) menurut Albert Bandura: 1. Peniruan langsung

2. Peniruan tak langsung 3. Peniruan gabungan 4. Peniruan berkelanjutan

Tori Albert Bandura juga memiliki kelemahan yaitu, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat setengah individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif termasukl perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat. Namun dibalik kelemahan dari teori Bandura juga terdapat kelebihan, yaitu, Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut.

Daftar Pustaka

Sulaiman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Cirebon: STAI Bunga Bangsa

. http://www.iyares.com/books/s/?q=teori+pembelajaran+sosial+albert+bandura

. http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html

Haba, Lydia. 2013. Teori Belajar Sosial Albert

Bandura.http://psycholocious.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-sosial-albert-bandura.htmldia kses 12 Februari 2015

(12)

Referensi

Dokumen terkait

dengan saham yang beredar memiliki nilai probabilitas sebesar 0,2824 yang lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05 yang berarti bahwa variabel kepemilikan manajerial

Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Ninik Mamak/ pemangku adat atau penghulu suku Kenegerian Rumbio untuk mengatasi kendala-kendala dalam pengelolaan hak

Tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi logam yang umumnya  berlangsung pada temperature yang lebih tinggi dan disertai dengan peleburan atau penguapan untuk

Raya Babat – Jombang KM 11, Desa Dradahblumbang

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa komposisi hijauan dengan level konsentrat berbeda tidak berpengaruh terhadap konsumsi N, N feses, N urin dan

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai  peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya" dan setiap siswa

Penelitian ini diberi judul ‘Model Pembelajran Fisika Konsep Kapasitor Keping Sejajar Berbasis Discovery Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan