• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM TAFSIR HADIS DAN PROGRAM KHUSUS TAFSIR HADIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM TAFSIR HADIS DAN PROGRAM KHUSUS TAFSIR HADIS"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

16

BAB II

LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM TAFSIR HADIS DAN PROGRAM KHUSUS TAFSIR HADIS

A. LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dipaparkan landasan teori terkait dengan: Pertama, konsep tadabbur al-Qur‟an. Kedua, teori Living Qur‟an. Ketiga, teori klasifikasi media pembelajaran. Keempat, teori buah tadabbur al-Qur‟an. 1. Konsep Tadabbur al-Qur’an

Pada bagian ini akan dibahas pengertian tadabbur al-Qur‟an secara umum, pengertian tadabbur al-Qur‟an menurut para ulama, ayat-ayat tentang tadabbur al-Qur‟an dan penafsirannya, kaedah-kaedah dan ilmu yang dibutuhkan untuk memahami al-Qur‟an, serta tip dan trik ber-tadabbur.

a. Pengertian Tadabbur al-Qur’an

Secara bahasa kata tadabburربدت berasal dari pecahan kalimat:

dabbara (mengatur, merencana dan membuat perancangan), tadabbar ربد

ربدت

(merenung, memikirkan, memperhatikan), tadabbur ربدت (renungan, pemerhatian).1 Kata tadabbur juga diartikan dengan memperhatikan, memikirkan pangkal dan ujungnya, kemudian mengulanginya beberapa kali, oleh karena itu wazan kata al-tadabbur adalah al-tafa‟ul, seperti kata

1 Nurul Zakirah Mat Sin, “Definisi Qawa‟id Al-Tadabbur: Satu Analisis Perbandingan

Dengan Qawa‟id Al-Tafsir”, Quranica, International Journal of Quranic Research, vol 6, no 1,

(2)

al-tajarru, al-tafahhum, dan al-tabyyun.2 Dalam Lisanul Arabi, tadabbur ialah penelitian terhadap perkara di baliknya.3 Asal kata tadabbur ialah perenungan terhadap akibat perkara, kemudian digunakan dalam arti setiap perenungan, baik merenungkan hakikat-hakikat dan bagian-bagian sesuatu, maupun pendahuluan dan sebab-sebabnya atau implikasi dan akibat-akibatnya. Merenungkan pembicaraan ialah memikirkan tujuan dan maksud yang dituju, serta akibat orang yang mengamalkan dan menyalahinya.4

Said Abdul Adhim menjelaskan tadabbur adalah memikirkan dan memperhatikan ayat-ayat al-Qur‟an secara mendalam dengan tujuan memahami dan mengerti makna-maknanya, hikmah yang terkandung di dalamnya, serta maksud yang diinginkannya. Di antara tanda-tandanya ialah bersatunya hati dan pikiran ketika membaca al-Qur‟an, menangis karena takut kepada Allah, semakin bertambah khusyuk, percaya, senang, bahagia, dan gemetar karena takut kepada Allah hingga kemudian raja‟ (pengharapn) dan sujud sebagai bentuk pengagungannya kepadanya mendominasi seorang hamba.5

Jadi makna tadabbur al-Qur‟an yaitu memahami arti dan lafaz-lafaznya, merenungkan apa yang ditunjukan oleh ayat-ayatnya secara

2 Salman bin Umar al-Sunadi, Tadabbur al-Quran, diterjemahkan oleh: Jamaluddin

dengan Judul Mudahnya Memahami Al-Quran, ( Jakarta: Darul Haq, 2008), hal.6-8

3 Al-Imam al-Alamah Ibn Mansur, Lisan al-Arabi, Beirut: Dar al-Fikr, Ttt. Hal. 283 4 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, diterjemahkan oleh K Anshori Umar

Dkk, (Semarang: Toha Putra, 1989) jilid 5, hal. 134

5 Said Abdul Adhim dan Abdussalam Al-Husaini, Nikmatnya Membaca Al-Quran.

Manfaat dan Cara Menghayati Al-Qur‟an Sepenuh Hati, diterjemahkanoleh Muhammmad Amin (

(3)

eksplisit, apa yang masuk dalam kandungannya, dan di mana makna-makna tersebut tidak akan utuh kecuali dengannya, dan yang tidak disebutkan (secara eksplisit) oleh lafaz berupa isyarat dan suatu peringatan.6

b. Pengertian Tadabbur al-Qur’an Menurut Para Ulama

Buku al-Qur‟an dan Tafsirannya yang disusun oleh Departemen Agama RI yang diterbitkan tahun 2015 menjelaskan bahwa tadabbur al-Qur‟an adalah memikirkan, menghayati akan isi kandungan al-al-Qur‟an baik akidah, hukum, etika atau akhlak dan sebagainya, apa tujuannya, bagaimana kesudahan dan akibat yang ditimbulkan jika seseorang melakukan suatu hal atau apa akibat jika seseorang tidak melakukan suatu hal.7

Al-Maraghi menjelaskan dalam kitab tafsirnya arti kata tadabbur ialah perenungan terhadap akibat perkara. Kemudian digunakan dalam arti setiap perenungan, baik merenungkan hakikat-hakikat dan bagian-bagian sesuatu, maupun pendahuluan dan sebab-sebabnya atau implikasi dan akibat-akibatnya. Merenungkan pembicaraan ialah memikirkan tujuan dan maksud yang dituju, serta akibat orang yang mengamalkan dan menyalahinya.8

Salman bin Umar Al-Sunaidi menjelaskan makna tadabbur al-Quran yaitu memahami arti dan lafaz-lafaznya, merenungkan apa yang

6 Salman bin Umar, Op.Cit., hal. 6-8 7

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirannya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2015), jilid. 2 hal. 220

8 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terjemahan oleh K Anshori Umar Dkk,

(4)

ditunjukan oleh ayat-ayatnya secara eksplisit, apa yang masuk dalam kandungannya, dan yang mana makna-makna tersebut tidak akan utuh kecuali dengannya, dan yang tidak disebutkan (secara eksplisit) oleh lafaz berupa isyarat dan suatu peringatan.9

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa perintah bertadabbur (memahami) ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan al-Qur‟an, baik redaksi maupun kandungannya, petunjuk maupun mukjizatnya. Perintah tadabbur ini adalah anjuran untuk mengamati setiap ketetapan hukum yang ditetapkannya, kisah yang dipaparkannya, nasihat yang disampaikannya, dan lain-lain, yang turun dalam berbagai tempat: di Mekah, Madinah, atau di tempat lain, malam atau siang, saat perang atau damai, sedih ataupun senang, dan semua hal tersebut tidak ada pertentangannya.10

Ibnu Katsir mendefenisikan tadabbur al-Qur‟an yaitu memahami makna lafaz-lafaz al-Qur‟an dan apa yang ditunjukan oleh ayat al-Qur‟an tatkala tersusun dan apa yang terkandung didalamnya, serta apa yang menjadikan makna–makna al-Qur‟an itu sempurna, dari segala isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam lafaz al-Qur‟an, serta mengambil manfaat oleh hati dengan tunduk dihadapan nasehat-nasehat al-Qur‟an, patuh terhadap perintah-perintahnya, serta mengambil ibrah darinya.11

9

Salman bin Umar al-Sunadi, Op.Cit., hal. 8

10 M. Quraish Shihab, Op. Cit., vol. 2, hal. 528

11 Mahadililmi, defenisi-tadabbur-al-quran, diakses melalu, ihttps://mahadililmi.

(5)

Ibn Katsir dalam tafsirnya mengutip perkataan Hasan Basri, di mana beliau menegaskan, “Demi Allah! tadabbur al-Qur‟an itu bukanlah dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi mengabaikan batasan-batasan hukumnya, sehingga ada yang mengatakan „aku telah membaca al-Qur‟an seluruhnya, namun al-Qur‟an itu tidak tampak dalam akhlak dan amal perbuatannya.”12

Jadi berdasarkan pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa tadabbur al-Qur‟an dapat diartikan sebagai berikut:

1) Membaca dengan suara merdu.

2) Memahami maksud al-Qur‟an secara harfiah dan tersurat. 3) Memahami dan merenungkan maksud al-Qur‟an yang tersirat.

4) Mengamati setiap ketetapan hukum yang ditetapkannya, kisah yang dipaparkan, nasehat yang disampaikan, dan hal-hal lainnya.

5) Mematuhi perintah-perintah dan larangannya.

c. Ayat-Ayat tentang Tadabbur Al-Qur’an serta Penafsirannya

Mu‟jam Li Alfazil Quran Al-Karim halaman 252 menyebutkan bahwa kata tadabbur dalam al-Qur‟an terdapat dalam empat surat yaitu: Surat an-Nisa‟ Ayat 82, Surat Muhammad Ayat 24, Surat al-Mukminun Ayat 68, Surat Shad Ayat 29.13

1) QS Muhammad (47) ayat 24

12 Ibid. 13

(6)

      

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci?.14

Al-Maraghi menjelaskan bahwa apakah orang-orang munafiq itu tidak memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang dinasihatkan pada ayat-ayatnya, dan apakah mereka tidak memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah dia terangkan dalam kitabnya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan terhadap apa yang mereka perpegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga tidak dapat lagi memikirkan pelajaran-pelajaran yang terdapat dalam al-Qur‟an.15 Dan apakah orang-orang musyrik itu buta, mengapa mereka tidak memahami al-Qur‟an yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Al-Qur‟an adalah mukjizat bagi Nabi yang diturunkan dalam bahasa Arab. Nabi telah berulang kali meminta mereka supaya membuat setidaknya sebuah surat yang bisa mengimbangi al-Qur‟an namun mereka tidak mampu menjawab tantangan tersebut.16

Kata “Am” pada ayat di atas dipahami oleh banyak ulama dalam arti idhrab yakni sanggahan terhadap kandungan kalimat yang lalu dan menetapkan kandungan kalimat sesudahnya, yakni mereka bukan sekedar tidak memperhatikan al-Qur‟an tapi pada dasarnya hati mereka sedang terkunci. Namun terkuncinya hati mereka tersebut tidak terlalu mantap,

14 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnnya, (Bandung: Diponegoro, 2008),

hal. 509

15 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Op.Cit., jilid 26, hal. 95

16 Sayyid Quthb, Fi-Zhilalil Qur‟an, terjemahan oleh M Rasyid, dkk, (Jakarta: Robbani

(7)

sehingga itu berarti bahwa Allah dapat menganugrahkan taubat bagi siapa yang dikehendakinnya.17

Berdasarkan penafsiran di atas maka penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah “apakah orang-orang munafik dan musyrik tidak memperhatikan serta memahami ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, ataukah hati mereka telah terkunci untuk menerima kebenaran dari Allah.

2) QS Al-Nisa‟ (4) ayat 82              

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an? kalau kiranya al-Qur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

Al-Maraghi menjelaskan bahwa apakah kaum itu tidak mengetahui hakikat risalah dan hidayah sehingga mereka tidak merenungkan al-Qur‟an yang telah menunjukan hakikatnya? sekiranya mereka merenungkannya, niscaya mereka mengetahui bahwa itu benar-benar datang dari tuhan mereka dan bahwa apa yang dijanjikan pada kaum muttaqin yang benar dan yang diperingatkan kepada kaum munafik pasti akan terjadi.18

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ber-tadabbur ini menunjukan al-Qur‟an menantang siapapun dan Nabi Muhammad SAW

17 M. Quraish Shihab, Op.Cit., jilid 13, hal. 147-148 18

(8)

menyampaikan perintah Allah ini dengan percaya diri dan percaya akan kebenaran al-Qur‟an, karena ketika seseorang memerintahkan orang lain untuk memperhatikan berarti perintah tersebut perintah untuk menggunakan seluruh potensinya untuk menemukan kebenaran.19

Amru bin Murrah berkata: “aku tidak suka kalau melewati sebuah perumpamaan (matsal) di dalam al-Qur‟an, lalu aku tidak dapat memahaminya.20 Ayat ini menunjukan wajibnya tadabbur al-Qur‟an agar dapat mengetahui maknanya. Dan di dalamnya terdapat dalil atas perintah memperhatikan dan mengambil dalilnya.21

Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya yang menyebutkan perkataan Hasan Basri, dimana beliau menegaskan , “Demi Allah! Tadabbur al-Qur‟an itu bukanlah dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi mengabaikan batasan-batasan hukumnya, sehingga ada yang mengatakan “aku telah membaca al-Qur‟an seluruhnya, namun al-Qur‟an itu tidak tampak dalam akhlak dan amal perbuatannya.22 Dari ayat ini dipahami bahwa al-Quran adalah kitab yang dapat dimengerti dengan baik oleh siapapun yang mempelajari dan memperhatikannya. Dan bahwa ayat al-Qur‟an saling tafsir-menafsirkan dan dukung-mendukung, tidak ada

19 M. Quraish Shihab, Op.Cit., jilid 2, hal. 528 20

M.Al-Khalaf, Al-Qur‟an Sebagai Pedoman Hidup, (Jakarta: Yayasan al-Sofa, 2002), hal.11

21 Salman bin Umar al-Sunadi, Op.Cit., hal. 125 22

(9)

satupun ayat yang perlu direvisi, disempurnakan, apalagi dibatalkan, dan dengan demikian ajarannya bersifat langgeng dan abadi.23

Berdasarkan penafsiran di atas penulis berkesimpulan bahwa ketika seseorang memahami dan mendalami ayat-ayat al-Qur‟an maka akan bertambah yakin akan kebenaran al-Qur‟an karena di dalamnya tidak terdapat satupun pertentangan dan kesalahan.

3) QS al-Mukminun (23) ayat 68           

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?.

Al-Maraghi menjelaskan bahwa mereka tidak mau menghayati al-Qur‟an, lalu mengetahui keistimewaannya berupa kefasihan dan keindahan bahasanya padahal mereka memiliki banyak waktu luang untuk dapat memikirkan dan mengetahui bahwa ia benar-benar datang dari Allah dan tidak ada pertentangan di dalamnya, disamping mengetahui hujah yang logis dan keterangan-keterangan yang nyata, adab yang utama, akhlak yang luhur serta perundang-undangan yang jika mereka ikuti niscaya mereka menjadi pemimpin umat manusia.24

Kemudian M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an agar demikian

23 M. Quraish Shihab, Op.Cit., jilid 2, hal. 528 24

(10)

mereka khawatir mereka ditimpa siksa yang menimpa para pendurhak sebelum mereka. Ataukah telah datang kepada mereka jaminan keamanan yang tidak datang, yakni yang tidak diterima oleh nenek moyang mereka dahulu.25

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam ayat ini dijelaskan mereka tidak mau menghayati al-Qur‟an dan dengan mereka khawatir mereka ditimpa siksa yang menimpa para pendurhaka sebelum mereka, ataupun telah datang kepada mereka sesuatu yang tidak diterima oleh nenek moyang mereka dahulu.

4) QS Shad (38) ayat 29         

Artinya: Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Al-Maraghi menjelaskan bahwa tadabbur al-Qur‟an bukanlah semata-mata membaca dengan suara yang merdu belaka, tetapi dengan mengamalkan isi dan mengikuti perintah-perintah dan larangan-larangannya. Oleh karena itu, Hasan al-Basri berkata, “al-Qur‟an benar-benar telah dibaca oleh budak-budak dan anak-anak yang tidak mengetahui ta‟wil-nya. Mereka hafal huruf-huruf al-Qur‟an, tetapi mereka menyia-nyiakan batas-batasannya. Sampai ada seorang di antara mereka

25

(11)

yang benar-benar berkata, “demi Allah, sesungguhnya aku telah membaca al-Qur‟an aku tidak pernah menggugurkan satu huruf pun dari al-Qur‟an, padahal demi Allah dia sebenarnya telah menggugurkan al-Qur‟an seluruhnya. Dan tidak tampak padanya pengaruh al-Qur‟an dalam tingkah laku maupun perbuatannya. Demi Allah dia tidaklah menghafal huruf-huruf al-Qur‟an dan tidak sekedar menyia-nyiakan batas-batas al-Qur‟an. Demi Allah mereka bukanlah para hakim maupun pemimpin. Semoga Allah tidak memperbanyak orang-orang seperti itu di tengah masyarakat.26

Al-Quthubi Rahimallah mengambil kesimpulan dari ayat ini akan wajibnya mengetahui makna al-Qur‟an.27 Kemudian Hasbi ash-Shiddieqy dalam tafsirnya al-Nur menyebutkan bahwa jalan untuk memperoleh kebahagiaan dan nikmat yang kekal adalah dengan mengikuti al-Qur‟an. Sebuah kitab yang diturunkan oleh Allah untuk menerangkan segala sesuatu. Untuk menjadi rahmat bagi semua mukmin.28

Ulul albab dalam ayat ini yaitu orang yang memiliki akal yang murni yang tidak diselubungi oleh “kulit” yakni kabut ide yang dapat menimbulkan kerancuan dalam berfikir. Yang merenungkan ayat-ayat Allah dan melaksanakannya diharapkan dapat terhindar dari siksa, sedangkan yang menolak pasti ada kerancuan dalam cara berfikirnya.29

Jadi dapat disimpulkan bahwa al-Qur‟an adalah kitab yang penuh rahmat dan petunjuk untuk memperoleh kebahagian dunia akhirat.

26

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Op.Cit., jilid 23, hal. 168

27 Salman bin Umar al-Sunadi, Op.Cit., hal. 125 28 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit., jilid 3, hal. 629-630 29

(12)

Hal tersebut hanya dapat terwujud dengan memahami dan mempelajari al-Qur‟an serta melaksanakannya.

d. Kaedah-kaedah dan Ilmu-ilmu yang Dibutuhkan untuk Memahami al-Qur’an

Kaidah-kaidah yang diperlukan para mufasir untuk memahami al-Qur‟an terpusat pada kaidah-kaidah bahasa, pemahaman-pemahaman asas-asasnya, penghayatan uslub-uslubnya dan penguasaan-penguasaan rahasianya, di antaranya:30 dhamir (kata ganti), ta‟rif dan tankir, pengulangan kata benda, mufrad dan jama‟, mengimbangi jamak dengan jamak atau dengan muftad, kata-kata muradif, jumlah ismiyah dan fii‟liyah, „ataf, dll. 31

Ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam memahami al-Quran di antaranya yaitu: Bahasa Arab, asbabun nuzul, mengenal ayat-ayat makiyah dan madaniyah, memahami nasikh dan mansukh, mempelajari amm dan khas, mutlaq dan muqayad, tafsir dan ta‟wil, ulumul Qur‟an , ilmu tafsir, dll.32

e. Tip dan Trik dalam Ber-tadabbur

Dalam hal ini tip dan trik yang perlu diperhatiakan dalam men-tadabburi al-Qur‟an yaitu:

1) Fokuskan hati hanya kepada Allah 2) Membaca dengan tartil

3) Merasakan keagungan Allah

30 Manna‟ Khalid al-Qathan, Op.Cit., hal. 278 31 Ibid., hal. vii

32

(13)

Rasakanlah bahwa Allah sedang mengajak anda berdialog melalui al-Qur‟an, jadilah anda seolah-olah mendengarnya secara lansung.

4) Berupaya memahami makna al-Qur‟an

Yaitu dengan merujuk kepada kitab tafsir yang menitik beratkan sisi penjelasan makna, selain juga mempelajari bahasa, irab, atau fiqh.

5) Menghubungkan al-Qur‟an dengan kondisi saat ini

Mencermati berbagai kisah dan nasehat yang diungkap,bagaimana Allah telah membinasakan sekian banyak umat takkala mereka mendustakan dan berpaling.

6) Mengetahui beberapa penelitian ilmiah dan realitas yang terjadi Seperti yang terdapat dalam firman Allah Al-Fusilaat ayat 53.33                     

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur‟an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

2. Living Qur’an

(14)

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengertian living Qur‟an, sejarah living Qur‟an, metode yang dipakai dalam living Qur‟an, serta urgensi living Qur‟an.

a. Pengertian Living Qur’an

Ditinjau dari segi bahasa, Living Qur‟an adalah gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu living, yang berarti „hidup‟ dan Qur‟an, yaitu kitab suci umat Islam. Secara sederhana, istilah Living Qur‟an bisa diartikan dengan “(Teks) Al-Qur‟an yang hidup di masyarakat.”34

Living Qur`an bermula dari al-Qur`an in Everyday Life yakni makna dan fungsi al-Qur`an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim, belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu al-Qur`an konvensional (klasik) karena ulumul Qur`an lebih tertarik kepada bagian tekstual al-Qur`an.35

Studi living Qur‟an bermula dari fenomena-fenomena al-Qur‟an ini everyday life, yakni makna dan dan fungsi al-Qur‟an yang rill dipahami dan dialami masyarakat muslim.36

Living Qur‟an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur‟an atau keberadaan Qur‟an di sebuah komunitas Muslim tertentu.37

34 Didi Junaidi, skripsi (Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟an), diakses melalui file:///D:/proposal/2392-5265-1-SM%20(1).pdf pada hari kamis 8 juni

2017

35 Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur`an dan Hadis, (Yogyakarta:

TERAS, 2007), H. 5

36 M.Mansyur, Muhammmad Chirzin, Dkk, Metode Penelitian Living Qur‟an Dan Hadis,

(Yogyakarta: TH-Pres, 2007), hal. 5 Lihat juga Heddy Shri Ahimsa Putra, 2012, “The Living

(15)

b. Sejarah Living Qur’an

Living Qur‟an dalam lintasan sejarah jika ditelusuri secara historis, praktek memperlakukan al-Qur‟an, surat-surat atau ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an untuk kehidupan praksis umat, pada hakekatnya sudah terjadi sejak masa awal Islam, yakni pada masa Rasulullah SAW. Sejarah mencatat, Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat pernah melakukan praktek ruqyah, yaitu mengobati dirinya sendiri dan juga orang lain yang menderita sakit dengan membacakan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an. Hal ini didasarkan atas sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Sahihnya Dari „Aisyah R.A. berkata bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah membaca surat al-Mu„awwidhatain, yaitu surat al-Falaq dan al-Naas ketika beliau sedang sakit sebelum wafatnya. Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa sahabat Nabi pernah mengobati seseorang yang tersengat hewan berbisa dengan membaca al-Faatihah. Dari beberapa keterangan riwayat hadis di atas, menunjukkan bahwa praktek interaksi umat Islam dengan al-Qur‟an, bahkan sejak masa awal Islam, dimana Nabi Muhammad SAW. masih hadir di tengah-tengah umat, tidak sebatas pada pemahaman teks semata, tetapi sudah menyentuh aspek yang sama sekali di luar teks.

Jika kita cermati, praktek yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, dengan membaca surat al-Mu„awwidhatain untuk mengobati

(16)

sakitnya, jelas sudah di luar teks. Sebab secara semantis tidak ada kaitan antara makna teks dengan penyakit yang diderita oleh Nabi Muhammad SAW. Demikian juga halnya dengan praktek yang dilakukan oleh sahabat Nabi yang membacakan surat al-Fatihah untuk mengobati orang yang terkena sengatan Kalajengking. Secara makna, rangkaian surat al-Fatihah sama sekali tidak ada kaitannya dengan sengatan Kalajengking. Dari beberapa praktek interaksi umat Islam masa awal, dapat dipahami jika kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah atau khasiat serta keutamaan surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an sebagai obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik. Di samping beberapa fungsi tersebut, al-Qur‟an juga tidak jarang digunakan masyarakat untuk menjadi solusi atas persoalan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk memudahkan datangnya rezeki.38

c. Metode yang Dipakai dalam Penelitian Living Qur’an

Metode penelitian pada dasarnya adalah bagaimana seorang peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang perkerjaan sebelumnya, ketika dan sesudah mengumpulkan data, sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah. Dalam hal ini metode penelitian kualitatif lebih tepat dipakai untuk meneliti fenomena living Qur‟an.39

38

Didi Junaidi, skripsi (Living Qur‟an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-Qur‟an), diakses melalui file:///D:/proposal/2392-5265-1-SM%20(1).pdf pada hari kamis 8 juni

2017

39

(17)

d. Urgensi Living Qur’an

Qur‟an Selama ini kajian tentang al-Qur‟an lebih ditekankan pada aspek tekstual daripada kontekstual. Dari hasil kajian ini kemudian bermunculan karya berupa tafsir maupun buku yang ditulis oleh para pengkaji al-Qur‟an tersebut. Mainstream kajian al-Qur‟an selama ini memberi kesan bahwa tafsir dipahami harus sebagai teks yang tersurat dalam karya para ulama dan sarjana muslim. Padahal, kita semua mafhum bahwa al-Qur‟an tidak terbatas pada teks semata, tetapi ada konteks yang melingkupinya.

Dengan demikian, maka sesungguhnya penafsiran itu bisa berupa tindakan, sikap serta perilaku masyarakat yang merespon kehadiran al-Qur‟an sesuai dengan tingkat pemahamannya masing-masing. Respon masyarakat terhadap ajaran-ajaran serta nilai-nilai al-Qur‟an yang kemudian mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, masih kurang mendapat perhatian dari para pengkaji al-Qur‟an. Pada titik inilah kajian serta penelitian living Qur‟an menemukan relevansi serta urgensinya. Kajian dalam bidang living Qur‟an ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan studi al-Qur‟an.

Penelitian living Qur‟an juga sangat penting untuk kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka lebih maksimal dalam mengapresiasi al-Qur‟an. Urgensi kajian living Qur‟an lainnya adalah menghadirkan paradigma baru dalam kajian al-Qur‟an kontemporer, sehingga studi al-Qur‟an tidak hanya berkutat pada wilayah

(18)

kajian teks. Pada wilayah living Qur‟an ini kajian tafsir akan lebih banyak mengapresiasi respons dan tindakan masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an, sehingga tafsir tidak lagi bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang mengajak partisipasi masyarakat.40

3. Teori Klasifikasi Media Pembelajaran

Seels dan glasgow mengklasifikasikan media dalam dua bentuk yaitu media tradisional dan media mutakhir.

a. Media tradisisional meliputi:

1) Visual diam yang diproyeksikan: proyeksi overhead, slide, film stripe.

2) Visual yang tak diproyeksikan: gambar, poster, foto, chart, dan grafik.

3) Audio: rekaman, kaset.

4) Penyajian multimedia: slide plus suara.

5) Visual dinamis yang diproyeksikan: film, televisi,vidio. 6) Cetak: buku teks, modul dan majalah ilmiah.

7) Permainan: teka-teki.

8) Realia: model, specimen, dll. b. Media teknologi mutakhir

1) Media berbasis telekomunikasi: telekomferensi, kuliah jarak jauh.

40

(19)

2) Media berbasis mikroprosesor: komputer (online/file), interaktif dan compact disk.41

4. Buah dari Tadabbur al-Qur’an

Muhammad Syauman ar-Ramli mengemukakan ketika seseorang telah mentadabburi al-Qur‟an maka banyak hal yang akan dirasakannya, dan hal itu merupakan buah dari tadabbur al-Qur‟an. yaitu:42

a. Mendatangkan keyakinan hati

Orang yang membaca al-Qur‟an dengan bertadabbur akan memperoleh keyakinan yang sempurna. Al-Qur‟an dan hati ibarat air dan pohon. Apabila hati menyelami maknanya al-Qur‟an maka ia akan meneguk kesegaran.

Allah maha tau kebutuhan hati hamba-hambanya, Allah mengulang ayat-ayat, meragamkan keterangan dan berbagai penjelasan agar hati yang ber-tadabbur senang tiasa hidup dan bertaut dengan al-Qur‟an.43

b. Menambah keimanan

Imam seorang muslim akan bertambah apabila memahami dan meyakini al-Qur‟an serta mengamalkannya. Al-Qur‟an melapangkan dada dan menentramkan hati mereka hingga bersegera menuju kebajikan dengan perasaan bahagia.

41 Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2014)., hal.

123-124

42 Muhammad Syauman ar –Ramli, DKK, Nikmatnya Menangis Bersama al-Qur‟an,

terjemahan oleh Imtihan asy-Syafi‟i, (Solo: Aqwan, 2015), hal. 73

43

(20)

c. Mendulang ilmu dan selamat dari syubhat

Al-Qur‟an-lah yang akan mengantarkan orang mukmin mendulang ilmu kemudian membuahkan ilmu yang bermanfaat. d. Tidak tergoda dengan dunia dan dekat dengan akhirat

                              

”Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.”

e. Mengenal hakikat dunia yang sesungguhnya

Dunia ini tidak lebih hanya bayangan yang akan sirna. Ia dihimpun hanya untuk ditinggalkan. Keriangannya mengundang tangis. Diperoleh untuk diambil kembali. Seolah melimpah tapi secuil saja tidak.44

f. Mengokohkan dan bersatu dalam menghadapi perpecahan dan perselisihan

Al-Qur‟an akan pengokoh dan pemersatu umat islam ketika terjadi perselisihan, perpecahan dan permusuhan.45

g. Ketentraman dari segala yang mengerikan

44 Ibid. 45

(21)

           

“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” 46

h. Menggapai rasa takut, harap dan ketenangan

Ketika kita sampai pada ayat-ayat tentang ancaman dan peringatan, maka akan hinggap di hati ini rasa takut dan kekhawatiran terjerumus. Begitu mendengar ayat-ayat janji dan motivasi, hati menjadi lunak dan tenang. Inilah hidayah Allah yang hanya dikaruniakan bagi orang-orang yang Dia pilih.47

B. Gambaran Umum Jurusan Tafsir Hadis dan Program Khusus Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang

Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah Kementerian Agama. UIN Imam Bonjol Padang adalah bentuk peningkatan status dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang didirikan pada tanggal 29 November 1966 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama R.I. No. 77/1966 pada tanggal 21 November 196648 yang merupakan Cabang IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditetapkan oleh surat Keputusan Menteri Agama

46 Ibid. 47 Ibid. 48

(22)

Nomor: 92 Tahun 1963 tanggal 21 September dengan berdirinya Fakultas Tarbiyah di Padang. Pada tanggal 29 November 1966, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor: 77 Tahun 1966 tanggal 21 November 1966, diresmikanlah berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang oleh Menteri Agama Prof. K. H. Syaifuddin Zuhri.49

IAIN Imam Bonjol Padang beralih status dari IAIN menjadi UIN pada tahun 2017, pada saat ini memiliki 6 fakultas, yaitu, 1) Fakultas Tarbiyah, 2) Fakultas Syari‟ah, 3) Fakultas Adab, 4) Fakultas Ushuluddin dan studi agama. 5) fakultas Da‟wah, 6) fakultas Febi dan Bisnis Islam50

Visi dari UIN Imam Bonjol Padang ketik menjadi IAIN adalah untuk menjadi pusat pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidispliner yang ungul dan kompetif. Sedangkan misi dari UIN Imam Bonjol padang adalah menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman yang memiliki keunggulan dan daya saing internasional, mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat muslim.51

Seiring dengan berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang yang diresmikan pada 29 November 1966, berdasarkan surat keputusan Mentri Agama RI No./77/1966 tanggal 21 November 1966, maka fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Padang Panjang ini pun menjadi salah satu Fakultas, meski tetap berlokasi di Padang Panjang. Pada masa kepemimpinan Drs. Sanusi

49 Kementerian Agama IAIN Imam Bonjol Padang, Buku Pedoman IAIN Imam Bonjol

Padang: Pedoman Akademik, Pedoman Kemahasiswaan, dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

h. 1

50 Ibid. 51

(23)

Latief tepat Pada tanggal 8 maret 1978 berdasarkan surat Rektor No. 47/B.II/IAIN/1978, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Padang Panjang dipindahkan ke Padang menempati kampus IAIN di jalan Sudirman No. 15 Padang. Di kampus inilah proses perkuliahan dan kegiatan akademik lainya dilaksanakan bersama empat fakultas lainnya. Pada tahun 1980 ketika kampus dua IAIN di Lubuk Lintah kelurahan Anduring, kecamatan Kuranji, kota padang dibangun. Secara bertahap seluruh fakultas kecuali Syariah pindah lokasi dari jalan Sudiran ke Lubuk Lintah.52

Maka pada tahun 2005 fakultas Ushuludiin dan Studi Agama resmi memiliki lima jurusan yaitu, Akidah filsafat, Perbandingan Agama, Tafsir Hadis, Psikologi Islam dan Program Khusus Tafsir hadis. Pada tahun 2017 Tafsir Hadis dibagi kepada dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir serta Jurusan Ilmu Hadis.

Fisi dan misi fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Visi menjadi fakultas yang excelent dalam mengkaji pokok2 agama Islam secara mendalam. sedangkan misi melaksanakan tri darma perguruan tinggi yang berorientasi pada pemahaman dan perkembangan pemikiran serta penelitian di bidang al-Qur‟an dan Hadis, Akidah Filsafat, Studi Agama2 dan Psikologi Islam

Tujuan menghasilkan sarjana yang berorientasi pada pemahaman dan perkembangan pemikiran serta penelitian di bidang al-Qur‟an dan Hadis , Akidah Filsafat, Studi Agama-Agama dan Psikologi Islam.53

52 Tim Penulis Buku Profile Fakultas Ushuluddin,Op.Cit., hal. 5-7 53

(24)

1. Jurusan Tafsir Hadis

a. Profil Tafsir Hadis

Jurusan Tafsir Hadis berdiri pada tahun 1968 dibawah naungan Fakultas Syariah di Bukittinggi, dengan nama jurusan yaitu Jurusan Tafsir/Hadis, pada awal berdirinya Jurusan Tafsir/Hadis di bawah kepemimpinan Dekan Syariah H. Mansyur Dt. Nagari Basa.54

Pada tahun akademik 1988/1989 terjadi perubahan penempatan jurusan di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang, dimana jurusan Tafsir Hadis yang semula berada di Fakultas Syariah dipindahkan ke Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.55 Sejak saat itu jurusan Tafsir Hadis resmi berada di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.

b. Struktur Kepemimpinan Jurusan Tafsir Hadis

Periode 1988-1992 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Drs. Nasrul Periode 1992-1996 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Dr. Mansur Malik

(Menjabat di tahun 1992), Dr. Edi Safri (Menjabat di tahun 1993), Drs. Rusydi AM., Lc. (menjabat di tahun 1994), serta Drs. Fachri Syamsuddin (menjabat di tahun 1996). Periode 1996-2000 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Drs. H. Fauzan, MA. Periode 2000-2004 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Dr. Edi Safri, Sedangkan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis: Muslim, M.Ag. Periode 2004-2008 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Bukhari, M.Ag Sedangkan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis: Maizuddin, M.Ag. Periode 2008-2012 Ketua Jurusan Tafsir

54 Raichul Amar, dkk, IAIN Imam Bonjol 1966-2016, (Padang: Imam Bonjol Press, 2016),

hal. 304

55

(25)

Hadis: Muslim, M.Ag. Sedangkan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis: Maizuddin, M.Ag. dan Faizin, M.Ag. Periode 2012-2016 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Drs. Ali Sati, M.Ag Sedangkan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis: Faizin, M.Ag. Periode 2016-2020 Ketua Jurusan Tafsir Hadis: Drs. Ali Sati, M.Ag. dan Dra. Sri Chalida, M.Ag. Sedangkan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis: Novizal Wendry, M.A.56

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari portal resmi Tafsir Hadis IAIN Imam Bonjol Padang ditemukan bahwa pimpinan Jurusan Tafsir Hadis yaitu: Tahun 1989-1992 Dr. Mansur Malik, 1992-1995 Prof Edi Safri, 1995-1997 Drs. H. Rusydi AM, Lc, M. Ag 1997-2001 Drs. Usman Alnas, MA. 2001-2003 Drs. H. Rusydi AM, Lc, M. Ag. 2003-2004 Dr. Buchari M, M.Ag. 2008-2012 Muslim M.Ag. 2012-2016 Drs. Ali Sati, M. Ag. 2017-2020 Dra. Sri Chalida, M.Ag.57

Jadi berdasarkan informasi dari portal resmi Tafsir Hadis IAIN IB Padang maka dapat disimpulkan bahwa data yang ditulis oleh Raickhul Amar,dkk kurang akurat. Maka yang dipakai adalah data yang diperoleh dari portal resmi Tafsir Hadis.

Visi dan misi, Jurusan Tafsir Hadis adalah “jurusan yang memiliki visi menjadi jurusan yang terkemuka dalam menyiapkan sarjana dalam bidang al-Qur‟an dan Hadis yang berkualitas dan berkemampuan mengembangkan sendiri keilmuannya serta berakhlak

56 Ibid., hal. 390

57 Tafsir Hadis, Jurusan Tafsir Hadis Sejak berdiri Sampai sekarang, diakses melalui

(26)

mulia.” Agar menghasilkan sarjana yang ahli dalam bidang Tafsir dan Hadis yang dapat merespon perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta mengoperasionalkan konsep-konsep yang disyaratkan al-Qur‟an dan Hadis.58

Jumlah mahasiswa aktif Jurusan Tafsir Hadis pada tahun akademik 2016-2017 adalah:

1) Angkatan 2010/2011 berjumlah 1 orang 2) Angkatan 2011/2012 berjumlah 5 orang 3) Angkatan 2012/2013 berjumlah 5 orang 4) Angkatan 2013/2014 berjumlah 23 orang 5) Angkatan 2014/2015 berjumlah 48 orang 6) Angkatan 2015/2016 berjumlah 47 orang 7) Angkatan 2016/2017 berjumlah 62 orang59

Dalam hal ini mahasiswa yang penulis teliti adalah mahasiswa angkatan 2013/2014 dan 2014/2015. Mahasiswa angkatan 2013/2014 berjumlah 23 orang dengan rincian 12 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Sedangkan angkatan 2014/2015 berjumlah 48 orang dengan rincian 26 orang laki-laki dan 22 orang perempuan.

c. Mata Kuliah

Semester Mata Kuliah Semester Mata Kuliah

58 Tim Penulis Buku Profil fakultas Ushuluddin, Op.Cit., hal. 32-34 59

(27)

I 1) Pancasila 2) Ulum al-Qur'an 3) Ulum al-Hadis 4) Tauhid 5) Ushul al-Fiqh 6) Bahasa Arab I 7) Bahasa Indonesia 8) Sejarah Peradaban Islam 9) Metodologi Studi Islam II 1) Qur'an Al-Karim 2) Ulum al-Hadits I 3) Filsafat Umum 4) Ushul al-Fiqh I 5) Kewarganegaraan 6) Ulumul Quran I 7) Bahasa Arab II 8) Fiqh Ibadah 9) Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik 10) Ilmu Kalam III 1) Ulumul Qur'an II 2) Akhlak 3) Ulum al-Hadis II 4) Tafsir Tahlili 5) Qur'an Al-Karim (Tahfiz) 6) Bahasa Arab III 7) Ilmu Tasawuf 8) Filsafat Ilmu 9) Ilmu Sosial Budaya Dasar 10) Perbandingan Agama* 11) Fiqih Kontemporer 12) Bahasa Inggris Intensif IV 1) Mushthalah al-Hadits 2) Manhaj al – Mufassirin 3) Manhaj al- Muhadditsin 4) Studi Hadis di Indonesia 5) Studi Tafsir di Indonesia Balaghah 6) Syarah Hadis Tahlili 7) Ushul al-Tafsir Wa Qawaiduhu I 8) Metodologi Tafsir I 9) Filsafat Islam 10) Bahasa Inggris II 1) Takhrij al-Hadis I (Kritik Sanad) 2) Problematika Hadits Kontemporer 3) Syarah Hadits Aqidah/ Akhlak 4) Metode Penelitian 5) Tafsir Ayat Aqidah/ Akhlak 1) Addakhil fi al-Tafsir 2) Takhrij al-Hadis II (Kritik Matan) 3) Studi Naskah Ulumul Qur‟an 4) Studi Naskah Ulumul Hadis 5) Bimbingan Penulisan Karya

(28)

V 6) Tafsir Muqaran 7) Ushul Tafsir wa Qawaiduhu II 8) Pemikiran Modern dalam Islam 9) Fiqh Munakahat Metodologi Pemahaman Hadis I VI Ilmiah 6) Tafsir Maudhu‟iy I (Ahkam) 7) Hadis Maudhu‟iy I (ahkam) Metodologi Pemahaman Hadis II 8) Tafsir Maudhu‟iy II (Ahkam) 9) Hadis Maudhu‟iy II (Ahkam) VII 1) Tafsir Maudhu‟iy III (Pendidikan) 2) Hadis Maudhu‟iy IV (Pendidikan) 3) Orientalisme 4) Pratikum Tafsir Hadis 5) Tafsir Maudhu‟iy IV 6) Studi Naskah Tafsir 7) Studi Naskah Hadis 8) Hadis Maudhu‟iy IV (Dakwah) VIII

1) Kuliah Kerja Nyata 2) Skripsi

2. Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis

Pada tahun 2005, berdasarkan keputusan Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor. Dj. II/532/05 pada tanggal 24 Oktober 2005 dibuka jurusan Program Khusus Tafsir Hadis. Program ini berada di bawah Jurusan Tafsir Hadis dengan berbagai keunggulan. Antara lain perkuliahan dilangsungkan dalam dua bahasa asing (Arab dan Inggris), serta

(29)

dilengkapi dengan berbagai kegitan akademik tambahan seperti tahfiz dan halaqah. Awalnya mahasiswa program ini mendapat beasiswa penuh dari Kementrian Agama, tapi beberapa tahun kemudian kebijakan tersebut berubah.60

Struktur Kepemimpinan Priode 2005-2008 Ketua Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis: Dr. H. Eka Putra Wirman, M.A. Sedangkan Sekretaris Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis: Erwin, M.Ag. Priode 2008-2012 Ketua Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis: H. Guswandi Syaz, M.A. Sedangkan Sekretaris Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis: Ilhamni, Lc., M.Ag. Priode

2012-2016 Ketua Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis Ilhamni, Lc., M.Ag.

dan Drs. Yulius Mas‟ud, M.Ag. Sedangkan Sekretaris Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis : Dra. Sarmida Hanum, M.Ag.61

Visi dan misi, Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis adalah jurusan dengan visi “mengembangkan dan menjadikan Ilmu Ushuluddin lebih humanis dan berdaya guna bagi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara”, dengan misi “mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara serta melahirkan ulama yang menguasai ilmu-ilmu Ushuluddin serta memiliki wawasan keislaman yang komprehensif”. Dan juga menguasai bahasa Arab dan Inggris serta hafal al-Qur‟an 4 juz dan 100 Hadis.62

Jumlah mahasiswa aktif jurusan Program Khusus Tafsir Hadis pada tahun akademik 2016-2017 adalah:

60 Raichul Amar, Op.Cit., hal. 389 61 Ibid., hal. 391

62

(30)

a. Angkatan 2010/2011 berjumlah 2 orang b. Angkatan 2011/2012 berjumlah 2 orang c. Angkatan 2012/2013 berjumlah 8 orang d. Angkatan 2013/2014 berjumlah 12 orang e. Angkatan 2014/2015 berjumlah 12 orang f. Angkatan 2015/2016 berjumlah 11 orang g. Angkatan 2016/2017 berjumlah 27 orang.63

Dalam hal ini mahasiswa PK-TH yang penulis teliti adalah mahasiswa angkatan 2013/2014 dan 2014/2015 dimana jumlah mahasiswanya angkatan 2013/2014 berjumlah 12 orang yang terdiri dari laki-laki 6 orang dan perempuan 6 orang. Sedangkan angkatan 2014/2015 berjumlah 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

Mata kuliah

Semester Mata Kuliah Semester Mata Kuliah

I 1) B Arab I 2) B Arab II 3) B Inggris I 4) B Inggris II 5) B Indonesia 6) Akidah Islamiyah 7) Ulumul Qur‟an I 8) Ushul al-Hadis 9) Ushul al-Fiqh I 10) Civic Education II 1) B Arab III 2) B Arab IV 3) B inggris III 4) B Inggris IV 5) Ulumul Qur‟an II 6) Musthalahah al-Hadis 7) Ushul al-Fiqh II 8) Fiqh Ibadah 9) Ilmu Kalam I 10) Tasawuf I 63

(31)

III 1) Balaghah 2) Ulum al-Qur‟an III 3) Manhaj al-Mufasirin I 4) Qawaid al-Tafsir 5) Manhaj Muhaditsin I 6) Fiqh Munakahat 7) Ilmu Kalam II 8) Tasawuf II 9) Akhlak 10) Tarikh Tasyri‟ 11) Mantiq IV 1) Ulumul Qur‟an IV 2) Manhaj al-Mufasirin II 3) Anwa‟ ulum al Hadis 4) Manhaj Muhaditsin II 5) Metodologi Tafsir 6) Metodologi Penelitian 7) Al-Dakhil fi al-Tafsir (pilihan) 8) Hadis Ibadah 9) Fiqh Muamalat I 10) Pengatar perbandingan Majhab (pilihan) Filsafat Umum V 1) Tafsir ayat Ibadah 2) Tafsir Ayat Akidah dan Akhlak 3) Metode Penelitian Tafsir 4) Tahkrij al-Hadis 5) Syarah Hadis Akidah Akhlak 6) Syarah Hadis Ahkam 7) Fiqh Muamalat II 8) Fiqh Jinayah dan Siysah 9) Fiqh Mawaris 10) Filsafat Ilmu VI 1) Problematika tafsir Kontemporer tafsir ayat-ayat 2) Muamalah 3) Fiqh Kontemporer 4) Tafsir Nushus 5) Studi Tafsir di Indonesia 6) Takhrij al Hadis II 7) Fiqh al-Hadis 8) Problematika hadis kontemporer 9) Studi Hadis Di Indonesia 10) Tafsir ayat Ahkam(pilihan) 11) Filsafat Hukum Islam (pilihan)

(32)

VII 1) Bimbingan penulis Skripsi 2) Psikologi Agama 3) Perbandingan Agama 4) Pratikum 5) PMDI 6) PMII 7) Sosiologi Islam 8) Al-Istiraf wa al-Istighrab 9) Manajemen dan Administrasi Dirasah Tausiqiyah VIII 1) Kkn 2) Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian FR Retno Anggraini (2006) dan eddy (2005) yang menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada tingkat pengungkapan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 29-31 Mei 2012, maka penulis menyimpulkan bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN.. PT BANK

Dari uraian tersebut diatas, di Jakarta, dibutuhkan sebuah fasilitas riset yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan riset teknologi informasi dan disesuaikan dengan

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan

Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran dapat dimodifikasi secara lentur oleh guru, hal ini lebih memberikan ruang kreatifitas yang tidak terbatas pada

Jumlah produksi jagung respnden di Desa Bange Kecamatan Sangau Ledo dijelaskan sebesar 97,00% oleh faktor-faktor penggunaan benih, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem