• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur dan nilai yang terkandung dalam Geguritan Masan Rodi.

Penelitian ini menggunakan teori stuktural dan nilai. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yakni: (1) metode dan teknik penyediaan data menggunakan metode membaca berulang-ulang (heuristik) dibantu dengan teknik pencatatan dan teknik terjemahan, (2) metode dan teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dan teknik deskriptif analitik, (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan metode informal dibantu dengan teknik deduktif dan induktif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yakni struktur forma (bentuk) yang terdiri dari kode bahasa dan sastra, ragam bahasa dan gaya bahasa. Kode bahasa dan sastra menggunakan pupuh Durma, ragam bahasa menggunakan bahasa Bali campuran serta gaya bahasa terdiri dari gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa pertautan. Struktur naratif terdiri dari insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat.

Selain itu penelitian ini mengungkapkan nilai yakni nilai agama yang terdiri dari nilai filsafat, nilai etika dan nilai upacara serta nilai sosial.

(2)

ABSTRAK

GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

Panyelehan Teks Geguritan Masan Rodi puniki wantah nlatarang indik panureksan

struktur, miwah fungsi. Panureksan puniki madue tatujon mangda prasida nlatarang struktur,

miwah nilai sane wenten ring Geguritan Masan Rodi.

Panyelehan puniki nganggen teori struktur lan nilai. Metode miwah teknik sane kaanggen ring panureksan puniki kakepah dados tiga, inggih punika: (1) metode lan teknik nyayagayang data ngangge metode membaca berulang-ulang (heuristik) kawantu sareng

teknik pencatatan lan teknik terjemahan, (2) metode lan teknik analisis data ngangge metode kualitatif miwah teknik deskriptif analitik, (3) metode lan teknik nyayagayang analisis data

ngangge metode formal lan metode informal kawantu sareng teknik deduktif lan induktif. Pikolih sajeroning panyelehan puniki marupa struktur forma (bentuk) sane kakepah dados kode bahasa dan sastra, ragam bahasa lan gaya bahasa. Kode bahasa dan sastra nganggen pupuh Durma, ragam bahasa ngangge basa Bali campuran, gaya bahasa kakepah dados gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan lan gaya bahasa pertautan.

Struktur naratif kakepah dasos insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema miwah amanat.

Panyelehan puniki nlatarang nilai, inggih punika nilai agama sane kakepah dados

nilai filsafat, nilai etika lan nilai upacara miwah nilai sosial.

(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN………...i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA ………..ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………..iii

LEMBAR PENETAPAN UJIAN ……….iv

UCAPAN TERIMA KASIH ……….v

ATUR SUKSMA………viii

ABSTRAK ………..xi

ABSTRAK………..xii

DAFTAR ISI………...xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG………xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...1 1.2 Rumusan Masalah ……….…….4 1.3 Tujuan Penelitian………...4 1.3.1 Tujuan Umum……….4 1.3.2 Tujuan Khusus………5 1.4 Manfaat Penelitian……….5 1.4.1 Manfaat Teoretis………...5 1.4.2 Manfaat Praktis………...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka………...7

2.2 Konsep………..10

(4)

2.2.2 Masan Rodi ……….11

2.3 Landasan Teori………...11

BAB III METODE DAN TEKNIK, SUMBER DATA, JANGKAUAN, DAN SISTEMATIKA PENYAJIAN 3.1 Metode dan Teknik………...15

3.1.1 Tahap Penyediaan Data ………..15

3.1.2 Tahap Analisis Data ………..16

3.1.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data……….17

3.2 Sumber Data………...18

3.3 Jangkauan ………...20

3.4 Sistematika Penyajian………...21

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEGURITAN MASAN RODI 4.1 Struktur Forma ………...22

4.1.1 Kode Bahasa dan Sastra ………22

4.1.2 Ragam Bahasa ………...29

4.1.2.1 Bahasa Bali Alus (BBA) ………30

4.1.2.2 Bahasa Bali Madia (BBM) ………....32

4.1.2.3 Bahasa Bali Kasar (BBK) ………..33

4.1.3 Gaya Bahasa ………...35

4.1.3.1 Gaya Bahasa Perbandingan ………...36

4.1.3.2 Gaya Bahasa Pertentangan ………...….37

4.1.3.3 Gaya Bahasa Pertautan ………...38

4.2 Struktur Naratif ………...40

4.2.1 Insiden ………...40

4.2.2 Alur ………...47

4.2.3 Tokoh dan Penokohan ………....55

(5)

4.2.3.2 Tokoh Sekunder ………..61 4.2.3.3 Tokoh Pelengkap ………65 4.2.4 Latar ………...67 4.2.4.1 Latar Waktu ………...68 4.2.4.2 Latar Tempat ………...70 4.2.4.3 Latar Suasana ………...73 4.2.5 Tema ………...76 4.2.6 Amanat ………...79

BAB V ANALISIS NILAI GEGURITAN MASAN RODI 5.1 Nilai Agama ………...84

5.1.1 Nilai Filsafat (Tattwa) ………...84

5.1.2 Nilai Etika (Susila) ……….86

5.1.3 Nilai Upacara ……….89

5.2 Nilai Sosial ………...91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………...95

6.2 Saran ……….97 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geguritan merupakan bentuk kesusastraan Bali tradisonal dapat digolongkan kedalam

bentuk puisi. Geguritan disebut juga sebagai puisi naratif, karena apabila dilihat dari bentuknya, geguritan merupakan puisi, dan jika ditinjau dari segi isinya geguritan tergolong ke dalam prosa.

Geguritan merupakan suatu karya sastra tradisional, geguritan mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh, pupuh-pupuh tersebut diikat oleh beberapa konvensi yang biasa disebut pada lingsa. Pada adalah banyaknya bilangan suku kata dala satu kalimat atau carik (koma). Lingsa adalah aturan-aturan suara atau bunyi akhir tiap-tiap baris (/a,/i,/u,/e,/o/). Pada lingsa meliputi: (1) banyaknya baris dalam tiap-tiap bait (pada), (2) banyaknya suku kata dalam tiap-tiap baris (carik), dan (3) bunyi akhir tiap-tiap baris, yang menyebabkan pupuh tersebut harus dinyanyikan. Hal ini disebabkan pula karena dalam menulis atau mengarang dengan pupuh biasanya pengarangnya sambil melagukan karya sastra yang diciptakannya (Agastia, 1980: 16-17).

Dalam kesusastraan Bali terdapat lebih dari 45 pupuh, apabila kita mengetahui bahwa

pupuh itupun berasal dari Jawa, maka jelaslah di Bali telah terjadi penciptaan pupuh-pupuh yang baru. Pupuh yang popular di masyarakat hanya 10, yaitu: Sinom, Pangkur, Ginada, Ginanti, Maaskumambang,

Durma, Mijil, Pucung, Semarandana, Dandang (Agastia, 1980: 17-18). Pupuh-pupuh itu

(7)

dan patutnya untuk menguraikan perasaan, tetapi dapat juga digubah untuk orang mabuk asmara, (2) Pucung memiliki watak yang kendor, tanpa perasaan yang memuncak, patutnya untuk cerita yang seenaknya tanpa kesungguhan, (3) Maskumambang memiliki watak yang sedih merana dan patutnya untuk melahirkan perasaan yang sedih, (4) Ginada yang memiliki watak melukiskan kesedihan, merana atau kecewa, (5) Ginanti berwatak senang, cinta kasih, patutnya untuk menguraikan ajaran filsafat, cerita yang bernuansa asmara, dan keadaan mabuk asmara, (7) Sinom wataknya ramah tamah dan patutnya untuk menyampaikan amanat, (7) Durma wataknya keras, bengis, marah, patutnya untuk melukiskan cerita marah (8)

Semarandana mempunyai sifat sedih, suatu kesedihan akibat dirundung api asmara, sehingga

jenis pola ini sesuai untuk mengungkapkan isi wacana yang bermakna rindu dendam asmara atau untuk merayu, (9) Pangkur wataknya berperasaan hati memuncak, jika mabuk smara sampai puncaknya, dan (10) Dandang Gula wataknya halus, lemas, umumnya untuk melahirkan suatu ajaran (Tinggen, 1994: 35-36).

Di dalam suatu geguritan ada yang memakai satu jenis pupuh dan nada juga yang memakai banyak jenis pupuh. Geguritan yang memakai satu jenis pupuh, misalnya

Geguritan Jayaprana (ginada), Geguritan Bagus Diarsa (sinom), dan Geguritan Basur

(ginada), sedangkan geguritan yang memakai banyak jenis pupuh, misalnya: Geguritan Sudamala, Geguritan Puyung Sugih, dan Geguritan Kala Rau (Agastia, 1980: 18-19).

Salah satu karya sastra Bali tradisional yang hingga kini memperkaya khasanah kebudayaan Bali adalah geguritan. Adapun karya sastra geguritan yang diangkat adalah

Geguritan Masan Rodi (selanjutnya disingkat dengan GMR) yang berasal dari Griya Kawan

Sibetan dan dikarang oleh Ida Bagus Nyoman Puja. GMR dominan menggunakan bahasa Bali Kawi bercampur dengan bahasa Bali Kepara. GMR hanya menggunakan satu pupuh saja yaitu pupuh Durma yang terdiri dari 97 bait.

(8)

Keunikan dan kekhasan yang terdapat dalam GMR membuat ketertarikan tersendiri untuk menganalisis geguritan ini secara lebih mendalam, dikarenakan cerita yang disajikan oleh pengawi membahas mengenai bagaimana kehidupan sekumpulan orang yang sedang menjalani hukuman dipenjara lalu diperintahkan untuk bekerja kasar serta kejadian yang menimpa mereka pada saat bekerja, sedangkan dibandingkan dengan kehidupan sekarang apabila seseorang menjalani hukuman mereka tidak harus bekerja kasar saat menjalani masa hukumannya, namun sebaliknya mereka dibina serta diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif demi kehidupan yang lebih baik. Selain itu dibahas pula mengenai adanya aturan agama yang hilang lalu mencari solusi sampai akhirnya tercipta empat pasal baru mngenai aturan tersebut. Disamping itu sepengetahuan penulis GMR belum pernah dipakai sebagi objek kajian dalam penelitian. Untuk itulah naskah GMR dipakai sebagai bahan kajian pada penelitian ini. GMR akan dikaji dari segi struktur dan nilainya. Struktur yang dikaji meliputi struktur forma (kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa) dan struktur naratif (insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema dan amanat). Kemudian akan dilanjutkan dengan pembedahan mengenai nilai yang terkandung di dalam geguritan.

Geguritan pada umumnya memiliki nilai-nilai tertentu yang nantinya bisa bermanfaat dan dapat difungsikan oleh masyarakat, seperti halnya geguritan ini memiliki nilai agama, nilai logika, nilai etika dan nilai estetika. Teori yang digunakan untuk membedah struktur adalah teori struktural menurut Nurgiyantoro.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, tentunya terdapat beberapa permasalahan yang perlu dianalisis. Maka dari itu perrmasalahan-permasalahan tersebut dapat dirumuskan pertanyaannya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah struktur yang membangun “Geguritan Masan Rodi”? 2. Nilai-nilai apa sajakah yang terdapat dalam “Geguritan Masan Rodi”?

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian tentu memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai dan perlu diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Demikian juga dengan analisis ini, tujuan analisis ini dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah khazanah di bidang sastra, khususnya sastra Bali tradisional. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa karya sastra Bali tradisional, khususnya geguritan, masih tetap hidup di masyarakat dan sangat menarik untuk dibaca karena mengandung banyak pembelajaran yang berguna bagi kehidupan. Penelitian ini juga turut berupaya untuk melestarikan karya-karya sastra Bali tradisional khususnya geguritan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil analisis terhadap karya GMR. Analisis yang dilakukan menyangkut struktur formal dan struktur naratif karya GMR. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pesan pengarang berupa nilai, yang tentunya sangat berguna apabila diaplikasikan dalam kehidupan ini.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian terhadap karya sastra tradisonal sangat besar manfaatnya bagi perkembangan apresiasi masyarakat. Sesuai dengan tujuan di atas, maka hasil penelitian ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan masyarakat untuk lebih mengenal keberadaan karya sastra tradisional khususnya geguritan yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Manfaat dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua yakni, manfaat teoretis dan manfaat praktis.

(10)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya, khususnya memberikan pengaruh positif bagi perkembangan karya sastra tradisonal maupun penerapan teori sastra terutama yang berkaitan dengan sastra Bali tradisional yaitu geguritan. Kedepannya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan refrensi ndalam melakukan analisis karya sastra geguritan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa uraian mengenai struktur dan nilai yang terkandung dalam teks GMR, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat terhadap karya sastra tradisional khususnya geguritan sebagai budaya dan seni yang terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Selain itu, dapat memperkaya dan menamba ilmu sastra, terutama mengenai analisis karya sastra Bali tradisional dalam bentuk geguritan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pembaca, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang kode bahasa, ragam, dan struktur kalimat dalam iklan properti di harian serta implementasinya

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa struktur geguritan yaitu unsur-unsur pembangun puisi yang meliputi unsur bunyi (rima, irama, dan metrum) yang

Babad Djalasutra yaiku karya sastra sing ditulis karo bahasa jawa ragam krama, nang njerone ana struktur teks sing nduwei simbol lan makna.. Simbol lan makna sing ana nang

“Gaya Bahasa dalam Meme Indonesia: Kajian Stilistika Sastra”. Fokus penelitian ini membahas ragam bahasa dan majas. Menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian

Oleh sebab itu, bentuk dan isi baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri mempengaruhi penggunaan bahasa maupun pemilihan kata (diksi) dalam sebuah karya

Skripsi yang berjudul “Geguritan Aji Rama Rena analisis Struktur dan Makna” ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Sastra Bali,

GNP tersusun atas sepuluh pupuh yang populer di Bali, serta dikaji dari segi struktur dan fungsi, karena geguritan ini mempunyai struktur forma yang lengkap,

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui struktur simbolisme visual Topeng Panji gaya Yogyakarta terdiri atas bentuk bentuk jamang, alis, mata, hidung, mulut dan warna