• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan

Di dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, yaitu tidak tercapainya target produksi crumb rubber di lantai produksi PTPN VIII kebun Cikumpay. Hal ini disebabkan karena adanya waste yang terjadi di lantai produksi. Setelah latar belakang, selanjutnya dibuat suatu perumusan masalah untuk merumuskan masalah yang ada, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara produsen karet alam terbesar di dunia setelah Thailand. Pada tahun 2010, menurut Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia), jumlah produksi karet alam Indonesia adalah 2770 ribu ton. Perkebunan negara menyumbang 270 ribu ton atau hanya sekitar 9,74% sedangkan selebihnya di sumbangkan oleh perkebunan rakyat (2207 ton atau 79,67%) dan perkebunan milik swasta (293 ton atau 10,57%).

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Maret 2011, karet dan barang karet merupakan komoditi ekspor non-migas terbesar yakni sekitar 201,4 juta dolar AS (www.kompas.com). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, produk olahan dari karet alam di Indonesia didominasi oleh karet remah/crumb rubber. Produk crumb rubber adalah karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap peremahan. Bahan baku berasal dari lateks yang diolah menjadi koagulum dan dari lump. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan crumb rubber bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu.

(2)

2

Persaingan di dunia industri pengolahan karet remah (crumb rubber) sangat ketat. Hal ini didasarkan karena crumb rubber yang dikodekan dengan CR merupakan bahan baku yang banyak digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis barang karet. Karet remah ini dapat digunakan untuk menghasilkan ban dan produk terkait serta ban dalam, alat-alat kemiliteran, dan lain-lain. Menurut Gapkindo, pada tahun 2010 jumlah industri pengolahan karet remah mencapai 130 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia dan total kapasitas produksi dari seluruh pabrik tersebut adalah 4 juta ton. Namun, total kapasitas yang terpakai hanya 2,8 juta ton atau sekitar 70% saja. Hal ini diakibatkan karena produksi getah karet yang terus menurun sehingga mengakibatkan kesulitan dalam mendapatkan bahan olah karet/bokar (www.bumn.go.id).

Salah satu perusahaan perkebunan negara yang menghasilkan karet serta mengolahnya menjadi crumb rubber adalah PTPN VIII. PTPN VIII adalah perusahaan perkebunan negara yang bergerak dalam bidang kegiatan usaha yang meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet, kelapa sawit, kina, dan kakao. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas (www.pn8.co.id).

Bahan baku karet yang dihasilkan oleh perusahaan milik negara ini berasal dari perkebunan sendiri. Salah satu lokasi pembudidayaan karet dan pengolahan (produksi) crumb rubber adalah di perkebunan PTPN VIII Cikumpay. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Eri selaku kepala pengawas produksi crumb rubber (CR) di PTPN VIII kebun Cikumpay mengungkapkan bahwa pengolahan (produksi) CR dilakukan enam hari dalam seminggu dengan menumpuk stok di gudang sampai pembeli datang (make to stock) atau langsung menyuplai pesanan kepada pembeli sesuai dengan kontrak pemesanan (make to order). Bahan baku karet diperoleh dari kebun sendiri dalam bentuk lump sekitar kurang lebih 25 ton per harinya tergantung

(3)

3

produksi karet di kebun dan tidak semuanya diolah. Jumlah lump yang masuk ke dalam proses pengolahan hanya sekitar 15 ton sedangkan sisanya dijadikan stok untuk persediaan apabila produksi karet di kebun sedang terhambat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Teknik dan Pengolahan Karet kebun Cikumpay menunjukkan bahwa target produksi CR di tahun 2010 adalah 3.997.000 kg dan di tahun 2011 adalah 3.685.323 kg. Tetapi berdasarkan data realisasi produksi CR yang diperoleh dari data internal perusahaan terlihat bahwa total realisasi produksi di tahun 2010 tidak mencapai target yang diinginkan oleh pihak manajemen perusahaan dan demikian halnya dengan produksi CR di tahun 2011. Pada tahun 2010, jumlah produksi CR adalah 3.454.920 kg dan di tahun 2011 adalah 3.360.420 kg. Jumlah realisasi produksi dan target CR setiap bulan di tahun 2010 dan 2011 ditunjukan pada Tabel I.1.

Dari Tabel I.1 pada halaman 4, terlihat bahwa jumlah realisasi produksi CR di tahun 2010 baru mencapai 86% dari target awal dan demikian juga pada tahun 2011 baru memenuhi 91% dari target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Dari kedua persentase ini terlihat bahwa rasio rata-rata jumlah realisasi produksi CR setiap tahunnya adalah sekitar 89% dari target produksi yang diinginkan oleh manajemen perusahaan. Jika dibandingkan antara jumlah realisasi produksi di tahun 2010 dan 2011, maka akan terlihat bahwa jumlah realisasi produksi di tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hingga mencapai 2,7%. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan peningkatan produktivitas untuk meningkatkan jumlah produksi crumb rubber di lantai produksi agar dapat memenuhi atau mendekati target produksi yang diinginkan oleh manajemen PTPN VIII.

(4)

4

Tabel I. 1 Tabel Target-Realisasi Produksi CR Tahun 2010 dan 2011

Tahun Bulan Realisasi (kg) Target (kg)

% ketercapaian target produksi 2010 Januari 297360 316900 94% Pebruari 283815 248500 114% Maret 309645 432200 72% April 274680 480600 57% Mei 301455 491300 61% Juni 294525 477700 62% Juli 327915 378800 87% Agustus 274365 162200 169% September 173565 151900 114% Oktober 280350 187400 150% Nopember 307125 289600 106% Desember 320120 379900 84% Jumlah 3454920 3997000 86% 2011 Januari 280035 299616 93% Februari 217980 324993 67% Maret 279720 368570 76% April 213885 378170 57% Mei 349965 413347 85% Juni 347760 439124 79% Juli 320040 457301 70% Agustus 227115 219462 103% September 251685 178485 141% Oktober 321930 152108 212% Nopember 259245 194108 134% Desember 291060 260039 112% Jumlah 3360420 3685323 91%

(Sumber : bagian teknik dan pengolahan karet PTPN VIII kebun Cikumpay) Peningkatan produktivitas berkaitan dengan tujuan perusahaan yang ingin menjadi perseroan yang mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mampu menghasilkan keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus meningkatkan tingkat produktivitasnya dan berusaha mencapai target yang telah ditentukan oleh manajemen.

(5)

5

Bahan baku yang digunakan pada proses pengolahan crumb rubber (CR) di lantai produksi adalah lump yang diperoleh dari kebun sendiri dan diolah di pabrik pengolahan karet. Bahan baku lump ini akan melewati beberapa tahapan proses produksi hingga menjadi barang jadi. Bahan baku lump akan dimasukan ke dalam mesin prebeaker untuk dihancurkan sehingga menjadi remahan-remahan karet. Remahan karet ini akan menuju mesin hummer mills yang bertujuan untuk melepaskan kotoran dari remahan karet tersebut dan setelah itu akan melewati bagian macro blending I dan II untuk proses pencucian. Hasil remahan yang telah selesai dicuci pada makro blending II akan dipindahkan menuju mesin creeper. Pada mesin ini, remahan lump akan digiling untuk menghomogenkan remahan lump tersebut. Hasil dari stasiun kerja ini disebut sebagai compo. Compo yang berasal dari mesin creeper akan dibawa menuju tempat penjemuran dan akan dikeringkan dalam waktu 10-20 hari. PTPN VIII kebun Cikumpay memiliki 4 lokasi tempat penjemuran yang terletak di lantai produksi.

Compo yang telah kering memilki berat rata-rata 5 kg dan akan kembali diolah untuk memperoleh barang jadi. Pada tahap ini, compo akan dimasukan ke dalam mesin roll cutter untuk diremahkan kembali. Hasil remahan ini akan melewati bak pencucian di vortek pump. Remahan compo yang telah bersih ini akan dikeringkan di dalam mesin dryer selama 3 jam. Hasil dari mesin dryer telah berbentuk bantalan karet yang akan melewati pengecekan logam di metal detector. Bantalan karet yang dinyatakan tidak terkontaminasi dengan logam atau kotoran lainnya akan didinginkan dan setelah itu akan masuk ke bagian penimbangan. Operator di bagian penimbangan akan menimbang bantalan karet hingga beratnya mencapai 35 kg. Bantalan karet dengan berat 35 kg ini disebut sebagai bandella. Bandella yang telah selesai ditimbang akan dipadatkan di mesin balling press dan akan diambil sampel untuk uji laboratorium. Setelah melewati proses uji lab dan dinyatakan tidak terkontaminasi, maka bandella tersebut akan dikemas dan disatukan dengan bandella lainnya di bagian pengepakan hingga berjumlah 36 bandella untuk 1 batch dengan berat total 1260 kg dan akan disimpan di gudang barang jadi.

(6)

6

Dari pengamatan langsung di lapangan, ada beberapa proses di lantai produksi yang menyebabkan lead time menjadi cukup panjang sehingga menjadi faktor yang menyebabkan target perusahaan tidak tercapai. Proses tersebut ditunjukkan pada Tabel I.2. dan menjadi identifikasi awal waste yang terjadi di lantai produksi.

Tabel I. 2 Tabel Waste dan Penyebab Waste

No Penyebab Waste

1. Mesin yang rusak selalu dibiarkan begitu saja tanpa adanya usaha untuk melakukan perbaikan langsung. Penundaan perbaikan mesin ini terjadi pada bagian mesin creeper. Hal ini mengakibatkan barang WIP yang menjadi tanggung jawab mesin tersebut akan dialihkan ke mesin creeper yang sejenis. Pengalihan tersebut menyebabkan beban di mesin yang menjadi pengganti semakin berat dan waktu untuk mengolah barang WIP menjadi bertambah. Waktu yang dibutuhkan mesin creeper untuk mengolah barang WIP adalah 13,62 detik. Jika terjadi kerusakan mesin dan terjadi pengalihan ke mesin yang sejenis, maka waktu pengerjaannya bertambah 2 kali lipat, yaitu sekitar 27,24 detik.

Delays 2. Operator di bagian pengepakan pallet menunggu

datangnya bandela yang akan di-pallet. Alur proses produksi pada tahap ini adalah barang yang akan di-pallet adalah barang yang telah selesai diproses di bagian pengemasan. Pengiriman barang WIP dari bagian pengemasan dilakukan setelah gerobak dorong sebagai alat transportasi telah terisi dengan 6 barang WIP. Kondisi operator menunggu pada alur proses ini mengakibatkan lead time yang panjang karena operator bagian pengepakan pallet akan bekerja setelah terkumpul 36 barang WIP. Artinya, operator menunggu 6 kali pengiriman barang WIP dan waktu rata-rata operator menunggu adalah 26,46 detik.

3. Lokasi tempat penirisan compo tersebar di beberapa tempat di lantai produksi. Hal ini menyebabkan waktu transportasi menjadi lama karena harus mendistribusikan barang WIP ke beberapa tempat. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengantar compo ke bagian penjemuran (penirisan) adalah 125,61 detik.

(7)

7

No Penyebab Waste

4. Ada compo yang ditiriskan di sekitar mesin produksi (tidak pada tempat yang telah disediakan) karena kapasitas tempat penjemuran tidak cukup untuk menampung compo yang keluar dari mesin creeper. Peletakkan barang WIP di sekitar mesin produksi menyebabkan terjadinya penyempitan jalur transportasi sehingga akan menambah lead time karena alat transportasi harus melewati tumpukan barang WIP tersebut. Hal ini terjadi ketika compo diantar ke bagian penjemuran di lokasi 4. Gerobak yang membawa compo ke lokasi 4 harus melewati vortek pump dan tumpukan compo yang telah terlebih dahulu diletakan di sana sejak beberapa hari yang lalu dan masih dalam proses penjemuran di sekitar vortek pump. Waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh proses transportasi ini adalah 1,6 menit.

Inventory

Tabel 1.2 menunjukkan beberapa jenis waste (pemborosan) yang merupakan aktivitas yang tidak memberi nilai tambah pada proses pengolahan CR di lantai produksi. Akibat dari aktivitas waste pada Tabel I.2 dapat memperpanjang lead time pengolahan CR sehingga aktivitas-aktivitas tersebut harus dapat dihilangkan atau dikurangi. Upaya untuk menghilang pemborosan demi meningkatkan produktivitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing.

I.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Adapun permasalahan yang dirumuskan adalah :

1. Apa saja pemborosan yang merupakan pemborosan dominan yang terjadi di lantai produksi di PTPN VIII kebun Cikumpay?

2. Apa saja akar penyebab masalah pemborosan yang terdapat pada lantai produksi PTPN VIII kebun Cikumpay yang menyebabkan ketidakoptimalan produktivitas produksi crumb rubber (CR)?

(8)

8 I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas produksi crumb rubber (CR) di PTPN VIII kebun Cikumpay. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi pemborosan yang merupakan pemborosan dominan yang terjadi di lantai produksi di PTPN VIII kebun Cikumpay.

2. Mengidentifikasi akar penyebab waste (pemborosan) yang terdapat pada pengolahan crumb rubber (CR) yang menyebabkan produktivitas tidak optimal. 3. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk menghilangkan atau mengurangi

waste.

I.4 Batasan Masalah dan Asumsi I.4.1 Batasan Masalah

Adapun dalam perancangan usulan perbaikan untuk peningkatan produktivitas dengan menggunakan pendekatan lean manufacturing ini, perlu ada beberapa hal yang dibatasi dalam pembahasannya, yaitu :

1. Waktu produksi CR yang menjadi acuan dalam menghitung efisiensi adalah waktu yang diperoleh dari pengambilan data waktu dengan menggunakan stopwatch.

2. Usulan perbaikan tidak sampai pada tahap implementasi di lapangan.

3. Penelitian ini tidak memperhitungkan jumlah cacat dari produk yang dihasilkan. 4. Penelitian tidak memperhitungkan biaya produksi dan jumlah demand.

I.4.2 Asumsi

Pada penelitian ini ada beberapa asumsi yang digunakan, yaitu,

1. Operator bekerja secara normal dan wajar pada saat dilakukan pengambilan data waktu.

2. Kemampuan operator diasumsikan mewakili kinerja rata-rata pada saat ini. I.5 Sistematika Penulisan

(9)

9 Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini diuraikan latar belakang dalam permasalahan pendekatan Lean Manufacturing yang dibahas. Hal yang terpenting adalah dinyatakannya permasalahan yang dimulai dari area masalah yang luas hingga menuju pertanyaan yang diajukan pada penelitian. Selain itu juga terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan asumsi masalah, serta sistematika dalam penelitian. Bab II Landasan Teori

Tinjauan pustaka berisi kajian mengenai teori yang akan digunakan untuk penelitian. Pembahasan ini meliputi prinsip-prinsip yang terdapat di dalam Lean Manufacturing yang menjadi dasar pemikiran untuk pemecahan masalah. Tujuan dari bab ini adalah memberikan acuan ilmiah yang berguna untuk membentuk kerangka berpikir yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan kerangka berpikir penyelesaian masalah dalam pelaksanaan penelitian. Dengan adanya kerangka berpikir, arah penelitian akan terjaga dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyelesaian masalah disesuaikan dengan kondisi perusahaan saat penelitian dilakukan yang didasari oleh teori-teori yang terdapat pada bab II.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini menampilkan data-data umum perusahaan dan data-data lain yang dikumpulkan melalui proses wawancara, observasi langsung dan data primer perusahaan. Kemudian dijabarkan pengolahan data sesuai dengan metode yang diuraikan pada Bab III, dalam rangka perancangan strategi perbaikan.

(10)

10 Bab V Analisis dan Rekomendasi Perbaikan

Pada bab ini disajikan analisis dan strategi perbaikan yang dibuat berdasarkan informasi dari hasil pengolahan data dan dengan menggunakan pendekatan Lean Manufacturing.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini diberikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Gambar

Tabel I. 1 Tabel Target-Realisasi Produksi CR Tahun 2010 dan 2011
Tabel I. 2 Tabel Waste dan Penyebab Waste
Tabel 1.2 menunjukkan beberapa jenis waste (pemborosan) yang merupakan aktivitas  yang  tidak  memberi  nilai  tambah  pada  proses  pengolahan  CR  di  lantai  produksi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengelola usaha Soto Neon Pak Ni, Ibu Sri Reswanti pernah melakukan eksperimen berupa mencoba mengganti kecap yang digunakan dalam pembuatan soto dan aneka sate

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

Dalam pembelajaran menggunakan software Autocad ini disampaikan beberapa bahan ajar yang sebelumnya telah di ajarkan diantaranya adalah, mata pelajaran sambungan

Sedangkan Pola rumah tinggal di Kasepuhan Ciptarasa dapat dilihat pada bentuk rumah tinggalnya berupa panggung dan organisasi ruang (tata ruang) yang terdiri dari

Ketiga tesis di atas secara substantif memang meneliti tentang pemasaran pendidikan di sebuah lembaga, baik pada sekolah tingkat menengah maupun sekolah tinggi. Akan

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Penggunaan obat anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah adalah antibiotik dan anti infeksi sintesis untuk membunuh