ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 92
PENERAPAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI BAGI PARA SISWA KURSUS PERBENGKELAN DAN MENJAHIT SULUH LABUR
KABUPATEN BELU NUSA TENGGARA TIMUR
Sebastianus Baki Henong1, Agustinus Haryanto Patiraja2, Abdul Mujib Yunus³
Teknik Sipil Universitas Katolik Widya Mandira
Abstrak
Sumber daya manusia memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, oleh karena itu sumber daya manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama bagi para manajer sumber daya manusia ialah sistem keselamatan dan kesehatan kerja. Metode yang digunakan dalam menyelesaikan tulisan ini yakni kuesioner dan frekuensi sederhana. Hasil yang diperoleh antara lain belum pernah ditemukan salah satu alat pelindung diri di tempat Kursus Perbengkelan dan Menjahit Suluh Labur. Dengan demikian para instruktur maupun para siswa yang berada di tempat kursus sama sekali tidak tahu tentang apa itu Alat Pelindung Diri. Namun ditempat kursus ini disediakan kotak P3K dengan obat-obatan yang lengkap. Solusi yang diberikan adalah pihak manajemen harus segera mengadakan APD baik bagi para instruktur maupun bagi para siswa dan siswi kursus sehingga para siswa dan siswi tahu dengan benar dan baik cara penggunaannya.
Kata Kunci : Keselamatan, Kesehatan Kerja, Labur, Kursus, Manusia
Abstract
Human resources play an important role for the success of an organization or company, therefore human resources are living assets that need to be maintained and developed. One of the things that must be a major concern for human resource managers is the occupational safety and health system. The method used in completing this paper is a questionnaire and simple frequency. The results obtained, among others, have never been found in one of the personal protective equipment in the Kursus Perbengkelan dan Menjahit Suluh Labur. Thus the instructors and students who are in the course do not know about what is Personal Protective Equipment. But in this course, there is a first aid kit with complete medicines. The solution given is the management must immediately hold PPE both for the instructors and for the students and students of the course so that the students know correctly and well how to use them.
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 93
1. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, oleh karena itu sumber daya manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama bagi para manajer sumber daya manusia ialah sistem keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja termasuk salah satu program pemeliharaan yang ada di perusahaan. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan. Kursus perbengkelan dan menjahit Suluh Labur didirikan oleh Yayasan Serikat Sabda Allah (SVD) sebagai salah satu upaya mengurangi pengangguran bagi para anak putus sekolah yang ada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) pada umumnya serta
Kabupaten Belu pada khususnya. Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja bagi para siswa kursus perbengkelan dan menjahit, dirasa sangat penting sehingga para siswa yang dipersiapkan untuk bekerja merasa aman, nyaman dan tenteram. Para siswa yang akan turun ke lapangan kerja tidak merasa takut ketika berhadapan dengan mesin-mesin pemotong yang tajam, peralatan kerja, material yang tercecer. Para siswa sudah menyiapkan diri dengan sedikit bekal ilmu yang ada bagaimana
caranya mengamankan diri,
menyelamatkan diri serta membantu diri ketika terjadi kecelakaan dan lebih pentingnya mempersiapkan diri terjun kedunia kerja. Untuk mencapai produktivitas yang maksimal dukungan sumber daya manusia menjadi nomor
pertama selain material dan peralatan. Para Siswa Kursus perlu dibekali dengan pengetahuan tentang sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga ketika berhadapan dengan peralatan yang tajam dan material yang tercecer mereka dapat mengetahui apa yang
seharusnya mereka lakukan.
Pemahaman akan sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja, bukan merupakan tanggung jawab para pekerja tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pihak manajemen dengan para pekerja.
Pihak manajemen perlu
mensosialisasikan penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja dan pekerja wajib mematuhi setiap aturan yang sudah diberikan oleh menajemen. Tujuannya adalah :Mengerti cara menggunakan alat pelindung diri (APD) sehingga para siswa yang dipersiapkan untuk bekerja merasa aman, nyaman dan tenteram, tidak merasa takut ketika berhadapan dengan mesin-mesin pemotong yang tajam, peralatan kerja, material yang tercecer, menyiapkan diri dengan sedikit bekal ilmu yang ada bagaimana caranya mengamankan diri, menyelamatkan diri serta membantu diri ketika terjadi kecelakaan dan lebih pentingnya mempersiapkan diri terjun kedunia kerja
A. TINJAUAN PUSTAKA
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berikut definisi keselamatan dan kesehatan kerja menurut para ahli: Keselamatan kerja menurut Mondy
dan Noe (2005:360) adalah
perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 94
aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Mangkunegara (2002:163)
berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan Mathis dan Jackson
(2002:245) menyatakan bahwa
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
2) Pengertian Kecelakaan Kerja a) Menurut Sulaksmono (1997)
kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak
dikehendaki yang
mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. b) Menurut (OHSAS 18001, 1999)
dalam Shariff (2007),
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
Dari kedua pengertian dapat
dijelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga dan juga tak diinginkan, yang mengacaukan proses aktivitas dan juga menimbulkan
kerugian pada manusia dan harta benda.
3) Penyebab Kecelakaan Kerja Menurut Anizar (2009), ada dua faktor penyebab kecelakaan yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).
Unsafe Action dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain :
a) Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja yaitu : posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah, cacat fisik, cata sementara, kepekaan panca indra terhadap sesuatu.
b) Kurang pendidikan : kurang pengalaman, salah pengertian terhadap suatu perintah, kurang terampil, salah mengartikan Standart Operational Procedure (SOP) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.
c) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan
d) Menjalankan pekerjaan yang
tidak sesuai dengan
keahliannya.
e) Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura
f) Mengangkut beban yang
berlebihan
g) Bekerja berlebuhan atau melebihi jam kerja
Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain :
a) Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b) Ada api ditempat bahaya
c) Pengamanan gedung yang kurang standar
d) Terpapar bising
e) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
f) Kondisi suhu yang
membahayakan
g) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 95
h) Sistem peringatan yang berlebihan
i) Sifat pekerjaan yang
mengandung bahaya
4) Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) (1962) seperti
dikutip oleh Anizar (2009)
mengklasifikasikan kecelakaan akibat kerja antara lain :
a) Klasifikasi menurut jenis pekerjaan :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi kecelakaan diatas.
b) Klasifikasi menurut penyebab : a. Mesin : pembangkit tenaga,
terkecuali motor-motor listrik, Mesin penyalur, mesin-mesin untuk mengerjakan logam, mesin-mesin pengolah kayu, mesin pertanian, mesin pertambangan, mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.
b. Alat angkut dan alat angkat :
mesin angkat dan
peralatannya, alat angkutan diatas rel, alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api, alat angkutan udara, alat angkutan air, alat-alat angkutan lain.
c. Peralatan lain : bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat-alat listrik tangan, alat-alat listrik (tangan), alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik, tangga, perlatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi : bahan peledak, debu, gas, cairan dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak,
benda-benda melayang,
radiasi, bahan dan zat lain
yang belum termasuk
golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja : di luar
bangunan, di dalam
bangunan, di bawah tanah c) Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau
Kelainan
a. Patah tulang b. Dislokasi/kaseleo c. Regang otot/urat
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka dipermukaan g. Gegar dan remuk h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Mati lemas
k. Pengaruh arus listrik l. Pengaruh radiasi
m. Luka-luka yang banyak dan berlainan sebabnya
d) Klasifikasi menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh
a. Kepala b. leher
5) Kerugian Akibat Kecelakaan Setiap kecelakaan kerja pasti akan menimbulkan kerugian-kerugian, baik itu kerugian material maupun fisik.
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 96
Menurut Anizar (2009) kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja antara lain :
1) Kerugian Ekonomi :
a. Kerusakan alat/mesin, bahan dan bangunan
b. Biaya pengobatan dan perawatan
c. Tunjangan kecelakaan d. Jumlah produksi dan mutu
yang berkurang
e. Kompensasi kecelakaan f. Penggantian tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan 2) Kerugian non ekonomi yang
meliputi :
a. Penderitaan korban dan keluarga
b. Hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak keluarga
c. Keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkerumun/berkumpul, sehingga aktivitas terhenti sementara
d. Hilangnya waktu kerja
3) Kerugian langsung :
pengobatan dan perawatan,
kompensasi, kerusakan
bangunan, kerusakan perkakas dan peralatan.
4) Kerugian tidak langsung : tertundanya produksi, biaya untuk mendapatkan karyawan penggantinya, biaya training, upah lembur, waktu kerja dari pengawas tambahan, hilangnya waktu kerja si korban, hilangnya waktu kerja bagi keluarga yang datang menjenguk si korban, waktu untuk menyelesaikan urusan administrasi, biaya untuk membayar karyawan pendamping.
Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada
karyawan dilakukan 2 cara
Soeprihanto (2002:48) yaitu:
A. Usaha preventif atau mencegah Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat
sumber-sumber bahaya yang
terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para
karyawan. Langkah-langkah
pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :
a). Subsitusi (mengganti
alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)
b). Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya) c). Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya. d). Pemakaian alat pelindung
perorangan (eye protection,
safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain).
e). Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
f). Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. B. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik
maupun mental para karyawan
sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode frekuensi sederhana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner dan wawancara. Sugiyono (2013). Data responden dihimpun lalu dijumlahkan. Pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner dijawab dengan setuju atau tidak. Berapa orang yang menyetujui setiap pertanyaan yang diberikan
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 97
dalam kuesioner. Selain itu juga diadakan wawancara dengan pihak manajemen maupun beberapa tukang.
A. ANALISA
Dari 20 kuesioner yang disebar ke responden (instruktur dan siswa-siswi kursus), kembali ke peneliti sebanyak 19 dengan rincian, umur responden berkisar antara 15-50 tahun. Pendidikan responden berkisar antara Sekolah dasar dan Sekolah menengah pertama. Ada sebelas pertanyaan
yang diberikan kepada para
responden dalam kuesioner dan jawaban yang diperoleh dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jawaban Kuesioner
No Pertanyaan Jawaban Ya Td k % 1 Apakah ditempat kursus selalu disediakan alat pelindung kerja seperti helm,
sepatu boot, sarung tangan, masker, dll
0 19 100
2 Apakah pelindung kerja seperti helm,
sepatu boots, sarung tangan, masker, dll dalam keadaan baik??? 0 19 100 3 Apakah semua peralatan kerja (mesin) dalam
kondisi baik dan layak pakai?
19 0 100
4 Apakah peralatan
(mesin) yang
berbahaya telah diberi suatu tanda peringatan atau tidak? 0 19 100 5 Apakah tempat kursus memberikan pelatihan bagi
setiap para siswa
19 0 74
dan siswi untuk bertindak dengan aman dalam menyelesaikan pekerjaan? 6 Melalui pendidikan yang diperoleh, apakah saya dapat menjalankan tugas dan dapat memperbaiki kualitas kerja 19 0 84 7 Setiap instruktur maupun siswa dan siswi yang bekerja
berada dalam
kondisi lingkungan kerja yang aman dan bersih
10 9 51
8 Apakah instruktur melakukan
pengawasan
secara lebih intensif terhadap pekerjaan saya 19 0 100 9 Apakah perusahaan memberikan
petunjuk kerja yang dapat mempermudah pekerjaan saya 19 0 100 10 Apakah tempat kursus menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan 19 0 100 11 Apakah tempat kursus memberikan jaminan kesehatan kepada instruktur dan siswa-siswi 0 19 100 3. PEMBAHASAN
Dari analisa yang telah dipaparkan dalam tabel 2, dapat dijelaskan :
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 98
a. Pihak manajemen kursus hendaknya mengadakan Alat Pelindung Diri bukan saja kepada para Instruktur tetapi juga kepada para siswa dan siswi kursus sehingga sejak dini mereka mengetahui, mengerti dan memahami keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pada umumnya para instruktur maupun para siswa-siswi kursus baik itu kursus perbengkelan maupun kurus menjahit tidak mengetahui akan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD). Ada beberapa siswa yang melihatmya seperti penggunaan helm, masker dan kacamata hitam ketika sedang mengerjakan Las besi, tetapi tidak mengetahui alasan penggunaan alat tersebut. Ada beberapa siswa-siswi kursus juga tidak mengetahui apa itu alat pelindung diri seperti helm, masker, sepatu boots, sarung tangan, dan kaos tangan. c. Para instruktur selalu
menyediakan kotak P3K dan selalu memberikan pertolongan pertama pada siswa-siswi
kursus yang mengalami
kecelakaan waktu kerja
sebelum di bawa ke Rumah Sakit.
d. Pemilik kursus bengkel ini perlu menyediakan waktu serta tenaga terampil (pekerja) untuk mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan pada kursus-kursus baik yang diadakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah Provinsi. Sehingga apa yang diiperoleh dapat dibagikan kepada para siswa dan siswi terlebih tentang
materi keselamatan dan
kesehatan kerja.
e. Para instruktur selalu mengawasi para siswa dan
siswi kursus baik di bengkel pertukangan maupun di bengkel
jahit, dan selalu
memberitahu/mengajari
penggunaan alat-alat secara benar sehingga para pekerja tidak bekerja sendiri dalam ketidaktahuan tetapi selalu mendapat bimbingan.
A. SOLUSI
1. Pihak manajemen sekolah hendaknya mengadakan Alat Pelindung Diri supaya dalam pelaksanaan setiap hari entah itu instruktur maupun para Siswa dan Siswi Kursus dapat
menggunakan APD secara
sadar dan benar.
2. Pihak manajemen dan
instruktur hendaknya terus mengawasi para siswa dan siswi kursus, sehingga para siswa dan siswi ini tidak bekerja sendirian. Ketika terjadi
ketidaktahuan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau penggunaan mesin, para siswa dan siswi langsung
bertanya dan mendapat
jawaban yang benar, dengan demikian pekerja merasa aman, nyaman dan produktif
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan :
1. Pihak manajemen kursus hendaknya mengadakan Alat Pelindung Diri bukan saja kepada para Instruktur tetapi juga kepada para siswa dan siswi kursus sehingga sejak dini mereka mengetahui, mengerti dan memahami keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Pada umumnya para instruktur maupun para siswa-siswi kursus baik itu kursus perbengkelan maupun kurus menjahit tidak mengetahui
ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.14 NO.1 JULI 2019 p-ISSN 1979-4819 e-ISSN 2599-1930 99
akan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD). Ada beberapa siswa yang melihatmya seperti penggunaan helm, masker dan kacamata hitam ketika sedang mengerjakan Las besi, tetapi tidak mengetahui alasan penggunaan alat tersebut. Ada beberapa siswa-siswi kursus juga tidak mengetahui apa itu alat pelindung diri seperti helm, masker, sepatu boots, sarung tangan, dan kaos tangan. 3. Para instruktur selalu
menyediakan kotak P3K dan selalu memberikan pertolongan pertama pada siswa-siswi
kursus yang mengalami
kecelakaan waktu kerja
sebelum di bawa ke Rumah Sakit.
4. Pemilik kursus bengkel ini perlu menyediakan waktu serta tenaga terampil (pekerja) untuk mengikuti program Pendidikan dan Pelatihan pada kursus-kursus baik yang diadakan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah Provinsi. Sehingga apa yang diiperoleh dapat dibagikan kepada para siswa dan siswi terlebih tentang
materi keselamatan dan
kesehatan kerja.
5. Para instruktur selalu mengawasi para siswa dan siswi kursus baik di bengkel pertukangan maupun di bengkel
jahit, dan selalu
memberitahu/mengajari
penggunaan alat-alat secara benar sehingga para pekerja tidak bekerja sendiri dalam ketidaktahuan tetapi selalu mendapat bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Graha Ilmu Yogyakarta
2. Ibrahim J. K. 2010. Pelaksanaan
Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang, Skripsi Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro
Semarang.
3. Mathis, Robert L. & Jackson. John H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
4. Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
5. Mondy, R. Wayne. & Noe, Robert M. 2005. Human Resources Management, Edisi ke-9. New Jersey: Penerbit Prentice Hall. 6. Ryska, R. 2013. Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Ceria Utama Abadi, cabang Palembang,
7. Sulaksmono. 1997. Handout: Manajemen Keselamatan Kerja, Surabaya
8. Shariff, S.M. 2007. Occupational Safety and Health Management,
University Publication Centre
(UPENA), Malaysia: Universiti Teknologi MARA.
9. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Alfabeta Bandung
10. Sulistyarini, Wahyu Ratna. 2006. Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan Pada CV Sahabat Klaten. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Diambil pada
20 September 2012 dari
idb4.wikispaces.com/file/view/rd40 05.pdf