1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
I Wayan Pradnya Setiawan
1, I Kadek Suartama
2, Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri
3Jurusan PGSD
1,2,3, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: pradnyasetiawan739@gmail.com
, ik-suartama@undiksha.ac.id,
dewiarum.wmp@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan mind mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V SD semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan desain non-equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. yang berjumlah 90 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t sampel independen). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 9,855 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =1,684, hal ini berarti bahwa
thitung > ttabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle
5e berbantuan mind mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata kelompok eksperimen adalah 22,8 dan rata-rata kelompok kontrol adalah 15,31. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan mind mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
Kata kunci: hasil belajar, lc 5e, matematika.
Abstract
This study aimed to know the difference in the results of significant mathematics learning achivement between students who are learn through learning cycle 5E model with mind mapping and students who are learn through conventional models. The research is quasi experimental research using non-equivalent design post-test only control group design. The population of this study is all students of class V in even semester of the year of Study 2016/2017 in Gugus VII, Buleleng Subdistrict, Buleleng District which consists of 90 students. The sample of the research is the V students of SD Negeri 2 Banjar Bali and the V grade students of SD Negeri 1 Kampung Kajanan. Sampling technique used in this study is random sampling technique. Data were collected by multiple choice learning test instruments and were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (independent sample T-test). Based on the data analysis, it is found that tcount = 9,855 and ttable (at significance level 5%)
= 1,684. This means that tcount> ttable. So that, it can be said that there are significant differences
2
groups of students who are taught by conventional learning model. From the average of the count, it is known that the experiment group average is 22,8 and the control group average is 15,31. This means the implementation of learning cycle learning model 5E with mind mapping have a positive effect on the students' mathematics learning outcomes in grade V of the even semester academic year of 2016/2017 in Buleleng District Buleleng VII.
Keywords: learning achivement, lc 5e, mathematics
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan dikatakan sebagai kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab melalui pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, pendidikan yang diharapkan di Indonesia adalah pendidikan yang mampu meningkatkan kemampuan dan kualitas siswa itu sendiri. Sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Pentingnya arti pendidikan bagi bangsa Indonesia ini merupakan dasar dari upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini. Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkat kualitas dan mengatasi masalah pendidikan di Indonesia seperti perubahan dan penyempurnaan kurikulum, pelatihan guru mata pelajaran, peningkatan kualitas guru melalui program penyetaraan, dan bantuan dari pemerintah berupa dana BOS untuk memenuhi fasilitas sekolah.
Upaya pemerintah lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitudengan mengadakan program sertifikasi guru, yang ditujukan khusus kepada guru-guru yang mengajar di Indonesia. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesiaonal, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, dan (4) meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. (Dikti, 2009).
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Kondisi ini didukung oleh pendapat Sumardyono (dalam Diansih, 2014:2) yang menyatakan bahwa “matematika berperan menata pemikiran manusia dan sebagai sarana yang ampuh dalam menyelesaikan persoalan manusia”. Matematika terdiri dari konsep-konsep abstrak dan bersifat herarkis, sehingga pemahaman suatu konsep pada tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih rendah merupakan persyaratan bagi pemahaman konsep diatasnya. Dengan kata lain, kekurang tuntasan dalam memahami konsep prasyarat secara potensial akan menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mempelajari konsep-konsep lanjutannya yang akan berdampak pada hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.
Saat ini, diketahui hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika masih rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya pengemasan proses pembelajaran model ceramah yang banyak dipilih guru untuk mengajar. Pembelajaran seperti ini hanya mengaktifkan ingatan jangka pendek siswa dan tidak memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa hanya menghafal apa yang telah diajarkan oleh guru.
3 Pembelajaran matematika yang dirancang sedemikian rupa oleh guru hendaknya membuat siswa dalam proses pembelajaran merasa senang, gembira, dan tidak merasa tertekan atau terpaksa dalam belajar matematika. Selain itu, pembelajaran yang dirancang oleh guru hendaknya menjadikan siswa berperan aktif, baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna akan meningkatkan pemahaman siswa sehingga siswa dengan senang hati akan mempelajari pelajaran matematika. Demi mencapai hal tersebut guru harus berinovasi dalam penggunaan model pembelajarannya di kelas.
Realita di lapangan, guru belum mampu menciptakan suatu perencanaan pembelajaran yang menciptakan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode pembelajaran yang bersifat hafalan dan berpusat pada guru (teacher center). Santyasa (2005:36) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan soal-soal dan tes, lebih banyak menekankan pada tuntutan kemampuan kognitif, pembelajaran cenderung mengarah ke product oriented darmatematikada process oriented. Sejalan dengan pendapat Santyasa, Sulaeman (dalam Rasana, 2009:18) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan merupakan metode yang paling efisien dalam mengajar yang bersifat hafalan (ingatan), yang menunjukkan bahwa ceramah mendominasi kegiatan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang mengutamakan informasi konsep yang bersifat hafalan dimana pembelajaran cenderung mengarah ke hasil (product
oriented) dan dalam proses pembelajarannya
kegiatan ceramah yang mendominasi proses pembelajaran.
Banyak sekolah di Indonesia dalam proses pembelajarannya masih menggunakan model ceramah, salah satunya
di Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajarannya sehari-hari, ini diperoleh berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Penggunaan metode ceramah yang terus dilakukan di gugus ini mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah, ini dilihat dari lampiran nilai UTS teakhir dalam mata pelajaran matematika siswa Sekolah Dasar di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang hasil perolehan nilai ujian tengah semesternya masih dibawah KKM. Nilai rata-rata siswa tergolong rendah masih dibawah KKM yaitu 6,5. Rendahnya nilai rata-rata ujian tengah semester yang diperoleh siswa yang berada di Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng ini disebabkan oleh cara mengajar guru yang cenderung menggunakan metode konvensional yang mengakibatkan siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran dan siswa tidak bisa menggali kemampuannya sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk dari guru.
Banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti, salah satu tujuan penelitiannya adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa saat itu. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas (Joyce & Weil, dalam Rusman, 2014:2). Sedangkan menurut Soekanto (dalam Ngalimun, 2016:7) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hasil ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran
4 memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka rancangan bahan pembelajaran yang sistematis yang memberikan arahan bagi pembelajar dalam proses pembelajaran sehingga bisa mencapai tujuan dari pembelajaran tertentu.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran dengan model Siklus Belajar (Learning Cycle
5E). Ngalimun (2016:171) menyatakan bahwa “Learning Cycle 5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered)”. Learning Cycle
5E merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement) (b) eksplorasi (exsploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), dan (e) evaluasi (evaluation). (Wena, 2009:170). Model pembelajaran Learning Cycle 5E ini sudah diterapkan oleh Wiastuti (2014) dan Asthira (2016) yang hasil penelitiannya positif meningkatkan hasil belajar siswa dari penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 5E.
Berdasarkan pengertiannya, model pembelajaran Learning Cycle 5E ini dapat memberikan banyak keuntungan dan kemudahan bagi siswa. Siswa secara individu akan terdidik untuk mengembangkan pemikirannya karena adanya waktu berpikir dan dapat menyempurnakan konsepsinya melalui kegiatan diskusi di kelas, memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami suatu konsep yang diajarkan dan anak dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Karena anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan bertanya dan diskusi kelompok yang terdapat dalam tahapan Learning Cycle 5E. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara kretif, efektif dan menyenangkan. Sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa.
Model Learning Cycle 5E dapat ditunjang oleh beberapa media pendukung, salah satunya Mind Mapping. Mind Mapping dalam Bahasa Indonesia sering disebut dengan peta pikiran atau pemetaan pikiran. Buzan (2007), mengungkapkan mind mapping adalah (a) cara mudah menggali
informasi dari dalam dan di luar otak, (b) cara baru untuk belajar dan berlatih secara cepat dan ampuh, (c) cara membuat catatan yang tidak membosankan, (d) cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Sejalan dengan pendapat Buzan, Sutanto (2016:16) menyatakan bahwa “mind
mapping adalah suatu teknis grafis yang
memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar”. Mind
mapping dmatematikandang sebagai suatu
alat berpikir organisasional yang sangat hebat dimana dapat menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
Dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, kegunaan dan aplikasi mind
mapping sangat banyak, antara lain untuk
meringkas, mengkaji ulang, mencatat, mengajar, bedah buku, presentasi, penelitian, dan manajemen waktu. Namun untuk aplikasi keperluan belajar anak-anak hanya 2 yang dapat digunakan yaitu untuk meringkas dan kajian ulang, (Sutanto, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan mind mapping dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017
METODE
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Disebut demikian karena tidak semua variabel yang muncul dapat dikontrol secara ketat. Rancangan kuasi eksperimen yang digunakan adalah non equivalent
post-5
test only control group design. Penelitian
melibatkan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 90 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik random sampling pada anggota populasi yang dinyatakan setara. Pengacakan dilakukan dengan undian. Pengundian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu (1) menentukan sampel, dan (2) menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji kesetaraan dengan Anava satu jalur dan dilakukan pengundian sebanyak dua kali, sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali yang berjumlah 20 orang yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 1 Kampung Kajanan yang berjumlah 22 orang yang digunakan sebagai kelompok kontrol.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada 2 jenis, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan mind mapping dan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan mind mapping diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas kontrol. Masing-masing pembelajaran dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan
yaitu tujuh kali pembelajaran dan satu kali post-test. Variabel terikat adalah hasil belajar Instrument berupa tes pilihan ganda. Hasil belajar matematika yang diukur adalah pada domain kognitif.Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan inferensial. Analisis deskriptif yang dilakukan, meliputi menghitung nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, variansi, skor maksimum, dan skor minimum. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik polygon. Rata-rata hitung yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan skala lima. Analisis inferensial yang dilakukan, meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis. uji prasyarat analisis yang dilakukan, meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kehomogenan variansi dari data hasil belajar matematika. Uji hipotesis menggunakan analisis uji-t dengan membandingkan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa prasyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Prasyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data harus berdistribusi normal, (2) data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak.
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis deskriptif data hasil belajar matematika kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 22,8 kategori baik. Pengukuran hasil belajar
matematika kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor rata-rata adalah 15,318 kategori cukup. Rangkuman hasil deskripsi data hasil belajar matematika pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 17-18 19-20 21-22 23-24 25-26 F re k u en si Titik Tengah Tabel 1.
Rangkuman Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean 22,8 15,31 Median 23,1 13,62 Modus 23,16 13 Varians 5,85 6,98 Standar deviasi 2,41 2,64 Skor maksimum 26 21 Skor minimum 17 12
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 1, hasil belajar matematika menunjukkan skor rata-rata hasil belajar matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor dan kecenderungan skor hasil belajar matematika yang diperoleh kedua kelompok. Rata-rata skor hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen adalah 22,8 berada pada kategori baik. Sebaran data kelompok eksperimen merupakan kurva juling negatif. Artinya, sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Gambaran data hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada Gambar 1.
Gambar 1.
Grafik Poligon Hasil Belajar matematika Kelompok Eksperimen
Pada kelompok kontrol, rata-rata skor hasil belajar matematika pada kelompok
kontrol adalah 15,31 berada pada kategori cukup. Sebaran data kelompok kontrol merupakan kurva juling positif. Artinya, sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Gambaran data hasil belajar matematika pada kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon pada Gambar 2.
Gambar 2.
Grafik Poligon Hasil Belajar matematika Kelompok Kontrol
Dengan demikian, hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Hasil uji prasyarat analisis pada uji normalitas sebaran data post-test dengan menggunakan SPSS-16.0 for windows uji statistik Kolmogorov-Smirnov
pada taraf signifikan 0,05. Uji ini dilakukan terhadap data post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila nilai signifikansi lebih besar daripada
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12.-13 14-15 16-17 18-19 20-21 F r e k u e n si Titik Tengah
7 signifikansi (ɑ) 0,05 maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Normalitas sebaran data diuji dengan teknik
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
menggunakan bantuan SPSS-16.0 for windows yang diperoleh hasil seperti yang
disajikan pada tabel 2
.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Sebaran Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan Taraf Signifikansi 5% Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statisti c df Sig. Statisti c df Sig. Eksperi men .183 20 .078 .941 20 .250 Kontrol .141 20 .200* .932 20 .167 a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan data pada tabel diatas, menunjukkan bahwa statistik Kolmogorov-Smirnov memiliki angka signifiknsi lebih
besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan semua sebaran data hasil belajar matematika sudah berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-f dengan kriteria apabila Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians antar kelompok kelas eksperimen dan kontrol, diketahui Fhitung adalah 1.19. Sedangkan Ftabel dengan db pembilang = 21, db penyebut = 19, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,15. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti, varians data hasil belajar matematika pada kelompok penelitian memiliki varians yang homogen.
Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil belajar matematika siswa kelompok kelas eksperimen dan kontrol bersifat normal dan homogen. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji-t untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan rumus
polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan
uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol, diketahui nilai thitung sebesar 9,855 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 1,684 dengan derajat kebebasan adalah 40. Hal ini
berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak atau Ha diterima
Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini, dipaparkan mengenai pengaruh model pembelajaran, yaitu model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan mind mapping dan pembelajaran konvensional terhadap percapaian hasil belajar matematika siswa kelas V yang dilakukan pada SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dimana sampel penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Banjar Bali sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 1 Kampung Kajanan sebagai kelas kontrol.
Berdasarkan deskripsi data hasil belajar matematika siswa kelas V pada penelitian ini, menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
learning cycle 5e berbantuan mind mapping
memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut, disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5e
8 berbantuan mind mapping lebih menenkankan pada aktivitas belajar siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator melalui tahap-tahap kegiatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran learning
cycle 5e terdiri dari lima tahapan, yaitu:
Engagement (pembangkitan minat),
Exploration (eksplorasi), Explanation
(penjelasan), Elaboration (penerapan konsep), Evaluation (evaluasi). Melalui penerapan model ini siswa dapat menemukan konsep sendiri yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru (Ngalimun, 2016). Selain itu dengan berbantuan mind mapping (peta pikiran), akan memudahkan siswa untuk mencatat dan mengingat hal-hal penting yang sudah dipelajari, ehingga akan lebih momotivasi siswa dalam belajarnya di dalam kelas.
Pada tahap pembangkitan minat (Engagement), siswa terlihat termotivasi karena dalam tahap ini guru memperlihatkan
mind mapping yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, dimana dalam mind mapping terdapat ringkasan materi yang akan dipelajari dan terdapat gambar-gambar yang mempercantik tampilan mind mapping terebut dengan terlihat menarik dan jelasnya mind
mapping yang sudah dipersiapkan oleh guru
maka siswa akan terlihat senang dan bias memfokuskan diri mengikuti pembelajaran di kelas
Pada tahap eksplorasi (Exploration), siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk eksplorasi, mengkaji permasalahan yang diberikan melalui LKS dan mendiskusikan dalam kelompok. Dalam kegiatan kelompok, siswa saling bertukar pikiran satu sama lain dan informasi tentang suatu topik permasalahan sesuai dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. melalui kegiatan kerja kelompok ini juga dapat membantu siswa
untuk mengembangkan sikap demokratis dan saling menghargai pendapat serta dapat membiasakan siswa untuk bekerja sama, bermusyawarah, dan bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan. Keberhasilan pada tahap ini ditandai dengan kemampuan siswa memberikan dan menjawab LKS yang diberikan oleh guru pada tahap penjelasan.
Tahap penjelasan (Explanation), siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan dan mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan kelompoknya. Pada tahapan ini, guru dituntut untuk dapat mendorong siswa agar mampu menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri. Dilihat dari pelaksanaan tahap ini siswa telah mampu memberikan penjelasan dan jawaban yang lebih baik dibandingkan ketika diberikan pertanyaan awal, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya secara lisan di depan kelas. Oleh sebab itu, guru memancing siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya secara lisan dengan langkah, seperti memberikan apresiasi berupa tepuk tangan atau nilai tambahan bagi siswa yang sudah mau menjawab pertanyaan dari guru.
Selanjutnya pada tahap elaborasi (Elaboration), siswa menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pada pelaksanaan tahapan ini, guru memimpin jalannya diskusi untuk menuntun siswa mengaplikasikan konsep yang telah dimiliki kemudian siswa diminta untuk menganalisis dan mengisi bagian dari mind mapping yang masih rumpang sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru.
Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi (Evaluation), pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa. Tes yang diberikan untuk mengevaluasi hasil belajar matematika siswa, yaitu tes essay atau isian singkat. Tahap ini digunakan untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran, serta juga mempunyai kesempatan untuk memantau kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
9 sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Wena, 2010).
Pada penerapan model pembelajaran
learning cycle 5e berbantuan mind mapping
masih sering ditemukan permasalahan yaitu memerlukan waktu yang banyak untuk membiasakan siswa menggunakan model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan
mind mapping ini. Hal ini disebabkan karena
siswa masih terpaku dengan metode pengajaran yang diterapankan guru selama ini, dimana siswa terbiasa hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru dan menunggu guru memberikan penjelasan tanpa ada keinginan untuk menemukan dan mengkontruksi sendiri penyelesaian dari permasalahan yang diberikan kepadanya. Melalui penerapan model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan mind mapping, sudah mampu mengaktifkan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran tidak menjadi kaku dan suasana di kelas menjadi menyenangkan.
Berbeda halnya dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembelajaran konvensional yang mencakup pemberian informasi dan materi dari guru, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru yang dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran seperti ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Hal itulah yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model konvensional lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model
learning cycle 5e berbantuan mind mapping.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelum-sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Agustyaningrum (2011), menyatakan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran Learning Cycle 5E yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun
ajaran 2010/2011. Wiastuti (2014), menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Tahun Pelajaran 2013/2014. Sejalan dengan hal tersebut, Asthira (2016) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
learning cycle “5e” berpengaruh terhadap
hasil belajar IPA dibandingkan dengan model pembelajar konvensional pada siswa kelas V Semester Ganjil tahun pelajaran 2014/2015 di SD Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata skor hasil belajar matematika dengan model learning cycle 5E sebesar 24,51, dan rata-rata skor hasil belajar matematika dengan model pembelajaran konvensional sebesar 17,722.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran
learning cycle 5e berbantuan mind mapping
lebih unggul dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar matemmatika siswa kelas V semester genap di SD Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan Mind Mapping
dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester genap Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 9,855 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =1,684. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata kelompok eksperimen adalah 22,8 dan rata-rata kelompok kontrol adalah 15,31. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka
10 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
Mind Mapping berpengaruh positif terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna untuk peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SD antara lain sebagai berikut. (1) Bagi guru, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan Mind Mapping terhadap hasil belajar matematika siswa. untuk itu, para guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan
Mind Mapping sebagai alternative dalam
membelajarkan siswa sehingga hasil belajar matematika siswa optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, (2) Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan Mind Mapping
dalam penelitian ini, diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk mencapai hasil belajar yang optimal, (3) Bagi kepala sekolah, hendaknya ikut memperkenalkan dan memberikan dorongan bagi guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan Mind Mapping, dan (4) Bagi peneliti lain, hasil
belajar matematika siswa dapat diteliti dalam penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar pada ranah kognitif. Hendaknya untuk memperoleh hasil belajar siswa yang lebih komperhensif dalam pembelajaran maka perlu diadakan penelitian sejenis yang tidak hanya menyelidiki hasil belajar pada ranah kognitif tetapi juga mencangkup ranah afektif dan psikomotor siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asthira P, I Wy. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle “5e” Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Di Gugus III”. Jurnal Ilmiah
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Agustyaningrum, Nina. 2011. “Implementasi
Model Pembelajaran Learning Cycle
5E Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas
IX B SMP Negeri 2 Sleman”. Jurnal
Ilmiah
Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map
untuk anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Diansih, I Komang Agung Fortuna. 2014.
Pengaruh Strategi REACT Terhadap
Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas V SD di Gugus 3 Kecamatan Marga Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Program Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Dasar. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
”Sertifikasi Guru”. Tersedia pada http://www.dikti.go.id (diakses pada tanggal 6 Januari 2017).
Ngalimun.S.Pd.,M.Pd. 2016. Strategidan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Arwaja Pressindo.
Rasana, I D P Raka. 2009. Model-model
Pembelajaran. Singaraja: Undiksha
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran:
Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo
11 Santyasa, I Wayan. 2005. Buku Ajar Belajar
dan Pembelajaran. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha. Sutanto, Windura. 2016a. Mind Map Langkah
Demi Langkah. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Wiastuti, I Gst. Ayu Pt. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Budi Utomo”. Jurnal
Ilmiah Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Vol: 2 No: 1 Tahun
2014
Wijeyanti, Ni Luh Irma. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Peta Konsep (Concept
Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tibubeneng Badung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: PT