• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR DI DESA ALASANGKER

Ni Luh Putu Murtita Santiana

1

.Dewa Nyoman Sudana

2

. Ni Nyoman Garminah

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{murtitasantiana

1

.dewasudana245

2

.garninyoman

3

}@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Alasangker. Rancangan penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen), dengan desain post test only control group desain. dan sampel diambil dengan teknik random sampling sebanyak 50 orang secara undian. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika. Data yang diperoleh dianalisi dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Perbedaan tersebut dilihat dari skor hasil belajar matematika siswa diperoleh hasil t hitung sebesar 3,88 sedangkan t tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 48 pada

taraf signifikan 5% adalah 2,011 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung

lebih besar dari t tabel (3,88 > 2,011). Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata-kata kunci: Model NHT, hasil belajar.

ABSTRACT

This study was aimed at finding out the significant difference in mathematics learning achievement between the fifth grade students who learned through Number Head Together type Cooperative Learning (NHT) and those through conventional learning model at the elementary school in Alasangker village. This study used posttest only control group quasi experiment design with a sample of 50 students selected by lottery. The data about learning achievement were collected by administering a mathematics learning achievement test. The data that had been collected were analyzed with descriptive statistical analysis and the inferential statistics of t-test. The results showed that there was a significant difference in mathematics learning achievement between the group of fifth grade students who learned through picture media-aided Number Head Together type Cooperative Learning (NHT) and that of those who learned through conventional learning model in the elementary school in Alasangker village, Buleleng District, Buleleng Regency. The difference was shown by the scores of the students’ mathematics learning achievement in which it was obtained that tobs. = 3.88 while ttab.with df = n1 + n2 – 2 = 48 at 5% level of significance is 2.011. The result shows that

(2)

tobs. is greater than ttab. (3.88 > 2.011). The significant difference indicates that NHT type cooperative learning model has a positive effect upon the students’ mathematics learning achievement when compared with conventional learning model.

Keywords: NHT, learning achievement PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah berupaya mencakup seluruh faktor-faktor pendidikan seperti: pengadaan buku ajar, peningkatan kualitas guru, pembaharuan kurikulum, dan proses pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pendidikan itu sering juga disebut dengan komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen Pendidikan tersebut, yaitu : Siswa atau peserta didik (Row infut), Guru dan Non guru, Administrasi Sekolah, Kurikulum, Anggaran Pendidikan, Sarana dan Prasarana, Corak Kebudayaan, Kondisi Ekonomi, Masyarakat sekitar, Kependudukan dan Politik, Semua komponen tersebut dapat berpengaruh terhadap proses Pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Umar Tirta Rahardja dan La Sulo, 1994).

Pendidikan di jenjang sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan di Sekolah Dasar (SD) akan menjadi dasar untuk menunjang keberhasilan pendidikan siswa pada jenjang pendidikan selanjutnya. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari sekolah dasar, hingga sekolah menengah atas bahkan di perguruan tinggi. Matematika dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu-ilmu lainnya sehingga pola pikir matematika memberikan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Aisyah, dkk. (2008:1.3) berpendapat bahwa “matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Dengan demikian, tujuan khusus pengajaran matematika di SD adalah agar dapat mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama, membekali siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta bekerjasama untuk bertahan hidup pada keadaan yang terus berubah dan tak pasti. Oleh karena itu, untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Untuk mencapai tujuan tersebut dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tidaklah mudah, banyak hambatan yang dialami khususnya di dalam kegiatan pembelajaran. Hambatan-hambatan yang dialami mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai tujuan kurikulum, terutama pada mata pelajaran matematika. Salah satu hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pengalaman siswa dalam belajar matematika yang sangat dipengaruhi oleh motode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Guru dituntut agar mampu menyiasati dan mencermati keadaan tersebut sehingga dalam pembelajaran di kelas menjadi efektif. Salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Konsep matematika bersifat abstrak, sedangkan pembelajarannya bersifat konkrit. Namun bila pembelajarannya kurang atau tanpa menggunakan media alat bantu pengajaran, maka pembelajarannya akan menjadi abstrak. Oleh karena itu pembelajaran matematika pada tingkat SD sebaiknya menggunakan media atau alat bantu pengajaran yang dapat membuat pembelajaran menjadi konkret. Dengan demikian, Pembelajaran

(3)

matematika adalah suatu upaya untuk membantu siswa dalam membangun konsep atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Siswa lebih banyak dilibatkan dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan menguji pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Nurhadi, dkk (2004:66)

Kagen (dalam Ibrahim 2000:28) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan, dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:1) Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3) Pengembangan keterampilan sosial : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Pada konsep Kagen (dalam Ibrahim 2000: 29). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk dengan tiga langkah yaitu :1) Pembentukan kelompok, 2) Diskusi masalah, 3) Tukar jawaban antar kelompok. “ Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain”, (Prihandoko, 2006:1). Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan benar dan tepat sejak dini. Hal ini disebabkan karena konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep yang disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep yang lain.

Belajar matematika merupakan proses psikologis berupa kegiatan aktif dalam diri seseorang untuk memahami atau menguasai materi matematika. Pembelajaran matematika harus dapat mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai subjek belajar. Siswa belajar matematika seharusnya tidak hanya menerima atau menghafal konsep atau rumus yang ada tetapi siswa harus bisa menemukan sendiri konsep atau rumus tersebut agar bisa bertahan lama dalam ingatannya. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran matematika yaitu; 1) Pengetahuan harus dibangun oleh siswa secara aktif, 2) belajar lebih ditekankan pada proses bukanya hasil akhir, 3) fokus dalam proses belajar adalah siswa dan, 4) belajar adalah membelajarkan siswa.

Sekolah dasar merupakan dunia formal bagi siswa untuk belajar matematika di tingkat dasar. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar agar diupayakan benar-benar dikuasai oleh siswa. Matematika di SD merupakan dasar dari pengembangan matematika lebih lanjut. Matematika di sekolah dasar menekankan pada aritmatika dengan menggunakan nalar yang sangat menonjol,

(4)

keterampilan berhitung kurang diperhatikan. Pengembangan nalar ini sangat penting untuk pemahaman matematika. Oleh karena itu lewat berhitung diharapkan pengembangan nalar juga harus dilaksanakan, jangan sampai kurang diperhatikan. Untuk itu sejak awal harus dibiasakan siswa sekolah dasar untuk belajar beragumentasi (Tarigan, 2006). Argumentasi yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat berpikir tentang pola-pola yang nantinya siswa dapat menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan proses berpikir ini disebut penalaran.

Pembelajaran matematika di sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa (Uno, 2001:131). Siswa di sekolah dasar umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun, menurut tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget anak yang memilki umur 7-12 tahun masih berada pada tahap operasional konkret (Trianto,2007:15), maka dalam menyajikan konsep-konsep matematika seringkali guru harus mengunakan media dan diilustrasikan konkret dari konteks kehidupan nyata di sekitar siswa agar konsep tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa disekolah dasar.

Salah satu tujuan pembelajaran di SD yang dijelaskan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa tujuan pembelajaran matematika khususnya pada tingkat SD adalah agar siswa memiliki kemampuan (Depdiknas, 2006:18) sebagai berikut.1) memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antar konsep dan megaplikasikankonsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien , dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) memiliki sikap menghargai kegiatan

metematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,perhatian, minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dari percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran matematika di sekolah dasar bukan merupakan suatu proses pembelajaran yang hanya mentransfer ilmu dari guru ke siswa, namun lebih dari itu dalam pembelajaran matematika harusmenjadi interaksi dan kolaborasi antara siswadengan siswa, demikian pula interaksi siswa dalam lingkungan belajar. Dengan demikian pembelajaran matematika di SD dapat mungkin diarahkan pada aktivitas pembelajaran yang mamapu membawa siswa untuk belajar aktif baik secara individu maupun kelompok, mampu menentukan atau mengonstruksi pengetahuansendiri melalui kegiatan belajar.

MET0DE

Penelitian ini dirancang sesuai prosedur penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test only control group design. Analisis data penelitian dilakukan uji-t polled varians.

Variabel dalam penelitian ini dipilah menjadi 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah model pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajarak konvensional. Sementara, variabel terikat yang digunakan adalah hasil belajar. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan rumus Separated Varians, menentukan sampel kelas dengan cara pengundian untuk menentukan kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol, menyusun perangkat serta instrument, mengkonsultasikan instrument dengan dosen pembimbing sekaligus sebagai dosen ahli, mengadakan uji coba, revisi instrument yang telah diujikan, melakukan pelatihan/konsultasi perangkat pembelajaran pada guru, melaksanakan proses pembelajaran sebanyak 8 kali

(5)

pertemuan, memberikan post test kepada kedua kelompok secara bersamaan, dan menganalisi data hasil penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD No. 1 Alasangker, SD No. 2 Alasangker dan seluruh siswa kelas V SD No.3 di Desa Alasangker yang keseluruhan siswanya berjumlah 97 orang. Sebelum digunakan sebagai populasi penelitian maka dilakukan pengundian, kemudian sampel kelas dilakukan uji kesetaraan dengan rumus Separated Varians. sehingga kelas V SD No. 3 Alasangker ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 19 orang dan kelas V SD No. 1 Alasangker ditetapkan sebagai kelas kontrol yang berjumlah 31 orang. Selanjutnya, dilakukan penyusunan perangkat serta instrument pembelajaran, mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing yang sekaligus sebagai dosen ahli, mengadakan uji coba, revisi instrument yang telah diujikan, melaksanakan proses pembelajaran, memberikan post test, dan menganalisis hasil penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tes obyektif. Instrumen yang akan digunakan dalam sebagai pengumpulan data, terlebih dahulu harus diuji coba. Uji coba yang dilakukan untuk menentukan validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan indeks daya beda tes dengan melibatkan responden sebanyak 50 siswa. Rumus korelasi titik (Point Biserial) digunakan untuk menguji validitas item test dengan

r

tabel pada taraf signifikasi 5% yaitu o,284 dan dari hasil analisis diketahui dari 30 soal, terdapat 10 butir soal yang tidak valid dan 20 butir soal yang valid. Untuk menghitung reliabilitas instrumen hasil belajar digunakan rumus Kuder–

Richardson 20 (K-R 20). Hasil analisis uji

reliabilitas didapatkan test memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu r1.1 = 0,78. Untuk menentukan taraf kesukaran dan daya beda tes yang dibuat maka terlebih dahulu ditetapkan kelompok atas (KA) dan kelompok bawah (KB). Berdasarkan hasil

analisis dari 20 butir tes, 2 butir tes berada pada kriteria tingkat kesukaran mudah, 15 butir tes berada pada tingkat kesukaran sedang dan 3 butir tes berada pada tingkat sukar. Secara keseluruhan perangkat tes berada pada tingkat kesukaran 0,52 yang

artinya kriteria sedang. Sedangkan daya beda tes hasil belajar, berdasarkan hasil analisis dari 20 butir tes diperoleh 1 butir yang berkualifikasi kurang baik, 9 butir tes berkualifikasi cukup baik dan 10 butir tes berkualifikasi baik. Secara keseluruhan Indeks daya beda berada pada rentang skor 0,32 yang artinya kriteria cukup baik.

Selanjutnya dilakukan pegujian hipotesis nol (

H

0) dengan menggunakan

uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus uji-t polled varians, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data setiap kelompok harus berdistribusi normal dan homogen. Uji normalitas data dapat diketahui dengan menggunakan rumus chi-square dan uji homogenitas varians diuji menggunakan uji F. Sesuai dengan hipotesis alternatif (H1) yang telah

diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis nol (

H

0) yang berbunyi tidak terdapat

perbedaan hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Alasangker

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian yang diperoleh merupakan skor hasil belajar siswa dari implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol . rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

(6)

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi yaitu 16,37 dari pada rerata skor hasil belajar kelompok kontrol yaitu 12,8. Pada kelompok eksperimen Mo>Md>M (17,21>16,85>16,37) hal ini berarti sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik, maka tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Histogram Data Hasil

Post-test Kelompok Eksperimen

Sementara itu, pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa Mo<Md<M (13,14<13,12<12,81) yang berarti sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik, maka tampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Histogram Data Hasil

Post-test Kelompok Kontrol

Selanjutnya, dilakukan uji prasyarat: normalitas data dan homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki

f

0

(frekwensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari

f

h (frekwensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen yaitu kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan kelompok kontrol yaitu kelas dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil perhitungan, pada pengujian taraf signifikansi 5% diperoleh harga

2hitung hasil post-test kelompok

Data statistik

Pemahaman konsep Matematika

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M)

16,37

12,81

Median (Me)

16,85

13,12

Modus (Mo)

17,21

13,14

Standar Deviasi

3,09

3,25

(7)

eksperimen sebesar 5,14 dan

2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada taraf signifikansi 5% adalah 5,59. Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari

2tabel (5,14 < 5,59) sehingga data hasil post-test

kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,

2hitung hasil post-test kelompok kontrol adalah 2,18 dan

2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 2 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,85. Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari tabel

2

(2,18 < 7,85)

sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Sedangkan diketahui harga Fhitung sebesar 1,10. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 30, dbpenyebut = 18, pada taraf signifikansi 5% adalah 1,97. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,10 < 1,97) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Hasil analisis data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen sehingga untuk menguji

H

0 digunakan

uji-t sampel independenuji-t (uji-tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman uji hipotesis, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Uji Hipotesis

Sampel N Mean 2

s Db

t

hitung

t

tabel Kesimpulan Eksperimen 19 16,37 9,58

48

3,88 2,011 thitung > tTabel

Ha diterima

kontrol 31 12,81 10,57

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa diketahui dengan dilakukannya uji hipotesis. Kriteria

H

0 ditolak jika

t

hitung>

t

tabel dan

H

0

diterima jika

t

hitung<

t

tabel. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan

t

hitung>

t

tabel (3,88 > 2,011). Ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Alasangker.

PEMBAHASAN

Ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar sering ditampilkan dalam bentuk perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterampilan (psikomotor). Pada penelitian ini, hasil belajar siswa hanya

berfokus pada ranah pengetahuan. Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena tingkat keaktifan dan tingkat rasa percaya diri siswa masih rendah, selain itu dalam proses pembelajaran masih bersifat konvensional. Ada berbagai model dan metode pembelajaran yang dikembangkan mempunyai tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun tidak semua model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peran guru sangatlah penting dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 3 Alasangker. Dilihat dari hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD No. 3 Alasangker yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada katagori sangat baik, dengan perolehan nilai modus 17,12, median 16,85, mean 16,37 serta standar deviasi 3,09.

(8)

Sedangkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 1 Alasangker yang mengikuti model pembelajaran konvensional berada pada katagori cukup, dengan perolehan nilai modus 13,14, median 13,12, mean 12,81 serta standar deviasi 3,25. Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui

t

hitung

3

,

88

, sedangkan

011

,

2

tabel

t

pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 48. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel sehingga H0

ditolak dan H1 diterima dan hasil penelitian

signifikan.

Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa SD. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran konvensional, dapat dilihat dari tingginya perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan karena perbedaan perlakuan dalam langkah-langkah pembelajaran. Kagen (dalam Ibrahim, 2000:28) menyatakan, pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan, dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki 4 fase: 1) Penomoran (numbering), 2) Pengajuan Pertanyaan, 3) Berpikir Bersama (Head Together), 4) pemberian jawaban dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk dengan tiga langkah yaitu :1) Pembentukan kelompok, 2) Diskusi masalah, 3) Tukar jawaban antar

kelompok Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 29).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Melalui kegiatan diskusi, siswa juga dilatih untuk berinteraksi dan berani mengemukakan pendapat atau gagasan yang dimiliki. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa yaitu dalam hal pencarian informasi mengenai pengetahuan melalui berbagai sumber bacaan, serta dalam hal pemikiran, perasaan dan sikap sosialnya. Melalui kegiatan mempresentasikan hasil pekerjaan siswa dibiasakan untuk berani tampil di depan banyak orang dan mampu mengkomunikasikan informasi dengan baik kepada teman-teman sebayanya. Sehingga Keempat fase pembelajaran di atas memiliki pengaruh yang besar dalam membangun pengetahuan siswa secara aktif sehingga hasil pembelajaran yang didapat menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran matematika yang dilakukan secara aktif akan menghasilkan pemahaman konsep yang lebih mendalam dan lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 3 Alasangker di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut.

Terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

(9)

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan oleh thitung 3,88 > ttabel 2,011 dan di dukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu 16,37 yang berada pada kategori sangat baik dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 12,81 yang berada pada kategori cukup oleh karena itu hipotesis alternatif diterima.

Bertolak dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1) Disarankan kepada siswa agar mampu meningkatkan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar matematika pada khususnya serta memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa lebih menguasi materi pelajaran terutama mata pelajaran matematika. 2) Disarankan kepada guru di sekolah dasar, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, dalam hal memilih model pembelajaran dan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Disarankan kepada sekolah dasar diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran secara berkesinambungan untuk meningkatkan hasil belajar serta dapat memberikan suatu pengetahuan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam menentukan model dan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. 4) Disarankan yang berminat melakukan penelitian hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Nyimas, dkk. 2008. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar

Bahasa Indonesia. Jurusan

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. IKIP Negeri Singaraja. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000.

Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

UNESA.

Kagan. 2012. Model Pemblajaran Kooperatif tipe NHT. Tersedia pada

http://mi1kelayu.blogspot.com/2012/0 6/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-n.html diakses tanggal 24 April 2013. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran

Konstektual(Contextual Teaching

and Learnin/CTL) dan

Penerapannya dalam KBK Malang:

Universitas Negeri Malang.

Prihandoko, Antonius C. P. 2006.

Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar Dan

Menarik. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Rahardja, Umar Tirta dan La Sulo. 1994.

Pengantar Pendidikan. Jakarta:

Depdiknas.

Sardiman, Arief, dkk. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran

Matematika Realistik. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

(10)

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Kurva Histogram Data Hasil  Post-test Kelompok Eksperimen
Tabel 2. Rangkuman Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]