DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2
DAFTAR TABEL ... 4
DAFTAR GAMBAR ... 5
DAFTAR SINGKATAN ... 6
BAB I PENDAHULUAN ... 8
BAB II KEGIATAN INTERNAL ... 9
2.1
Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-‐Juni 2014) ... 9
2.2 Kegiatan Utama ... 10
2.2.1 FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang ... 10
2.2.2 FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan .. 11
2.2.3
Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional 2014 ... 13
2.2.4
Workshop Knowledge Management ... 15
2.3
Kegiatan Pendukung ... 16
2.3.1 Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional ... 16
2.3.2 Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues Mengenai RZWP3K ... 17
2.3.3 Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas ... 18
2.3.4 Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas ... 19
2.3.5 Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional ... 20
2.3.6 Pembahasan Teknis Langkah-‐langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian ... 21
2.3.7 Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I ... 22
2.3.8 Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN 2015-‐2019 Bidang TR dengan DJPR Kementerian PU ... 23
2.3.9 Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ... 24
2.4 Milis, Portal dan Scribd Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ... 25
2.4.1
Milis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ... 25
2.4.2
Portal Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ... 25
BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ... 27
3.1 Kick off Proyek Percontohan Pengembangan Kota Berketahanan (Resilient City) di Indonesia. ... 27
3.2 Persiapan kajian TAK mengenai reposisi peran dan fungsi Bappenas ... 27
3.3 Workshop Penjaringan Prakarsa P2KPB ... 28
3.4 Pembahasan RDTR Perbatasan Bengkulu Tengah dengan Kota Bengkulu dan RDTR Perkotaan Sungailiat ... 29
3.5 Pembahasan Perwujudan Kota Berkelanjutan dan Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan ... 30
3.6 Pelatihan Penelaahan RKA-‐K/L Online ... 30
3.7
Rakor Polhukhankam Kawasan Perbatasan Negara ... 31
3.8 Pembahasan Revisi Pagu Alokasi Anggaran Tahun 2014 BPN RI ... 32
3.9 Pembahasan RT RPJMN 2015-‐2019 untuk Kawasan Perbatasan, Daerah Tertinggal dan Kawasan Strategis dan Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ... 33
3.10
Sosialisasi Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Penanggulangan Kemiskinan ... 33
3.11 FGD II – Urban Land Policy ... 34
3.12 Rapat Implementasi Sistem Perkotaan Nasional (SPN) dan Peran Kota dalam Sistem Pena-‐ taan Ruang Nasional ... 35
3.14 Pembahasan Penyusunan Pedoman Teknis Insentif LP2B ... 37
3.15
Rapat Tim Kerja Harmonisasi Peraturan Perundang-‐Undangan Sumber Daya Alam ... 38
3.16 Rapat Klarifikasi Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh Tahun 2013 – 2033 ... 38
3.17 Rapat Pembahasan Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Medan ... 39
3.18 Brainstorming Rencana Tata Ruang Laut Nasional ... 40
3.19 Pra Workshop 6 koordinasi lintas sektor dalam upaya penanganan DAS Ciliwung ... 41
3.20 Rapat Anggaran PPK dan Direktorat ... 42
3.21 Pertemuan Klarifikasi Lakip Bappenas 2013 ... 43
3.22 Brainstorming visi, misi dan strategi Renstra Kementerian PPN/Bappenas ... 43
3.23
Rapat Presentasi Hasil Kajian Pengembangan Bandar Udara dan Pelabuhan Cilamaya ... 44
3.24 Pertemuan Bilateral Tentang Rencana Induk UP4B ... 45
3.25 Rapat Pengumpulan Data dan Informasi Perkotaan ... 46
3.26 Penelahaan RKA-‐KL Dit FPRLH, Ditjen Bina Bangda, Kementerian Dalam Negeri TA 2015 47
3.27 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pariwisata di Pulau-‐Pulau Kecil ... 48
BAB IV RENCANA KEGIATAN BULAN AGUSTUS 2014 ... 50
BAB V PENUTUP ... 51 LAMPIRAN ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Portal Tata Ruang dan Pertanahan ... 26
Tabel 2. Rencana Kegiatan Bulan Agustus 2014 ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penyusunan Rancanagan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang ... 11
Gambar 2. Penyusunan Rancangan Teknokratik Bidang Pertanahan ... 13
Gambar 3. Workshop Knowlegde Management ... 15
Gambar 4. Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional ... 17
Gambar 5. Pembahasan Langkah-‐ Langkah Pengelolaan Ruang Udara Nasional ... 22
Gambar 6. Diagram Statistik Portal Tata Ruang dan Pertanahan ... 26
DAFTAR SINGKATAN
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi GeospasialBKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BP : Badan Pengembangan
BPN : Badan Pertanahan Nasional DAS : Daerah Aliran Sungai DDA : Daerah Dalam Angka DIRJEN : Direktorat Jenderal
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FGD : Focus Group Discussion
IDI : Indeks Demokrasi Indonesia IKB : Indeks Kota Berlanjutan INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi JFP : Jabatan Fungsional Perencana K/L : Kementerian/Lembaga
KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KM : Knowlegde Management
KSN : Kawasan Strategis Nasional
LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja
LH : Lingkungan Hidup LS : Lungsum Salary
MDF : Municipal Development Fund
NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSP : Norma, Standar, Prosedur
PDF : Project Development Facility PERMEN : Peraturan Menteri
PERPRES : PeraturanPresiden PK : Peninjauan Kembali
PMK : Peraturan Menteri Keuangan POKJA : Kelompok Kerja
PP : Peraturan Pemerintah PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional PRB : Pengurangan Resiko Bencana
PRODA : Program Agraria Daerah
PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAINPRES : Rancangan Instruksi Presiden RAKORNAS : Rapat Koordinasi Nasional RAKORTEK : Rapat Koordinasi Teknis RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RENAKSI : Rencana Aksi
RENSTRA : Rencana Strategis
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RUU : Rancangan Undang-‐Undang
RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-‐pulau Kecil SATKER : Satuan Kerja
SDA : Sumber Daya Alam SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP : Standard, Operating and Procedure SPN : Sistem Perkotaan Nasional
SPP : Standar Pelayanan Perkotaan TA : Tahun Anggaran
TOL : Tanah Objek Landreform TOT : Training of Trainer
TRP : Tata Ruang dan Pertanahan TUP : Tambahan Uang Persediaan
UNDP : United Nations Development Programme UP : Uang Persediaan
UP4B : Unit Percepatan dan Pembangunan Papua dan Papua Barat UU : Undang-‐Undang
UUPA : Undang-‐Undang Pokok Agraria
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bulan Juli 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan kegiatan utama berupa, FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang dan Bidang Pertanahan, Workshop Knowledge Management, Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria. Selain kegiatan utama, terlaksana pula kegiatan pendukung yaitu Billateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues RZWP3K, Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas, Rapat Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, Pembahasan Teknis Langkah-‐Langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian, Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koorsinasi Reforma Agraria Nasional 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I, Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN 2015-‐ 2019 Bidang Tata Ruang dengan DJPR Kementerian PU, dan Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa kegiatan yang sudah selesai dan ada pula kegiatan yang masih berlanjut. Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang dan Bidang Pertanahan, Workshop Knowledge Management, Billateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues RZWP3K, Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas, Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koorsinasi Reforma Agraria Nasional 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I, Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN 2015-‐ 2019 Bidang Tata Ruang dengan DJPR Kementerian PU. Sedangkan untuk kegiatan yang masih berlanjut antara lain Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria, Rapat Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, Pembahasan Teknis Langkah-‐Langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian dan Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
Selanjutnya, pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-‐kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2014.
BAB II
KEGIATAN INTERNAL
Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-‐kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan.
Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.
2.1
Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-‐Juni 2014)
Selama periode Januari-‐Mei total anggaran yang dimiliki Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sebesar Rp. 4.190.409.000,-‐ (RM) dengan target rencana anggaran Rp. 1.427.459.975,-‐ (42%), kinerja penyerapan atau realisasi Rp. 1.358.960.140,-‐ (32%). Disamping itu, terdapat kontribusi dari: (i) Kajian sebanyak 14%, (ii) Koordinasi penyusunan rencana sebesar 63%, (iii) Koordinasi strategis RAN sebanyak 22%, (iv) Koordinasi strategis Sekretariat BKPRN sebesar 41%, (v) Knowledge Management sebesar 32% dan (vi) Pemantauan dan evaluasi (39%).
Berdasarkan hasil Raker Komisi XI tanggal 16 Juni 2014 terkait dengan pemotongan anggaran Kementerian PPN/Bappenas semula Rp. 108,01 miliar menjadi Rp. 46,47 miliar, maka PPK Kedeputian Regional dan Otda mendapat alokasi sebesar Rp. 967.080.000,-‐ . Sehingga bagian untuk pemotongan dari Direktorat TRP yang semula penghematan sebesar 30% atau Rp. 1.257.000.000,-‐ berubah menjadi 4% atau Rp. 170.778.924,-‐ dari total kegiatan. Berdampak anggaran sedikit normal sehingga dapat dilakukannya kembali kegiatan perjalanan dinas, rapat konsinyasi, honorarium dan kegiatan yang memang belum terlaksana sampai akhir tahun 2014, dengan penyesuaian anggaran yang ada.
5 11 19.5 26 30 42.5 46 56 68.5 79 90 100 1 3 12 15 24 32 0 20 40 60 80 100
120
Rencana dan Penyerapan Anggaran
Dit TRP 2014
% Rencana % Realisasi
2.2
Kegiatan Utama
2.2.1 FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata
Ruang
FGD dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2014 di Hotel Akmani untuk mendapatkan masukan dan saran dari Pemerintah Daerah terhadap Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat meliputi:
a. Arah kebijakan 1:
• Perlu pengaturan pembahasan substansi RDTR di tingkat provinsi.
• Perlu ada kebijakan secara nasional untuk melengkapi penanganan tata ruang dan sumber daya manusia yang (mempercepat proses penyusunan perundangan terkait penataan ruang, seperti penyediaan pedoman penetapan serta petunjuk penetapan insentif LP2B, penegasan KLHS sehingga daerah mendapat petunjuk dalam penerapannya, percepatan penerbitan persetujuan substansi RTRW Kab/Kota).
• Perlu pengaturan pembahasan substansi RDTR di tingkat provinsi.
• Perlunya kejelasan peraturan untuk ruang dibawah 12 mil, baik terutama mengenai kewenangan pemerintah pusat, provinsi, dan kab/kota. Sehubungan juga dengan keinginan untuk melakukan reklamasi.
b. Arah kebijakan 2:
• Perlu diberikan pemahaman tentang tata ruang kepada DPRD.
• Perlu dimanfaatkan juga peran Satpol PP dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan diberikan pemahaman terkait tata ruang.
• BKPRD perlu dilengkapi tenaga ahli yang memahami bidang penataan ruang. • Perlu mekanisme tata kerja BKPRD dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
• Perlu dilakukan sosialisasi secara intensif terhadap ketentuan tata ruang dalam rencana pembangunan kepada pihak-‐pihak terkait.
• Optimasi kinerja dan peningkatan kapasitas BKPRD.
• Memungkinan adanya pemberian dekon dari Kemdagri untuk sekretariat BKPRD.
• Dana dekon diperluas untuk pembahasan persetujuan substansi di tingkat provinsi. Perlu ada pola/mekanisme rekrutmen PPNS.
• Dilakukan sertifikasi dan diberikan insentif/penghargaan terhadap PPNS (tenaga fungsional).
• Promosi jabatan sekiranya dapat sesuai dengan latar belakang keilmuan/keahlian. c. Arah kebijakan 3:
• Perlu penyediaan citra tegak resolusi tinggi (1:5000) terutama untuk kebutuhan penyusunan RDTR.
• Penyiapan regulasi terkait RZWP3K.
• Penyiapan pedoman penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP).
• Adanya pedoman mekanisme pemberian ganti rugi/kompensasi. Misal: terkait pengadaan tanah untuk infrastruktur, dll.
• Memungkinan adanya pemberian dekon dari Kemdagri untuk sekretariat BKPRD. • Dana dekon diperluas untuk pembahasan persetujuan substansi di tingkat provinsi.
• Adanya sistem informasi publik yang tidak hanya terintegrasi dengan sistem perizinan tetapi juga dengan sistem pengendalian pemanfaatan ruang.
d. Arah kebijakan 4:
• Masukan lebih rinci dijelaskan dalam paparan Bappeda provinsi.
• Usulan baru: Perda terhambat tanah ulayat, pemberdayaan satpol PP, CSR dalam mekanisme pendanaan; insentif (mekanisme ganti rugi); perlu petunjuk teknis yang disusun berdasarkan peraturan yang ada untuk memenuhi kebutuhan celah kosong peraturan dengan waktu penyusunan yang tidak lama. Penyiapan pedoman evaluasi dan mekanisme peninjauan kembali RTRW; untuk daerah tertinggal sebaiknya intervensi pemerintah lebih dominan dibanding swasta dalam hal pendanaan; adanya mekanisme pemberian ganti rugi; dalam kerangka kelembagaan dapat ditambahkan stakeholders Kementerian Kehutanan untuk kawasan hutan negara dan BPN (Badan Pertanahan Nasional); perlu petunjuk teknis yang disusun berdasarkan peraturan yang ada untuk memenuhi kebutuhan celah kosong peraturan dengan waktu penyusunan yang tidak lama. • Pengembangan sistem informasi melalui sistem informasi online untuk melakukan
monitoring penyelenggaraan penataan ruang.
Diperlukan adanya sinergitas rencana pembangunan dengan rencana tata ruang yang dilakukan dengan pemetaan indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan, kemudian menyampaikan masukan dari daerah terkait revisi RTRWN kepada Direktorat Tarunas Kemen-‐PU.
2.2.2 FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang
Pertanahan
FGD dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2014 di Hotel Akmani untuk: (i) Mendapatkan masukan dan saran dari Kanwil BPN dan Pemerintah Daerah dalam penyusunan Draf-‐0 Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan; dan (ii) Mensosialisasikan gambaran pokok-‐pokok kebijakan nasional di Bidang Pertanahan untuk Tahun 2015-‐2019. Berikut beberapa permasalahan pengelolaan pertanahan yang disampaikan oleh narasumber dan peserta FGD terkait dengan arah kebijakan RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan, diantaranya:
• Jumlah petugas ukur dan pegawai yang mengelola layanan masih kurang memadai. • Keterbatasan sarana dan prasarana fisik (komputer, ruang kantor dan arsip dokumen). • Sulitnya mencari TOL baru.
• Kasus dengan kawasan hutan.
• Pungutan yang dilakukan di desa untuk pemenuhan pemberkasan, sehingga termasuk gratifikasi.
• Hasil IP4T belum ditindaklanjuti dengan sertipikat.
Gambar 1. Penyusunan Rancanagan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Tata Ruang
• Adanya pengenaan BPHTB membebani masyarakat. • Adanya alas hak yang dimiliki masyarakat beragam.
• Adanya tumpang tindih perizinan sehingga berpotensi menimbulkan konflik. • Munculnya klaim hak adat.
• RTRW belum disahkan karena tidak sepakat dengan Kemenhut. • Terjadinya alih fungsi lahan pertanian.
• Dokumen arsip tanah belum tersedia dengan baik.
• Data arsip BPN tidak tersedia pasca terjadinya kerusuhan.
• Masih minimnya sarana khusus untuk daerah kepulauan untuk pelayanan pertanahan. • Kesulitannya karena adanya pungutan yang tidak resmi yang tidak bisa disediakan oleh
Pemda karena terkait dengan aturan penggunaan anggaran oleh peraturan Kemendagri. • Terkait dengan adanya permasalahan HGU yang sudah berakhir, berdasarkan aturan
setelah berakhir kembali menjadi tanah negara, sedangkan masyarakat meminta dikembalikan kepada masyarakat.
Selain itu, terdapat pula beberapa usulan yang disampaikan oleh narasumber dan peserta FGD terkait dengan arah kebijakan RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan, diantaranya:
• Peningkatan layanan pertanahan meliputi semua jenis legalisasi aset untuk access reform bukan hanya redistribusi.
• Untuk penambahan SDM diusulkan juga selain penambahan juru ukur, perlu juga penambahan pegawai peneliti dokumen yuridis, karena setiap lembar harus dibaca (tidak bisa disubstitusi).
• Terkait dengan salah satu lumbung pangan di Provinsi Gorontalo perlu adanya pembatasan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian melalui pemberian insentif dan disinsentif, misalnya untuk hunian vertikal dan perbaikan infrastruktur.
• Peningkatan sistem pengelolaan arsip/dokumen pertanahan untuk menunjang sistem publikasi positif. Salah satu kekalahan BPN di pengadilan karena dokumen yang tersedia di BPN tidak tersedia dengan baik.
• Agar mempercepat kegiatan sertipikasi Barang Milik Negara (BMN) di Provinsi Jatim. • Mempercepat penentuan tata batas administrasi daerah untuk menghindari konflik antar
kab/kota.
• Mempercepat penataan batas wilayah dengan luar negeri.
• Pembentukan lembaga penjamin hak atas tanah untuk mendukung perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi stelsel positif.
• Perlu sinkronisasi pedoman anggaran antara Kemendagri dan Kemenkeu tertutama untuk pengurusan alas hak.
• Pada awal pemberian HGU perlu dilakukan sosialisasi dengan baik.
• Pemda Kaltim memberikan bantuan untuk pelaksanaan sertipikasi tanah kepada kab/kota namun belum ada payung hukum yang jelas sehingga ke depan perlu disiapkan payung hukum untuk mempercepat pelaksanaan sertipikasi tanah.
• Beberapa inovasi kegiatan yang telah dilakukan Kanwil BPN Jatim dalam pelayanan pertanahan: one day service, layanan tujuh menit (SOP 8 jam, dilayani hanya 7 menit), layanan hari Sabtu, BPN go mobile.
Secara umum, permasalahan dan masukan dari peserta FGD sudah sejalan dan mendukung kebijakan yang telah disusun dalam Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan. Untuk selanjutnya akan dilaksanakan beberapa hal antara lain:
• Mengidentifikasi dan memetakan berbagai permasalahan dan masukan yang disampaikan peserta FGD terkait dengan rancangan teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan. Selain itu, memilah masukan yang dapat dimasukan kedalam RPJMN 2015-‐2019 atau akan menjadi bagian dari Renstra BPn 2015-‐2019 untuk hal-‐hal yang tidak bersifat strategis mendukung prioritas nasional.
• Menyempurnakan rancangan teknokratik RPJMN 2015-‐2019 Bidang Pertanahan sesuai dengan masukan dari peserta FGD.
• Terkait dengan SDM akan berkoordinasi dengan BPN untuk menyusun roadmap penyediaan SDM tersebut.
2.2.3 Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koordinasi Reforma
Agraria Nasional 2014
Rapat dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2014 di Hotel Oria dengan tujuan untuk menyiapkan draf rancangan laporan antara tim koordinasi strategis reforma agraria nasional dan menyiapkan draf outline Profil Data Dasar Pertanahan. Rancangan laporan antara koordinasi strategis reforma agraria nasional yang disiapkan memuat capaian-‐capaian pelaksanaan kegiatan sampai dengan Bulan Juni 2014 antara lain sebagai berikut:
• Pembaruan Informasi Cakupan Peta Dasar Pertanahan. Sampai dengan Bulan Juni Tahun 2014, telah dilakukan pengumpulan data spasial cakupan peta dasar pertanahan seluas 29,89 juta hektar yang merupakan hasil pengolahan data dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2013.
• Pembaruan Informasi spasial Cakupan Wilayah Bersertipikat. Tim telah memperoleh data spasial per persil sebanyak 18 juta bidang untuk memperbarui peta yang telah disusun berdasarkan data indeks (37 juta bidang) pada Tahun 2013. Jumlah Luas bidang sertifikasi yang diperoleh dari luas tertulis sejumlah 21.792.407,397 Ha atau 20,59% dari luas wilayah budidaya Indonesia yang seluas 105.851.480,01 Ha.
• Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan. Sampai dengan Bulan Juni telah dilakukan 3 (tiga) kali pertemuan koordinasi dengan Kementerian Kehutanan dan BPN untuk membahas rencana pelaksanaan pilot project, namun masih menunggu kesepakatan mengenai mekanisme teknis penganggaran untuk pelaksanaan pilot project.
• Pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah dan access reform. Sampai dengan Bulan Juni tahun 2014 telah dilaksanakan identifikasi tanah objek landreform (TOL) pada lokasi pilot project dan data kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh K/L, namun pelaksanaan pilot
Gambar 2. Penyusunan Rancangan Teknokratik Bidang Pertanahan
project belum dapat dilaksanakan karena masih memerlukan koordinasi teknis dengan BPN (Kanwil dan Kantah) dan Dinas terkait.
• Kebijakan pembentukan kamar khusus pertanahan pada Pengadilan Negeri. Telah dilakukan rapat koordinasi bersamaan dengan rapat penyusunan RPJMN 2015-‐2019 yang melibatkan Direktorat terkait di Bappenas. Hasil rapat tersebut disepakati bahwa tidak perlu dilakukan pembentukan kamar khusus pertanahan, dan dilakukannya optimalisasi program dan kegiatan BPN yang mendukung penyelesaian kasus dan sengketa pertanahan, maka segala kegiatan yang berhubungan dengan pembentukan kamar khusus pertanahan ditunda sampai RUU Pertanahan selesai
• Kebijakan Sumber Daya Manusia Bidang Pertanahan. Koordinasi terkait dengan pemenuhan SDM bidang pertanahan belum dapat dilaksanakan dan akan diagendakan kembali pada bulan-‐bulan mendatang.
• Sertipikasi tanah transmigrasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan sertipikasi atas bidang-‐bidang tanah transmigrasi. Upaya yang perlu dilakukan adalah menyusun langkah-‐langkah diskresi atas wilayah transmigrasi yang telah dilaksanakan sebelum tahun 1998. Salah satu hasil rapat koordinasi diperlukan penelitian terhadap permasalahan dari masing-‐masing wilayah transmigrasi. Namun memerlukan sumberdaya yang besar karena kompleksnya permasalahan dan banyak unit-‐unit lokasi transmigrasi yang harus dikaji.
• Koordinasi Program Agraria Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur. Telah dilakukan rapat koordinasi untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan pelaksanaan PRODA di Kalimantan Timur, antara lain: Belum adanya sosialisasi kepada Kabupaten/Kota mengenai sertipikasi Proda, sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota belum melakukan pendataan dan verifikasi ‘clean and clear’ kepada masyarakat setempat; Terdapat kesalahan penempatan kegiatan pada SKPD di beberapa Kabupaten/Kota; Keterbatasan tenaga pengukur pertanahan di Kabupaten/Kota; Terdapat lahan pertanian (objek) yang tumpang tindih dengah Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Penguasaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), dan kawasan lainnya.
Dalam rapat tersebut dibahas juga rancangan Profil Data Dasar Pertanahan. Profil tersebut memuat data dan informasi mengenai bidang pertanahan seperti: ketersediaan peta dasar pertanahan, cakupan bidang tanah yang telah bersertipikat, redistribusi tanah, kasus pertanahan, jumlah dan nilai transaksi tanah, beberapa program dan proyek yang telah dilaksanakan terkait dengan pertanahan, serta isu-‐isu spesifik lainnya.
Secara umum kegiatan tim koordinasi strategis reforma agraria nasional telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Namun, demikian terdapat beberapa kegiatan dan kajian yang tidak dapat dilakukan ataupun perlu penyesuaian rencana. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan sesuai rencana adalah: (i) pengumpulan data spasial cakupan peta dasar pertanahan dan bidang tanah bersertipikat; (ii) koordinasi pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan hutan; (iii) koordinasi pembentukan kamar khusus pertanahan di Pengadilan Negeri; dan (iv) koordinasi persiapan pelaksanaan reforma agraria. Beberapa kegiatan yang perlu penyesuaian rencana yaitu: (i) pembentukan kamar khusus pertanahan pada pengadilan negeri; dan (ii) pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan hutan dan untuk kegiatan yang belum terlaksana dan perlu penyesuaian waktu akan dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak terkait.
2.2.4 Workshop Knowledge Management
Workshop dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2014 di Hotel Oria dengan tujuan untuk Diseminasi kebijakan, roadmap, dan tool/media penerapan Knowledge Management di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, dan b) Launching sistem aplikasi Knowledge Management di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat antara lain:
• Perkuat terlebih dahulu informasi dan pengetahuan secara internal, lalu sistem KM tersebut dapat dibuka keluar. Untuk perkiraan waktu selama dua tahun penguatan di internal dirasa sudah cukup. Setelahnya sistem tersebut dapat dibuka ke Direktorat lain di Bappenas. • Sistem yang telah disusun dapat direplikasi dan digunakan oleh Direktorat lain, namun
demikian untuk masing-‐masing Direktorat akan berbeda, disesuaikan dengan konten/substansi dan struktur yang dimiliki oleh masing-‐masing Direktorat yang ada. • K-‐Map yang disusun saat ini bukan final, melainkan bisa berubah-‐ubah disesuaikan dengan
pengetahuan yang didapatkan oleh masing-‐masing Subdit/Sekretariat.
• Sistem KM berbeda dengan portal, website, maupun milis, karena berfokus pada pengetahuan dan prosesnya, serta memiliki lingkup yang lebih luas. Sementara untuk portal, website, dan milis lebih kepada tools untuk menyebarluaskan pengetahuan tersebut. • Untuk mendatang, bahan-‐bahan dari hasil rapat disarankan untuk diupload di sistem
aplikasi KM, kecuali untuk BTOR yang diupload melalui naskah dinas.
• Untuk memasukkan informasi/pengetahun mengenai buku-‐buku, disarankan untuk membuat grup baru yakni administrasi dan perpustakaan.
• Untuk perwakilan dari Dit. KKDT akan dibuatkan username khusus yang dapat melihat dan mendownload pengetahuan di TRP, namun tidak dapat mengupload. Username yang akan diberikan sementara bersifat sementara, dengan nama “Tamu TRP”.
Kesimpulan yang didapat dari workshop tersebut, yakni:
• Sistem KM TRP sudah dapat berjalan dan diharapkan sudah digunakan oleh seluruh staf TRP sejak 18 Agustus 2014.
• Batas waktu diusulkan 2 (dua) hari kerja untuk upload bahan-‐bahan di sistem KM TRP. • Perlu penambahan satu grup lagi yakni administrasi dan perpustakaan.
• Untuk perwakilan dari Direktorat di luar TRP, dapat diberikan username “Tamu TRP”. Tindak lanjut dari workshop tersebut, yakni:
• Perbaikan sistem KM TRP akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. • Penyusunan laporan akhir KM.
• Tim KM akan melakukan diskusi dan sharing dengan Dit. Perumahan dan Permukiman setelah Lebaran mengenai sistem informasi/KM yang dimiliki oleh mereka (waktu akan ditentukan kemudian).
2.3
Kegiatan Pendukung
2.3.1 Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional
Rapat dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2014 di SS 4 Bappenas dalam rangka menjelaskan kembali konsep koordinasi lokasi berdasarkan skema yang telah disepakati untuk pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria kepada BPN sebagai pelaksana teknis kegiatan ini. Beberapa hal penting yang disampaikan antara lain:
• Kegiatan Pilot Project Reforma Agraria merupakan kegiatan pemanasan/kegiatan pembangkit sehingga dapat diduplikasi dan diteruskan secara berkesinambungan oleh BPN. Untuk itu perlu dibentuk Sekretariat Teknis Reforma Agraria di BPN sebagai tim teknis yang fokus terhadap kegiatan ini.
• Konsep Reforma Agraria yang diterapkan dalam kegiatan ini secara utuh memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui tanah dengan meningkatkan akses permodalan melalui pemanfaatan tanah. Secara keseluruhan kegiatan ini memiliki tahapan dalam pelaksanaannya, tahapan pertama merupakan tahapan koordinasi lokasi dalam pelaksanaan kegiatan, diikuti dengan pengembangan teknologi pangan hingga pembentukan jaringan industri untuk mendukung pemasaran produk yang dihasilkan melalui kegiatan ini. Namun dikarenakan keterbatasan penganggaran dan kebijakan yang ada pelaksanaan kegiatan pilot project reforma agaria pada tahun 2014 ini hanya sampai pada tahapan koordinasi pemeberian aset oleh BPN yang diikuti oleh program pemberdayaan sebagai akses oleh K/L dengan bantuan koordinasi yang dilakukan oleh Bappenas. Secara keseluruhan rencana pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria dapat dilihat dalam White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan yang disusun oleh Bappenas pada tahun 2014.
• Pelaksanaan pilot project Reforma Agraria di Bangka Belitung dan Jawa Tengah diharapkan dapat menghasilkan best practise sehingga dapat melengkapi skema pelaksanaan kegiatan pilot agar dapat disusun pedoman pelaksanaan kegiatan yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh daerah. Pelaksanaan kegiatan ini juga melibatkan Bappeda setempat sehingga dibutuhkan koordinasi, sebagai persiapan pelaksanaan pada minggu ke-‐3 Juli akan dilakukan rapat koordinasi di daerah dengan melibatkan Bappenas, BPN, Bappeda dan Dinas Teknis setempat.
• Kegiatan Reforma Agraria juga telah masuk kedalam salah satu program pemberantasan kemiskinan dalam RPJMN yang diusung oleh Direktorat Kemiskinan Bappenas. Diharapkan kedepan lebih banyak lagi pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatan ini terlebih reforma agraria telah menjadi salah fokus dalam visi misi kedua cawapres untuk periode pemerintahan kedepan.
Tindak lanjut dari pelaksanaan rapat, perlu dilakukan penambahan slide yang menjelaskan rencana reforma agraria secara utuh sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah sebagai bahan paparan di daerah maupun dalam rapat koordinasi di pusat.
Untuk persiapan pelaksanaan koordinasi di daerah perlu dilakukan pertemuan sekali lagi dengan BPN guna membahas teknis pelaksanaan koordinasi dan peninjauan lapangan agar dapat terlaksana dengan lebih efektif.
2.3.2 Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan
Pending Issues Mengenai RZWP3K
Rapat dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2014 di Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membahas pending issues RZWP3K. Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain:
a. Kedalaman Materi RZWP-‐3-‐K
• Berdasarkan revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008, RZWP-‐3-‐K Provinsi memuat arahan pemanfaatan ruang yang meliputi: i) Kawasan Pemanfaatan Umum; ii) Kawasan Konservasi; iii) Kawasan Strategis Nasional Tertentu; dan iv) Alur Laut serta zona pemanfaatan masing-‐masing kawasan tersebut. Sedangkan RZWP-‐3-‐K Kabupaten/Kota memuat arahan pemanfaatan ruang yang dirinci hingga sub zona.
• Kedalaman susbtansi dan skala peta yang digunakan RZWP-‐3-‐K sama dengan RTRW, namun penuangan informasi struktur dan pola ruang dalam peta RZWP-‐3-‐K lebih detail daripada RTRW.
b. Kedudukan RZR dan RDTR
Walaupun skala peta yang digunakan RZR sama dengan RDTR (skala 1: 10.000 hingga 1: 5.000), namun materi muatan keduanya berbeda. RZR memuat arahan daya dukung dan daya tampung pemanfaatan ruang yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pemebrian izin pengelolaan ruang.
c. Kebutuhan data dan peta dalam penyusunan RZWP-‐3-‐K
• Dalam Pemberian Tanggapan dan/atau Saran dipersyaratkan agar Dokumen Final RZWP-‐3-‐K disusun berdasarkan 12 set data yang terdiri dari Baseline Dataset (Terestrial dan Bathimetri) dan Thematic Dataset (Geologi dan Geomorfologi, Oseanografi, Ekosistem pesisir dan Sumberdaya Ikan, Penggunaan Lahan dan Status Lahan, Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur, Sosial Budaya, Ekonomi Wilayah, dan Risiko Bencana dan Pencemaran).
• Secara umum, waktu pengumpulan data dalam penyusunan RZWP-‐3-‐K adalah ±2 tahun. • Dalam melakukan pengumpulan data diusulkan agar melakukan teknik sampling dan
ground check.
d. Saat ini Direktorat TRP-‐3-‐K, KKP sedang menyusun Renstra yang didalamnya memuat lokasi prioritas penyusunan RZWP-‐3-‐K untuk periode 2015-‐2019. Lokasi prioritas tersebut merupakan lokasi tata ruang laut yang ditangani Pemerintah Pusat seperti tata ruang laut nasional, tata ruang laut kawasan strategis dan lintas wilayah, tata ruang laut khusus daerah terisolir dan daerah rawan bencana.
• Pengaturan pada wilayah kecamatan pesisir
• Pengaturan pada wilayah kecamatan pesisir disepakati mengacu pada ketentuan RTRW.
Gambar 4. Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional
• Pengaturan pada pulau-‐pulau kecil
e. RZWP-‐3-‐K akan memuat pengaturan pulau-‐pulau kecil dengan rincian: i) untuk perairan pulau-‐pulau kecil mengikuti rezim matra laut, sedangkan ii) pengaturan pada pulau-‐pulau kecil mengikuti matra darat.
f. Perihal perizinan juga mengikuti rezim pengaturan ruang tersebut, tetapi untuk pemanfaatan pulau-‐pulau kecil dan perairan sekitarnya akan diterbitkan Surat Keputusan Penunjukan Lokasi oleh Mentri KP kepada Kepala Daerah sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi. Hal ini sebagaimana termuat dalam Rancangan PP Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Perairan Pesisir dan Pulau-‐Pulau Kecil (amanat UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-‐pulau Kecil).
g. Pengintegrasian RTRW dan RZWP-‐3-‐K
• Pengintegrasian disesuaikan dengan kebutuhan daerah tetapi Pemerintah Pusat perlu menyiapkan NSPK baik terhadap muatan RZWP-‐3-‐K yang terintegrasi ke dalam RTRW dan RZWP-‐3-‐K yang disusun terpisah dengan RTRW.
• Penggantian peran Pokja RZWP-‐3-‐K dengan BKPRD
• Revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008 telah memuat ketentuan penggantian peran Pokja RZWP-‐3-‐K dengan lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang dalam penyusunan RZWP-‐3-‐K.
h. Pemberian Tanggapan dan/atau Saran
• Pemberian Tanggapan dan/atau Saran yang diterbitkan Menteri KP terhadap RZWP-‐3-‐ K dapat melibatkan forum BKPRN/BKPRD dan ketentuan ini telah termuat dalam Revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008.
• Hingga saat ini, KKP belum dapat menyampaikan contoh dokumen RZR yang disusun daerah.
Pembahasan pending issues dalam rangka mengakselerasi penyusunan RZWP-‐3-‐K akan dilakukan secara simultan dengan K/L terkait seperti Kementerian PU, BIG, BPN, Kementerian Perhubungan, Kemendagri dan Dishidros TNI AL sebelum dilakukan pembahasan dalam forum BKPRN Eselon II.
2.3.3 Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas
Rapat dilaksanakan pada 3 Juli 2014 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN untuk mengetahui kegiatan KM yang ada selama ini di Pusdatin. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut antara lain:
• KM Pusdatin Tahun 2013 baru sebatas teori dan konsep KM yang mengkaji mengenai KM secara keseluruhan untuk Bappenas. Sementara Tahun 2014 rencana akan dilanjutkan dengan kegiatan pada penguatan instrumen teknologi informasi untuk KM.
• KM yang ada di Pusdatin berpedoman pada tiga unsur utama, yakni: people, process dan technology. Sementara untuk kebijakan dan peraturan masih menjadi hal yang harus dipikirkan bersama, terkait dengan kejelasan KM yang akan disusun ke depan.
• Proses KM yang ada masih terkendala pada bagaimana proses pengumpulan pengetahuan itu sendiri pada setiap orang bisa agar dapat dilakukan dan menjadi kebiasaan (habit) sehingga diperoleh pengetahuan baru dan dapat dishare ke orang lain.
• KM Pusdatin dibantu oleh tenaga konsultan juga.
Selanjutnya, diperlukan memo ke Pusdatin untuk rapat lanjutan (koordinasi lebih detil) terkait materi KM dengan Staf Pudatin bertemu dg Konsultan KM TRP (Bp. Haitan) dan Staf TRP pada hari Selasa, 8 Juli 2014 jam 09.00 pagi.
2.3.4 Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas
Rapat koordinasi dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2014 merupakan lanjutan dari rapat tanggal 3 Juli 2014. Pelaksanaan rapat bertujuan untuk berbagi informasi mengenai penerapan KM di TRP dan KM di Pusdatin, serta sejauh mana kedua sistem KM tersebut dapat saling mendukung antara satu dengan yang lain. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat antara lain:
a. Reviu singkat mengenai KM di TRP:
• KM TRP yang telah berjalan saat ini lebih fokus kepada proses pengumpulan pengetahuan/substansi yang dimiliki oleh Direktorat TRP. KM TRP yang disusun memiliki fungsi untuk mendukung aktivitas Direktorat.
• KM TRP yang tersusun didasarkan pada pemetaan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap subdit/sekretariat di Direktorat, yang kemudian disesuaikan dengan kepakaran masing-‐masing subdit dan kepakaran masing-‐masing personal.
• Sistem KM TRP yang dibangun merupakan langkah awal dari aplikasi untuk berbagi pengetahuan/substansi dari masing-‐masing subdit/sekretariat di Direktorat TRP. • Rencana roadmap untuk 5 tahun mendatang, Sistem KM TRP diharapkan dapat
dikembangkan dengan baik hingga tingkatan Bappenas. Namun demikian, prosesnya perlu dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2015 akan dicoba untuk dikenalkan di lingkup Deputi.
• Terkait dengan pelaksanaan sistem KM ini, harus didukung oleh kebijakan dan SOP serta dukungan dan komitmen dari pimpinan, sehingga dapat diaplikasi ke seluruh staf yang ada di Direktorat.
b. Reviu singkat mengenai KM di Pusdatin:
• Pusdatin memiliki tupoksi untuk mensupport data informasi dan teknologi informasi. Untuk itu, Pusdatin mencoba mencuri start dengan menyusun KM di lingkup Bappenas. • Pusdatin telah memulai kegiatan KM dari tahun 2013, yakni Kajian tentang
Keseluruhan KM untuk di Bappenas. Tahun 2014, kegiatan KM Pusdatin yakni Penguatan Instrumen Teknologi Informasi untuk KM.
• KM yang coba disusun oleh Pusdatin secara makro meliputi RPJMN dan RKP di seluruh Bappenas.
• Saat ini Pusdatin memiliki 3 aplikasi yang bernaung di bawah kegiatan KM, yakni: (i) Hasil Rapat Bappenas, yang didapat dari hasil rapim; (ii) Buka Warung, pengumpulan data dari setiap Direktorat; dan (iii) e-‐monev, yang merupakan implementasi dari PP 39 yang memberikan informasi mengenai program kegiatan K/L.
• Sebelumnya, Pusdatin pernah membuat aplikasi Jejaring Kerja yang merupakan bagian dari pemetaan kompetensi, namun aplikasi tersebut kurang mendapat respon yang baik.
• Untuk aplikasi KM yang meliputi RPJMN dan RKP tersebut, Pusdatin menggunakan aplikasi timeline sederhana yakni SMILE WIDGETS.
• Terkait dengan kegiatan KM, Pusdatin mendapatkan kesulitan karena kurangnya respon dari pimpinan untuk kegiatan ini. Untuk mendatang, harapannya dukungan dan komitmen dari pimpinan terkait kegiatan ini dapat memberi peranan penting untuk perkembangan KM tersebut.
Kesimpulan yang didapat dari rapat tersebut, antara lain:
• Secara umum, KM di TRP dan KM di Pusdatin memiliki konsep yang sama. Perbedaaannya jika di Pusdatin lebih kepada support untuk bagian teknologi informasi yang memiliki cakupan luas se-‐Bappenas. Sementara KM TRP fokus kepada substansi dengan cakupan yang lebih kecil untuk lingkup Direktorat.
• Dilihat dari ruang lingkupnya, KM di TRP dapat menjadi sub-‐bagian dari KM Pusdatin untuk lingkup Bappenas. KM TRP dapat menjadi Pilot Project KM Pusdatin untuk lingkup Bappenas.
• Untuk penerapan KM sendiri, diperlukan standardisasi yang dapat diaplikasikan ke setiap pengguna KM, sehingga KM satu dengan yang lainnya saling mendukung.
• Perlu adanya kebijakan dan regulasi yang jelas jika mendatang KM akan diberlakukan di lingkup Bappenas.
• Dukungan dan komitmen dari pimpinan memiliki peranan penting untuk penerapan kegiatan KM.
• Perlunya dibuat semacam komunitas khusus untuk pengguna KM, atau dibangun semacam Knowledge Café.
Selanjutnya, Dit. TRP akan melakukan perbaikan dan pemutakhiran dari sistem KM yang telah disusun dan mengadakan workshop pada tanggal 21 Juli 2014. Pada workshop tersebut akan diundang perwakilan dari masing-‐masing Direktorat di bawah Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah.
2.3.5 Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional
Rapat dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 di Ruang 203 Bappenas untuk membahas langkah-‐ langkah persiapan penyusunan rancangan undang-‐undang pengelolaan ruang udara nasional (RUU PRUN). Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat, antara lain:
• Sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014 tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN, sebelum disususn naskah akademis peraturan perundang-‐undangan, terlebih dahulu perlu dilakukan/disusun kajian. Kajian tersebut bertujuan untuk memperjelas arah kebijakan untuk 5 tahun yang akan datang. Bappenas (dalam hal ini Sekretariat BKPRN, Dit. APP, dan Dit. Hankam) memiliki peran penting dalam meperjelas arah kebijakan pengelolaan ruang udara nasional tersebut. • Kajian akan dilakukan dalam lima tahap: (i) Pemetaan masalah pengellaan ruang udara
nasional; (2) Penentuan target/langkah-‐langkah komprehensif yang harus dilakukan termasuk di dalamnya pelibatan pakar-‐pakar di setiap sektor yang berkaitan dengan pengelolaan ruang udara nasional; (iii) In deep analysis berupa cost benefit analysis; (iv) Perumusan alternatif kebijakan (apakah akan membuat satu UU pokok sebagai payung seluruh aturan sektoral pengelolaan ruang udara nasional atau merevisi UU sektoral terkait ruang udara yang sudah ada); dan (v) Penyusunan naskah akademik (update naskah akademik yang telah disusun oleh LAPAN pada tahun 2006).
• Proses kajian dilakukan oleh tim teknis yang terdiri dari perwakilan Sekretariat BKPRN, Dit. APP, dan Dit. Hankam. Melalui hasil kajian ini, diharapkan Bappenas dapat menyampaikan ke sektor-‐sektor terkait mengenai permasalahan yang menyangkut pengelolaan ruang udara nasional, sehingga awareness dari sektor lain dapat terbangun. • Terkait dengan pengelolaan ruang udara nasional, terdapat banyak hal yang perlu