• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN

PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN

UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI

DI KABUPATEN NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Oleh :

TITO HARI HANDONO

S4208023

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan,

kerjakanlah dengan sungguh–sungguh (urusan) yang lain

(QS. Al-Insyiroh : 6-7)

Hendaklah engkau menjadi orang yang berilmu, atau yang belajar,

atau yang mendengarkan ilmu, tetapi jangan menjadi orang keempat,

yakni yang tidak termasuk salah seorang dari kelompok orang diatas, agar engkau tidak binasa

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Ø Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah

yang telah memberikan dorongan dan kasih sayangnya.

Ø Dua anakku tersayang Fuad Harrys

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI”, dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan penyelesaian derajat pasca sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. JJ. Sarungu, M.S, selaku Ketua Tim Penguji dan Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat.

2. Ibu Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberi masukan dan dengan sabar membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

3. Drs. Wahyu Agung Setyo, M. Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan saran yang berharga bagi penulis.

4. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi. 8. Teman-teman “ the gank of six” yang selalu mensupport dan memberi

(8)

commit to user

viii

9. Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah dan dua anakku tersayang Fuad Harrys Setyoko Prabowo dan Zulfahmi Septian Dwi Pangestu, terima kasih ata cinta yang kalian berikan.

10.Kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yan telah diberikan kepada penulis sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat membantu bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan referensi.

Penulis,

TITO HARI HANDONO

(9)

commit to user

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... vii

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Berpikir ... 37

1.Analisis Regresi Berganda Linier... 42

2.Uji Asumsi Klasik ... 42

(10)

commit to user

3). Uji Heterokedastisitas ... 55

4). Uji Normalitas ... 56

E. Pengujian Hipotesis... 57

(11)

commit to user

xi

Tabel 3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson. ... 44

4.1 Total Aktiva Koperasi Sampel... 48

4.2 Laba Sebelum Pajak Koperasi Sampel ... 49

4.3 Piutang Koperasi Sampel ... 49

4.4 Utang Jangka Pendek Koperasi Sampel... 50

4.5 Pendapatan Koperasi Sampel ... 51

4.6 ROA Koperasi Sampel ... 52

4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53

4.8 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 54

(12)

commit to user

xii

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 39

3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 43

(13)

commit to user

xiii

Lampiran 1. Data Variabel Penelitian

2. Hasil Analisis Regresi

(14)

commit to user ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN

PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN

UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI

DI KABUPATEN NGAWI

TITO HARI HANDONO

S4208023

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh periode pengumpulan piutang terhadap profitabilitas koperasi dan untuk mengetahui pengaruh periode penangguhan pembayaran utang terhadap profitabilitas koperasi.

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II yaitu sebanyak 72 koperasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara empiris bahwa, profitabilitas koperasi yang menerima bantuan APBD secara simultan maupun parsial signifikan dipengaruhi oleh periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang.

Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji atau meneliti topik yang sama dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan perbaikan khususnya perbaikan pada: jangkuan wilayah penelitian, variabel bebas yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan variabel kontrol (bagian dari variabel bebas), sehingga akan diperoleh model regresi yang lebih baik, lebih komprehensif dan lebih memiliki daya prediksi dibanding hasil penelitian ini.

(15)

commit to user ABSTRACT

ANALYSIS INFLUENCE PERIOD COLLECTING DEBIT AND PERIOD POSTPONEMENT PAYMENT OF DEBT CONCERNING

PROFITABLE IN A COOPERATIVE IN NGAWI REGENCY

TITO HARI HANDONO S4208023

The research was aimed to determine the effectiveness of partial accounts receivable collection period toward profitability of the cooperative and to determine the effectiveness of partial debt payment deferal period toward profitability of the cooperative.

There are 523 cooperatives in Ngawi Regency based on research population. The research population shows that there are 72 cooperatives which have saving and loan and gets some capitalization from Working Capital Fund Budgets II.

The result of the study shows empirically that, profitability of cooperatives receive aid budgets are both simultaneos and partial significantly are influenced of receviable collection period and suspension of debt payment period.

For further research is recommended to review or examine the same topic with the research. It is expected be able to improve, especially on area of the research, independent variable which is used. It is recommended to use control variable (part of the independent variable), so that it would be obtained regression model is better, more comphrehensive and has more predictive power than the result of the research.

(16)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan

bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan

bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang

seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.

Penjela-san Pasal 33 menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru

perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian

nasional.

Dengan memperhatikan kedudukan Koperasi seperti tersebut di atas

maka peran Koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan

mengembang-kan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudmengembang-kan kehidupan demokrasi

eko-nomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan

keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu Koperasi seharusnya

memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut

kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan ekonomi

yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum

sepe-nuhnya menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula peraturan perundang-undangan

(17)

commit to user

menunjang terlaksananya. Koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai

gerakan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan

perkem-bangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hukum baru yang

mampu mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih

kuat dan mandiri.

Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan

dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar Koperasi

benar-benar menerapkan perinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan

demikian Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap,

demokrasi, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan Koperasi pada

dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar Koperasi menjalankan kegiatan

usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian status Badan Hukum

Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan merupakan

wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah

dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada Menteri yang membidangi

Koperasi. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah mencampuri

urusan Internal Organisasi Koperasi dan tetap memperhatikan prinsip

kemandirian Koperasi.

Pemerintah, baik di pusat maupun didaerah, menciptakan dan

mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan

pemasyarakatan Koperasi. Demikian juga Pemerintah memberikan bimbingan,

(18)

commit to user

menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh

Koperasi. Selain itu pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi

di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk

tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan

memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan

kesempatan berusaha.

Dalam setiap perusahaan termasuk koperasi, tujuan akhir dari

keberaadaannya sebagai perusahaan adalah meningkatkan kekayaan atau

kese-jahteraan pemilik, mempertahankan kelangsungan hidup dan mengupayakan

untuk dapat berkembang. Pencapaian tujuan akhir tersebut, baik untuk

mening-katkan kekayaan pemilik, untuk melangsungkan usaha dan untuk

mengembang-kan perusahaan merupamengembang-kan aktivitas-aktivitas yang memerlumengembang-kan dana atau kas.

Oleh karena itu, agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien,

maka salah satu keadaan yang harus dapat dicapai adalah perusahaan harus

memiliki laba; atau dengan kata lain perusahaan harus memiliki profitabilitas

kemampuan memperoleh laba dari kegiatan operasinya yang tinggi. Profitabilitas

di sini mengacu atau diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk

mem-peroleh laba dari kegiatan operasinya.Oleh karena profitabilitas berkaitan dengan

masalah operasi perusahaan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi

ren-dahnya profitabilitas tersebut relatif banyak dan kompleks; karena melibatkan

faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan,

(19)

commit to user

Faktor-faktor internal yang memiliki pengaruh pada profitabilitas

perusa-haan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan kualitas keputusan yang dibuat

oleh manajer yang meliputi: keputusan investasi, keputusan operasi, dan

kepu-tusan pembiayaan (Helfert, 1996).

Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan untuk menginvestasikan

dana perusahaan pada aktiva-aktiva yang diharapkan dapat menghasilkan kas

baik pada periode berjalan maupun pada periode yang akan datang. Keputusan

investasi tersebut secara garis besar mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

investasi dana perusahaan ke dalam modal kerja, aktiva tetap, penelitian dan

pengembangan, pengembangan produk atau jasa, dan lain-lain. Keputusan

inivestasi ini merupakan keputusan yang sangat penting, karena investasi

meru-pakan kekuatan penggerak utama dari setiap sistem usaha (Helfert, 1996: 8).

Keputusan operasi merupakan keputusan yang berhubungan dengan penggunaan

sumber daya yang dimiliki, pemilihan pasar, penetapan harga produk, efisiensi

biaya, dan lain-lain. Sedangkan keputusan pembiyaan berkaitan dengan

kepu-tusan manajemen untuk membiayai investasi dan operasi usaha dalam jangka

panjang termasuk di dalamnya antara lain keputusan pembagian laba, keputusan

penggunaan hutang atau struktur modal. Di antara ketiga keputusan penting

tersebut, keputusan operasional khususnya keputusan mengenai modal kerja

me-rupakan keputusan yang dapat dikatakan hampir selalu setiap saat dilakukan

manajemen; karena keputusan tersebut berkaitan dengan operasional perusahaan

(20)

commit to user

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah keseluruhan dana yang

tertanam dalam aktiva lancar, atau sering disebut dengan modal kerja bruto

(gross working capital). Menurut konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian

dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi

perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu kelebihan aktiva lancar di

atas utang lancar (Riyanto, 2001). Sedangkan menurut konsep fungsional, modal

kerja adalah dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan

untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud didirikannya

perusahaan tersebut (Riyanto, 2001). Pada kondisi perusahaan yang telah

berop-erasi, modal kerja terdistribusi dalam persediaan, piutang dan kas (Awat, 1999).

Modal kerja memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung

pencapaian tujuan perusahaan; oleh karena manajemen harus mampu mengelola

modal kerja tersebut. Perusahaan dengan modal kerja yang cukup memungkin

untuk beroperasi secara ekonomis, serta perusahaan tidak akan mengalami

kesu-litan keuangan. Selain itu, dengan adanya modal kerja yang cukup perusahaan

memiliki keuntungan seperti: (1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal

kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, (2) memungkinkan untuk dapat

membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, (3) menjamin

di-milikinya kredit standing yang semakin besar dan memungkinkan bagi

perusa-haan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang

mungkin terjadi, (4) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah

yang cukup untuk melayani para konsumennya, (5) memungkinkan bagi

(21)

commit to user

langganannya, (6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi

dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang

atau-pun jasa yang dibutuhkan (Munawir, 2001: 147). Namun demikian, dengan

adanya modal kerja yang berlebihan juga dapat menimbulkan kerugian bagi

pe-rusahaan, karena adanya dana yang menganggur atau tidak digunakan.

Agar penggunaan modal kerja dapat dilakukan secara efisien dan efektif

dalam arti mampu memaksimalkan laba, maka manajemen perlu melakukan

ke-bijakan untuk mengelola modal kerjanya, atau sering disebut dengan istilah

manajemen modal kerja (woriking capital management) secara baik. Kebijakan

modal kerja tersebut berkaitan dengan pengelolaan utang jangka pendek, piutang

dan persediaan (Lazaridis, 2006). Di dalam manajemen modal kerja, variabel

penting yang sekaligus menjadi indikator keberhasilan manajemen modal kerja

yang dilakukan manajer adalah cash conversion cycle (siklus konversi kas).

Melalui analisis terhadap cash conversion cycle (siklus konversi kas) secara baik

dan benar, maka manajer dapat menjamin bahwa modal kerja dapat ditentukan

secara akurat besarnya dan waktunya (Richards and Laughlin, 1980).

Siklus konversi kas (cash conversion cycle) secara definitif adalah

inter-val waktu antara pengeluaran kas untuk pembelian bahan baku sampai dengan

waktu terkumpulnya kas dari hasil penjualan produk (Shin and Shoenen, 1998:

38). Siklus konversi kas terdiri atas tiga komponen yaitu siklus atau periode

pengumpulan piutang jangka pendek, siklus atau periode konversi persediaan

dan siklus atau konversi penagguhan pembayaran piutang (Lazaridis, 2006).

(22)

commit to user

waktu lamanya kas terikat dalam persediaan dengan waktu lamanya kas terikat

dalam piutang dikurangi dengan waktu lamanya penundaan pembayaran utang

ke pemasok (Shin and Shoenen, 1998: 38).

Secara teoritis siklus konversi kas tersebut memiliki pengaruh terhadap

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Jika siklus

kon-versi kas lama, maka kas yang diterima oleh perusahaan menjadi lambat

sehingga ketersediaan kas rendah. Pada kondisi ketersediaan kas rendah, maka

perusahaan dapat mengalami kesulitas dalam membeli bahan baku, membayar

gaji pegawai dan sebagainya; yang pada akhirnya dapat menurunkan kapasitas

produksi sehingga menurunkan laba. Dengan demikian siklus konversi kas

tersebut secara teoritis berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan.

Beberapa penelitian empiris yang pernah dilakukan, ternyata membuktikan

bahwa siklus konversi kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profita-bilitas perusahaan (Jose et al., 1996; Shin dan Soenen, 1998; Deloof, 2003 dan

Teruel and Solano, 2005). Selain itu periode pengumpulan piutang dan periode

konversi kas yang merupakan komponen dari siklus konversi kas juga memiliki

pengaruh yang bersifat negatif dan signifikan terhadap profitabilitas; sedangkan

periode penundaan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profita-bilitas.

Mengingat kebijakan modal kerja merupakan salah satu kebijakan yang

penting dan strategis bagi perusahaan, khususnya kaitannya dengan kondisi

li-kuiditas perusahaan; maka penelitian terhadap kebijakan modal kerja tersebut

(23)

commit to user

penulis tertarik untuk melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh

kebija-kan modal kerja yang dilakukebija-kan oleh para pimpinan koperasi di wilayah

Kabupaten Ngawi.

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan

ma-salah yang disampaikan adalah:

1. Apakah periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas koperasi?

2. Apakah periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas koperasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

beri-kut:

1. Untuk mengetahui periode pengumpulan piutang berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

2. Untuk mengetahui periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

(24)

commit to user 1. Manfaat bagi praktisi

Bagi praktisi khususnya pimpinan koperasi di wilayah Kabupaten

Ngawi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap profitabilitas koperasi.

Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi

pimpinan Koperasi dalam menentukan dan menyusun kebijakan modal

kerjanya.

2. Manfaat bagi peneliti

Bagai peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah

pengetahuan penulis pada manajemen keuangan khususnya pengetahuan

yang sifatnya empiris; yang mana pengetahuan empiris ini akan bermanfaat

sebagai pelengkap dari pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki tentang

(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Koperasi

a. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Landasan dan Tujuan Koperasi

Landasan kerja koperasi di Indonesia adalah Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

c. Fungsi dan Prinsip Koperasi

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, koperasi memiliki

(26)

commit to user

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat;

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai

sokogurunya;

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan

keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan

usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.

Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai

badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang

membedakannya dari badan usaha lainnya. Prinsip yang dipegang dalam

menjalankan fungsi dan peran koperasi adalah:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan

(27)

commit to user

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan

5. Kemandirian.

Sifat kesuraleaan dalam Keanggotaan Koperasi mengandung

makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan

siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang

anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat

yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat

terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan

pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi

dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah

yang memegang dan melaksanakan tertinggi dalam Koperasi. Pembagian

sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan

modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan

perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang

demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan

anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu

balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga

terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang

diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak

melebihi suku bunga yang berlaku dipasar. Kemandirian mengandung

(28)

commit to user

dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan,

kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula

pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani

mempertanggung jawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk

mengelola diri sendiri.

Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksanakan

pula prinsip Koperasi sebagai berikut: (1) pendidikan perkoperasian; (2)

kerja sama antar koperasi.

Disamping kelima prinsip koperasi tersebut, untuk

pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi

yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi

merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan

kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas

dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama dimaksud dapat

dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan

internasional

d. Bentuk Koperasi

Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi

Sekunder. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan orang-seorang. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang

didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.

Pengertian Koperasi Sekunder meliputi semua Koperasi yang

(29)

commit to user

Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi,

Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun

berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal Koperasi mendirikan Koperasi

Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal

sebagai pusat, Gabungan, Induk, maka jumlah tingkatan maupun

penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan

Dasar untuk menentukan jenis Koperasi adalah kesamaan

aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara

lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen,

Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi yang dibentuk

oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI,

karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi tersendiri.

e. Pembentukan Koperasi

Koperasi Primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)

orang. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)

Koperasi. Pembentukan Koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang

memuat Anggaran Dasar.

Anggaran Dasar sebagaimana memuat sekurang-kurangnya:

1) Daftar nama pendiri;

2) Nama dan tempat kedudukan;

3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha;

4) Ketentuan mengenai keanggotaan;

(30)

commit to user

6) Ketentuan mengenai pengelolaan;

7) Ketentuan mengenai permodalan;

8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;

9) Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;

10) Ketentuan mengenai sanksi.

f. Status badan Hukum

Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta

pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Untuk memperoleh pengesahan

para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian

Koperasi.

Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling

lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.

Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak,

alasan penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam

waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.

Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat

mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan

sejak diterimanya penolakan.

Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam

jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan

(31)

commit to user g. Keanggotaan Koperasi

Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa

Koperasi. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar angota. Yang

dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia

yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi

persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Koperasi

dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban

keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan

ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi. Keanggotaan Koperasi dapat

diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam

Anggaran Dasar dipenuhi. Keanggotaan Koperasi tidak dapat

dipindahtangankan. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang

sama terhadap Koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Setiap anggota mempunyai kewajiban:

a mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;

b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh

Koperasi;

c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaan.

(32)

commit to user

a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam

Rapat Anggota;

b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;

c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

Anggaran Dasar;

d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat

Anggota baik diminta maupun tidak diminta;

e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara

sesama anggota;

f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut

ketentuan dalam Anggaran Dasar.

h. Lapangan usaha

Dalam hal lapangan usahanya, usaha Koperasi adalah usaha yang

berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan

usaha dan kesejahteraan anggota. Kelebihan kemampuan pelayanan

Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

bukan anggota Koperasi. Koperasi menjalankan kegiatan usa dan

berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Koperasi

dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha

simpan pinjam dari dan untuk: (1) anggota Koperasi yang bersangkutan;

(2) Koperasi lain dan/atau anggotanya.

Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah

(33)

commit to user

usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

2. Kebijakan Modal Kerja

a. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja neto (net

work-ing capital) atau modal kerja bruto (gross working capital). Jika diartikan

sebagai net working capital maka modal kerja adalah kelebihan aktiva

lancar terhadap utang lancar, tetapi jika diartikan sebagai gross working

capital maka modal kerja berarti jumlah aktiva lancar (Munawir, 2002).

Berkaitan dengan pengertian modal kerja tersebut pada dasarnya

terdapat tiga konsep, yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif dan

kon-sep fungsional (Riyanto, 2001). Adapun penjelasan pengertian modal

kerja menurut masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengertian modal kerja menurut konsep kuantitatif

Menurut konsep kuantitatif, modal kerja adalah sebesar dana

yang tertanam dalam aktiva lancar. Karena itu, modal kerja menurut

konsep kuantitatif sering disebut sebagai modal kerja bruto (gross

working capital). Dikatakan demikian karena keseluruhan dana yang

tertanam dalam aktiva lancar itu akan sekali berputar dan kembali

dalam bentuk kas dalam jangka waktu pendek.

2) Pengertian modal kerja menurut konsep kualitatif

(34)

ak-commit to user

tiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current liabilities).

Karenanya, menurut konsep ini, modal kerja sering disebut sebagai

modal kerja netto (net working capital). Dikatakan demikian, sebab

hanya bagian dari kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar

sa-jalah yang dapat digunakan sebagai modal kerja. Sedangkan bagian

aktiva lancar sebesar hutang lancar itu tidak boleh diganggu gugat,

sebab bagian itu hanya untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni

untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dibayar. Misalnya

aktiva lancar Rp100 juta dan hutang lancar Rp75 juta, sehingga

mo-dal kerja netto hanya sebesar Rp25 juta. Artinya, bagian dari aktiva

lancar yang dapat digunakan untuk membeli bahan baku, membayar

upah buruh hanya sebesar Rp25 juta, dan tidak boleh melebihi jumlah

tersebut, sebab bagian aktiva lancar sebesar Rp25 juta itu hanya

digunakan untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni untuk

mem-bayar segala kewajiban keuangannya dalam jangka pendek, yakni

hutang lancarnya.

3) Pengertian modal kerja menurut konsep fungsional

Menurut konsep fungsional, yang dianggap sebagai modal

kerja adalah bagian dari aktiva lancar yang dapat menghasilkan

pen-dapatan operasi (operating income) dan pendapatan sekarang

{current income). Artinya bagian dari aktiva lancar yang tidak

mampu menghasilkan pendapatan operasi hanya dianggap sebagai

(35)

commit to user

aktiva lancar perusahaan semen yang tertanam dalam bentuk surat

berharga, karena tidak menghasilkan operating income tidak disebut

sebagai modal kerja, keuntungan dalam piutang tidak dianggap

seba-gai modal kerja melainkan modal kerja potensiil. Dana yang

diguna-kan sekarang dapat dibagi menjadi dua fungsi, yang menghasildiguna-kan

pendapatan sekarang (current income), dan dana yang menghasilkan

pendapatan pada waktu yang akan datang (future income). Dana yang

digunakan sekarang dan menghasilkan pendapatan sekarang atau

pendapatan pada periode yang bersangkutan itulah yang disebut

se-bagai modal kerja menurut konsep fungsional. Sedangkan dana yang

digunakan sekarang tapi bukan menghasilkan pendapatan pada

pe-riode yang bersangkutan, melainkan menghasilkan pendapatan pada

periode berikutnya bukan modal kerja (non working capital). Ada

lagi fungsi lain daripada dana, yaitu dana yang ditanam pada aktiva

lancar yang fungsinya tidak sesuai dengan ruang lingkup usaha

peru-sahaan. Misalnya perusahaan percetakan menanam sebagian dananya

dalam bentuk obligasi. Memang pemilikan obligasi akan

mendatang-kan pendapatan bunga pada periode yang bersangkutan, tapi

ber-hubung perusahaan itu pada mulanya didirikan khusus di bidang

percetakan dan bukan bertujuan memiliki obligasi, maka dana yang

ditanam dalam obligasi akan disebut modal kerja potensiil (potential

(36)

commit to user

Konsep modal kerja potensiil ini juga berlaku bagi bagian

pi-utang yang menjadi keuntungan. Penjualan suatu produk secara kredit

akan dicatat sebagai piutang di mana nilai penjualan kredit itu terdiri

dari harga pokok produk dan keuntungan. Bagian dari piutang yang

merupakan harga pokok produk yang terjual disebut modal kerja, tapi

bagian yang merupakan keuntungan disebut sebagai modal kerja

po-tensiil. Menurut konsep ini, penyusutan aktiva tetap juga dianggap

juga sebagai modal kerja, karena penyusutan itu dianggap juga

seba-gai biaya yang menghasilkan current income. Sedangkan aktiva tetap

yang belum disusut dianggap non working capital.

b. Jenis Modal Kerja

Modal kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis, yaitu: modal kerja permanen (permanent working capital) dan

mo-dal kerja variabel (variabel working capital) (Riyanto, 2001: 61).

1) Modal kerja permanen

Modal kerja permanen adalah modal yang harus tetap ada

dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan fungsinya,

atau dengan kata lain modal yang secara terus-menerus diperlukan

untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan:

(a) Modal kerja primer (primer working capital), yaitu jumlah modal

kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk

(37)

commit to user

(b) Modal kerja normal (normal working capital), yaitu jumlah

mo-dal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan yang produksi

yang normal.

2) Modal kerja variabel

Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan, dan modal kerja ini

dibedakan menjadi:

(a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

(b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

(c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya

berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui

sebe-lumnya (misalnya oleh karena adanya pemogokan buruh, banjir,

perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).

c. Sumber Modal Kerja

Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok.: (1)

Bagian tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang

ha-rus tersedia agar peha-rusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan

keuangan, dan (2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya

tergan-tung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas

(38)

commit to user

Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau

seba-iknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham.

Se-makin besar jumlah. modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari

pemegang saham akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena

akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit,

dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Di samping dari

para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat

pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang

lainnya tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh

tempo dari utang jangka panjang tersebut di samping juga harus

mem-pertimbangkan beban bunga yang bersifat tetap. Pada umumnya sumber

modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

1) Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak

dalam laporan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.

Jumlah tersebut menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari

hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari

operasi, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik

perusa-haan maka laba tersebut akan menambah modal perusaperusa-haan.

Biaya-biaya operasi perusahaan pada dasarnya terdiri dari Biaya-biaya yang,

me-merlukan pengeluaran uang atau menimbulkan hutang yang pada

akhimya juga akan menyebabkan penggunaan modal kerja, biaya

yang memerlukan pengeluaran 'uang ini dinamakan biaya tunai,

(39)

commit to user

biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang pada saat atau

pe-riode itu atau tidak menimbulkan hutang yang pada akhirnya akan

menggunakan modal kerja, seperti depresiasi, amortisasi dari

dis-konto obligasi maupun aktiva intangibel lainnya. Meskipun

biaya-biaya yang termasuk kelompok kedua ini diperhitungkan dalam

me-nentukan net income tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja

yang berasal dari hasil operasi perusahaan biaya-biaya tersebut harus

dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan modal

kerja, Proses pembebanan depresiasi dan amortisasi terhadap

pengha-silan perusahaan adalah meiupakan perubahan dari aktiva tetap dan

aktiva intangible menjadi modal kerja.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka

pendek). Surat berharga (marketable securities) merupakan salah satu

elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat

menimbul-kan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat

berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal

kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.

Keuntu-ngan yang diperoleh dari penjualan surat berharga tersebut

meru-pakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. Sebaliknya

apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan

menye-babkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek

itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya

(40)

mem-commit to user

pengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah

mau-pun berkurang). Di dalam menganalisa sumber sumber modal kerja

maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat

ber-harga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil

usaha pokok perusahaan.

3) Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil

pen-jualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar

lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari

aktiva ini menjadi Kas atau Piutang akan menyebabkan

bertambah-nya modal ke kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari

ha-sil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak

segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan

menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga

melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja

yang berlebih-lebihan).

4) Penjualan saham atau obligasi

Dalam upaya menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan,

perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta

kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di

samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau

ben-tuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal

(41)

pe-commit to user

rusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam

mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan

dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai

dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban

bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar

yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja

Komponen model kerja terdiri atas utang lancar dan aktiva lancar.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel

se-cara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja suatu perusahaan adalah

sebagai berikut (Mamduh, 2004: 521)

1) Faktor yang mempengaruhi aktiva lancar:

Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif

terhadap total aktiva adalah sebagai berikut:

a) Karakteristik Bisnis

Sektor usaha atau industri mempunyai karakteristik yang berbeda

satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor

retail cenderung mempunyai persediaan barang dagangan (yang

berarti modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan

manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar yang lebih

(42)

commit to user

b) Ukuran Perusahaan

Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva

lancar dan kewajiban lancar untuk perusahaan besar dan kecil

bisa terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8% utang lancar

un-tuk perusahaan kecil. Sedangkan komposisi unun-tuk perusahaan

be-sar adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar.

Be-berapa kemungkinan jawaban atas fenomena tersebut: (1)

Perusa-haan besar menjadi semakin modal intensif, (2) PerusaPerusa-haan besar

mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang

re-latif stabil, dan (3) Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih

baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu memegang modal

kerja lebih besar.

c) Aktivitas Perusahaan

Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat),

aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan

meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan

se-makin besar aktiva lancar suatu perusahaan.

d) Stabilitas Penjualan Perusahaan

Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil.

Se-baliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan

(43)

commit to user

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar

Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar adalah

seba-gai berikut (Mamduh, 2004):

a) Faktor Eksternal

Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar.

Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar

(bi-asanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar

diban-dingkan; dengan industri manufaktur. Barang dagangan biasanya

diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang),

se-hingga aktiva lancar yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang

yang tinggi juga.

b) Faktor Internal Kebijakan Manajemen

Manajemen mempunyai pilihan menggunakan utang lancar tinggi

atau rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen

akan menggunakan utang lancar lebih kecil. Jika manajemen

membutuhkan dana dengan cepat. maka manajer masih mempunyai

cukup ruang untuk melakukan hal tersebut Jika manajemen

mempunyai akses ke pasar keuangan baik, manajemen akan

menggunakan utang lancar tinggi karena pada siklus kas mendadak,

manajemen bisa memperoleh dana tambahan dengan cepat.

Manajemen agresif akan menggunakan utang yang lebih tinggi,

karena utang tinggi memberikan profitabilitas yang tinggi,

(44)

commit to user e. Efisien Modal Kerja

Dalam kegiatan operasionalnya pada umumnya perusahaan

me-mulai aktivitas dengan membeli bahan baku, kemudian diproses menjadi

bahan jadi. Pada saat membeli bahan baku, jika pembayarannya

dilaku-kan secara tunai maka perusahaan mengeluardilaku-kan kas dari perusahaan.

Tetapi jika dibayar secara kredit, maka perusahaan memiliki utang

da-gang. Utang dagang tersebut dapat menunda pembayaran. Selanjutnya

barang jadi tesebut dijual dengan kredit, yang berarti perusahaan akan

mempunyai piutang dagang. Pada saat piutang dagang dilunasi

perusa-haan akan menerima kas. Aktivitas semacam ini menggambarkan

bagai-mana siklus kas terjadi, yaitu sejak kas dikeluarkan untuk pembelian

ba-han baku sampai dengan kas diterima kembali dari piutang.

Bila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran kas diperlambat

maka ketersediaan kas akan meningkat; sehingga perusahaan akan

mem-punyai kesempatan menggunakan kas yang lebih besar. Siklus kas ini

merupakan indikator atau ukuran dari manajemen modal kerja yang

dila-kukan manajemen. Semakin pendek siklus kas berarti kas berputar lebih

cepat sehingga ketersediaan kas lebih besar; yang berarti manajemen

modal kerjanya semakin baik.

Pengukuran terhadap efisien manajemen dalam mengelola modal

kerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau

variabel siklus konversi kas (cash conversion cycle, CCC) (Richards dan

(45)

commit to user

Lazaridis, 2006). Cash conversion cycle atau siklus konversi kas sejak

pembelian bahan baku hingga kas diterima kembali dari pembayaran

pi-utang. Cash conversion cycle ini merupakan ukuran manajemen

likui-ditas secara sinambung; oleh karena itu ukuran likuilikui-ditas ini lebih baik

dibanding dengan ukuran likuiditas tradisional seperti current ratio,

quick ratio, net working capital, dan rasio antara working capital

terha-dap current liabilities (Jose et al., 1996). Cash conversion cycle ini

mengukur waktu yang diperlukan antara pengeluaran kas untuk membeli

membeli bahan-bahan pembuat produk, hingga penerimaan kas hasil

penjualan (Jose et al., 1996:).

Secara definitif cash conversion cycle adalah jumlah hari dari

perpuataran persediaan (days in inventory) ditambah dengan jumlah hari

perputaran piutang (days in receivabel) dikurangi dengan jumlah hari

perputaran utang (days in payable), atau dapat dituliskan sebagai berikut

(Jose et al., 1996):

CCC=Days in Inventory + Days in Receivables-Days in Payables

Keterangan:

CCC = Siklus konversi kas

Days in Inventory = Inventory/(Costs of Goods Sold/365) Days in Receivables = Account Receivables/(Sales/365)

Days in Payables = Account Payables/(Costs of Goods Sold/365)

Dengan dasar logika rumus di atas, untuk koperasi yang tidak

memiliki atau tidak melakukan konversi persediaan, maka formula

konversi siklus kas menjadi;

(46)

commit to user 3. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Pengertian profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan dari operasinya (Munawir, 2001). Pada

umum-nya pengukuran terhadap profitabilitas tersebut menggunakan rasio

keuangan.

b. Ukuran Profitabilitas

Rasio keuangan yang lazim untuk mengukuran kinerja keuangan

secara menyeluruh adalah return on investement (ROI). Return on

investment (ROI) merupakan suatu alat yang biasa digunakan untuk

menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang

se-cara umum didefinisikan sebagai net income (setelah disesuaikan dengan

biaya bunga) dibagi dengan total investasi (Munawir, 2001: 84).

Terminologi investasi (investment) digunakan dalam tiga arti yang

beda dalam analisis keuangan, sehinga terdapat tiga ROl ratio yang

ber-beda: return on assets (ROA), return on owner's equity (ROE), and return

on capital employed (ROCE) atau return on net assets (RONA).

1) Return on assets (ROA)

Return on assets (ROA) merefleksikan seberapa banyak

perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumberdaya keuangan

yang ditanamkan pada perusahaan. Ratio ROA sering digunakan oleh

top manajemen untuk mengevaluasi unit-unit usaha dalam perusahaan

(47)

commit to user

terhadap aktiva yang digunakan dalam devisi tersebut, tetapi kurang

mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai

karena devisi tersebut tidak merancang untuk mencari pinjaman sendiri,

pengeluaran obligasi, maupun saham.

2) Return on owner's equity (ROE)

Return on owner's equity (ROE) merefleksikan seberapa

banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah

diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan

laba yang ditahan). Ratio ROE sangat menarik bagi pemegang saham

maupun para calon pemegang saham, dan juga bagi manajemen karena

rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder,

value creation. Rasio ROE sangat tidak menarik bagi manajer devisi

karena mereka lebih berkepentingan dengan efisiensi penggunan aktiva,

dari pada sumber dana untuk membiayai aktiva tersebut (dari kreditor

ataukah dari pemegang saham).

3) Return on Invested Capital (ROIC)

Invested capital atau permanent capital terdiri atas utang

ti-dak lancar (non current liabiities) ditambah dengan modal (

share-holder equity); sehingga rasio ini mencerminkan dana yang

dimasuk-kan dalam perusahaan relatif untuk jangka waktu panjang. Invested

(48)

commit to user B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan relevan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Penelitian Jose et al. (1996)

Jose et al. (1996) melakukan penelitian dengan judul: Corporate

Returns and Cash Conversion Cycles. Tujuan utama dari pelaksanaan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja

terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy dengan

Cash Conversion Cycle (CCC); sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy

dengan Return on Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2718 sampel perusahaan

di Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama

ta-hun 1974-1993. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji

hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam

model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu:

ukuran perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jose et al. (1996) tersebut

adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion

Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas

peru-sahaan (ROA); 2) Variabel kontrol yaitu ukuran peruperu-sahaan yang diproxy

dengan logaritma natural penjualan berpengaruh positif dan signifikan

(49)

commit to user 2. Penelitian Shin dan Soenen (1998)

Shin dan Soenen (1998) melakukan penelitian dengan judul:

Effi-ciency of Working Capital Management and Corporate Profitability. Tujuan

utama dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal

kerja diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC) sedangkan profitabilitas

perusahaan diproxy dengan Return on Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan di

Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama tahun

1975-1994. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian tersebut adalah analisis regresi linear berganda. Di dalam model

regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu: current

ratio, dan leverage.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shin dan Soenen (1998) tersebut

adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion

Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas

peru-sahaan, (2) Variabel kontrol current ratio berpengaruh positif dan signifikan,

sedangkan variabel kontrol leverage berpengaruh negatif dan signifikan

ter-hadap Return on Asset (ROA).

3. Penelitian Deloof (2003)

Deloof (2003) melakukan penelitian dengan judul: Does Working

(50)

commit to user

dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

mana-jemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manamana-jemen modal kerja

diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen:

periode perputararan utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan

periode perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy

dengan Gross Operating Income. .

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 1109 sampel perusahaan

terkemuka di Belgia, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama

ta-hun 1992-1996. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji

hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam

model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu:

ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, variabilitas laba, dan

fixed financial asset.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deloof (2003) tersebut adalah:

1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion Cycle

(CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan,

(2) Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode

putara utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode

per-putaran utang (AP) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap

Profitabilitas perusahaan. Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan

penjualan, dan fixed financial asset berpengaruh positif dan signifikan

terha-dap ROA; sedangkan variabel kontrol leverage dan fixed financial asset

(51)

commit to user 4. Penelitian Teruel and Solano (2005)

Teruel and Solano (2005) melakukan penelitian dengan judul: Effect

of Working Capital Management on SME Profitability. Tujuan utama dari

pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen

modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy

dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen: periode

perputaran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode

perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan

Return On Asset (ROA).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan

berkuran kecil dan menengah di Spanyol, di mana data yang dikumpulkan

adalah data selama tahun 1996-2002. Metode analisis data yang digunakan

untuk menguji hipotesis penelitian tersebut adalah analisis regresi linear

ber-ganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula

varia-bel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, dan

produk domestik bruto.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teruel and Solano (2005)

terse-but adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash

Conver-sion Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, (2)

Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode

ran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode

(52)

commit to user

Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan produk

domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA; sedangkan

variabel kontrol leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Penelitian dalam skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian yang

pernah dilakukkan oleh Teruel and Solano (2005), Deloof (2003), Shin dan

Soenen (1998) dan Jose et al. (1996). Perbedaan utama penelitian ini dengan

penelitian tersebut pada dasarnya terletak pada: (1) lokasi/negara, (2)

perusa-haan sampelnya, serta (3) periode waktu pengamatannya.

C. Kerangka Pemikiran

Kebijakan manajemen modal kerja merupakan kebijakan manajemen

yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja, khususnya kebijakan yang

ber-hubungan dengan aktiva lancar dan utang lancar. Proxy yang umum digunakan

untuk mengukur kebijakan manajemen modal kerja tersebut adalah Siklus

Kon-versi Kas (Cash Conversion Cycle), yaitu periode lamanya dana terikat pada

piutang, persediaan dan utang.

Siklus Konversi Kasyang rendah atau kecil berarti keterikatan dalam

ak-tiva lancar rendah, sehingga perputaran kas menjadi tinggi. Sebaliknya, jika

Siklus Konversi Kas tinggi yang menunjukkan bahwa periode keterikatan dana

relatif lama, maka dapat mengurangi ketersediaan kas perusahaan yang dapat

menimbulkan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan

opera-sional sehari-hari, proses produksi terhambat dan akhirnya kemampuan produksi

juga menurun dan profitabilitas perusahaan dapat menurun. Berdasarkan

(53)

commit to user

Kas berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas perusahaan; semakin rendah

Siklus Konversi Kas maka profitabilitas akan meningkat; sedangkan Siklus

Konversi Kas semakin tinggi maka profitabilitas semakin rendah.

Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan produknya melalui

penjualan kredit, di samping juga penjualan tunai. Pada penjualan kredit, proses

pembayaran atau penerimaan kas dilakukan pada beberapa waktu setelah

pen-yerahan barang. Lama waktu antara penpen-yerahan barang dengan pembayarannya

tersebut atau dikenal dengan Periode Pengumpulan Piutang (Days in

Recei-vables) akan berpengaruh terhadap ketersediaan kas. Semakin rendah atau

sing-kat periode waktu terising-katnya dana dalam piutang ini, maka ketersediaan kas

pe-rusahaan akan semakin besar. Jika persediaan kas semakin besar maka

kelanca-ran proses produksi lebih terjamin sehingga perusahaan dapat membuat produk

untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, yang akan mendatangkan laba.

Berdasarkan pada penjelasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa Periode

Pengumpulan Piutang negatif terhadap profitaiblitas; artinya, semakin rendah

Periode Pengumpulan Piutang maka profitabilitas perusahaan akan cenderung

semakin tinggi; sebaliknya jika Periode Pengumpulan Piutang semakin tinggi

maka profitabilitas perusahaan akan cenderung semakin rendah.

Dalam melakukan pembelian bahan baku atau bahan-bahan pembantu

untuk keperluan operasional pembuatan produk, perusahaan pada umumnya

mendapat kesempatan untuk menunda pembayaran beberapa waktu kemudian;

dengan demikian perusahaan memiliki utang dagang kepada pemasok. Periode

(54)

commit to user

kas. Secara teoritis periode ini bersifat mengurangi atau memperkecil siklus

konversi kas. Oleh karena itu dapat dikembangkan hubungan logis sebagai

berikut, jika periode penangguhan utang meningkat maka periode konversi kas

akan mengecil, oleh karena periode konversi kas menurun maka profitabilitas

meningkat.

Kerangka pikir penelitian ini dapat dinyatakan secara grafis sebagai

beri-kut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka

dan tinjauan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban

sementara terhadap penelitian ini adalah:

1. Diduga periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas koperasi.

2. Diduga periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas koperasi. Periode Pengumpulan

Piutang ( X1 )

Periode Penangguhan Pembayaran Utang

( X2 )

(55)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi

yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang

memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana

APBD II; yaitu sebanyak 72 koperasi (nama-nama koperasi sampel

terlampir).

Obyek penelitian ini adalah modal kerja dan profitabilitas koperasi

mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II di Kabupaten Ngawi

pada tahun 2009.

B. Definisi Operasional

1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba. Dalam penelitian ini profitabilitas diproxy dengan Return On Asset

(ROA). Hal ini dengan pertimbangan bahwa, ROA merupakan ukuran

profitabilitas yang menyeluruh (Munawir, 2001). Beberapa penelitian

terdahulu menggunakan ROA sebagai proxy dari profitabilitas. Formula

untuk menghitung ROA adalah (Teruel dan Solano, 2006);

(56)

commit to user

EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Total asset = Total aktiva

2. Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable)

Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable) adalah

periode waktu lamanya pembayaran piutang dari pembeli. Formula untuk

menghitung Periode Pengumpulan Piutang adalah sebagai berikut (Jose

et al., 1996)

DR = Periode pengumpulan piutang (hari)

Account Receivables = Piutang dagang

Sales = Penjualan

3. Periode Penangguhan Utang (Days in Payables)

Periode Penangguhan Utang (Days in Payables) adalah periode

waktu lamanya penundaan pembayaran utang lancaar. Formula untuk

menghitung Periode Penangguhan Utang adalah sebagai berikut (Jose et

al., 1996)

DP = Periode penangguhan utang (hari)

Account Payable = Utang lancar

Cost of Goods Sold = Harga Pokok Penjualan

C. Metode Pengumpulan Data

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson. ........................................
Gambar  2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian.....................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat sejumlah faktor yang terkait dalam proses konstruksi sosial masyarakat Desa Gedangan terhadap larangan perkawinan gotong dalan tersebut, yaitu faktor internal dan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan kaustik soda pada proses netralisasi akan menyerap gum (getah dan lendir) sehingga menghambat proses

[r]

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa Penerapan Strategi Pembelajaran Inquiry