commit to user
i
ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN
PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN
UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI
DI KABUPATEN NGAWI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
TITO HARI HANDONO
S4208023
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan,
kerjakanlah dengan sungguh–sungguh (urusan) yang lain
(QS. Al-Insyiroh : 6-7)
Hendaklah engkau menjadi orang yang berilmu, atau yang belajar,
atau yang mendengarkan ilmu, tetapi jangan menjadi orang keempat,
yakni yang tidak termasuk salah seorang dari kelompok orang diatas, agar engkau tidak binasa
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Ø Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah
yang telah memberikan dorongan dan kasih sayangnya.
Ø Dua anakku tersayang Fuad Harrys
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI DI KABUPATEN NGAWI”, dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan penyelesaian derajat pasca sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. JJ. Sarungu, M.S, selaku Ketua Tim Penguji dan Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat.
2. Ibu Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberi masukan dan dengan sabar membantu penulis menyelesaikan tesis ini.
3. Drs. Wahyu Agung Setyo, M. Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan saran yang berharga bagi penulis.
4. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi. 8. Teman-teman “ the gank of six” yang selalu mensupport dan memberi
commit to user
viii
9. Kepada istriku tercinta, Chusnul Uliyah dan dua anakku tersayang Fuad Harrys Setyoko Prabowo dan Zulfahmi Septian Dwi Pangestu, terima kasih ata cinta yang kalian berikan.
10.Kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yan telah diberikan kepada penulis sehingga tesis ini bisa terselesaikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat membantu bagi pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan referensi.
Penulis,
TITO HARI HANDONO
commit to user
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv
ABSTRAK ... vii
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
C. Kerangka Berpikir ... 37
1.Analisis Regresi Berganda Linier... 42
2.Uji Asumsi Klasik ... 42
commit to user
3). Uji Heterokedastisitas ... 55
4). Uji Normalitas ... 56
E. Pengujian Hipotesis... 57
commit to user
xi
Tabel 3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson. ... 44
4.1 Total Aktiva Koperasi Sampel... 48
4.2 Laba Sebelum Pajak Koperasi Sampel ... 49
4.3 Piutang Koperasi Sampel ... 49
4.4 Utang Jangka Pendek Koperasi Sampel... 50
4.5 Pendapatan Koperasi Sampel ... 51
4.6 ROA Koperasi Sampel ... 52
4.7 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53
4.8 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 54
commit to user
xii
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 39
3.1 Kriteria Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 43
commit to user
xiii
Lampiran 1. Data Variabel Penelitian
2. Hasil Analisis Regresi
commit to user ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PERIODE PENGUMPULAN
PIUTANG DAN PERIODE PENANGGUHAN PEMBAYARAN
UTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA KOPERASI
DI KABUPATEN NGAWI
TITO HARI HANDONO
S4208023
Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh periode pengumpulan piutang terhadap profitabilitas koperasi dan untuk mengetahui pengaruh periode penangguhan pembayaran utang terhadap profitabilitas koperasi.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II yaitu sebanyak 72 koperasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara empiris bahwa, profitabilitas koperasi yang menerima bantuan APBD secara simultan maupun parsial signifikan dipengaruhi oleh periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan pembayaran utang.
Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji atau meneliti topik yang sama dengan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan perbaikan khususnya perbaikan pada: jangkuan wilayah penelitian, variabel bebas yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan variabel kontrol (bagian dari variabel bebas), sehingga akan diperoleh model regresi yang lebih baik, lebih komprehensif dan lebih memiliki daya prediksi dibanding hasil penelitian ini.
commit to user ABSTRACT
ANALYSIS INFLUENCE PERIOD COLLECTING DEBIT AND PERIOD POSTPONEMENT PAYMENT OF DEBT CONCERNING
PROFITABLE IN A COOPERATIVE IN NGAWI REGENCY
TITO HARI HANDONO S4208023
The research was aimed to determine the effectiveness of partial accounts receivable collection period toward profitability of the cooperative and to determine the effectiveness of partial debt payment deferal period toward profitability of the cooperative.
There are 523 cooperatives in Ngawi Regency based on research population. The research population shows that there are 72 cooperatives which have saving and loan and gets some capitalization from Working Capital Fund Budgets II.
The result of the study shows empirically that, profitability of cooperatives receive aid budgets are both simultaneos and partial significantly are influenced of receviable collection period and suspension of debt payment period.
For further research is recommended to review or examine the same topic with the research. It is expected be able to improve, especially on area of the research, independent variable which is used. It is recommended to use control variable (part of the independent variable), so that it would be obtained regression model is better, more comphrehensive and has more predictive power than the result of the research.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan
bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang
seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.
Penjela-san Pasal 33 menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru
perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian
nasional.
Dengan memperhatikan kedudukan Koperasi seperti tersebut di atas
maka peran Koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembang-kan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudmengembang-kan kehidupan demokrasi
eko-nomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan
keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu Koperasi seharusnya
memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut
kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Tetapi dalam perkembangan ekonomi
yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan Koperasi selama ini belum
sepe-nuhnya menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula peraturan perundang-undangan
commit to user
menunjang terlaksananya. Koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai
gerakan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan
perkem-bangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan hukum baru yang
mampu mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih
kuat dan mandiri.
Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan
dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar Koperasi
benar-benar menerapkan perinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan
demikian Koperasi akan merupakan organisasi ekonomi yang mantap,
demokrasi, otonom, partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan Koperasi pada
dasarnya dimaksudkan untuk mendorong agar Koperasi menjalankan kegiatan
usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian status Badan Hukum
Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan pembinaan merupakan
wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah
dapat melimpahkan wewenang tersebut kepada Menteri yang membidangi
Koperasi. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah mencampuri
urusan Internal Organisasi Koperasi dan tetap memperhatikan prinsip
kemandirian Koperasi.
Pemerintah, baik di pusat maupun didaerah, menciptakan dan
mengembangkan iklim serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan
pemasyarakatan Koperasi. Demikian juga Pemerintah memberikan bimbingan,
commit to user
menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh
Koperasi. Selain itu pemerintah juga dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi
di suatu wilayah tertentu yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk
tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal tersebut dilakukan dengan
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional dan perwujudan pemerataan
kesempatan berusaha.
Dalam setiap perusahaan termasuk koperasi, tujuan akhir dari
keberaadaannya sebagai perusahaan adalah meningkatkan kekayaan atau
kese-jahteraan pemilik, mempertahankan kelangsungan hidup dan mengupayakan
untuk dapat berkembang. Pencapaian tujuan akhir tersebut, baik untuk
mening-katkan kekayaan pemilik, untuk melangsungkan usaha dan untuk
mengembang-kan perusahaan merupamengembang-kan aktivitas-aktivitas yang memerlumengembang-kan dana atau kas.
Oleh karena itu, agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien,
maka salah satu keadaan yang harus dapat dicapai adalah perusahaan harus
memiliki laba; atau dengan kata lain perusahaan harus memiliki profitabilitas
kemampuan memperoleh laba dari kegiatan operasinya yang tinggi. Profitabilitas
di sini mengacu atau diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
mem-peroleh laba dari kegiatan operasinya.Oleh karena profitabilitas berkaitan dengan
masalah operasi perusahaan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
ren-dahnya profitabilitas tersebut relatif banyak dan kompleks; karena melibatkan
faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan,
commit to user
Faktor-faktor internal yang memiliki pengaruh pada profitabilitas
perusa-haan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan kualitas keputusan yang dibuat
oleh manajer yang meliputi: keputusan investasi, keputusan operasi, dan
kepu-tusan pembiayaan (Helfert, 1996).
Keputusan investasi berkaitan dengan keputusan untuk menginvestasikan
dana perusahaan pada aktiva-aktiva yang diharapkan dapat menghasilkan kas
baik pada periode berjalan maupun pada periode yang akan datang. Keputusan
investasi tersebut secara garis besar mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
investasi dana perusahaan ke dalam modal kerja, aktiva tetap, penelitian dan
pengembangan, pengembangan produk atau jasa, dan lain-lain. Keputusan
inivestasi ini merupakan keputusan yang sangat penting, karena investasi
meru-pakan kekuatan penggerak utama dari setiap sistem usaha (Helfert, 1996: 8).
Keputusan operasi merupakan keputusan yang berhubungan dengan penggunaan
sumber daya yang dimiliki, pemilihan pasar, penetapan harga produk, efisiensi
biaya, dan lain-lain. Sedangkan keputusan pembiyaan berkaitan dengan
kepu-tusan manajemen untuk membiayai investasi dan operasi usaha dalam jangka
panjang termasuk di dalamnya antara lain keputusan pembagian laba, keputusan
penggunaan hutang atau struktur modal. Di antara ketiga keputusan penting
tersebut, keputusan operasional khususnya keputusan mengenai modal kerja
me-rupakan keputusan yang dapat dikatakan hampir selalu setiap saat dilakukan
manajemen; karena keputusan tersebut berkaitan dengan operasional perusahaan
commit to user
Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah keseluruhan dana yang
tertanam dalam aktiva lancar, atau sering disebut dengan modal kerja bruto
(gross working capital). Menurut konsep kualitatif, modal kerja adalah sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu kelebihan aktiva lancar di
atas utang lancar (Riyanto, 2001). Sedangkan menurut konsep fungsional, modal
kerja adalah dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan
untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud didirikannya
perusahaan tersebut (Riyanto, 2001). Pada kondisi perusahaan yang telah
berop-erasi, modal kerja terdistribusi dalam persediaan, piutang dan kas (Awat, 1999).
Modal kerja memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung
pencapaian tujuan perusahaan; oleh karena manajemen harus mampu mengelola
modal kerja tersebut. Perusahaan dengan modal kerja yang cukup memungkin
untuk beroperasi secara ekonomis, serta perusahaan tidak akan mengalami
kesu-litan keuangan. Selain itu, dengan adanya modal kerja yang cukup perusahaan
memiliki keuntungan seperti: (1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal
kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar, (2) memungkinkan untuk dapat
membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya, (3) menjamin
di-milikinya kredit standing yang semakin besar dan memungkinkan bagi
perusa-haan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi, (4) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah
yang cukup untuk melayani para konsumennya, (5) memungkinkan bagi
commit to user
langganannya, (6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi
dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang
atau-pun jasa yang dibutuhkan (Munawir, 2001: 147). Namun demikian, dengan
adanya modal kerja yang berlebihan juga dapat menimbulkan kerugian bagi
pe-rusahaan, karena adanya dana yang menganggur atau tidak digunakan.
Agar penggunaan modal kerja dapat dilakukan secara efisien dan efektif
dalam arti mampu memaksimalkan laba, maka manajemen perlu melakukan
ke-bijakan untuk mengelola modal kerjanya, atau sering disebut dengan istilah
manajemen modal kerja (woriking capital management) secara baik. Kebijakan
modal kerja tersebut berkaitan dengan pengelolaan utang jangka pendek, piutang
dan persediaan (Lazaridis, 2006). Di dalam manajemen modal kerja, variabel
penting yang sekaligus menjadi indikator keberhasilan manajemen modal kerja
yang dilakukan manajer adalah cash conversion cycle (siklus konversi kas).
Melalui analisis terhadap cash conversion cycle (siklus konversi kas) secara baik
dan benar, maka manajer dapat menjamin bahwa modal kerja dapat ditentukan
secara akurat besarnya dan waktunya (Richards and Laughlin, 1980).
Siklus konversi kas (cash conversion cycle) secara definitif adalah
inter-val waktu antara pengeluaran kas untuk pembelian bahan baku sampai dengan
waktu terkumpulnya kas dari hasil penjualan produk (Shin and Shoenen, 1998:
38). Siklus konversi kas terdiri atas tiga komponen yaitu siklus atau periode
pengumpulan piutang jangka pendek, siklus atau periode konversi persediaan
dan siklus atau konversi penagguhan pembayaran piutang (Lazaridis, 2006).
commit to user
waktu lamanya kas terikat dalam persediaan dengan waktu lamanya kas terikat
dalam piutang dikurangi dengan waktu lamanya penundaan pembayaran utang
ke pemasok (Shin and Shoenen, 1998: 38).
Secara teoritis siklus konversi kas tersebut memiliki pengaruh terhadap
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Jika siklus
kon-versi kas lama, maka kas yang diterima oleh perusahaan menjadi lambat
sehingga ketersediaan kas rendah. Pada kondisi ketersediaan kas rendah, maka
perusahaan dapat mengalami kesulitas dalam membeli bahan baku, membayar
gaji pegawai dan sebagainya; yang pada akhirnya dapat menurunkan kapasitas
produksi sehingga menurunkan laba. Dengan demikian siklus konversi kas
tersebut secara teoritis berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan.
Beberapa penelitian empiris yang pernah dilakukan, ternyata membuktikan
bahwa siklus konversi kas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profita-bilitas perusahaan (Jose et al., 1996; Shin dan Soenen, 1998; Deloof, 2003 dan
Teruel and Solano, 2005). Selain itu periode pengumpulan piutang dan periode
konversi kas yang merupakan komponen dari siklus konversi kas juga memiliki
pengaruh yang bersifat negatif dan signifikan terhadap profitabilitas; sedangkan
periode penundaan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profita-bilitas.
Mengingat kebijakan modal kerja merupakan salah satu kebijakan yang
penting dan strategis bagi perusahaan, khususnya kaitannya dengan kondisi
li-kuiditas perusahaan; maka penelitian terhadap kebijakan modal kerja tersebut
commit to user
penulis tertarik untuk melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh
kebija-kan modal kerja yang dilakukebija-kan oleh para pimpinan koperasi di wilayah
Kabupaten Ngawi.
.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan
ma-salah yang disampaikan adalah:
1. Apakah periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas koperasi?
2. Apakah periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas koperasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
beri-kut:
1. Untuk mengetahui periode pengumpulan piutang berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas koperasi.
2. Untuk mengetahui periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh
positif signifikan terhadap profitabilitas koperasi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
commit to user 1. Manfaat bagi praktisi
Bagi praktisi khususnya pimpinan koperasi di wilayah Kabupaten
Ngawi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai pengaruh kebijakan modal kerja terhadap profitabilitas koperasi.
Selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi
pimpinan Koperasi dalam menentukan dan menyusun kebijakan modal
kerjanya.
2. Manfaat bagi peneliti
Bagai peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan penulis pada manajemen keuangan khususnya pengetahuan
yang sifatnya empiris; yang mana pengetahuan empiris ini akan bermanfaat
sebagai pelengkap dari pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki tentang
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan.
b. Landasan dan Tujuan Koperasi
Landasan kerja koperasi di Indonesia adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
c. Fungsi dan Prinsip Koperasi
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, koperasi memiliki
commit to user
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat;
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai
sokogurunya;
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan
keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan
usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai
badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang
membedakannya dari badan usaha lainnya. Prinsip yang dipegang dalam
menjalankan fungsi dan peran koperasi adalah:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
commit to user
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; dan
5. Kemandirian.
Sifat kesuraleaan dalam Keanggotaan Koperasi mengandung
makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan
siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang
anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat
yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat
terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan
pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi
dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah
yang memegang dan melaksanakan tertinggi dalam Koperasi. Pembagian
sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan
modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang
demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan
anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu
balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga
terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang
diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak
melebihi suku bunga yang berlaku dipasar. Kemandirian mengandung
commit to user
dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan,
kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula
pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani
mempertanggung jawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk
mengelola diri sendiri.
Dalam mengembangkan Koperasi, maka koperasi melaksanakan
pula prinsip Koperasi sebagai berikut: (1) pendidikan perkoperasian; (2)
kerja sama antar koperasi.
Disamping kelima prinsip koperasi tersebut, untuk
pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi
yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi
merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan
kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas
dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama dimaksud dapat
dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan
internasional
d. Bentuk Koperasi
Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi
Sekunder. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang-seorang. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang
didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.
Pengertian Koperasi Sekunder meliputi semua Koperasi yang
commit to user
Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi,
Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun
berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal Koperasi mendirikan Koperasi
Sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal
sebagai pusat, Gabungan, Induk, maka jumlah tingkatan maupun
penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi yang bersangkutan
Dasar untuk menentukan jenis Koperasi adalah kesamaan
aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, seperti antara
lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen,
Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi yang dibentuk
oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI,
karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi tersendiri.
e. Pembentukan Koperasi
Koperasi Primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
orang. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)
Koperasi. Pembentukan Koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang
memuat Anggaran Dasar.
Anggaran Dasar sebagaimana memuat sekurang-kurangnya:
1) Daftar nama pendiri;
2) Nama dan tempat kedudukan;
3) Maksud dan tujuan serta bidang usaha;
4) Ketentuan mengenai keanggotaan;
commit to user
6) Ketentuan mengenai pengelolaan;
7) Ketentuan mengenai permodalan;
8) Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;
9) Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
10) Ketentuan mengenai sanksi.
f. Status badan Hukum
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta
pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Untuk memperoleh pengesahan
para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian
Koperasi.
Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.
Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak,
alasan penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat
mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak diterimanya penolakan.
Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan
commit to user g. Keanggotaan Koperasi
Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa
Koperasi. Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar angota. Yang
dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia
yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Koperasi
dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban
keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan
ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi. Keanggotaan Koperasi dapat
diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam
Anggaran Dasar dipenuhi. Keanggotaan Koperasi tidak dapat
dipindahtangankan. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang
sama terhadap Koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.
Setiap anggota mempunyai kewajiban:
a mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta
keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas
kekeluargaan.
commit to user
a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam
Rapat Anggota;
b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;
c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar;
d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta;
e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara
sesama anggota;
f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut
ketentuan dalam Anggaran Dasar.
h. Lapangan usaha
Dalam hal lapangan usahanya, usaha Koperasi adalah usaha yang
berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan
usaha dan kesejahteraan anggota. Kelebihan kemampuan pelayanan
Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
bukan anggota Koperasi. Koperasi menjalankan kegiatan usa dan
berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Koperasi
dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha
simpan pinjam dari dan untuk: (1) anggota Koperasi yang bersangkutan;
(2) Koperasi lain dan/atau anggotanya.
Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah
commit to user
usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Kebijakan Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja neto (net
work-ing capital) atau modal kerja bruto (gross working capital). Jika diartikan
sebagai net working capital maka modal kerja adalah kelebihan aktiva
lancar terhadap utang lancar, tetapi jika diartikan sebagai gross working
capital maka modal kerja berarti jumlah aktiva lancar (Munawir, 2002).
Berkaitan dengan pengertian modal kerja tersebut pada dasarnya
terdapat tiga konsep, yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif dan
kon-sep fungsional (Riyanto, 2001). Adapun penjelasan pengertian modal
kerja menurut masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengertian modal kerja menurut konsep kuantitatif
Menurut konsep kuantitatif, modal kerja adalah sebesar dana
yang tertanam dalam aktiva lancar. Karena itu, modal kerja menurut
konsep kuantitatif sering disebut sebagai modal kerja bruto (gross
working capital). Dikatakan demikian karena keseluruhan dana yang
tertanam dalam aktiva lancar itu akan sekali berputar dan kembali
dalam bentuk kas dalam jangka waktu pendek.
2) Pengertian modal kerja menurut konsep kualitatif
ak-commit to user
tiva lancar (current assets) di atas hutang lancar (current liabilities).
Karenanya, menurut konsep ini, modal kerja sering disebut sebagai
modal kerja netto (net working capital). Dikatakan demikian, sebab
hanya bagian dari kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar
sa-jalah yang dapat digunakan sebagai modal kerja. Sedangkan bagian
aktiva lancar sebesar hutang lancar itu tidak boleh diganggu gugat,
sebab bagian itu hanya untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni
untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dibayar. Misalnya
aktiva lancar Rp100 juta dan hutang lancar Rp75 juta, sehingga
mo-dal kerja netto hanya sebesar Rp25 juta. Artinya, bagian dari aktiva
lancar yang dapat digunakan untuk membeli bahan baku, membayar
upah buruh hanya sebesar Rp25 juta, dan tidak boleh melebihi jumlah
tersebut, sebab bagian aktiva lancar sebesar Rp25 juta itu hanya
digunakan untuk menjaga likuiditas perusahaan, yakni untuk
mem-bayar segala kewajiban keuangannya dalam jangka pendek, yakni
hutang lancarnya.
3) Pengertian modal kerja menurut konsep fungsional
Menurut konsep fungsional, yang dianggap sebagai modal
kerja adalah bagian dari aktiva lancar yang dapat menghasilkan
pen-dapatan operasi (operating income) dan pendapatan sekarang
{current income). Artinya bagian dari aktiva lancar yang tidak
mampu menghasilkan pendapatan operasi hanya dianggap sebagai
commit to user
aktiva lancar perusahaan semen yang tertanam dalam bentuk surat
berharga, karena tidak menghasilkan operating income tidak disebut
sebagai modal kerja, keuntungan dalam piutang tidak dianggap
seba-gai modal kerja melainkan modal kerja potensiil. Dana yang
diguna-kan sekarang dapat dibagi menjadi dua fungsi, yang menghasildiguna-kan
pendapatan sekarang (current income), dan dana yang menghasilkan
pendapatan pada waktu yang akan datang (future income). Dana yang
digunakan sekarang dan menghasilkan pendapatan sekarang atau
pendapatan pada periode yang bersangkutan itulah yang disebut
se-bagai modal kerja menurut konsep fungsional. Sedangkan dana yang
digunakan sekarang tapi bukan menghasilkan pendapatan pada
pe-riode yang bersangkutan, melainkan menghasilkan pendapatan pada
periode berikutnya bukan modal kerja (non working capital). Ada
lagi fungsi lain daripada dana, yaitu dana yang ditanam pada aktiva
lancar yang fungsinya tidak sesuai dengan ruang lingkup usaha
peru-sahaan. Misalnya perusahaan percetakan menanam sebagian dananya
dalam bentuk obligasi. Memang pemilikan obligasi akan
mendatang-kan pendapatan bunga pada periode yang bersangkutan, tapi
ber-hubung perusahaan itu pada mulanya didirikan khusus di bidang
percetakan dan bukan bertujuan memiliki obligasi, maka dana yang
ditanam dalam obligasi akan disebut modal kerja potensiil (potential
commit to user
Konsep modal kerja potensiil ini juga berlaku bagi bagian
pi-utang yang menjadi keuntungan. Penjualan suatu produk secara kredit
akan dicatat sebagai piutang di mana nilai penjualan kredit itu terdiri
dari harga pokok produk dan keuntungan. Bagian dari piutang yang
merupakan harga pokok produk yang terjual disebut modal kerja, tapi
bagian yang merupakan keuntungan disebut sebagai modal kerja
po-tensiil. Menurut konsep ini, penyusutan aktiva tetap juga dianggap
juga sebagai modal kerja, karena penyusutan itu dianggap juga
seba-gai biaya yang menghasilkan current income. Sedangkan aktiva tetap
yang belum disusut dianggap non working capital.
b. Jenis Modal Kerja
Modal kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu: modal kerja permanen (permanent working capital) dan
mo-dal kerja variabel (variabel working capital) (Riyanto, 2001: 61).
1) Modal kerja permanen
Modal kerja permanen adalah modal yang harus tetap ada
dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan fungsinya,
atau dengan kata lain modal yang secara terus-menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan:
(a) Modal kerja primer (primer working capital), yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk
commit to user
(b) Modal kerja normal (normal working capital), yaitu jumlah
mo-dal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan yang produksi
yang normal.
2) Modal kerja variabel
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan, dan modal kerja ini
dibedakan menjadi:
(a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
(b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
(c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebe-lumnya (misalnya oleh karena adanya pemogokan buruh, banjir,
perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
c. Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok.: (1)
Bagian tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang
ha-rus tersedia agar peha-rusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan
keuangan, dan (2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya
tergan-tung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas
commit to user
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau
seba-iknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham.
Se-makin besar jumlah. modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari
pemegang saham akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit,
dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Di samping dari
para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat
pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang
lainnya tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh
tempo dari utang jangka panjang tersebut di samping juga harus
mem-pertimbangkan beban bunga yang bersifat tetap. Pada umumnya sumber
modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1) Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak
dalam laporan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.
Jumlah tersebut menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari
hasil operasi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari
operasi, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik
perusa-haan maka laba tersebut akan menambah modal perusaperusa-haan.
Biaya-biaya operasi perusahaan pada dasarnya terdiri dari Biaya-biaya yang,
me-merlukan pengeluaran uang atau menimbulkan hutang yang pada
akhimya juga akan menyebabkan penggunaan modal kerja, biaya
yang memerlukan pengeluaran 'uang ini dinamakan biaya tunai,
commit to user
biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang pada saat atau
pe-riode itu atau tidak menimbulkan hutang yang pada akhirnya akan
menggunakan modal kerja, seperti depresiasi, amortisasi dari
dis-konto obligasi maupun aktiva intangibel lainnya. Meskipun
biaya-biaya yang termasuk kelompok kedua ini diperhitungkan dalam
me-nentukan net income tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan biaya-biaya tersebut harus
dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan modal
kerja, Proses pembebanan depresiasi dan amortisasi terhadap
pengha-silan perusahaan adalah meiupakan perubahan dari aktiva tetap dan
aktiva intangible menjadi modal kerja.
2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek). Surat berharga (marketable securities) merupakan salah satu
elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat
menimbul-kan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat
berharga menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal
kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi kas.
Keuntu-ngan yang diperoleh dari penjualan surat berharga tersebut
meru-pakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja. Sebaliknya
apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan
menye-babkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek
itu dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya
mem-commit to user
pengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak bertambah
mau-pun berkurang). Di dalam menganalisa sumber sumber modal kerja
maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat
ber-harga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil
usaha pokok perusahaan.
3) Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
pen-jualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari
aktiva ini menjadi Kas atau Piutang akan menyebabkan
bertambah-nya modal ke kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari
ha-sil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak
segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan akan
menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga
melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja
yang berlebih-lebihan).
4) Penjualan saham atau obligasi
Dalam upaya menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan,
perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta
kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di
samping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau
ben-tuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal
pe-commit to user
rusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam
mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban
bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar
yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja
Komponen model kerja terdiri atas utang lancar dan aktiva lancar.
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel
se-cara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja suatu perusahaan adalah
sebagai berikut (Mamduh, 2004: 521)
1) Faktor yang mempengaruhi aktiva lancar:
Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif
terhadap total aktiva adalah sebagai berikut:
a) Karakteristik Bisnis
Sektor usaha atau industri mempunyai karakteristik yang berbeda
satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor
retail cenderung mempunyai persediaan barang dagangan (yang
berarti modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan
manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang lancar yang lebih
commit to user
b) Ukuran Perusahaan
Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva
lancar dan kewajiban lancar untuk perusahaan besar dan kecil
bisa terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8% utang lancar
un-tuk perusahaan kecil. Sedangkan komposisi unun-tuk perusahaan
be-sar adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar.
Be-berapa kemungkinan jawaban atas fenomena tersebut: (1)
Perusa-haan besar menjadi semakin modal intensif, (2) PerusaPerusa-haan besar
mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang
re-latif stabil, dan (3) Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih
baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu memegang modal
kerja lebih besar.
c) Aktivitas Perusahaan
Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat),
aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan
meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan
se-makin besar aktiva lancar suatu perusahaan.
d) Stabilitas Penjualan Perusahaan
Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil.
Se-baliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan
commit to user
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar
Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar adalah
seba-gai berikut (Mamduh, 2004):
a) Faktor Eksternal
Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar.
Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar
(bi-asanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar
diban-dingkan; dengan industri manufaktur. Barang dagangan biasanya
diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang),
se-hingga aktiva lancar yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang
yang tinggi juga.
b) Faktor Internal Kebijakan Manajemen
Manajemen mempunyai pilihan menggunakan utang lancar tinggi
atau rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen
akan menggunakan utang lancar lebih kecil. Jika manajemen
membutuhkan dana dengan cepat. maka manajer masih mempunyai
cukup ruang untuk melakukan hal tersebut Jika manajemen
mempunyai akses ke pasar keuangan baik, manajemen akan
menggunakan utang lancar tinggi karena pada siklus kas mendadak,
manajemen bisa memperoleh dana tambahan dengan cepat.
Manajemen agresif akan menggunakan utang yang lebih tinggi,
karena utang tinggi memberikan profitabilitas yang tinggi,
commit to user e. Efisien Modal Kerja
Dalam kegiatan operasionalnya pada umumnya perusahaan
me-mulai aktivitas dengan membeli bahan baku, kemudian diproses menjadi
bahan jadi. Pada saat membeli bahan baku, jika pembayarannya
dilaku-kan secara tunai maka perusahaan mengeluardilaku-kan kas dari perusahaan.
Tetapi jika dibayar secara kredit, maka perusahaan memiliki utang
da-gang. Utang dagang tersebut dapat menunda pembayaran. Selanjutnya
barang jadi tesebut dijual dengan kredit, yang berarti perusahaan akan
mempunyai piutang dagang. Pada saat piutang dagang dilunasi
perusa-haan akan menerima kas. Aktivitas semacam ini menggambarkan
bagai-mana siklus kas terjadi, yaitu sejak kas dikeluarkan untuk pembelian
ba-han baku sampai dengan kas diterima kembali dari piutang.
Bila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran kas diperlambat
maka ketersediaan kas akan meningkat; sehingga perusahaan akan
mem-punyai kesempatan menggunakan kas yang lebih besar. Siklus kas ini
merupakan indikator atau ukuran dari manajemen modal kerja yang
dila-kukan manajemen. Semakin pendek siklus kas berarti kas berputar lebih
cepat sehingga ketersediaan kas lebih besar; yang berarti manajemen
modal kerjanya semakin baik.
Pengukuran terhadap efisien manajemen dalam mengelola modal
kerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau
variabel siklus konversi kas (cash conversion cycle, CCC) (Richards dan
commit to user
Lazaridis, 2006). Cash conversion cycle atau siklus konversi kas sejak
pembelian bahan baku hingga kas diterima kembali dari pembayaran
pi-utang. Cash conversion cycle ini merupakan ukuran manajemen
likui-ditas secara sinambung; oleh karena itu ukuran likuilikui-ditas ini lebih baik
dibanding dengan ukuran likuiditas tradisional seperti current ratio,
quick ratio, net working capital, dan rasio antara working capital
terha-dap current liabilities (Jose et al., 1996). Cash conversion cycle ini
mengukur waktu yang diperlukan antara pengeluaran kas untuk membeli
membeli bahan-bahan pembuat produk, hingga penerimaan kas hasil
penjualan (Jose et al., 1996:).
Secara definitif cash conversion cycle adalah jumlah hari dari
perpuataran persediaan (days in inventory) ditambah dengan jumlah hari
perputaran piutang (days in receivabel) dikurangi dengan jumlah hari
perputaran utang (days in payable), atau dapat dituliskan sebagai berikut
(Jose et al., 1996):
CCC=Days in Inventory + Days in Receivables-Days in Payables
Keterangan:
CCC = Siklus konversi kas
Days in Inventory = Inventory/(Costs of Goods Sold/365) Days in Receivables = Account Receivables/(Sales/365)
Days in Payables = Account Payables/(Costs of Goods Sold/365)
Dengan dasar logika rumus di atas, untuk koperasi yang tidak
memiliki atau tidak melakukan konversi persediaan, maka formula
konversi siklus kas menjadi;
commit to user 3. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Pengertian profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan dari operasinya (Munawir, 2001). Pada
umum-nya pengukuran terhadap profitabilitas tersebut menggunakan rasio
keuangan.
b. Ukuran Profitabilitas
Rasio keuangan yang lazim untuk mengukuran kinerja keuangan
secara menyeluruh adalah return on investement (ROI). Return on
investment (ROI) merupakan suatu alat yang biasa digunakan untuk
menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang
se-cara umum didefinisikan sebagai net income (setelah disesuaikan dengan
biaya bunga) dibagi dengan total investasi (Munawir, 2001: 84).
Terminologi investasi (investment) digunakan dalam tiga arti yang
beda dalam analisis keuangan, sehinga terdapat tiga ROl ratio yang
ber-beda: return on assets (ROA), return on owner's equity (ROE), and return
on capital employed (ROCE) atau return on net assets (RONA).
1) Return on assets (ROA)
Return on assets (ROA) merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumberdaya keuangan
yang ditanamkan pada perusahaan. Ratio ROA sering digunakan oleh
top manajemen untuk mengevaluasi unit-unit usaha dalam perusahaan
commit to user
terhadap aktiva yang digunakan dalam devisi tersebut, tetapi kurang
mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai
karena devisi tersebut tidak merancang untuk mencari pinjaman sendiri,
pengeluaran obligasi, maupun saham.
2) Return on owner's equity (ROE)
Return on owner's equity (ROE) merefleksikan seberapa
banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah
diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan
laba yang ditahan). Ratio ROE sangat menarik bagi pemegang saham
maupun para calon pemegang saham, dan juga bagi manajemen karena
rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder,
value creation. Rasio ROE sangat tidak menarik bagi manajer devisi
karena mereka lebih berkepentingan dengan efisiensi penggunan aktiva,
dari pada sumber dana untuk membiayai aktiva tersebut (dari kreditor
ataukah dari pemegang saham).
3) Return on Invested Capital (ROIC)
Invested capital atau permanent capital terdiri atas utang
ti-dak lancar (non current liabiities) ditambah dengan modal (
share-holder equity); sehingga rasio ini mencerminkan dana yang
dimasuk-kan dalam perusahaan relatif untuk jangka waktu panjang. Invested
commit to user B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan relevan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Penelitian Jose et al. (1996)
Jose et al. (1996) melakukan penelitian dengan judul: Corporate
Returns and Cash Conversion Cycles. Tujuan utama dari pelaksanaan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy dengan
Cash Conversion Cycle (CCC); sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy
dengan Return on Asset (ROA).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2718 sampel perusahaan
di Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama
ta-hun 1974-1993. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji
hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam
model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu:
ukuran perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jose et al. (1996) tersebut
adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion
Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas
peru-sahaan (ROA); 2) Variabel kontrol yaitu ukuran peruperu-sahaan yang diproxy
dengan logaritma natural penjualan berpengaruh positif dan signifikan
commit to user 2. Penelitian Shin dan Soenen (1998)
Shin dan Soenen (1998) melakukan penelitian dengan judul:
Effi-ciency of Working Capital Management and Corporate Profitability. Tujuan
utama dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal
kerja diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC) sedangkan profitabilitas
perusahaan diproxy dengan Return on Asset (ROA).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan di
Amerika Serikat, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama tahun
1975-1994. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian tersebut adalah analisis regresi linear berganda. Di dalam model
regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu: current
ratio, dan leverage.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shin dan Soenen (1998) tersebut
adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion
Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas
peru-sahaan, (2) Variabel kontrol current ratio berpengaruh positif dan signifikan,
sedangkan variabel kontrol leverage berpengaruh negatif dan signifikan
ter-hadap Return on Asset (ROA).
3. Penelitian Deloof (2003)
Deloof (2003) melakukan penelitian dengan judul: Does Working
commit to user
dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
mana-jemen modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manamana-jemen modal kerja
diproxy dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen:
periode perputararan utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan
periode perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy
dengan Gross Operating Income. .
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 1109 sampel perusahaan
terkemuka di Belgia, di mana data yang dikumpulkan adalah data selama
ta-hun 1992-1996. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji
hipote-sis penelitian tersebut adalah analihipote-sis regresi linear berganda. Di dalam
model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula variabel kontrol yaitu:
ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, variabilitas laba, dan
fixed financial asset.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deloof (2003) tersebut adalah:
1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash Conversion Cycle
(CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan,
(2) Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode
putara utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode
per-putaran utang (AP) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap
Profitabilitas perusahaan. Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, dan fixed financial asset berpengaruh positif dan signifikan
terha-dap ROA; sedangkan variabel kontrol leverage dan fixed financial asset
commit to user 4. Penelitian Teruel and Solano (2005)
Teruel and Solano (2005) melakukan penelitian dengan judul: Effect
of Working Capital Management on SME Profitability. Tujuan utama dari
pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manajemen
modal kerja terhadap profitabilitas. Variabel manajemen modal kerja diproxy
dengan Cash Conversion Cycle (CCC); yang terdiri atas komponen: periode
perputaran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode
perputaran utang (AP) sedangkan profitabilitas perusahaan diproxy dengan
Return On Asset (ROA).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan
berkuran kecil dan menengah di Spanyol, di mana data yang dikumpulkan
adalah data selama tahun 1996-2002. Metode analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian tersebut adalah analisis regresi linear
ber-ganda. Di dalam model regresi yang digunakan tersebut, dicakup pula
varia-bel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, leverage, dan
produk domestik bruto.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Teruel and Solano (2005)
terse-but adalah: 1) Manajemen modal kerja yang diproxy dengan Cash
Conver-sion Cycle (CCC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, (2)
Komponen-komponen Cash Conversion Cycle (CCC) yaitu periode
ran utang (AR), periode perputaran persediaaan (INV) dan periode
commit to user
Variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan produk
domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA; sedangkan
variabel kontrol leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Penelitian dalam skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian yang
pernah dilakukkan oleh Teruel and Solano (2005), Deloof (2003), Shin dan
Soenen (1998) dan Jose et al. (1996). Perbedaan utama penelitian ini dengan
penelitian tersebut pada dasarnya terletak pada: (1) lokasi/negara, (2)
perusa-haan sampelnya, serta (3) periode waktu pengamatannya.
C. Kerangka Pemikiran
Kebijakan manajemen modal kerja merupakan kebijakan manajemen
yang berkaitan dengan pengelolaan modal kerja, khususnya kebijakan yang
ber-hubungan dengan aktiva lancar dan utang lancar. Proxy yang umum digunakan
untuk mengukur kebijakan manajemen modal kerja tersebut adalah Siklus
Kon-versi Kas (Cash Conversion Cycle), yaitu periode lamanya dana terikat pada
piutang, persediaan dan utang.
Siklus Konversi Kasyang rendah atau kecil berarti keterikatan dalam
ak-tiva lancar rendah, sehingga perputaran kas menjadi tinggi. Sebaliknya, jika
Siklus Konversi Kas tinggi yang menunjukkan bahwa periode keterikatan dana
relatif lama, maka dapat mengurangi ketersediaan kas perusahaan yang dapat
menimbulkan ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan
opera-sional sehari-hari, proses produksi terhambat dan akhirnya kemampuan produksi
juga menurun dan profitabilitas perusahaan dapat menurun. Berdasarkan
commit to user
Kas berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas perusahaan; semakin rendah
Siklus Konversi Kas maka profitabilitas akan meningkat; sedangkan Siklus
Konversi Kas semakin tinggi maka profitabilitas semakin rendah.
Pada umumnya perusahaan melakukan penjualan produknya melalui
penjualan kredit, di samping juga penjualan tunai. Pada penjualan kredit, proses
pembayaran atau penerimaan kas dilakukan pada beberapa waktu setelah
pen-yerahan barang. Lama waktu antara penpen-yerahan barang dengan pembayarannya
tersebut atau dikenal dengan Periode Pengumpulan Piutang (Days in
Recei-vables) akan berpengaruh terhadap ketersediaan kas. Semakin rendah atau
sing-kat periode waktu terising-katnya dana dalam piutang ini, maka ketersediaan kas
pe-rusahaan akan semakin besar. Jika persediaan kas semakin besar maka
kelanca-ran proses produksi lebih terjamin sehingga perusahaan dapat membuat produk
untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, yang akan mendatangkan laba.
Berdasarkan pada penjelasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa Periode
Pengumpulan Piutang negatif terhadap profitaiblitas; artinya, semakin rendah
Periode Pengumpulan Piutang maka profitabilitas perusahaan akan cenderung
semakin tinggi; sebaliknya jika Periode Pengumpulan Piutang semakin tinggi
maka profitabilitas perusahaan akan cenderung semakin rendah.
Dalam melakukan pembelian bahan baku atau bahan-bahan pembantu
untuk keperluan operasional pembuatan produk, perusahaan pada umumnya
mendapat kesempatan untuk menunda pembayaran beberapa waktu kemudian;
dengan demikian perusahaan memiliki utang dagang kepada pemasok. Periode
commit to user
kas. Secara teoritis periode ini bersifat mengurangi atau memperkecil siklus
konversi kas. Oleh karena itu dapat dikembangkan hubungan logis sebagai
berikut, jika periode penangguhan utang meningkat maka periode konversi kas
akan mengecil, oleh karena periode konversi kas menurun maka profitabilitas
meningkat.
Kerangka pikir penelitian ini dapat dinyatakan secara grafis sebagai
beri-kut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka
dan tinjauan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban
sementara terhadap penelitian ini adalah:
1. Diduga periode pengumpulan piutang berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas koperasi.
2. Diduga periode penangguhan pembayaran utang berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas koperasi. Periode Pengumpulan
Piutang ( X1 )
Periode Penangguhan Pembayaran Utang
( X2 )
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh koperasi di Kabupaten Ngawi
yaitu sebanyak 523 koperasi. Sampel penelitian adalah koperasi yang
memiliki unit simpan pinjam dan mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana
APBD II; yaitu sebanyak 72 koperasi (nama-nama koperasi sampel
terlampir).
Obyek penelitian ini adalah modal kerja dan profitabilitas koperasi
mendapat Bantuan Modal Kerja dari Dana APBD II di Kabupaten Ngawi
pada tahun 2009.
B. Definisi Operasional
1. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba. Dalam penelitian ini profitabilitas diproxy dengan Return On Asset
(ROA). Hal ini dengan pertimbangan bahwa, ROA merupakan ukuran
profitabilitas yang menyeluruh (Munawir, 2001). Beberapa penelitian
terdahulu menggunakan ROA sebagai proxy dari profitabilitas. Formula
untuk menghitung ROA adalah (Teruel dan Solano, 2006);
commit to user
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Total asset = Total aktiva
2. Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable)
Periode Pengumpulan Piutang (Days in Receivable) adalah
periode waktu lamanya pembayaran piutang dari pembeli. Formula untuk
menghitung Periode Pengumpulan Piutang adalah sebagai berikut (Jose
et al., 1996)
DR = Periode pengumpulan piutang (hari)
Account Receivables = Piutang dagang
Sales = Penjualan
3. Periode Penangguhan Utang (Days in Payables)
Periode Penangguhan Utang (Days in Payables) adalah periode
waktu lamanya penundaan pembayaran utang lancaar. Formula untuk
menghitung Periode Penangguhan Utang adalah sebagai berikut (Jose et
al., 1996)
DP = Periode penangguhan utang (hari)
Account Payable = Utang lancar
Cost of Goods Sold = Harga Pokok Penjualan
C. Metode Pengumpulan Data