• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PERGURUAN TINGGI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PERGURUAN TINGGI

Pedoman, Kendala dan Cara Mengatasi Kendala

(2)

PEDOMAN UNTUK MEMBANGUN DAN

MELAKSANAKAN SPMI (1)

 Upayakan untuk memperoleh dukungan penuh dari

otoritas PT (dan Yayasan).

Bentuk tim kerja ad hoc untuk mulai menyiapkan

penyusunan dan pelaksanaan SPMI PT.

 Lakukan studi kepustakaan dan studi banding bila

perlu, agar tim memperoleh pengetahuan teoritis dan/atau praktis tentang SPMI PT.

 Lakukan studi pelacakan lulusan dan/atau studi

tentang kebutuhan atau tingkat kepuasan lulusan serta pengguna lulusan untuk mengetahui

(3)

PEDOMAN (2)

 Himpun berbagai informasi dan saran dari para

pemangku kepentingan internal maupun eksternal PT.

 Lakukan analisis SWOT untuk menilai kondisi riil PT

saat ini, kemudian bandingkan dengan visi, misi, dan tujuan dari PT untuk mengetahui sejauh mana kondisi riil PT saat ini telah sejalan atau sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan tersebut.

 Tim ad hoc mulai bekerja menyusun kebijakan,

strategi, standar, dan manual SPMI dengan

menggunakan semua bahan yang telah diperoleh dan dipelajari, serta menjadikan visi, misi, tujuan institusi sebagai payung dari SPMI PT tersebut.

(4)

PEDOMAN (3)

 Dokumentasikan seluruh elemen dalam SPMI secara

sistematis, untuk disahkan oleh otoritas PT yang bersangkutan.

 Sosialisasikan seluruh dokumen SPMI kepada semua

pemangku kepentingan PT secara berkala, bertahap, sistematis dan berkelanjutan.

 Bila perlu, lakukan uji coba pelaksanaan SPMI misal

nya pada satu unit kerja dalam lingkungan PT.

 Lakukan pelatihan SPMI bagi para pejabat struktural

dan SDM lain secara berkala agar secara bertahap semakin banyak SDM pada PT yang paham tentang

(5)

PEDOMAN (4)

 Laksanakan SPMI secara konsisten pada semua aras

agar dengan demikian terjadi internalisasi SPMI pada setiap unit, setiap individu dalam PT.

 Dokumentasikan seluruh rangkaian pelaksanaan

SPMI, termasuk pencatatan tentang berbagai

temuan di lapangan yang misalnya menyalahi atau melanggar isi standar, kegagalan pencapaian isi

standar, kendala atau hambatan yang terjadi, saran untuk melakukan tindakan korektif, tindak lanjut dari saran, dsbnya.

(6)

PEDOMAN (5)

 Lakukan penilaian dan peningkatan mutu terhadap

SPMI itu sendiri sebagai sebuah sistem yang utuh, yang dapat dilakukan secara internal ataupun

eksternal.

 Penilaian dan peningkatan mutu terhadap SPMI ini

tidak perlu dilakukan setiap tahun seperti evaluasi dan peningkatan mutu terhadap isi standar dalam SPMI, melainkan dilakukan setelah misalnya

berakhirnya siklus SPMI sebagai sebuah sistem utuh dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan.

(7)

KENDALA ADMINISTRATIF (1)

 Ketiadaan dasar hukum (mis. SK Yayasan/Pimpinan

PT) untuk menerapkan SPMI.

 Kebiasaan bekerja tidak berdasarkan standar yang

terdokumentasi yang harus selalu dievaluasi dan dikembangkan.

 Keterbatasan SDM yang kompeten tentang SPMI,

termasuk misalnya tenaga auditor internal.

 Lokasi kampus yang terpencar, dapat menyulitkan

administrasi pelaksanaan SPMI, khususnya pada PT yang belum memanfaatkan teknologi informasi

(8)

KENDALA ADMINISTRATIF (2)

 Pemahaman yang salah dari pejabat struktural,

dosen dan tenaga kependidikan yang mengartikan SPMI identik dengan Audit Mutu Akademik Internal (AMAI) atau dengan ISO.

 Keterbatasan dukungan teknologi informasi sebagai

salah satu motor penggerak demi keberhasilan implementasi SPMI PT.

(9)

KENDALA ORGANISATORIS

 Keterbatasan SDM yang memiliki komitmen dan

pemahaman komprehensif serta benar tentang SPMI

 Keterbatasan pemahaman SPMI hanya pada para

pejabat struktural, tidak pada semua SDM dan mahasiswa.

 Kesulitan dalam menentukan indikator keberhasilan

implementasi SPMI yang terukur.

 Ketidakjelasan tupoksi di antara berbagai jabatan

struktural sehingga terjadi tumpang tindih

kewenangan, yang menyulitkan implementasi SPMI

 Keterbatasan sumber dana untuk membiayai

persiapan, implementasi, evaluasi, dan pengembangan SPMI.

(10)

KENDALA PSIKOLOGIS (1)

 Resistensi dari SDM, misal sikap mengabaikan,

menganggap remeh atau sinis terhadap sistem dan proses penjaminan mutu.

 Komitmen yang rendah dari para pemangku

kepentingan untuk mengimplementasikan SPMI secara terus menerus dan berkelanjutan.

 Kelemahan dalam komunikasi & sosialisasi SPMI

kepada para pemangku kepentingan PT.

 Kesulitan membangun budaya mutu di kalangan

pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.

(11)

KENDALA PSIKOLOGIS (2)

 Kurangnya kesabaran, disiplin, ketegasan dan

konsistensi dari pejabat struktural, termasuk mereka yang ditugasi secara khusus untuk melaksanakan dan mengembangkan SPMI.

 Sikap dan tindakan yang bersifat pragmatik dan

materialistik dari pejabat struktural, dosen, maupun karyawan.

(12)

CARA MENGATASI KENDALA (1)

 Perlu contoh baik, keteladanan, kedisiplinan dan

ketertiban administratif bagi para SDM dan mahasiswa.

 Gunakan pendekatan personal dan persuasif, atau

pendekatan sistem bila menghadapi penolakan.

 Galang dukungan dan jalin komunikasi yang baik

dengan para pemangku kepentingan, termasuk dengan Yayasan.

 Laksanakan sosialisasi SPMI secara berkelanjutan

dengan mengeksplorasi kemungkinan penggunaan berbagai sarana sosialisasi yang tersedia.

(13)

CARA MENGATASI KENDALA (2)

Buat tagline atau slogan yang dirumuskan secara

singkat dengan bahasa sederhana, tetapi tepat sasaran untuk memotivasi semua dosen,tenaga

kependidikan, dan mahasiswa agar bekerja sesuai dengan standar.

Terapkan secara konsisten sistem rewards and punishment dalam rangka implementasi SPMI

kepada semua unit kerja dan semua SDM.

 Keterbukaan terhadap kemungkinan terjadinya

perubahan atau dinamika dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi sesuai dengan tugas dan

(14)

CARA MENGATASI KENDALA (3)

 Menyiapkan dan meningkatkan peran audit internal

untuk menjamin tertib administrasi.

 Pelibatan sebanyak mungkin SDM dan mahasiswa

ketika PT hendak menetapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan berbagai standar. Pendekatan bottom up atau upstream

management diyakini akan lebih efektif daripada

pendekatan yang cenderung top down.

 PT dapat mencoba untuk memperoleh sertifikasi ISO

dan/atau yang sejenis untuk mendukung aspek ketertiban administrasi SPMI.

(15)

CARA MENGATASI KENDALA (4)

 Keterbukaan terhadap kemungkinan terjadinya

perubahan atau dinamika dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi sesuai dengan tugas dan

(16)

SOSIALISASI (1)

Metode sosialisasi SPMI antara lain:

 Rapat struktural

Seminar, lokakarya, ceramah, sarasehan, atau

kuliah umum

 Diskusi formal maupun informal (dialog) dengan

setiap dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa

 Kunjungan rutin secara periodik ke setiap unit kerja  Acara seremonial seperti upacara, peresmian suatu

kegiatan, dies natalis, wisuda, dsbnya.

(17)

SOSIALISASI (2)

Alat / instrumen sosialisasi antara lain:

 Pengumuman, pamflet, poster, selebaran  Baliho atau spanduk, piagam atau prasasti

Asesoris dengan logo, slogan atau jingle tentang

SPMI, yang dapat dipakai seperti: dasi, pin, pulpen, buku agenda

 Buku saku, news letter, bulletin, website, dll  Kotak saran

(18)

SOSIALISASI (3)

Target sosialisasi adalah:

Semua pejabat struktural, dosen,

karyawan, mahasiswa

Orang tua /wali mahasiswa

Organisasi alumni, organisasi profesi,

pengguna lulusan

(19)

PENGORGANISASIAN (TATA LAKSANA)

SPMI (1)

PT dapat mengimplementasikan SPMI melalui salah satu dari 3 (tiga) model yang lazim berikut ini:

 Pengorganisasian implementasi SPMI melalui Unit

Khusus SPMI

 Pengorganisasian implementasi SPMI secara Embedded / melekat pada Manajemen PT

 Pengorganisasian implementasi SPMI melalui Unit

(20)

PENGORGANISASIAN (TATA LAKSANA)

SPMI (2): UNIT KHUSUS SPMI

Kekuatan:

 Lebih independen dan akuntabel  Lebih berwibawa/disegani

 Lebih efektif

Kelemahan:

 Perlu SDM khusus

 Perlu sarana dan prasarana

 Perlu alokasi dana cukup besar

 Memperbesar struktur organisasi PT dan dapat

(21)

PENGORGANISASIAN (TATA LAKSANA)

SPMI (3): Embedded

Kekuatan:

 Tidak perlu SDM ataupun sarana dan prasarana

khusus sehingga relatif tidak perlu dana besar

 Fleksibel, secara psikologis membuat nyaman

kalangan SDM Kelemahan:

 Kurang obyektif dan akuntabel

 Sulit mengkoordinasi pejabat struktural dari

berbagai unit

 Pejabat kurang fokus melaksanakan SPMI  Kurang berwibawa

(22)

PENGORGANISASIAN (TATA LAKSANA)

SPMI (4): Gabungan

Model gabungan dapat terjadi melalui salah satu mekanisme berikut:

 Awalnya membentuk Unit Khusus SPMI, lalu

kemudian selewat beberapa waktu unit dihapus berganti menjadi cara embedded.

 Pada aras PT dibentuk Unit Khusus SPMI, pada aras

(23)

Manajemen Kendali Mutu Dalam SPMI (1)

PPEPP (

P

erencanaan,

P

elaksanaan,

E

valuasi Pelaksanaan,

P

engendalian Pelaksanaan,

P

eningkatan) akan menghasilkan

kaizen atau continuous quality improvement mutu Pendidikan

Tinggi di Perguruan Tinggi.

PPEPP PPEPP PPEPP P PP EPP PP EPP PP EPP PPEPP o Quality first o Stakeholder – in o The next process

is our

stakeholder

o Speak with data o Upstream

(24)

Quality first

Semua pikiran dan tindakan pengelola perguruan tinggi

harus memrioritaskan mutu

Stakeholder-in

Semua pikiran dan tindakan pengelola perguruan tinggi

harus ditujukan pada kepuasan para pemangku

kepentingan (internal dan eksternal)

Manajemen Kendali Mutu Dalam SPMI (2)

The next process is our stakeholders

Setiap orang yang menjalankan tugasnya dalam proses

pendidikan pada PT harus menganggap orang lain yang

(25)

Speak with data

Setiap pengambilan keputusan/ kebijakan dalam

proses pendidikan pada PT seyogianya didasarkan

pada analisis data, bukan berdasarkan pada asumsi

atau rekayasa

Manajemen Kendali Mutu Dalam SPMI (3)

Upstream management

Setiap pengambilan keputusan / kebijakan dalam

proses pendidikan pada PT seyogianya dilakukan

secara partisipatif dan kolegial, bukan otoritatif.

(26)

FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN

SPMI (1)

 Ketiadaan / lemahnya komitmen dari otoritas PT.  Ketiadaan / emahnya dasar hukum untuk menjamin

legalitas dan efektivitas pelaksanaan SPMI.

 Kepemimpinan yang lemah dari Pemimpin.

 Keterbatasan jumlah dan kapabilitas SDM pada PT

yang paham tentang SPMI secara utuh dan benar.

 Ketidak-pedulian dari para pemangku kepentingan

internal tentang pentingnya budaya mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi untuk

memperoleh dan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap PT ybs.

(27)

FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN

SPMI (2)

 Budaya penolakan yang kuat terhadap setiap

perubahan, termasuk perubahan ke arah perbaikan mutu, dari pejabat struktural, dosen maupun tenaga kependidikan.

 Sikap dan pendapat bahwa tanggungjawab untuk

menjamin, meningkatkan, dan membudayakan mutu hanya terletak pada Pimpinan atau para

pejabat struktural, dan bukan pada setiap individu yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.

 Kelemahan dalam sosialisasi terhadap seluruh

pemangku kepentingan, termasuk juga kesalahan strategi.

(28)

FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN

SPMI (3)

 Kelemahan dalam merumuskan isi kebijakan,

standar dan manual dalam SPMI, termasuk

kelemahan dalam perumusan indikator keberhasilan yang terukur.

 Ketidak-siapan sarana dan prasarana di bidang

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Umpan balik dapat dijadikan sebagai alat bagi guru untuk membuat belajar peserta didik menjadi lebih baik dan meningkatkan kinerjanya.Umpan balik tersebut dapat dilakukan

Untuk Desa Warialau, strategi pengelolaan yang diterapkan dalam aturan seperti sasi cukup baik, namun ada beberapa tambahan yaitu: (1).Pengayaan stok teripang di habitat alaminya

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lainnya dan dan diakumulasi di ekuitas sebagai revaluasi investasi

telah didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1961.. (Lembaran-Negara Republik Indonesia Tahun 1961

Nara sumber jero balian mengenal semua spesies tanaman obat (47 spesies), nara sumber masyarakat bali setempat mengenal 40 spesies dari 47 tanaman obat dan pedagang ceraken di

tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian pupuk fosfor dosis (T 2 ) 25 g/ polybag atau 50 kg/ha menunjukkan pertambahan tinggi terbaik, jika

Pembayaran jasa yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan hasil kerja saya.. Gaji yang diberikan pada saya setimpal dengan prestasi yang telah

Soemitra, Bank… , h.. transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit , dan sebagainya. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,