• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH

MAHASISWA FISIKA PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Sudi Pendidikan Fisika

oleh Nasrodin 4201409014

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 13 Februari 2013

Semarang, 13 Februari 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar

Disusun oleh Nasrodin 4201409014

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada: Hari : Rabu

Tanggal : 13 Februari 2013 Panitia

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002 Ketua Penguji

Drs. Mosik, M.S

NIP. 19580724 198303 1 001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si.

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 13 Februari 2013

Nasrodin 4201409014

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

 Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Asy-Syarh [94]: 6)  Pengalaman adalah guru yang terbaik

Persembahan:

 Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih atas kasih

sayang, limpahan do’a dan pengorbanannya.

 Kakakku tersayang Bang Aris, terimakasih atas

dukungan dan do’anya.

 Musyarofah yang selalu memberi semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

 Sahabat-sahabatku seperjuangan (Syafi’i, Bayu, Imam,

Agung, Hendra, Ruben, Tulus, Listyanto, Lucky) terimakasih atas persahabatan, kebersamaannya.

 Teman-teman Pendidikan Fisika Angkatan 2009.  Teman-teman Hima Fisika 2011 dan BEM FMIPA

2012.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul “Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si, Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Putut Marwoto, M.S, Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam kegiatan akademik.

5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si, dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 7. Dr. Supriyadi, M.Si, Kepala Laboratorium Fisika.

8. Natalia Erna S, S.Pd, Laboran Fisika Dasar

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik material maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Februari 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Nasrodin. 2013. Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Skripsi, Jurusan

Fisika, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph. D. Pembimbing II: Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si.

Kata kunci: Analisis, Kebiasaan, Bekerja Ilimiah, Praktikum, Fisika Dasar.

Praktikum Fisika Dasar merupakan mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa Fisika FMIPA Unnes. Dalam setiap kegiatan praktikum, mahasiswa dituntut untuk melakukan kerja ilmiah. Kerja ilmiah tersebut mencakup sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum dan komunikasi ilmiah. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa pada Praktikum Fisika Dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa fisika pada Praktikum Fisika Dasar. Penelitian ini dilakukan di laboratorium fisika dasar FMIPA Unnes menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan lembar observasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisika angkatan 2012 rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika dan rombel 2 Prodi Fisika.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan termasuk dalam kategori baik dengan persentase akhir sebesar 86,76%. Hasil tersebut menggambarkan bahwa kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. Dari kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan agar kebiasaan bekerja ilmiah tersebut dapat dipertahankan dan sebaiknya diterapkan dalam pemecahan permasalahan sains pada kehidupan sehari-hari.

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.5 Penegasan Istilah... 4 1.5.2 Kerja Ilmiah... 4 1.5.3 Praktikum... 4 1.5.4 Mahasiswa... 5 1.5 Sistematika Skripsi... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bekerja Ilmiah... 7

2.2 Metode Ilmiah... 9

2.3 Sikap Ilmiah... 11

2.4 Komunikasi Ilmiah... 13

2.5 Kebiasaan Bekerja Ilmiah dalam Kegiatan Praktikum... 15

(9)

ix

2.7 Praktikum Sebagai Sarana Pengembangan Kebiasaan

Bekerja Ilmiah... 18

2.8 Tinjauan Tentang Kriteria Kebiasaan Bekerja Ilmiah... 19

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... 30

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian... 30

3.3 Langkah Penelitian... 33

3.4 Instrumen Penelitian... 35

3.4.1 Angket... 35

3.4.2 Lembar Observasi... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 36

3.5.1 Metode Angket... 36

3.5.2 Metode Observasi... 37

3.6 Analisis Data... 38

3.6.1 Analisis Angket... 38

3.4.2 Analisis Lembar Observasi... 40

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 43

4.1.1 Sikap Ilmiah... 44

4.1.2 Keterampilan Proses Praktikum... 44

4.1.3 Komunikasi Ilmiah... 45

4.1.4 Kebiasaan Bekerja Ilmiah... 46

4.2 Pembahasan... 47

4.2.1 Sikap Ilmiah Praktikan... 47

4.2.2 Keterampilan Proses Praktikum... 53

4.2.3 Komunikasi Ilmiah Praktikan... 59

4.2.4 Kebiasaan Bekerja Ilmiah... 63

4.2.5 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian... 65

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 66

(10)

x

DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN... 70

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator operasional aspek sikap ilmiah... 20

2.2 Kriteria jawaban angket sikap ilmiah... 22

2.3 Penjabaran kriteria sikap ilmiah... 23

2.4 Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum... 23

2.5 Penjabaran kriteria keterampilan proses praktikum... 25

2.6 Rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah... 26

2.7 Penjabaran kriteria kemampuan komunikasi ilmiah... 28

2.8 Penjabaran kriteria kebiasaan bekerja ilmiah... 29

3.1 Tingkatan skor jawaban... 35

3.2 Klasifikasi kriteria sikap ilmiah ... 39

3.3 Klasifikasi kriteria keterampilan proses dan komunikasi ilmiah.... 41

4.1 Persentase sikap ilmiah praktikan ... 44

4.2 Persentase keterampilan proses praktikum ... 45

4.3 Persentase komunikasi ilmiah ... 46

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Indikator operasional angket sikap ilmiah... 70

2. Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum... 72

3. Rubrik penilaian komunikasi ilmiah... 74

4. Rekapitulasi hasil angket sikap ilmiah... 76

5. Rekapitulasi lembar observasi keterampilan proses praktikum 80 6. Rekapitulasi lembar observasi komunikasi ilmiah ... 86

7. Rekapitulasi data kebiasaan bekerja ilmiah ... 92

8. Angket sikap ilmiah praktikan... 93

9. Dokumentasi kegiatan... 95

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktikum Fisika Dasar merupakan salah satu mata kuliah wajib di jurusan Fisika FMIPA Unnes. Pelaksanaan mata kuliah ini diambil oleh mahasiswa semester satu atau semester dua. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini akan mendapatkan panduan berupa diktat paktikum fisika dasar yang diterbitkan oleh laboratorium Fisika FMIPA Unnes. Diktat tersebut berisi hal-hal yang berkaitan tentang praktikum dan segala sesuatu tentang mata kuliah praktikum fisika dasar.

Kegiatan praktikan dalam praktikum di laboratorium dibantu oleh dua orang asisten yang selalu mengawasi dan mengamati setiap jalannya praktikum yang dilakukan. Apabila praktikan mengalami kesulitan, asisten laboratorium ini bertugas untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Mahasiswa dituntut untuk selalu melakukan kerja ilmiah dalam setiap praktikum yang mereka lakukan. Kerja ilmiah ini meliputi beberapa aspek pokok yaitu: merumuskan permasalahan, merumuskan tujuan, menyusun prosedur percobaan, memilih instrumen, mengumpulkan data, mengolah data, menyimpulkan hasil dan bersikap ilmiah (Sopiah, 2009). Sikap ilmiah merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan sebagai indikator atas keilmuannya. Menurut Wyne Harlin yang dikutip oleh Widiarti

(14)

(2008), ada sembilan aspek sikap ilmiah yang harus dikembangkan pada peserta didik yaitu : (1) sikap ingin tahu, (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, (3) sikap kerjasama, (4) sikap tidak mudah putus asa, (5) sikap tidak purbasangka, (6) sikap mawas diri, (7) sikap bertanggungjawab, (8) sikap berfikir bebas, dan (9) sikap kedisiplinan diri.

Kajian Puskur Balitbang (Depdiknas, 2002), menetapkan bahwa rumpun pembelajaran sains menggariskan pada penguasaan kompetensi yang terwujud sebagai hasil belajar adalah kerja ilmiah. Selain itu menurut Jerome

Bruner yang dikutip oleh Artuti (2008), kompetensi kerja ilmiah merupakan

kemampuan yang harus diajarkan pada peserta didik. Hal ini perlu diterapkan karena dengan kompetensi kerja ilmiah, peserta didik akan memiliki perkembangan mental yang positif dan tidak percaya tahayul. Oleh karena itu kerja ilmiah dalam setiap kegiatan pembelajaran atau kegiatan laboratorium sangat diperlukan untuk menjadikan siswa atau mahasiswa menjadi lebih siap dalam mengahadapi setiap permasalahan yang terjadi di lingkungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengajukan penelitian dengan judul ”ANALISIS KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH MAHASISWA FISIKA PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR”.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang dapat membiasakan praktikan untuk bekerja ilmiah. Kebiasaan bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum mencakup 3 hal pokok. Ketiga hal pokok tersebut adalah: keterampilan proses praktikum (metode ilmiah), sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi ilmiah. Namun pada kenyataannya, sedikit sekali praktikan yang membiasakan diri untuk bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum. Kebanyakan dari praktikan hanya sebatas menjalankan prosedur praktikum tanpa mengetahui tujuan dan manfaat praktikum yang dilakukan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka pada penelitian ini dirumuskan permasalahan berikut: bagaimanakah tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan mahasiswa Fisika FMIPA Unnes dalam kegiatan praktikum fisika dasar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan mahasiswa Fisika FMIPA Unnes dalam kegiatan praktikum fisika dasar. Tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah ini menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, skripsi ini diharapkan juga sebagai bahan kajian dosen terkait kualitas kebiasaan bekerja ilmiah praktikan dalam kegiatan praktikum fisika dasar untuk dikembangkan kearah yang lebih baik.

1.5 Penegasan Istilah

1.5.1 Kerja Ilmiah

Menurut Ramsey yang dikutip oleh Nuryani (2010), kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan dalam belajar sains maupun dalam kehidupan. Kerja ilmiah mencakup tiga aspek pokok yaitu keterampilan proses (metode ilmiah), sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi ilmiah.

1.5.2 Praktikum

Praktikum merupakan subsistem dari perkuliahan yang merupakan kegiatan terstruktur dan terjadwal dalam kegiatan laboratorium. Tujuan utama dari kegiatan praktikum adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori. Selain itu, praktikum juga bertujuan agar mahasiswa menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan. Praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praktikum fisika dasar.

(17)

1.5.3 Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa diartikan sebagai orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes angkatan 2012 yang melakukan praktikum fisika dasar pada semester satu

.

1.6 Sistematika Skripsi

Sistematika dalam skripsi ini akan menjelaskan gambaran umum dari bagian-bagian skripsi mulai dari bab pendahuluan hingga penutup. Skripsi ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir atau penutup. Bagian awal dari skripsi ini terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

Pada bagian isi terdiri dari lima bab yaitu :

(1) BAB I Pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.

(2) BAB II Landasan teori: berisi teori-teori yang mendukung dan menjadi dasar dalam pelaksanaan penelitian.

(3) BAB III Metode penelitian: berisi tentang populasi dan sampel penelitian penelitian, variabel dan indikator penelitian, langkah penelitian, metode pengumpulan data serta analisis.

(18)

(4) BAB IV Hasil dan pembahasan: pada bab ini hasil dari penelitian yang telah didapat akan dibahas secara menyeluruh.

(5) BAB V Penutup: pada bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Bekerja Ilmiah

Bekerja ilmiah merupakan suatu sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Bekerja ilmiah terdiri atas tiga aspek pokok yaitu metode ilmiah, sikap ilmiah serta kemampuan berkomunkasi ilmiah baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan Dasar Kerja Ilmiah (KDBI) mencakup kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Menurut Ramsey yang dikutip oleh Nuryani (2010), kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah dan diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam pembelajaran sains dan kehidupan. Penerapan Scientific inquiry dapat dilakukan dengan pemberian pengalaman melalui kegiatan pembelajaran mandiri.

Kemampuan inkuiri sering dikaitan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Pada kegiatan eksperimen atau praktikum, peserta didik dapat mengembangkan kegiatan bertanya, kemampuan menganalisis, kemampuan mendisain suatu percobaan dan mengomunikasikan hasil percobaan yang didapatkan kepada orang lain. Menurut Sarwi (2010), salah satu prinsip utama inkuiri adalah mahasiswa dapat mengonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif melalui investigasi pengetahuan.

(20)

Karena keterkaitannya scientific inquiry dengan bekerja ilmiah, maka dapat dikatakan bahwa bekerja ilmiah sejalan dengan scientific inquiry. Bekerja ilmiah sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan karena bekerja ilmiah sejalan dengan tujuan pembelajaran. Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual dari peserta didik, pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan sikap yang baik dari peserta didik.

Menurut Sopiah (2009), bekerja ilmiah mempunyai beberapa indikator yang harus terpenuhi yaitu : (1) perumusan masalah, (2) perumusan tujuan, (3) perumusan prosedur, (4) pemilihan instrumen, (5) pengambilan data, (6) pengolahan data, (7) penyimpulan hasil, (8) bersikap ilmiah, dan (9) kemampuan berkomunikasi ilmiah. Aspek-aspek tersebut saling mendukung dalam mengembangkan potensi praktikan untuk mengantarkannya menjadi seorang ilmuwan.

Berdasarkan berbagai pendapat dan indikator-indikator bekerja ilmiah yang telah dijabarkan, maka bekerja ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum. Sistem kegiatan ilmiah ini mencakup tiga aspek pokok yaitu sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) dan kemampuan berkomunikasi ilmiah.

(21)

2.2 Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan salah satu bagian dari proses bekerja ilmiah dalam praktikum atau kegiatan laboratorium. Metode ilmiah atau yang lebih dikenal dengan keterampilan proses praktikum adalah salah satu aspek pokok penyusun kegiatan kerja ilmiah. Kedudukan dari metode ilmiah atau keterampilan proses praktikum sejajar dengan sikap ilmiah dan kemampuan praktikan dalam berkomunikasi ilmiah. Tanpa adanya metode ilmiah, seseorang tidak dapat dikatakan telah melakukan kerja ilmiah.

Menurut Herabudin (2010: 71), ada dua tahapan awal metode ilmiah yang harus tersusun secara matang dan terencana dalam melakukan kegiatan ilmiah yaitu : (1) Penentuan tempat penelitian dan (2) Penentuan metode penelitian. Penentuan tempat yang akan dijadikan tempat penelitian merupakan hal awal yang harus ditentukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan. Setelah itu peneliti menentukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan di lapangan. Sehingga dengan adanya langkah yang sistematis tersebut, maka penelitian yang dilakukan akan berjalan dengan terarah.

Selain itu, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh praktikan untuk melakukan metode imliah dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, (3) tahap member check, (4) tahap analisis data, dan (5) teknik pemeriksaan data. Tahapan orientasi merupakan tahapan yang harus dilakukan pertama kali untuk mendapatkan informasi tentang objek yang akan diteliti.

(22)

Sedangkan tahap selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data pendukung yang lebih spesifik dan hanya berkaitan dengan objek penelitian. Setelah data diperoleh, peneliti harus memeriksa data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya sebelum melangkah pada tahap analisis data. Langkah terakhir yang harus dilakukan peneliti dalam metode ilmiah ini setelah melakukan analisis data adalah pemeriksaan kembali data hasil penelitian. Data yang telah dianalisis akan kembali diperiksa kebenaran dan kevalidannya sehingga hasil penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.

Dari beberapa uraian tersebut, metode ilmiah atau ketermpilan proses praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah ilmiah yang tersusun secara sistematis dalam kegiatan praktikum. Langkah-langkah tersebut dimulai sebelum praktikan memulai praktikum hingga pengambilan kesimpulan praktikum. Aspek-aspek yang yang termasuk dalam metode ilmiah tersebut secara berurutan yaitu: (1) perumusan masalah, (2) perumusan tujuan, (3) perumusan prosedur, (4) pemilihan instrumen, (5) pengumpulan data, (6) pengolahan data, dan (7) penyimpulan hasil. Masing-masing aspek tersebut berkaitan satu dengan yang lain sehingga membentuk kesatuan sistem metode ilmiah. Metode ilmiah ini diterapkan dalam kegiatan laboratorium atau penelitian terhadap suatu permasalahan.

(23)

2.3 Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI). Menurut Herabudin (2010: 67), sikap ilmiah merupakan karakter yang menjadi persyaratan para ilmuwan dalam mencari kebenaran ilmiah. Sikap ilmiah didukung sepenuhnya oleh pendekatan ilmiah dan metode ilmiah yang sudah diakui oleh para ilmuwan. Menurut Pravin

Singh (2010), berkaitan dengan kemampuan bekerja ilmiah dalam praktikum,

mendefinisikan sikap ilmiah atau scientific attitudes sebagai berikut:

“Scientific attitudes can be regarded as a complex of values and norms which is held to be binding on the man of science. The norms are expressed in the forms of prescriptions, proscriptions, preferences and permissions. They are legitimatized in terms of institutional values”.

Selain itu, sikap ilmiah juga dapat diartikan sebagai sikap positif yang harus dikembangkan dalam sains (Widiarti, 2008). Sikap ilmiah dapat dijadikan sebagai langkah awal seorang praktikan untuk mengembangkan sikap keilmuannya. Berikut ini adalah beberapa sikap yang harus dikembangkan seorang praktikan agar sikap keilmuannya dapat berkembang. Beberapa sikap tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Rasional, artinya segala sesuatu yang dilakukan harus dapat diterima dengan akal sehat.

(2) Empiris, artinya hasilnya dapat dibuktikan secara nyata dan didasarkan pada pengamatan inderawi.

(24)

(3) Objektif, artinya terfokus pada kebenaran apa adanya terhadap objek yang diteliti dan tidak bersifat subjektif.

(4) Sistematis, artinya berpaku pada aturan baku penelitian ilmiah.

(5) Teoritis, artinya didasarkan pada teori yang sudah diakui kebenarannya dan dibuktikan di lapangan sehingga memungkinkan untuk menghasilkan teori-teori yang baru.

(6) Kritis, artinya semua hasil penelitian ilmiah dapat diuji kembali oleh semua orang.

(7) Teknologis, artinya hasil penelitian yang dilakukan bermanfaat untuk kehidupan manusia.

(8) Relativistik, artinya mengakui bahwa kebenaran itu berubah-ubah.

Menurut Nuryani (2008), ada beberapa sikap ilmiah yang masih harus dikembangkan secara terencana dalam pembelajaran yaitu: (1) keluwesan dalam berkomunikasi, (2) transfer materi yang lebih luas dan (3) menerapkan secara tepat guna. Setiap praktikan harus mempunyai kemauan untuk selalu bersikap ilmiah dalam setiap praktikum atau kegiatan laboratorium. Sehingga, kemampuan praktikan dalam mengembangkan kebiasaan untuk selalu bekerja ilmiah akan semakin terasah.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dijabarkan, sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan sikap-sikap positif yang dilakukan praktikan untuk mendukung kegiatan praktikum agar dapat berjalan dengan lancar. Sikap ilmiah dalam penelitian ini mencakup 5 aspek sikap yaitu (1) ingin tahu, (2) tanggung jawab, (3) disiplin, (4) kerjasama,

(25)

dan (5) berfikir bebas. Kelima sikap ilmiah tersebut merupakan sikap-sikap positif yang dapat mendorong praktikan untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum.

2.4 Komunikasi Ilmiah

Komunikasi berasal dari kata latin yaitu communis yang berarti sama,

communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama

(to make common). Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi juga diartikan sebagai sebuah penyampaian informasi dari suatu pihak ke pihak lain. Menurut Motley yang dikutip oleh Kurniawan (2011), komunikasi adalah transmisi informasi baik bersifat verbal maupun non verbal. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud.

Komunikasi seseorang kepada orang lain biasanya dilakukan menggunakan sarana komunikasi yang disebut bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi paling efektif yang digunakan dalam kehidupan. Selain itu, bahasa merupakan sebuah kekayaan kebudayaan dari suatu daerah yang harus dibanggakan. Komunikasi menggunakan bahasa bertujuan untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada pihak lain secara jelas dan terarah. Sedangkan komunikasi ilmiah merupakan sebuah panyampaian informasi berupa pengetahuan. Komunikasi Ilmiah atau scientific

(26)

communication merupakan salah satu aspek pokok dalam proses kerja ilmiah

dalam sains.

Menurut Kurniawan (2011), komunikasi ilmiah mencakup beberapa bidang kajian. Bidang kajian tersebut meliputi: (1) perkembangan ilmu pengetahuan, (2) hubungan antara peneliti dalam berbagai disiplin ilmu, (3) pemanfaatan, dan kebutuhan informasi dari kelompok pustaka, serta (4) metode komunikasi baik formal maupun informal. Sehingga dari beberapa penjelasan tersebut komunikasi sangat terkait kegiatan penelitian terhadap suatu fenomena atau kegiatan praktikum untuk mendapatkan sesuatu hal yang menjadi tujuan.

Berkomunikasi secara ilmiah berbeda dengan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi ilmiah meliputi penulisan karya ilmiah dan presentasi hasil penelitian secara ilmiah dalam bahasa indonesia ataupun bahasa inggris. Menurut Sutardi (2010), komunikasi ilmiah meliputi kemampuan menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematik dan jelas, menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan, mengklaifikasikan data serta menggambarkannya dalam bentuk grafik ataupun diagram.

Dari beberapa penjelasan tentang komunikasi ilmiah dan indikator-indikator yang menyusunnya, maka dapat digambarkan bahwa komunikasi ilmiah dari seorang praktikan tidak cukup dilihat dari komunikasinya dalam bentuk tulisan. Namun diperlukan juga komunikasi dalam bentuk lisan. Komunikasi dalam bentuk tulisan dapat dilihat dari laporan hasil praktikum yang dikumpulkan. Sedangkan komunkasi dalam bentuk lisan dapat diketahui

(27)

dari kemampuan praktikan dalam mempresentasikan hasil praktikumnya. Sehingga dengan adanya kedua macam komunikasi tersebut, informasi yang tidak bisa disampaikan secara tulisan diharapkan akan lebih diterima orang lain jika disampaikan secara lisan atau verbal.

Berdasarakan berbagai pendapat yang telah dijabarkan, komunikasi ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan praktikan dalam mengkomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain baik secara lisan atau tulis. Komunikasi ilmiah dalam penelitian ini mencakup beberapa indikator yaitu: (1) kemampunan menyusun laporan, (2) kemampuan menyampaikan laporan, (3) kemampuan mendiskusikan hasil percobaan, (4) kemampuan menerjemahkan data percobaan dan (5) kemampuan menanggapi pendapat.

2.5 Kebiasaan Bekerja Ilmiah dalam Kegiatan Praktikum

Kegiatan praktikum merupakan salah satu cara dalam pembelajaran untuk membiasakan praktikan agar selalu bekerja ilmiah. Peran praktikum atau eksperimen yang paling dasar yang dapat dirasakan praktikan adalah untuk mengembangkan kemampuan bekerja ilmiah. Menurut Halimatul yang dikutip oleh Hayat (2011), praktikum mempunyai 3 peran utama bagi praktikan yaitu: (1) memperjelas konsep yang dijelaskan di kelas secara lebih nyata dengan menggunakan alat, bahan serta peristiwa alam, (2) meningkatkan keterampilan intelektual praktikan melalui proses observasi dan pencarian informasi secara lengkap dalam kegiatan praktikum, (3)

(28)

melatih dalam merancang praktikum, (4) menginterpretasi data serta (5) membina sikap ilmiah.

Kebiasaan bekerja ilmiah mencakup tiga aspek pokok, salah satunya adalah sikap ilmiah dalam praktikum. Penilaian sikap ilmiah merupakan bentuk dari penilaian afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi

Krathwol ada lima tingkatan yaitu: (1) receiving, (2) responding, (3) valuing,

(4) organization, dan (5) characterization. Taksonomi tersebut menjelaskan bahwa kebiasaan menempati tingkatan ketiga dalam peringkat ranah afektif yaitu valuing.

Hasil akhir yang didapatkan pada tingkatan ini adalah sikap atau perilaku yang konsisten atau stabil. Apabila praktikan telah mencapai tingkat

valuing pada proses kerja ilmiah dalam kegiatan praktikum, maka dapat

dikatakan bahwa praktikan telah melakukan kebiasaan bekerja ilmiah. Namun dalam kenyataan di lapangan, tidak mudah bagi praktikan untuk mencapai tingkatan tersebut. Untuk mencapai tingkatan Valuing, diperlukan kesungguhan mahasiswa dalam melakukan setiap kegiatan di laboraorium.

2.6 Pelaksanaan Praktikum di laboratorium Fisika Dasar

Praktikum fisika dasar merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa Fisika FMIPA Unnes. Praktikum ini dilakukan pada semester 1 dan 2. Pelaksanaan praktikum fisika dasar dilakukan selama 16 kali pertemuan dengan pembagian 8 pertemuan untuk kegiatan pretes dan 8 pertemuan untuk kegiatan praktikum. Sebagai persiapan, praktikan wajib

(29)

datang ke laboratorium 15 menit lebih awal sebelum praktikum dimulai. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu praktikan melakukan pretes. Pretes yang dilakukan ada 2 macam yaitu secara lisan dan tulis. Apabila praktikan lolos dalam tahap ini, maka praktikan diperbolehkan untuk melakukan praktikum pada pertemuan berikutnya. Namun apabila gagal, praktikan harus pretes kembali diluar jam kuliah yang telah disepakati agar dapat mengikuti praktikum.

Setelah praktikan dinyatakan lolos pretes, praktikum akan dilakukan sesuai dengan kelompok masing-masing. Sebelumnya setiap kelompok wajib mengumpulkan tugas pendahuluan dan daftar peminjaman alat kepada asisten. Apabila kedua prosedur awal tersebut telah dilakukan maka setiap kelompok diperbolehkan untuk memulai praktikum. Selama kegiatan praktikum berlangsung, asisten mengawasi kenerja praktikan. Apabila dalam kegiatan praktikum tersebut terdapat kendala, praktikan dapat bertanya kepada asisten laboratorium. Setelah praktikum selesai dilakukan, praktikan harus mengumpulkan data praktikum yang didapat kepada asisten. Setelah itu praktikan mengumpulkan laporan yang telah dibuat untuk dinilai dan mempersiapkan untuk pretes praktikum selanjutnya.

Apabila dalam pembuatan laporan praktikum tersebut terjadi kesalahan, maka laporan akan dikembalikan kepada praktikan untuk diperbaiki. Keseluruhan kegiatan praktikum dalam mata kuliah praktikum fisika dasar tersebut dilakukan berulang hingga 8 praktikum selesai dilaksanakan. Apabila praktikan gagal dalam praktikum, maka praktikan

(30)

diperbolehkan melakukan praktikum kembali diwaktu yang lain ketika laboratorium tidak digunakan untuk praktikum.

2.7 Praktikum Sebagai Sarana Pengembangan Kebiasaan

Bekerja Ilmiah

Praktikun merupakan salah satu kegiatan terstruktur laboratorium yang bertujuan untuk membiasakan praktikan untuk bekerja ilmiah. Kegiatan ini lebih cenderung pada kegiatan yang berbasis inkuiri sehingga praktikan dapat dengan sendirinya menemukan suatu yang baru dari apa yang mereka lakukan. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari proses pembelajaran inkuiri adalah: “ to changes in students attitudes” Kyle et.al yang dikutip oleh Foley (2008). Selain itu kegiatan praktikum juga dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir (hands on dan minds on) dari praktikan.

Menurut Hayat (2011), kegiatan laboratorium atau praktikum dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kemauan berfikir logis. Para ahli berpendapat bahwa kegiatan praktikum dapat menstimulus terbentuknya sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut merupakan bagian Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI). Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan laboratorium atau praktikum sangat berperan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. Sebagai sarana pengembangan kebiasaan bekerja ilmiah dalam praktikum, praktikan dituntut untuk bekerja secara runtut sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

(31)

Ketika melakukan praktikum di laboratorium fisika dasar, praktikan harus memperhatikan beberapa hal agar dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal-hal tersebut antara lain:

(1) Memperhatikan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.

(2) Menyusun peralatan sesuai dengan disain.

(3) Melakukan pengulangan dalam setiap pengukuran agar didapatkan data yang valid.

(4) Mencatat data yang telah didapat dalam tabel data pengamatan. (5) Memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalahan.

(6) Mencatat data yang diperoleh dan menggambarkannya pada kertas grafik. (7) Mengecek ulang keseluruhan kegiatan dari awal sampai akhir.

Apabila praktikan memperhatikan poin-poin tersebut di atas, maka hasil dari pengamatan atau praktikum akan maksimal. Selain itu, praktikum yang dilakukan dapat dijadikan sarana konkret untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah.

2.8 Tinjauan Tentang Kriteria Kebiasaan Bekerja Ilmiah

Kebiasaan bekerja ilmiah merupakan sebuah sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam praktikum. Kerja ilmiah tersusun dari 3 aspek pokok yaitu sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah. Ketiga aspek tersebut akan diteliti untuk mendapatkan

(32)

hasil akhir berupa kriteria kebiasaan bekerja ilmiah pada praktikum fisika dasar. Kriteria kebiasaan bekerja ilmiah ini akan menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum. Pertama, Sikap ilmiah. Sikap ilmiah dalam penelitian ini merupakan sikap-sikap positif yang dilakukan praktikan untuk mendukung kegiatan praktikum agar dapat berjalan dengan lancar. Sikap ilmiah yang diteliti mencakup 5 sikap positif yaitu rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, kerjasama dan berfikir bebas. Kelima sikap ilmiah tersebut masing-masing tersusun dari beberapa indikator operasional dalam kegiatan praktikum. Penjabaran mengenai kelima sikap ilmiah dan indikator operasional sikap ilmiah dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator operasional aspek sikap ilmiah

No Sikap Ilmiah Indikator operasional

1 Ingin tahu - Berhipotesis dengan pemikiran sendiri - Membaca buku literatur atau materi

yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum

- Mengerjakan tugas awal pada tiap praktikum yang dilakukan

- Menanyakan kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami

2 Tanggung jawab

- Mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten - Mengembalikan alat praktikum pada

tempat semula setelah praktikum berakhir

- Menjaga keutuhan alat praktikum yang digunakan hingga praktikum berakhir

(33)

- Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum

- Mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum

3 Disiplin - Datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (lima belas menit sebelum praktikum)

- Selesai melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan

- Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung (praktikum secara serius)

- Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana

- Mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu (satu minggu setelah praktikum)

- Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum

4 Kerja sama - Melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual)

- Menbagi job kerja atau tugas kerja pada anggota kelompok secara merata - Berdiskusi dengan anggota kelompok

ketika terjadi kendala dalam praktikum - Membantu teman apabila menemui

kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum

- Menanyakan kepada anggota kelompok apakah ada kesulitan pada job kerjanya dalam praktikum

5 Berpikir bebas - Memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat

- Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain

- Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun

(34)

- Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan yang digunakan terbatas

- Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah

Frekuensi kegiatan setiap indikator operasional penyusun sikap imiah akan diteliti dari 3 praktikum yang dilakukan secara berurutan. Frekuensi kegiatan tersebut dibagi menjadi 4 kriteria jawaban yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Penjelasan terhadap 4 kriteria jawaban tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Kriteria jawaban angket sikap ilmiah

No Kriteria

jawaban angket

Keterangan

1 Selalu - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 3 praktikum yang ditentukan

2 Sering - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 2 praktikum yang dilakukan

3 Jarang - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 1 praktikum yang dilakukan

4 Tidak pernah - Praktikan tidak melakukan setiap indikator sikap ilmiah dalam ketiga praktikum yang dilakukan

Keempat macam kriteria jawaban tersebut menggambarkan tingkatan frekuensi kegiatan praktikan dalam melakukan sikap ilmiah pada kegiatan praktikum. Persentase setiap indikator selanjutnya dapat dicari dengan membagi total skor yang didapatkan untuk setiap indikator dengan skor total. Persentase tersebut kemudian diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif

(35)

dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Secara lengkap penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Penjabaran kriteria sikap ilmiah

No Kriteria hasil Keterangan

1 Baik - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum sangat tinggi

2 Cukup - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum tinggi

3 Kurang - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum rendah

4 Sangat kurang - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum sangat rendah

Kedua, keterampilan proses praktikum. Keterampilan proses merupakan langkah-langkah ilmiah yang tersusun secara sistematis dalam kegiatan praktikum. Langkah-langkah ini dimulai ketika praktikan merumuskan permasalahan hingga menyimpulkan hasil praktikum. Setiap langkah tersebut masing-masing dijabarkan menjadi 4 kriteria penskoran. Secara lengkap penjabaran mengenai indikator dan kriteria penskoran dapat dilihat dalam rubrik penilaian keterampilan proses pada tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum

No Indikator Skor Kriteria

1 Merumuskan masalah

4 - Praktikan mengerti dan dapat menyebutkan permasalahan parktikum dengan benar dan tepat

3 - Praktikan mengerti dan dapat menyebutkan sebagian permasalahan parktikum dengan benar dan tepat

(36)

2 - Praktikan menyebutkan permasalahan parktikum namum salah

1 - Praktikan tidak mengerti dan tidak menyebutkan permasalahan praktikum

2 Merumuskan tujuan

4 - Praktikan paham serta dapat menyebutkan semua tujuan praktikum dengan benar

3 - Praktikan paham serta dapat menyebutkan sebagian tujuan praktikum dengan benar

2 - Praktikan menyebutkan tujuan praktikum namun salah

1 - Praktikan tidak dapat menyebutkan tujuan praktikum

3 Merumuskan prosedur

4 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan mampu menyebutkannya dengan benar

3 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan dapat menyebutkan sebagian prosedur dengan benar

2 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan salah dalam menyebutkan prosedurnya 1 - Praktikan melakukan praktikum tidak

sesuai diktat dan tidak bisa menyebutkan prosedurnya

4 Memilih instrumen

4 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mampu menyebutkan semua nama-namanya

3 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mempu menyebutkan sebagian nama-namanya

2 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan namun tidak mampu menyebutkan nama-namanya

1 - Praktikan memilih instrumen yang salah

5 Mengumpulkan data

4 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel dengan benar

3 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel dengan sebagian saja yang benar

2 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel namun salah

(37)

Keterampilan proses praktikum tersebut dapat diketahui dari data yang didapatkan dari lembar observasi. Hasil persentase jawaban tersebut diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Secara lengkap penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5 sebagai berikut:

Tabel 2.5 Penjabaran kriteria keterampilan proses praktikum

No Kriteria hasil Keterangan

1 Baik - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut sangat tinggi.

2 Cukup - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut tinggi.

3 Kurang - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut rendah.

4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut sangat rendah. 1 - Praktikan tidak dapat menuliskan data

percobaan ke dalam tabel

6 Mengolah data 4 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat secara benar

3 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat hanya sebagian yang benar

2 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat namun salah

1 - Praktikan tidak dapat menganalisis data dengan ralat

7 Menyimpulkan hasil

4 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data secara benar

3 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data hanya sebagian saja yang benar

2 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data namun salah

1 - Praktikan tidak dapat menyimpulkan hasil percobaan

(38)

Ketiga, kemampuan komunikasi ilmiah. Kemampuan komunikasi ilmiah merupakan kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain baik secara lisan atau tulis. Dalam penelitian ini ada 5 indikator komunikasi ilmiah yang mencakup komunikasi lisan dan tulis. Sama dengan indikator pada keterampilan proses, setiap indikator pada kemampuan komunikasi ilmiah dijabarkan menjadi 4 kriteria penskoran. Secara lengkap penjabaran indikator dan kriteria penskoran dapat dilihat dalam rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah pada tabel 2.6 sebagai berikut:

Tabel 2.6 Rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah

No indikator Skor Kriteria

1 Kemampunan menyusun laporan

4 - Praktikan mampu menyusun laporan praktikum secara benar dan sistematis sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum

3 - Praktikan mampu menyusun laporan praktikum secara benar namun tidak sistematis atau tidak sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum 2 - Praktikan salah menyusun laporan praktikum dan tidak sistematis atau tidak sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum

1 - Praktikan tidak menyusun laporan.

2 Kemampuan menyampaikan laporan

4 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis dan sistematis.

3 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis, namun tidak sistematis.

2 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar,namun tidak logis dan tidak sistematis.

(39)

1 - Praktikan tidak mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi.

3 Mendiskusikan hasil percobaan

4 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis dan sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain

3 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis namun tidak sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain

2 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang tidak logis dan tidak sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain

1 - Praktikan pasif atau tidak melakukan diskusi saat ada pertanyaan dari kelompok lain

4 Kemampuan menerjemahkan data percobaan

4 - Praktikan mampu menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar, dan logis 3 - Praktikan mampu menerjemahkan data

pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar namun tidak logis

2 - Praktikan menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan salah dan tidak logis. 1 - Praktikan tidak menerjemahkan data

pengamatan kedalam grafik atau diagram

5 Tanggapan kritis dari pendapat orang lain

4 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan rasional.

3 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan tidak rasional.

2 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, tidak kritis dan tidak rasional.

1 - Praktikan tidak menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain .

(40)

Persentase akhir kemampuan komunikasi ilmiah juga didapatkan dari lembar observasi. Hasil tersebut yang selanjutnya diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.7 sebagai berikut:

Tabel 2.7 Penjabaran kriteria kemampuan komunikasi ilmiah

No Kriteria hasil Keterangan

1 Baik - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat tinggi

2 Cukup - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah tinggi

3 Kurang - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah rendah

4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat rendah

Ketiga persentase aspek pokok penyusun kebiasaan bekerja ilmiah selanjutnya dijadikan pedoman dalam penentuan kriteria kebiasaan bekerja ilmiah. Persentase kebiasaan bekerja ilmiah didapatkan dari rata-rata persentase ketiga aspek pokok kerja ilmiah. Persentase akhir yang didapatkan akan diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Penjelasan mengenai 4 kriteria kebiasaan bekerja ilmiah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8 sebagai berikut:

(41)

Tabel 2.8 Penjabaran kriteria kebiasaan bekerja ilmiah

No Kriteria hasil Keterangan

1 Baik - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi.

2 Cukup - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain tinggi. 3 Kurang - Kemampuan praktikan untuk melakukan

praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain rendah. 4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan untuk melakukan

praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat rendah.

Hasil akhir kriteria yang didapatkan menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah praktikan pada pembelajaran mata kuliah praktikum fisika dasar.

(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes semester satu angkatan 2012 yang mengambil mata kuliah Praktikum Fisika Dasar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan teknik random sampling. Mahasiswa fisika angkatan 2012 terdiri atas 4 rombel Prodi Pendidikan Fisika dan 2 rombel Prodi Fisika. Dari keenam kelas populasi tersebut diambil dua kelas secara acak dengan cara mengundinya dengan kertas. Hasil pengundian tersebut didapatkan dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika dan rombel 2 Prodi Fisika. Rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika berjumlah 25 mahasiswa dan rombel 2 Prodi Fisika berjumlah 37 mahasiswa. Sehingga mahasiswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 62 mahasiswa.

3.2 Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes angkatan 2012 yang mengambil mata kuliah praktikum fisika dasar. Variabel bekerja ilmiah tersebut mencakup tiga aspek pokok yaitu keterampilan proses praktikum (metode ilmiah), kemampuan berkomunikasi ilmiah dan sikap ilmiah.

(43)

Aspek keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) terdiri dari 7 indikator. Indikator-indikator metode ilmiah ini meliputi (1) merumuskan masalah, (2) merumuskan tujuan, (3) merumuskan prosedur, (4) memilih instrumen, (5) mengumpulkan data, (6) mengolah data, dan (7) menyimpulkan hasil. Sedangkan aspek komunikasi ilmiah terdiri atas 5 indikator mencakup komunikasi secara lisan dan tulis. Kelima indikator tersebut adalah (1) kemampunan menyusun laporan, (2) kemampuan menyampaikan laporan, (3) kemampuan mendiskusikan hasil percobaan, (4) kemampuan menerjemahkan data percobaan, dan (5) kemampuan menanggapi pendapat.

Aspek sikap ilmiah dalam penelitian ini mencakup 5 sikap yang akan diteliti. Sikap-sikap tersebut adalah rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan berfikir bebas. Masing-masing sikap tersebut diuraikan dalam beberapa indikator. Sikap rasa ingin tahu terdiri dari 4 indikator yang meliputi: (1) praktikan mampu berhipotesis dengan pemikiran sendiri. (2) Membaca buku literatur atau materi yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum. (3) Mengerjakan tugas awal untuk setiap praktikum yang dilakukan. Serta (4) berani bertanya kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami.

Sikap tanggung jawab dalam penelitian ini terdiri dari 5 indikator. Indikator-indikator tersebut adalah (1) praktikan mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten. (2) Praktikan mengembalikan alat praktikum pada tempat semula setelah praktikum berakhir. (3) Menjaga

(44)

keutuhan alat yang digunakan hingga praktikum berakhir. (4) Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum. (5) Praktikan bersedia mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum.

Ketiga, sikap disiplin. Sikap ini terdiri dari 6 indikator yang meliputi: (1) praktikan datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit sebelum praktikum). (2) Praktikan melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan. (3) Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung. (4) Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana. (5) Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum dan (6) mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu.

Keempat, sikap kerjasama. Ada 5 indikator dalam pengambilan data sikap kerjasama. Indikator-indikator tersebut adalah (1) praktikan melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual). (2) Pembagian tugas kerja kepada anggota kelompok secara merata. (3) Berdiskusi dengan anggota kelompok ketika terjadi kendala dalam praktikum. (4) Membantu teman apabila menemui kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum. (5) Bertanya kepada anggota kelompok tentang kesulitan tugas kerja yang dikerjakan.

Sikap terakhir yang diamati adalah berfikir bebas. Sikap ini terdiri dari 5 indikator. Indikator-indikator tersebut meliputi: (1) memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat. (2) Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain. (3) Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun. (4) Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan

(45)

yang digunakan terbatas. (5) Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah.

3.3 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, analisis dan kesimpulan.

(1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi rombel yang akan dijadikan obyek penelitian. Setelah itu menentukan disain penelitian dan pembuatan instrumen berupa angket dan lembar observasi.

(2) Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan membagikan angket kepada mahasiswa fisika yang menjadi sampel penelitian. Selain itu peneliti juga meminta bantuan dari asisten laboratorium untuk melakukan observasi tentang kebiasaan kerja ilmiah dari mahasiswa. Pembagian angket dilakukan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan proses dan kemampuan berkomunikasi ilmiah praktikan.

(3) Analisis

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap angket yang dijawab oleh mahasiswa yang kemudian digabungkan dengan lembar observasi yang dilakukan oleh asisten laboratorium.

(46)

(4) Kesimpulan

Setelah data diperoleh dan dianalisis, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dengan merujuk pada tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Secara ringkas, langkah penelitian pada skripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Penentuan populasi dan sampel penelitian

Pembuatan instrumen

Pengembangan instrumen : a. Pembuatan angket dan lembar

observasi

b. Konsultasi dosen pembimbing

Pembagian angket observasi

Analisis

Kesimpulan Mengkaji

(47)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang dikembangkan dengan teknik skala Likert termodifikasi. Untuk setiap indikator atau pertanyaan dalam angket ini, responden diberi kebebasan untuk memilih empat pilihan jawaban yang mempunyai tingkatan skor tertentu. Tingkatan skor dalam setiap jawaban tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tingkatan skor jawaban

Jawaban Skor

Selalu 4

Sering 3

Jarang 2

Tidak pernah 1

Penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan pada akhir setelah praktikan melakukan 3 praktikum yang berurutan. Tingkatan skor jawaban pada tabel tersebut menggambarkan frekuensi kegiatan praktikan dalam melakukan sikap ilmiah dalam setiap praktikum. Jawaban selalu menegaskan bahwa praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah dalam 3 praktikum yang dilakukan. Sedangkan jawaban sering menjelaskan bahwa praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 2 praktikum yang dilakukan. Jawaban jarang menjelaskan bahwa praktikan hanya menjalankan setiap indikator sikap ilmiah itu pada 1 kali praktikum saja. Selanjutnya jawaban tidak pernah menggambarkan praktikan tidak melakukan setiap

(48)

indikator sikap ilmiah dalam ketiga praktikum tersebut. Ketika mengisi angket sikap ilmiah, responden diberi kebebasan untuk mengisi sesuai dengan tingkat skor yang meggambarkan dirinya. Adapun angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan dalam kegiatan praktikum.

3.4.2 Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini juga dikembangkan dengan teknik skala Likert termodifikasi. Lembar observasi ini terbagi menjadi empat kriteria penilaian untuk setiap indikator. Nilai maksimal untuk masing-masing indikator adalah 4 poin dan nilai minimalnya adalah 1 poin. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kebiasaan ketrampilan proses praktikum dan kemampuan dalam berkomunkasi ilmiah. Keduanya merupakan bagian dari kebiasaan bekerja ilmiah dari responden yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam metode yaitu:

3.5.1 Metode Angket

Pengambilan data menggunakan angket ini dilakukan untuk mendapatkan data kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan yang menjadi sampel penelitian. Angket ini dibagikan pada akhir penelitian. Responden diberi kebebasan untuk mengisi angket tersebut dan mengumpulkan kembali setelah

(49)

mereka selesai mengisinya. Dari data yang diperoleh dari angket tersebut dapat terlihat kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan dalam kegiatan praktikum dengan melihat skor dari setiap indikator. Persentase data yang didapatkan tersebut menggambarkan kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan.

3.5.2 Metode Observasi

Metode observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan 2 asisten laboratorium untuk masing-masing rombel. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) dan kemampuan berkomunikasi ilmiah. Metode observasi untuk mengetahui keterampilan proses praktikum dimulai dari kegiatan sebelum praktikum (pretes) hingga praktikum selesai dilakukan. Selain itu metode observasi ini juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi ilmiah dari responden baik secara lisan maupun tulis.

Kemampuan komunikasi tulis diketahui dari penialian lapoan praktikum yang dikumpulkan. Sedangkan kemampuan komunikasi ilmiah secara lisan diketahui dari presentasi hasil praktikum dari setiap kelompok setelah laporan praktikum dikumpulkan. Asisten laboratorium menilai kemampuan komunikasi ilmiah dari presentasi tersebut dengan berpedoman pada lembar observasi. Persentase dari data yang didapatkan tersebut menggambarkan keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah dari responden yang menjadi sampel penelitian.

(50)

3.6 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam. Data yang telah didapatkan dari lembar observasi dan angket, selanjutnya akan dianalisis untuk mendapatkan persentase masing-masing indikator.

3.6.1 Analisis Angket

Data yang diperoleh dari pembagian angket diolah menggunakan analisis persentase. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase sikap ilmiah dari praktikan yang melakukan praktikum fisika dasar. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis persentase ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengkuantitatifkan jawaban yang telah didapatkan dari angket yang dibagikan untuk setiap butir pertanyaan.

(2) Menghitung persentase butir pertanyaan masing-masing indikator yang ditentukan dengan formula untuk menghitung persentase sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah total nilai yang diperoleh

N = jumlah jawaban maksimal untuk setiap indikator

(3) Menentukan presentase skor ideal (skor maksimum) = 100% (4) Menentukan presentase skor terendah (skor minimum) = 25% (5) Menentukan range = 100% - 25% = 75%

(51)

(6) Menentukan interval yang dikehendaki = 4 (baik, cukup, kurang, dan sangat kurang)

(7) Menentukan lebar interval = 75%/4 = 18,75%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif sikap ilmiah dapat ditetapkan sebagaimana pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi kriteria sikap ilmiah

Persentase jawaban benar Kriteria

81,25% < skor ≤ 100% Baik 62,50% < skor ≤ 81,25% Cukup 43,75% < skor ≤ 62,50% Kurang 25% < skor ≤ 43,75% Sangat Kurang

( Arikunto, 2006 : 242 ) (8) Menafsirkan hasil analisis yang telah dipersentasekan ke dalam kalimat kualitatif sesuai dengan tabel.

Hasil akhir dari analisis persentase angket ini menggambarkan klasifikasi kriteria sikap ilmiah yang dilakukan praktikan.

Klasifikasi kriteria sikap ilmiah tersebut menggambarkan kualitas pelaksanaan sikap ilmiah dalam kegiatan praktikum. Kriteria baik menjelaskan bahwa sangat tinggi kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum. Sedangkan kriteria cukup menggambarkan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum tinggi. Kriteria kurang menjelaskan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum rendah. Selanjutnya kriteria sangat kurang menjelaskan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap kegiatan praktikum sangat rendah.

(52)

3.6.2 Analisis Lembar Observasi

Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah menggunakan metode yang sama dengan pengolahan data pada angket yaitu menggunakan analisis persentase. Pada lembar observasi ini, analisis persentase digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah dari praktikan. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menganalisis lembar observasi ini adalah sebagai berikut :

(1) Mengkuantitatifkan jawaban yang telah didapatkan dari masing-masing indikator pada lembar observasi.

(2) Menghitung persentase untuk masing-masing indikator menggunakan formula untuk menghitung persentase sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah total nilai yang diperoleh

N = jumlah jawaban maksimal untuk setiap indikator

(3) Menentukan presentase skor ideal (skor maksimum) = 100% (4) Menentukan presentase skor terendah (skor minimum) = 25% (5) Menentukan range = 100% - 25% = 75%

(6) Menentukan interval yang dikehendaki = 4 (baik, cukup, kurang, dan sangat kurang)

(53)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif dapat ditetapkan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi kriteria keterampilan proses dan komunikasi ilmiah

Persentase jawaban benar Kriteria

81,25% < skor ≤ 100% Baik 62,50% < skor ≤ 81,25% Cukup 43,75% < skor ≤ 62,50% Kurang 25% < skor ≤ 43,75% Sangat Kurang

( Arikunto, 2006 : 242 ) (8) Menafsirkan hasil analisis yang telah dipersentasekan kedalam kalimat kualitatif sesuai dengan tabel

Sama dengan penjabaran pada klasifikasi kriteria sikap ilmiah, hasil akhir dari analisis persentase lembar observasi ini menggambarkan kriteria keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah praktikan.

Klasifikasi kriteria tersebut menggambarkan kualitas aspek keterampilan proses dan kemampuan komunikasi ilmiah. Kriteria baik menjelaskan bahwa sangat tinggi kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut. Sedangkan kriteria cukup menggambarkan bahwa kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap praktikum tinggi. Kriteria kurang menjelaskan bahwa kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap praktikum rendah. Selanjutnya kriteria sangat kurang menjelaskan kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara

(54)

ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap kegiatan praktikum sangat rendah.

Dari ketiga persentase data yang telah dianalisis oleh peneliti yang meliputi sikap ilmiah, keterampilan proses (metode ilmiah) dan kemampuan komunikasi ilmiah, selanjutnya diambil prosentase rata-rata. Hasil dari persentase rata-rata tersebut merupakan hasil akhir persentase data yang menggambarkan kebiasaan bekerja ilmiah dari praktikan yang melakukan praktikum fisika dasar sebagai menjadi sampel penelitian.

(55)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan hasil penelitian berupa hasil data yang didapatkan dari angket dan lembar observasi. Data yang didapat dari angket digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan sedangkan data lembar observasi untuk mengetahui keterampilan proses dan kemampuan komunikasi ilmiah. Data hasil penelitian diuraikan dalam pembahasan hasil penelitian. Uraian deskripsi dan hasil penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah yang kemudian dibahas sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan penelitian dan saran.

Sampel yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan bekerja ilmiah ini diambil secara random dari 6 rombel yang mewakili seluruh mahasiswa fisika angkatan 2012 yang berjumlah 202 mahasiswa. Dari pengambilan secara random tersebut didapatkan 2 kelas yaitu rombel 1 prodi pendidikan fisika yang berjumlah 25 mahasiswa dan rombel 2 prodi fisika yang berjumlah 37 mahasiswa. Sehingga total mahasiswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 62 mahasiswa.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator operasional aspek sikap ilmiah  No  Sikap Ilmiah  Indikator operasional
Tabel 2.2  Kriteria jawaban angket sikap ilmiah  No  Kriteria
Tabel 2.3 Penjabaran kriteria sikap ilmiah
Tabel 2.5 Penjabaran kriteria keterampilan proses praktikum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa keberatan para pembanding dalam memori banding yang menyatakan gugatan penggugat kabur, menurut Majelis Hakim Mahkamah Syar'yah Aceh gugatan penggugat cukup

Total karotenoid terung ungu varietas Texas Blue mempunyai hubungan yang erat dengan tolok ukur masak fisiologi lainnya yaitu kadar air, daya berkecambah, bobot

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Dokumen RPJMD Provinsi Jambi merupakan acuan dan pedoman resmi bagi Pemerintah Provinsi Jambi dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah

Rem tromol adalah salah satu konstruksi rem yang cara pengereman kendaraan dengan menggunakan tromol rem (brake drum), sepatu rem (brake shoe), dan silider roda

(1) Dinas dan PD pemilik layanan harus menyediakan layanan administrasi pemerintahan berbasis elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden berdasarkan frekuensi umur kehamilan ibu saat bayi dilahirkan dengan kejadian cerebral palsy lebih banyak pada kelompok usia