Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
• Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang
• Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
• Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal
• Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau
• Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Kelas I Dan Ii Sdn 04 Dan Sdn 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang
• Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014
• Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2013
HAL 339 - 349 350 - 361 362 - 368 369 - 377 378 - 389 390 - 399 PENELITIAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang
(Nur Meity Sulistia Ayu)
Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan Keprofesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
(Heri Priatna, Lili Sartika, Komala Sari)
Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal
(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau
(Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Umu Fadhilah, Ikha Rahardiantini)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Kelas I Dan II SDN 04 dan SDN 010 Kelurahan Senggarang Tanjungpinang
(Ernawati, Lili Sartika)
Pengaruh Buncis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Anggota Prolanis Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang
(Fitri Susilawati, Hotmaria Julia Dolok Saribu, Yunita)
Hubungan Tingkat Stres Mahasiswa Prodi SI Dengan Perilaku Prokratinasi Akademik Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
(Irma Yuni, Eka Yusdiana, Zainudin, Tiara Angraini)
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab :
Heri Priatna
Penasehat :
Nur meity Sulistia Ayu
Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti
Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah
Distribusi dan Pemasaran :
Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Juli 2013 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
339
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BREAST
CARE TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI
PADA IBU NIFAS DI RUMAH BERSALIN KASIH MURNI
TANJUNGPINANG
Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. Kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni tahun 2014. Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan pre and post test without control dan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 20 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%). Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 12 orang (60%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ρ = 0,005 (ρ < α = 0,05) yang menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang breast care berpengaruh terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan kesehatan mengenai breast care menjadi intervensi mandiri perawat yang harus diberikan pada ibu nifas guna mencegah terjadinya bendungan ASI.
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Breast care, Perilaku ibu nifas, Pencegahan bendungan ASI
ABSTRACT
Mother milk (ASI) is a natural nutrition which contain energy’s necessity and good substance for baby. Baby’s new born death (under age 28 days) in Indonesia can prohibit with ASI’s giving at the first hour after born. The purpose of this research is to knowing the effect of health education about breast care in behavior of ASI’s dam prevention for postpartum in Kasih Murni’s maternity home Tanjungpinang year 2014. The kind of this research is Quasy’s experiment with pre and post test without control and 20 postpartums which using accidental’s sampling technique. The hypotheses’s test has used is Wilcoxon’s test. The result of this research is behavior of ASI’s dam prevention before health education has given from most of respondent that had behavior less of 8 peoples (80%). The behavior of ASI’s dam prevention after gives health education get most of respondent that had good behavior about 6 peoples (60%). Wilcoxon test showed that ρ = 0.005 (ρ <α = 0.05), which concluded health education about breast care prevention dams affect the behavior of breastfeeding on postpartum mothers. This study recommends that health education about breast care nurses become independent intervention should be given to mothers to prevent post-partum breastfeeding dam.
340 LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi, menunjang perkembangan kognitif, emosi, spiritual yang baik, dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak. Pemberian ASI selama enam bulan pertama tanpa diberikan makanan pendamping apapun disebut ASI ekslusif. Pemberian ASI ekslusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Terkait dengan hal ini, ada suatu hal yang sangat disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI tidak berlangsung secara optimal.
Organisasi kesehatan sedunia World Health Organization (WHO) menyatakan pemberian ASI ekslusif hingga usia enam bulan bisa mencegah kematian lebih dari 200 ribu bayi setiap tahun. Data menunjukkan dari 10 anak di dunia hanya 4 anak yang saat ini memperoleh ASI ekslusif. Menurut penelitian WHO menunjukkan banyak
perempuan putus asa dalam memberikan ASI dan menggunakan susu formula sebagai penggantinya. Penelitian ini juga menunjukkan hanya 1 dari 5 negara di dunia yang benar-benar menerapkan aturan pemberian ASI ekslusif. WHO menyatakan jika setiap negara mampu menerapkan peraturan pemberian ASI selama enam bulan pertama, maka akan dapat menyelamatkan 220 nyawa bayi setiap tahunnya.
Menurut Soetjiningsih dalam Rosmha (2013), berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006 dan 2007 lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, tetapi ibu yang menyusui dalam satu jam pertama cenderung menurun yaitu hanya 8% pada tahun 2006 dan 3,7% pada tahun 2007. Ditegaskan oleh dr. Utami Roesli bahwa sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan cakupan ASI pada bayi di Indonesia hanya 42%. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50%. Data Riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan kenaikan yaitu 32%, tetapi tetap saja cakupan ASI tahun ini masih memprihatinkan. Kenaikan
341 cakupan ASI pertahun hanya berkisar
2% dan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,7 juta jiwa pertahun, maka bayi yang memperoleh ASI selama 6 bulan hingga 2 tahun tidak mencapai dua juta jiwa.
Kesehatan dan kemauan ibu untuk menyusui bayinya setelah persalinan dapat mempengaruhi cakupan ASI secara optimal. Ada sebagian ibu mengalami masalah dalam proses menyusui, sehingga menghambat proses menyusui. Salah satu masalah dalam proses menyusui yaitu terjadinya pembengkakan payudara disertai rasa nyeri dikarenakan saluran ASI yang tersumbat. ASI tidak dikeluarkan dan tidak disusui oleh bayi mengakibatkan payudara mengalami bendungan ASI. Setelah muncul masalah tersebut, ibu tidak mengetahui jelas tentang kondisi serta apa yang harus mereka lakukan.
Berdasarkan penelitian Ratna Murniati tahun 2012, masalah bendungan ASI di Indonesia paling banyak terjadi pada ibu-ibu pekerja. Kesibukan keluarga dan pekerjaan yang membuat ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. ASI yang tersimpan penuh di payudara akan mengakibatkan bendungan. Data di salah satu puskesmas daerah Semarang menunjukkan dari 157 orang terdapat 45 orang (28,6%) kasus ibu menyusui
dengan bendungan ASI. Hal ini disebabkan karena masih relatif rendahnya kesadaran ibu untuk memberikan ASI dan mencegah terjadinya masalah dalam proses menyusui.
Pada masa nifas dibutuhkan upaya untuk mencegah masalah bendungan ASI. Upaya yang perlu diketahui yaitu dengan melakukan perawatan payudara (breast care). Melakukan perawatan payudara selain berguna untuk mencegah masalah dalam proses menyusui, juga berguna untuk menjaga kesehatan dan keindahan payudara ibu. Hasil penelitian Ratna Murniati tahun 2012 menyatakan bahwa ibu nifas melakukan praktik breast care dengan tidak baik sebanyak 21 responden (65,6%). Ibu nifas yang melakukan praktik breast care dengan baik sebanyak 11 responden (34,4%).
Berdasarkan data dari Puskesmas Batu X Tanjungpinang, jumlah ibu nifas tahun 2013 di Kelurahan Pinang Kencana yaitu 597 orang dan dari data tersebut, termasuk di dalamnya 279 orang ibu nifas terbanyak berasal dari RB (Rumah Bersalin) Kasih Murni Tanjungpinang. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari 2014, peneliti melakukan wawancara terbuka pada ibu yang bersalin di RB Kasih Murni Tanjungpinang. Peneliti menggunakan 20
342 orang ibu nifas sebagai responden. Hasil
dari 20 orang responden, didapatkan 14 orang ibu yang menyusui mengalami bendungan ASI dan tidak melakukan pencegahan sebelumnya dengan perilaku perawatan payudara (breast care). Sebagian dari responden mengatakan kurang mendapatkan informasi atau pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara sesudah bersalin untuk mencegah terjadinya bendungan ASI. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pihak RB Kasih Murni, ada beberapa ibu nifas yang berkunjung dengan keluhan nyeri payudara saat menyusui.
Menurut Prawirohardjo (2007) faktor penyebab masalah dalam proses menyusui termasuk di dalamnya adalah tingkat pendidikan dan kurangnya informasi kesehatan tentang perawatan payudara. Pemberian pendidikan kesehatan ditujukan pada ibu nifas. Informasi ini berguna untuk memotivasi ibu melakukan perawatan payudara sendiri setelah persalinan. Pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu tentang teknik breast care yang baik, mencegah terjadinya bendungan ASI, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Breast Care terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu Nifas di RB Kasih Murni tahun 2014.
BAHAN DAN METODE
PENELITIAN
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi eksperimen dengan desain penelitian pre and post test without control. Desain penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol, peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok saja. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test.
Populasi ibu nifas tahun 2013 di RB Kasih Murni berjumlah 279 orang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang responden ibu nifas. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan pada Oktober 2013 s/d April 2014.
Pada setiap responden diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui ceramah, leaflet dan alat peraga.
343 Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah kuesioner yang memuat 11 pertanyaan terstruktur untuk menilai perilaku ibu nifas. Penilaian kuesioner dengan jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol). Kuesioner memuat pertanyaan yang berisikan tentang perilaku ibu dalam melakukan perawatan payudara dan melakukan pengosongan payudara dengan benar.
Peneliti melakukan uji validitas dengan 20 pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden ibu nifas di wilayah Kelurahan Pinang Kencana dan diperoleh 11 pertanyaan yang valid. Jadi jumlah pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 11 pertanyaan dengan nilai r hitung ˃ r tabel 0,361. Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Instrumen disebut reliable apabila didapatkan nilai alfa (α) ˃ 0,60 (Dempsey, 2002). Peneliti melakukan uji reliabilitas kuesioner dan hasil nilai α (0,733).
Peneliti menggunakan pemberian kode pada data untuk memudahkan pengelompokan dan klasifikasi. Hasil jawaban dengan menggunakan kode yaitu kode 3 masuk dalam kategori perilaku baik (≥75%), kode 2 yaitu kategori cukup (50 – 75%), dan kode 1 yaitu kategori kurang (≤50%).
HASIL PENELITIAN A. Hasil Analisis Univariat
Setelah data diolah dan dilakukan analisa univariat untuk mengetahui distribusi perilaku pencegahan bendungan ASI dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang breast care pada ibu nifas, dapat dilihat seperti pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden dengan Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di RB Kasih Murni
Tanjungpinang Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 1 distribusi frekuensi perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%), sedangkan perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan No
Perilaku Pencegahan
Bendungan ASI
Pre test Post test
F % F %
1 Kurang 16 80 2 10 2 Cukup 4 20 6 30
3 Baik 0 0 12 60
344 didapatkan sebagian besar responden
memiliki perilaku baik yaitu 12 orang (60%).
B. Hasil Analisis Bivariat
Analisa bivariat untuk menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care (variabel independen) terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas (variabel dependen). Pada analisis ini dilakukan uji kenormalan data dengan melihat hasil test of normality Shapiro-wilk diperoleh hasil nilai kemaknaan untuk kedua kelompok data pre test 0,000 dan post test 0,002 maka data tidak berdistribusi normal (ρ < 0,05). Analisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Berdasarkan Tabel 2 analisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%), sedangkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik yaitu 12 orang (60%). Hasil statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh nilai kemaknaan dengan nilai ρ = 0,005.
Tabel 2
Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang Breast Care terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu Nifas di RB
Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014
Pendidikan Kesehatan
Perilaku Pencegahan Bendungan ASI
Jumlah
Kurang Cukup Baik
F F % F % % F % Pre test 1 6 8 0 4 20 0 0 10 1 00 Post test 2 1 0 6 30 1 2 6 0 10 1 00 Statistik ( ρv ) 0,005 PEMBAHASAN A. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 80% perilaku pada ibu nifas untuk melakukan pencegahan bendungan ASI termasuk dalam kategori kurang.
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Aktivitas manusia yang timbul juga dapat dipengaruhi adanya stimulus atau rangsangan, baik dalam dirinya sendiri (internal) maupun dari luar individu (eksternal).
345 Menurut peneliti, perilaku pencegahan
bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu nifas tersebut dapat dibentuk ke arah yang lebih baik dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas bahwa stimulus untuk mengubah perilaku manusia menjadi perilaku yang baik juga dapat dirangsang oleh faktor eksternal. Pemberian pendidikan kesehatan adalah termasuk salah satu cara stimulus yang berasal dari luar individu. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa perubahan perilaku yang dilakukan oleh ibu nifas ke arah yang lebih baik masih dapat dipengaruhi dengan cara memberikan informasi kesehatan.
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan 60% perilaku pencegahan bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu nifas termasuk dalam kategori baik. Pada tahap evaluasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada responden bahwa perubahan perilaku yang terjadi pada ibu nifas ini karena adanya penambahan informasi kesehatan yang lebih baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Green dalam Noorkasiani (2009), bahwa bentuk perubahan perilaku dipengaruhi oleh salah satu faktor pendukung yaitu pendidikan kesehatan. Pemberian informasi kesehatan yang baik akan menghasilkan perubahan perilaku yang positif dari diri seseorang.
Perubahan perilaku juga dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor lain yaitu sikap ibu yang telah menyadari akan pentingnya melakukan perilaku pencegahan sejak dini untuk menghindari dari masalah-masalah kesehatan yang ada selama proses menyusui. Ibu yang telah mendapatkan pendidikan kesehatan yang baik, akan merespon dirinya sendiri untuk menerapkan perilaku kesehatan ke arah yang lebih baik lagi.
Menurut Nursalam (2008), pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar. Hal ini menjadikan suatu proses perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih tahu dan lebih baik. Pemberian pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk membangun kesadaran individu untuk senantiasa berperilaku hidup sehat. Pada hakikatnya pendidikan kesehatan adalah sebagai salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan, meningkatkan kemampuan atau perilaku individu untuk mencapai kesehatan optimal, dan pendidikan kesehatan merupakan peran yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian asuhan kepada individu atau masyarakat.
Metode pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan secara perorangan sangat efektif dalam
346 perubahan perilaku, responden
memperhatikan penuh saat diberikan informasi kesehatan. Pendidikan diberikan dengan cara bimbingan dan responden bersifat kooperatif. Penggunaan media pendidikan kesehatan yaitu leaflet dapat berpengaruh pada ibu nifas, leaflet dapat mereka gunakan sebagai pengingat pesan dan panduan untuk mempraktekkan perilaku yang sehat dari informasi kesehatan yang telah diperoleh.
Hasil penelitian di atas jelas menunjukkan bahwa setelah ibu nifas mendapatkan pendidikan kesehatan tentang breast care, maka sudah berpengaruh terhadap perubahan perilaku ibu yang lebih baik dalam pencegahan bendungan ASI.
B. Analisis Bivariat
Hasil penelitian menunjukkan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, perilaku ibu nifas dalam pencegahan bendungan ASI mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku ibu nifas dapat dilihat dari hasil kategori perilaku kurang sebanyak 80% sebelum mendapatkan informasi kesehatan. Setelah mendapatkan informasi kesehatan, perilaku ibu nifas dalam kategori baik yaitu sebanyak 60% dan kategori kurang yaitu 10%.
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon dengan menggunakan perangkat lunak SPSS dilihat hasil ρ = 0,005 yang mana ρ < 0,05 dinyatakan Ho ditolak, maka ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan menurut Green dalam Noorkasiani (2009) bahwa bentuk perilaku individu dapat dipengaruhi oleh faktor pendukung (enabling factors) yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan.
Bentuk perubahan perilaku menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) meliputi ketersediaan individu untuk berubah (readiness to change) yaitu setiap individu atas kesadaran dirinya sendiri bersedia untuk berubah atau berperilaku yang lebih baik dari sebelumnya setelah mendapatkan informasi yang berhubungan dengan kesehatan dirinya. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan dirinya agar tidak sakit, oleh sebab itu diperlukannya upaya perilaku pencegahan penyakit (preventive) yang penting dilakukan oleh setiap individu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ratna Murniati (2012) bahwa adanya hubungan pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dengan melakukan praktik pencegahan
347 bendungan ASI atau melakukan perilaku
breast care. Kesimpulannya bahwa hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian Ratna Murniati yaitu perubahan perilaku seseorang ke arah yang positif juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu nifas.
Pada penelitian saat ini, peneliti melakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang pentingnya perilaku breast care yang juga dapat menambah pengetahuan ibu nifas, sehingga menimbulkan kesadaran pada ibu nifas untuk melakukan perilaku breast care dengan baik dan ibu lebih termotivasi dalam melakukan perilaku hidup sehat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 8 orang (80%).
Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang (60%).
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembelajaran dalam pengembangan ilmu keperawatan, khususnya di keperawatan maternitas. Diharapkan bagi mahasiswa/i dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan acuan pembelajaran dalam membuat tugas perkuliahan tentang pendidikan kesehatan dan perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas.
Diharapkan bagi bidan atau perawat dapat mensosialisasikan pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan pada ibu nifas dan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan serta menambah pengetahuan di RB Kasih Murni Tanjungpinang tentang masalah kesehatan khususnya tentang perilaku pencegahan bendungan ASI.
Pada ibu setelah bersalin diharapkan mampu melakukan breast care secara mandiri dan melakukannya dengan rutin minimal satu kali sehari. Peran keluarga juga sangat penting dalam memberikan dukungan dan motivasi pada ibu untuk selalu menjaga keadaan payudara tetap bersih dan sehat selama pross menyusui. Perilaku breast care yang baik akan mencegah terjadinya bendungan ASI, membuat kondisi payudara yang sehat dan memperlancar produksi ASI yang baik sehingga terpenuhinya asupan ASI bagi bayi.
348 Dengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi atau dengan melakukan penelitian metode eksperimen murni menggunakan variabel bebas lainnya yang dapat berpengaruh dalam mencegah atau mengatasi terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas dalam proses menyusui.
KEPUSTAKAAN
Arifin, zaenal. (2008). Dasar-Dasar Penelitian Karya Ilmiah. Jakarta: GRASINDO
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari Pasca- Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.
Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Dharma, Kelana Kusuma (2011). Metodologi Penelitian
Keperawatan (Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: CV. Trans Info Media.
Machfoeds, Ircham. (2007). Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya
Mochtar. (2010). Sinopsis Obstetri, Fisiologi, Patologi. Jakarta: EGC.
Murniati, Ratna. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI dengan Praktik Pencegahan Bendungan ASI (Breast Care). Semarang: UNIMUS.
Noorkasiani. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
349 . (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Rosmha. (2013). Cakupan ASI 42 Persen, Ibu Menyusui Butuh Dukungan.
http://health.kompas.com/read/20 13/ 12/21/0917496. Diakses: 25 Januari 2014.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, Hesty & Anita. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV. ANDI.
Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi 1. Yogyakarta: CV. ANDI
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Ners. Jakarta: EGC.
Wati, Lidia. (2014). Panduan Penyusunan Metodologi Riset keperawatan. Tanjungpinang: STIKES Hang Tuah.
Wulanda, Febri. (2011). Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Wulandari, Eni. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI. Surakarta: STIKES Kusuma Husada.
1 Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.
Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
350
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI
MAHASISWA S1 TINGKAT IV UNTUK MELANJUTKAN KEPROFESI
NERS DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Heri Priatna ¹, Lili Sartika ², Komala Sari ³
ABSTRAK
Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2014. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,011 dan ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,031.
Kata kunci : Motivasi, Mahasiswa, Profesi Ners
ABSTRACT
Nursing profession in Indonesia has developed so rapidly. This development impacts of the changing nature of nursing services of a professional vocational services rests on the mastery of science in nursing, including nursing services. It is a challenge for the nursing profession in developing professionalism at the same time must provide a quality service. This study aims to determine and identify the Factors Associate With Student Motivation Level IV S1 for profession Nursing Continuing To In STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research uses descriptive analytic study design, the approach or cross-sectional design. The population in this study were all students of nursing level IV S1 Hang Tuah STIKES Tanjungpinang totaling 32 people. The research was conducted in September – November 2014 using the research instrument in the form of a questionnaire with 32 statements and analyzes the result of this study conducted univariate and bivariate. Based on the results showed that tthere is a relationship between the ideals and motivations of student S1 level IV with a velue of p value = 0,011, there is no relationship between the ability of learnes with student motivation S1 level IV with a value of p value = 0,031.
Key words : Motivation, Students, Nurses Profession
PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan
profesionalisme keperawatan, langkah awal yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan sistem pendidikan tinggi
keperawatan sangat penting dan berperan dalam pengembangan pelayanan keperawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan berkelanjutan yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan professional. Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan
351 keperawatan professional. Lulusan S1
Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan kejenjang Profesi Ners keperawatan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu penataan yang mendasar dari S1 Keperawatan kepeningkatan status Program Profesi Ners Keperawatan dengan lebih menekankan pada upaya meningkatkan kualitas lulusan. Pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus terus dipacu. Kepedulian terhadap pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai alasan yang cukup mendasar karena keberhasilan pengembangan keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat bergantung pada penataan dan pengembangan pendidikan tinggi keperawatan (Nursalam, 2008).
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keparawatan dalam mengembangkan profesionlisme yang sejalan dengan pelayanan yang berkualitas. Profesi keperawatan di Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara barat, dimana baru Sembilan tahun terakhir ini di Indonesia baru menghasilkan Sarjana Keperawatan yang professional ( Putri, HT & Fanani, A. 2010).
Selama proses untuk dapat meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu yang diperlukan adalah adanya motivasi. Menurut Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam (2008), adapun beberapa unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar diantaranya adalah cita-cita/aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, serta upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik.
Kenyataan di Indonesia, sebagian besar tingkat pendidikan keperawatan masih rendah. Diakui oleh DIRJEN Bina Upaya Kesehatan (BUK) bahwa, sebagian besar atau 80 persen perawat yang bekerja di rumah sakit vertikal, berpendidikan Diploma III (D3), Diploma IV 0,5 persen, Sarjana Strata Satu Keperawatan 1 persen, Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua 0,4 persen. Sedangkan perawat yang berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7 persen (DEPKES, 2011). Dari data pendahuluan yang didapat pada bagian kemahasiswaan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang diketahui untuk lulusan tahun 2012-2013 dengan jumlah 66 lulusan, hanya 14 (21,21%) lulusan yang melanjutkan ke Ners. lulusan 2013-2014 hanya 31 orang (67,39 %) dari 46 mahasiswa yang melanjutkan langsung ke Ners.
Dari data tersebut memang terlihat adanya peningkatan jumlah mahasiswa yang melanjutkan ketingkat Ners keperawatan, namun masih terdapat juga mahasiswa yang tidak tertarik untuk melanjutkan ke Ners Keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
352 Sedangkan diharapkan pada akhir tahun
2015, mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (S1/Ners) (Nursalam, 2007).
Dengan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan Profesi Ners keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
BAHAN DAN METODA
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Non-Eksperimen karena tidak ada intervensi dari peneliti dan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana dalam penelitian ini menekankan waktu pengukuran / observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dan dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam,2008).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september-November tahun 2014 di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Setiadi, 2007). Berarti dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah 32 orang.
Di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu D3 keperawatan dan S1 keperawatan. Untuk D3 keperawatan dengan masa pendidikan akademik selama 3 tahun, dengan jumlah 6 kelas, untuk tingkat 1, 2 kelas, tingkat 2 : 2 kelas, dan tingkat 3 : 2 kelas. Sedangkan untuk S1 keperawatan masa pendidikan akademiknya lebih lama yaitu selama 4 tahun, dan ditambah 1 tahun profesi (Ners). Jumlah kelas sebanyak 5 kelas, untuk tingkat 1, 2, dan 3 hanya 1 kelas, dan tingkat 4 sebanyak 2 kelas. Dari sekian banyak jumlah kelas dan mahasiswa hanya mahasiswa/i S1 keperawatan tingkat IV yang menjadi responden dalam penelitian ini dan keseluruhannya memenuhi criteria inklusi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metoda observasi partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan / pernyataan tertulis dengan beberapa pilihan jawaban kepada responden. Jenis kuesioner adalah kuesioner tertutup dan langsung, dimana responden diminta memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.
353 Dalam penelitian ini untuk variable
independen digunakan skala likert yang telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga subjek akan memilih jawaban yang pasti kearah yang sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya. Kuesioner terdiri dari 3 item tentang cita-cita dan Aspirasi, kemampuan peserta didik dan motivasi. Kemudia ke tiga indikator tersebut dijabarkan kedalam 32 pernyataan. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan dengan tekhnik check-list .
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
Merupakan analisa yang dilakukan pada tiap variable dalam hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi tiap variable yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
1. Karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 1. Distribusi kelompok berdasarkan umur
responden mur Frekuensi % 19 - 21 26 81,25 % 22 - 24 5 15,62 % 25 - 30 1 3,13% Jumlah 32 100 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden yang berusia 19-21 tahun sebanyak 26 responden (81,25%), 5 orang berusia antara 22-24 tahun (15,62%), dan I orang responden berusia 25-30 tahun (3,13%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2. Distribusi kelompok berdasarkan jenis kelamin
Umur Frekuensi %
Laki-laki 7 21,86 %
perempuan 25 78,14 %
Jumlah 32 100 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 25 orang (78,14%) dan laki-laki sebanyak 5 orang (21,86%).
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita, IPK dan motivasi.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden
Berdasarkan Cita-cita, IPK dan Motivasi
Cita-cita Frekuensi %
Ada 12 37,5%
354 IPK Tinggi 19 59,4% Rendah 13 40,6% Motivasi Tinggi Rendah 16 16 50% 50%
Berdasarkan tebel3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita sebanyak 20 orang (62,5%) dan hanya sebanyak 12 orang (37,5%) yang memiliki cita-cita, sedangkan responden yang memiliki nilai IPK yang tinggi sebanyak 19 orang (59,4%) dari 32 orang dengan sebagian besar responden yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang memiliki motivasi yang tinggi.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai odds ratio antara faktor-faktor risiko (variable independen) dengan motivasi (variable dependen), dengan tingkat kemaknaan 95%. Ada atau tidaknya
hubungan antara factor independent dengan motivasi ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.
1. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 14 responden ( 43,8%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang ada cita-cita sebanyak 2 responden (6,2%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 6 responden (18,8%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang ada cita-cita sebanyak 10 responden (31,2%) memiliki motovasi yang tinggi. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
Tabel 4. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES HangTuah Tanjungpinang tahun 2014
Cita-cita dan Aspirasi Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan Jumlah
355 2. Hubungan Kemampuan Peserta Didik
dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah sebanyak 10 responden ( 31,2%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 6 responden ( 18,8%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah sebanyak 3 responden ( 9,4%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 13 responden ( 40,6%) memiliki motivasi yang tinggi.
Tabel 5. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke
Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
Kemam puan Peserta Didik (IPK) Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners Jumla h X2 P Value Renda h Tinggi F % F % F % ke Profesi Ners X2 P Valu e Rend ah Tingg i F % F % F % Tidak Ada 1 4 43, 8% 6 18, 8% 2 0 100 % 6,53 3 0,011 Ada 2 6,2 % 1 0 31, 2% 1 2 100 % Jumla h 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 100 %
356 Rendah 1 0 31, 2% 3 9,4 % 1 3 10 0% 4,6 64 0,031 Tinggi 6 18, 8% 1 3 40, 6% 1 9 10 0% Jumlah 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 10 0 %
Berdasarkan perhitungan pada table diatas diperoleh hasil pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2 = 4,644 dan р value = 0,031. Oleh karena nilai р<0,05 (0,031<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
PEMBAHASAN
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita dan aspirasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki cita-cita dengan jumlah 12 orang dari 32 orang. Banyaknya jumlah responden yang memiliki cita dikaitkan dengan umur responden yang sebagian besar berumur 19-21 tahun. Dimana rentang usia tersebut masuk dalam rentang usia remaja yang produktif dan masih memiliki motivasi yang tinggi.
Masa remaja adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak. Rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa remaja ini, merupakan masa pencarian dan penjelajahan jati diri seseorang, termasuk dalam menentukan masa depan melalui pendidikannya (Djamarah, 2008),
Remaja dan kehidupan pendidikan merupakan masa yang paling indah dalam realitas sosial. Dan bagi remaja mereka merasa sangat beruntung dengan kehidupan mereka yang masih dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, untuk mencapai cita-cita mereka. Adanya cita-cita inilah yang menjadi faktor pendorong yang menambah semangat serta memperkuat motivasi seseorang, karena dengan terwujudnya cita-cita yang diharapkan maka akan terwujud pula aktualisasi diri seseorang (Nursalam, 2008).
357 2. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan kemampuan peserta didik
Pada penelitian ini kemampuan peserta didik responden dilihat dari nilai IPK. Sebagian besar responden memiliki IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang. Hal ini juga dikaitkan dengan umur responden yang masih dalam tahap remaja, dimana dalam usia remaja ini saat-saat penentuan masa depan. Dan potensi yang dimiliki juga banyak, termasuk dalam intelektual atau intelegensi, serta kemampuan psikomotor yang juga dapat memperkuat motivasi dalam belajar untuk mencapai IPK yang tinggi (Nursalam, 2008).
Selain itu menurut Djamarah (2008), kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar terutama prestasi/nilai yang didapat. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri seperti cita-cita, karena akan meningkatkan prestasi belajar seseorang.
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan data sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi yaitu sebanyak 16 orang (50%).
Dalam kehidupan masyarakat usia masih dijadikan tolak ukur dalam menentukan tingkat motivasi yang dimilliki untuk terus belajar dan mengembangkan diri karena ditunjang pertumbuhan fungsi tubuh optimal serta kematangan emosional, intelektual dan sosial. Hal ini juga dikaitkan dengan usia responden, dimana sebagian besar responden masih dalam tahap remaja yaitu 19-21 tahun.
Maulana (2003) bagi orang yang sudah tua cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar dan mengembangkan diri.
4. Hubungan cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 orang (43,8%) yang motivasinya rendah dan 6 orang (18,8%) yang motivasinya tinggi. Sedangkan untuk responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 12 orang yang tediri dari 2 orang (6,2%) yang motivasinya rendah dan sebagian besar dengan jumlah10 orang (31,2%) yang motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi, motivasinya lebih tinggi dari pada
358 responden yang tidak memiliki/tidak ada
cita-cita.
Hasil pengolahan data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2=6,533dan р value = 0,011. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan cita-cita dan aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
Hal ini membuktikan bahwa cita-cita dan aspirasi merupakan faktor yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar, sehingga akan memperkuat motivasi belajar. Karena cita-cita merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang yang akan membuat seseorang melakukan upaya lebih banyak. Dan dengan tercapainya cita-cita maka akan terwujud aktualisasi diri seseorang.
5. Hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Hasil analisa data dengan uji statistik chi-quadrat didapatkan р value = 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa р < 0,05 (0,031<0,05) berarti H0 ditolak sehingga
terdapat hubungan antara kemampuan peserta didik dengan Motivasi Mahasiswa
S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan peserta didik maka akan semakin memperkuat motivasi untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Dan didapatkan data bahwa responden dengan kemampuan peserta didik yang rendah berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 10 orang (31,2%) memiliki motivasi rendah dan 3 orang (9,4%) memiliki motivasi tinggi. Sedangkan responden dengan kemampuan peserta didik yang tinggi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan responden yang kemampuan peserta didiknya rendah, yaitu 19 orang, yang terdiri dari 6 orang (18,8%) motivasinya rendah dan 13 orang (40,6%) motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang kemampuan peserta didiknya (IPK) rendah, tidak memiliki motivasi yang tinggi. Berbeda halnya dengan responden yang kemampuan peserta didiknya tinggi (IPK) akan memiliki motivasi yang tinggi pula.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa tingkat IV Prodi S1 keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang pada bulan
359 September 2014, dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita, dengan jumlah 20 orang (62,5%) dari32 orang.
2. Sebagian besar responden memiliki nilai IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang.
3. Ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. dengan nilai p value = 0,011.
4. Ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014, dengan nilai p value = 0,031.
Saran
Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang kemungkinan berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014, agar nantinya hasil penelitian tersebut dapat diajukan sebagai saran bagi pihak institusi untuk meningkatkan kualitas baik dari segi
tim pengajar maupun peserta didik itu sendiri.
Bagi Lokasi Penelitian/Institusi Dari hasil penelitian ada beberapa saran yang peneliti ajukan untuk lokasi penelitian/pihak institusi :
Telah terbukti bahwa cita-cita berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan keProfesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. yang memiliki cita-cita cenderung motivasinya tinggi, sehingga d iharapkan agar pihak institusi bisa lebih memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian yang lebih bagi mahasiswa yang benar-benar memilikicita-cita untuk menjadi perawat yang profesional agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya, seperti memberikan reward pada mahasiswa yang berprestasi disetiap semesternya, karena hal itu akan menambah semangat, dan motivasi para mahasiswa dalam mencapai prestasi dan cita-citanya sebagai seorang perawat yang professional dengan melanjutkan pendidikan Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES.2011. Perawat Mendominasi
Tenaga Kesehatan.
http://manajemen-rs.net /index. php?
360
&view=article&id=185:perawat-
mendominasi-tenaga-kesehatan&catid=51:berita&Itemid= 95. Diakses tanggal 23 Oktober 2011. Jam : 13.20
Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta
Kurniawan, A. 2009.BelajarMudah SPSS untuk Pemula.Yogyakarta : Media Kom
Kusnanto.2004. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Marziati.2009. Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Maulana, I. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan. Skripsi FK-STIKES Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Banjarmasin.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhidayah, R.E. 2011. Pendidikan Keperawatan. Medan : USU Pers
Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Slameba Medika
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salmeba Medika.
Putri, H.T & Fanani, A. 2010. Etika profesi Keperawatan. Yogyakarta : CiptaPustaka
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : GrahaIlmu
Suara, dkk. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : TIM
Suarli, S & Bahtiar, Y. Manajemen Keperawatan. Jakarta :Erlangga
361 Sumantri. 2002. Tantangan Pengembangan
Tenaga Kesehatan Masa Depan. Majalah Bina Diknakes. Edisi 42.
Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera Media.
Uno, H.B. 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara
Wati, L, dkk. 2011. Buku Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi. Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
WR. 2011. Pendidikan Dalam Keperawatan. http: //dhanwaode. wordpress.com/2011/01/26/pendidik an-dalam-keperawatan /. Diakses tanggal 12 Desember 2011. Jam : 13.30
Wuryanto, E. 2007. Menata Pendidikan Perawat. http:// www. Suara merdeka. com/ harian 0707/16/opi05.html. Diakses tanggal 13 Desember 2011.Jam : 11.53
1. Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta / Ketua Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
3. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
362
PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN
NYERI KASUS LOW BACK PAIN PADA LANSIA DIRUMAH BAHAGIA
BINTAN KELURAHAN KAWAL
Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3
ABSTRAK
Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pengobatan Nyeri Punggung Bawah pada lansia tersebut bisa secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Pengobatan secara Farmakologis pada lansia biasa digunakan Ibuprofen. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres panas terhadap penurunan Nyeri Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen). Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas. Dengan sampel 20 lansia. instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scal, juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney hasil p-value = 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Saran agar menggunakan kompres panas dalam menurunkan low back pain pada lansia
Kata kunci : low back pain, Kompres panas, Lansia
ABSTRACT
Advanced age pathological changes in Musculoskeletal System, namely Pain in the Lower Back and waist can occur in all age groups, but the cause is different. In the younger age groups, the cause is more likely to result in the connective tissue diseases such as Reiter's Syndrome or Ankylosing Spondylitis manifesting as pain Low Back Pain and sacroiliac joints. Lower Back Pain Treatment in the elderly can be Pharmacological and Non-Pharmacological. Pharmacological treatment in the elderly commonly used Ibuprofen. Objectives to be achieved from this study was to determine the effect of a hot compress to the decline Pain Low Back Pain in the Elderly at Home Happy Bintan Village Guard. This research uses experimental research design Semu (Quasi experiment). In this study, using the Draft "pretest and posttest Non-equivalent Control Group". In this study samples was determined using simple random sampling method, which is divided into two groups. The first group is no treatment or the experimental group, while the other group was the control group for comparison. population who suffer from lower back pain researchers only take elderly people aged 50 years and over. With a sample of 20 elderly. research instrument is a measuring instrument used to collect data in the form of sheets of observation and interviews to assess the extent to which respondents felt the pain scale. This study uses observation sheets Numerical Rating scal, also using hot water, bladder, and a small towel compress to give effect to the respondent. Test Statistics "unpaired t test" is the Mann-Whitney test results p-value = 0.04 where p-value <0.05 Ho rejected Then There's stated influences Hot Compress Case Against Pain Decrease Low Back Pain At Happy At home Elderly Bintan the Village Guard 2014. Suggestions to use hot compresses in reducing low back pain in the elderly
363 PENDAHULUAN
Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pada kelompok usia pertengahan, penyebab Nyeri Leher dan Punggung umumnya bersumber dari Myofascial Pain Syndrome dan Nyeri Posttraumatic. Pada kelompok Usia Lanjut, penyebab tersering dari Nyeri Leher dan Punggung dapat berupa PSD (Penyakit Sendi Degenerative), fraktur osteoporosis, ataupun Spinal Stenosis (Padila, 2013).
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai. Di Amerika Serikat lebih dari 80% jumlah penduduk pernah mengeluh Low Back Pain dan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Sehubungan dengan berbagai proses Degeneratif, persentase Nyeri Pinggang Bawah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Rahmawati, 2008).
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Merupakan 10 besar penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang, dan penderita Low Back
Pain yang didata oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2014 mulai dari bulan May 2014, hingga Agustus 2014. Dari data tersebut persentase setiap bulan nya penderita Low Back Pain pada bulan May 2014 berkisar 6,58%, pada bulan Juni 2014 berkisar 7,034 %, pada bulan Juli 2014 berkisar 7,95 %, dan pada bulan Agustus 2014 berkisar 9,80%. Dari data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau penderita Low Back Pain penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Menurut Jenis Kelamin nya yang paling banyak menderita Low Back Painyaitu pada lansia perempuan (Provinsi Kepulauan Riau, 2013).
Pengobatan Farmakologis yg lansia dapatkan saat nyeri muncul yaitu berupa obat Anti Nyeri berupa Ibuprofen untuk menurunkan rasa nyeri klien Low Back Pain. Hasil observasi yang didapatkan pada salah satu lansia yang menderita nyeri punggung bawah atau nyeri disekitar pinggang bawah, lansia tersebut mengatakan sulit tidur malam dikarenakan nyeri dan juga sulit melakukan aktivitas seperti sholat 5 waktu, berdiri berjalan dan aktivitas lainnya. Dan lansia tersebut mengatakan hanya menggunakan obat gosok balsem yang dioles disekitar punggung bawah yang nyeri atau pada saat nyeri, namun nyeri tersebut masih dirasakannya dan belum hilang.
364
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen) karena eksprimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding.
Populasi pada penelitian ini yaitu lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di wilayah Panti Werda Kelurahan Bintan Kawal, dengan jumlah 40 orang Lansia dari populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas.. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scale dengan rentang Tidak Nyeri = 0, Nyeri Ringan = 1-3, Nyeri Sedang = 4-7, Nyeri Berat = 8-10. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden.
Analisa Bivariat pada penelitian ini menggunakan SPSS Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney (Uji Parametrik) karena syarat uji parametrik yaitu skala pengukuran variabel (variabel numerik), distribusi data normal, dan varians data.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Pada bagian ini akan digambarkan hasil penelitian mengenai usia berdasarkan hasil dari data sekunder pada golongan lansia, fase pre senium (55-65 tahun), fase senium 65 tahun keatas.
365
Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Usia Responden berdasarkan
umur pada Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia
Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014
No Umur Responden Jumlah Responden Presentase (%) 1 55-65 tahun 16 80 2 65 tahun keatas 4 20 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 6.1, menunjukan jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang lansia, sebagian besar responden dengan usia 55-65 tahun (Fase Presenium) yaitu sebanyak 16 orang lansia dengan persentase 80%, sedangkan untukusia 65 tahun keatas (Fase Senium) yaitu sebanyak 4 orang lansia dengan persentase 20%.
b. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah dilakukan Kompres Panas pada Nyeri Kasus Low Back Pain.
Tabel 6.2
Nilai Pretest dan Posttest (Kelompok Eksperimen) Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dipanti Werdha Rumah Bahagia Bintan
Kelurahan Kawal Tahun 2014
No Skala Nyeri Pretest Eksperimen Posttest Eksperimen n % n % 1 0 Tidak Nyeri 0 0 0 0 2 1-3 Nyeri Ringan 2 20 4 40 3 4-7 Nyeri Sedang 6 60 5 50 4 8-10 Nyeri Berat 2 20 1 10 Total 10 10
Berdasarkan Tabel 6.2, pada nilai Pretest kelompok eksperimen sebanyak 6 orang lansia mengalami nyeri sedang dengan persentase 60%, dan nyeri berat sebanyak 2 orang lansia dengan persentase 20%. Sedangkan pada nilai Posttest kelompok eksperimen sebanyak 10 orang lansia mengalami nyeri sedang dengan persentase 50% dan nyeri ringan sebanyak 4 orang lansia dengan persentase 40%.
c. Distribusi Nilai Pretest dan Nilai Postest Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah dilakukan Kompres Panas pada Nyeri Kasus Low Back Pain.
Tabel 6.3
Distribusi Nilai Pretest dan Postest (Kelompok Kontrol) Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan
Kelurahan Kawal Tahun 2014
No Skala Nyeri Pretest Kelompok Kontrol Post test Kelompok Kontrol n % n % 1 0 Tidak Nyeri 0 0 0 0 2 1-3 Nyeri Ringan 5 50 5 50 3 4-7 Nyeri Sedang 4 40 4 40 4 8-10 Nyeri Berat 1 10 1 10 Total 10 10 Berdasarkan Tabel 6.3, pada nilai Pretest kelompok kontrol sebanyak 4 orang lansia mengalami nyeri sedang dengan