• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 4 SMAN 9 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 4 SMAN 9 MAKASSAR"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Oleh

RISMAN NIM: 10539134515

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA APRIL, 2020

(2)

i

“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA

DIDIK KELAS XI MIA 4 SMAN 9 MAKASSAR”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

RISMAN NIM: 10539134515

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA APRIL, 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Risman 2019. Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Dr.Nurlina S.Si.,M.Pd. dan pembimbing II: Riskawati S.Pd,. M.Pd.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu seberapa besar tingkat peningkatan hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar sebelum dan setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovvery. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar sebelum diajar menggunakan metode pembelajaran Guided Discovvery, (2) besarnya hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar setelah diajar menggunakan metode pembelajaran Guided Discovvery, (3) besarnya peningkatan hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar sebelum dan setelah diajar menggunakan metode pembelajaran Guided Discovvery.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan One Group pretest-posttest design yang terdiri dari tiga tahap yaitu pretest, pemberi perlakuan, dan posttest selama 7 kali pertemuan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah sebanyak 34 peserta didik yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar Fisika yang telah divalidasi oleh 2 orang validator dalam bentuk soal pilihan ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pretest hasil belajar peserta didik dengan skor rata-rata sebesar 10,82 dan pada posttest skor rata-rata sebesar 15,06. Hasil analisis uji N-gain sebesar 0,46 (kategori sedang) sehingga, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar mengalami peningkatan setelah diterapkan metode pembelajaran Guided Discovvery.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI MIA 4 SMAN 9 Makassar. Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

(9)

ix

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Sudirman dan Ibunda Nurhayati atas segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendoakan penulis dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1) penulis. Juga terima kasih buat adikku Sulfiati S.E dan Astuti atas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan dan doanya untuk penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulusnya kepada Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing I dan Ibunda Riskawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Selain itu ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mereka yang telah berjasa di antaranya adalah: Ayahanda Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan juga terimakasih kepada Ayahanda Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. dimana beliau selaku Dekan Fakultas Keguruan

(10)

x

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan juga kepada Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak dan Ibu dosen Prodi Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Drs. Supardin, M.Pd selaku Kepala sekolah SMAN 9 Makassar, Bapak Drs.H.Kasimuddin, selaku guru bidang studi Pendidikan Fisika SMAN 9 Makassar yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama mengadakan penelitian. Juga kepada saudara-saudariku, KINEMATIKA A 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semogah kita senantiasa berbahagiah dan selalu dalam lindungan Nya. Juga kepada peserta didik kelas XI Mia 4 SMA Negeri 9 Makassar yang telah menjadi teman, adik dan sekaligus sebagai subjek penelitian penulis, terima kasih atas segala bantuan, partisipasi dan kerjasamanya.

(11)

xi

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa, mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan doa penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu

khususnya di bidang pendidikan Fisika. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam,

Makassar, Juli 2020

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujun Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ... 6

1. Metode Pembelajaran ... 6

2. Metode Pembelajaran Guided Discovery ... 7

(13)

xiii

4. Hasil Belajar ... 11

5. Hasil Belajar Fisika ... 13

B. Kerangka Pikir ... 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 16

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 16

C. Definisi Operasional Variabel ... 17

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

E. Instrumen Penelitian ... 18

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 21

G. Teknik Pengumpulan Data ... 22

H. Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 26

2. Hasil Analisis Uji N-Gain... 32

B. Pembahasan ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Guided Discovery ... 8

3.1 Kategori Relialibitas Instrumen ... 20

3.2 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik ... 24

3.3 Kategori Tingkat N-gain ... 25

4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Pesrta Didik Sebelum Dan Setelah Diajar Dengan Metode Pembelajaran Guided Discovery Pada Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar……….. 26

4.2 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Skor Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar Pada Pretest ... 27

4.3 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Skor Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar Pada Posttest ... 29

4.4 Distribusi Interval Skor/Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Pada Pretest Dan Posttest ... 30

4.5 Distribusi Perolehan Gain Ternormalisasi Peserta Didik ... 32

A.1.1 Hasil Validasi Perangkatg Pembelajaran ... 46

D.1.1 Skor Dan Ketuntasan Pretest Hasil Belajar Peserta Didik ...121

D.1.2 Presentase Distribusi Frekuensi Skor Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar Pada Saat Pretest ...124

D.2.1 Skor Dan Ketuntasan Posttest Hasil Belajar Peserta Didik ...125

D.2.2 Presentase Distribusi Frekuensi Skor Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar Pada Saat Posttest ...127

D.3.1 Perolehan Skor Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar ...129

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Karangka Pikir Penelitian ... 15 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Skor Hasil

Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4

SMAN 9 Makassar Pada Pretest ... 28 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Skor Hasil

Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4

SMAN 9 Makassar Pada Posttest ... 30 4.3 Diagram Kategori Dan Frekuensi Hasil Belajar Fisika Peserta

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A ... 40

Lampiran A.1 Uji Gregory ... 41

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 47

Lampiran A.3 Bahan Ajar ... 55

Lampiran A.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 78

Lampiran B ... 82

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 83

Lampiran B.2 Soal-Soal Pretest ... 99

Lampiran B.3 Soal-Soal Posttest ... 106

Lampiran C ... 113

Lampiran C.1 Analisis Validitas Item ... 115

Lampiran C.2 Analisis Realibitas Item ... 119

Lampiran D ...120

Lampiran D.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Pretest ...121

Lampiran D.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Posttest ...125

Lampiran D.3 Analisis N-gain ... 129

Lampiran E ...132

Lampiran E.1 Daftar Hadir Peserta Didik ...133

Lampiran E.2 Dokumentasi ...135

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan secara sadar berupa pembinaan (pengajaran) pikiran jasmani peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan kepribadiannya, agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Kualitas pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha-usaha pembaharuan sistem pendidikan. Kualitas pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara optimal. Oleh sebab itu berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar, hanya dimungkinkan oleh pengalaman belajar yang optimal itu (Purwanto 2014:20 ).

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian peserta didik karena terdapat berbagai macam rumus dan membutuhkan analisis yang cermat maka guru juga harus pandai memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran secara langsung berpengaruh terhadap aktivitas, perilaku dan hasil belajar peserta didik, sehingga pemilihan model harus disesuaikan juga dengan tingkat kemampuan perkembangan dan psikologis peserta didik, hal ini bertujuan agar peserta didik dapat berinteraksi dengan model pembelajaran yang ada serta mampu meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar Fisika. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama dan partisipasi peserta

(18)

2

didik serta model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik aktif secara langsung dalam proses pembelajaran.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan di SMAN 9 Makassar ditemukan berbagai masalah diantaranya, yaitu (1) selama proses pembelajaran metode mengajar masih kurang bervariasi. (2) peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran. (3) peserta didik kurang terbiasa mendiskusikan suatu permasalahan padahal dengan adanya diskusi akan memunculkan ide-ide yang dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. (4) peserta didik hanya duduk dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan tidak ada yang bertanya kepada guru selama proses pembelajaran berlangsung, dan sangat jarang ada peserta didik yang berani maju kedepan ketika diminta oleh guru untuk menyelesaikan soal pada papan tulis. (5) hasil belajar peserta didik rendah atau tidak memenuhi standar KKM.

Disini guru lebih menggunakan model ceramah, sehingga peserta didik sangat jarang melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat peserta didik berpikir kreatif seperti praktikum, dalam hal ini peserta didik hanya melihat gambar (menghayalkan), sedangkan yang kita ketahui bahwa akan lebih mudah memahami suatu materi Fisika ketika kita melakukan praktikum atau membuktikan teori yang diajarkan. Dari masalah diatas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(19)

Berawal dari hal diatas, penulis berkeinginan untuk turut berperan dengan memberikan solusi dalam jangkauan populasi yang diteliti. Solusi ini berupa penerapan metode pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik dalam menciptakan situasi belajar yang secara aktif dikelasnya. Adapun metode pembelajaran yang dimaksud adalah Guided Discovery. Metode pembelajaran ini merupakan suatu metode pembelajaraan dimana peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah (Priansa, Donni Juni 2015:264).

Berdasarkan latar belakang diatas yang mencakup tentang permasalahan pendidikan dan model yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran maka penulis mengangkat judul “Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Pada Kelas XI MIA 4 SMAN 9 Makassar”.

(20)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar dengan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar ?

2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dari sebelum dan setelah diterapkan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan besarnya hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar dengan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar.

2. Untuk mendeskripsikan besarnya hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar.

(21)

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dari sebelum dan setelah diterapkan metode Guided Discovery di kelas X1 MIA 4 SMAN 9 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peserta didik diharapkan untuk lebih mudah memahami materi yang disajikan oleh pendidik kepada peserta didik. Selain itu, peserta didik juga diharapkan akan menyukai pelajaran fisika sehingga mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia fisika sehingga mampu berkompetensi dan bersaing dengan Negara lain utamanya dalam hal fisika. 2. Bagi guru yaitu agar memvariasi model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Pendidik juga diharapkan akan mampu menciptakan suasana belajar fisika yang tidak hanya sekedar ceramah, mencatat dan menulis sehingga peserta didik mampu mengembangkan daya pikirannya.

(22)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran, guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu metode sendiri merupakan salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan sesuai dengan pembelajaran yang hendak dicapai.

Sudjana (2013:107) memaparkan bahwa metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksakan aktivitas mengajar.

Selanjutnya oleh Trianto (2010:132) menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, Prastowo (2013:69) menyatakan bahwa :

(23)

Metode pembelajaran adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dengan tujuan untuk membatu siswa ataupun guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Metode Pembelajaran Guided Discovery

Guided Discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar aktif. Siswa menyelidiki berdasarkan pengalaman dan pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari.

Hasfari,Amalia (2011) memaparkan bahwa pembelajaran guided discovery adalah suatu kegiatan penyelidikan melalui tukar pendapat, dengan diskusi, membaca sendiri, mencoba sendiri sehingga menemukan konsep sendiri, guru bertugas untuk memberikan bimbingan dan mengawasi proses yang dilakukan peserta didik. Model pembelajaran guided discovery ini dapat menjadikan siswa aktif selama proses pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang bertugas mengatur jalannya pembelajaran.

Menurut Priansa (2015:264) pembelajaran guided discovery merupakan model pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori,

(24)

8

pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Banyaknya bantuan yang diberikan guru mempengaruhi peserta didik untuk menemukan penemuan sendiri.

Guided discovery melibatkan peserta didik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Peserta didik melakukan penemuan sedangkan guru membimbing mereka kearah yang benar.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Metode Guided Discovery

Langkah kegiatan

Deskripsi pembelajaran Langkah-langkah

Metode Guided Discovery Kegiatan guru Kegiatan peserta didik

Kegiatan Awal

 Memberi salam dan berdoa.

 Menyampaikan tujuan pembelajaran

 Motivasi awal dengan memperlihatkan

fenomena/film/analisa gambar atau cerita yang terkait dengan materi yang dibahas.

 Menjawab salam dan berdoa.

 Menyimak penyampaian guru tentang tujuan pem belajaran.

 Memperhatikan apa yang ditampilkan guru.

Menyampaikan tujuan,motivasi dan memberikan rangsangan  Memberikan kesempatan kepada peserta didik didik untuk bertanya.

 Membuat pertanyaan terkait dengan apa yang ditampilkan.

Kegiatan inti

 Mengelompokkan peserta didik antara 4-5 orang.

 Mengevaluasi

perencanaan praktikum  Membagikan LKPD

kepada setiap kelompok .

 Membimbing peserta

 Peserta didik duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagikan.

 Bersama dengan

anggota kelompok ber

diskusi untuk merencanakan praktikum.  Memperhatikan rancangan praktikum Identifikasi masalah

(25)

didik dari kelompok ke kelompok yang lain.

yang akan dikerjakan pada lembar LKPD yang dibagikan.

 Bertanya pada guru jika kurang paham dengan praktkum yang akan dikerjakan pada lembar LKPD.

 Menyuruh peserta didik untuk menyiapk

an alat dan bahan yang akan digunakan.

 Memfasilitasi peserta didik yang kesulitan dalam praktikum.

 Menyiapkan alat dan bahan yang telah di beri tahukan pada pertemuan sebelumnya.

 Melaksanakan pengerjaa an praktikum

Membagi kelom pok dan pengum pulan data.

 Melakukan penilaian.  Memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk mengemukakan

pertanyaan.

 Mempresentasikan hasil praktikum yang telah dilakukan.

 Mengemukakan pertanya

 an kepada kelompok yang mempresentasikan.  Kelompok yang mempre sentasikan praktikum menjawab pertanyaan kelompok yang lain.

Pengolahan data

Kegiatan penutup

 Memberikan pertanya an ke peserta didik mengenai pelajaran yang telah dipelajari tadi.

 Menjawab pertanyaan

guru. Pembuktian

 Membimbing peserta didik dalam menyimpu lkan pembelajaran.  Menyampaikan pem

belajaran pada perte muan berikutnya dan menginformasikan pada peserta didik per

lengkapan yang akan dibawa pada pertemu an berikutnya. .

 Menyampaikan pesan-pesan moral sesuai materi yang dipelajari.

 Membuat kesimpulan pembelajaran.

 Mendengarkan gurunya.  Menyimak pesan moral

yang disampaikan oleh guru.

Menarik kesimpulan Evaluasi

(26)

10

3. Metode Pembelajaran Guided Discovery Dalam Pembelajaran Fisika Mata pelajaran fisika sekolah menengah atas (SMA) sebagai bagian dari mata pelajaran ipa di SMA merupakan kelanjutan dari pelajaran fisika di SMP yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi selain itu juga mempelajari keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan nyata dan pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya. Mata pelajaran fisika di SMA berfungsi sebagai :

1. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 2. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses untuk

memperoleh, menghayati, mengembangkan dan menerapkan konsep dan hukum-hukum serta asas-asas fisika

3. Melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya

4. Meningkatkan kesadaran peserta didik tentang keteraturan alam dan keindahannya sehingga peserta didik terdorong untuk mencintai dan mengagungkkan Tuhan Yang Maha Esa

5. Memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar

Bahan kajian mata pelajaran fisika d SMA di kembangkan dari bahan kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep-konsep yang abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis.

(27)

Konsep dan subkonsep fisika tersebut diperoleh dari berbagai kegiatan yang menggunakan keterampilan proses. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar peserta didik mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling berkaitan dan mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Hasil pengamatan dilapangan dalam proses pembelajaran fisika menunjukan beberapa kendala, antara lain kurangnya partisipasi guru dalam merancang dan menggunakan berbagai metode yang relevan dengan situasi kelas, sistem evaluasi yang tidak berdimensi diagnostik untuk mencari penyebab sulitnya peserta didik memahami mata pelajaran fisika, adanya motivasi rendah dalam diri peserta didik karna metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan tidak membuat peserta didik itu sendiri tertarik dan merasa takjub bahwa fenomena fisika disekitarnya begitu mempesona untuk dipelajari. Dengan demikian, melalui pendidikan fisika peserta didik terlatih untuk menemukan dan memahami apa yang terjadi dialam sekitar.

4. Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2015:5) hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk dari pendapat Suprijono (2015: 5-6) hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kepabilitas mengungkap pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons

(28)

12

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengaterogasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merancang, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(29)

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory (inisiasi), pre-routine (pra rutin), dan rountinized (rutunitas). Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

5. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu, “Hasil” dan “Belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, Purwanto (2016:44).

Menurut Hanna (2016: 23) mengemukakan bahwa fisika merupakan proses dan produk. Proses artinya prosedur untuk menemukan produk fisika (fakta, konsep, prinsip, teori, atau hukum) yang dilakukan melalui langkah-langkah ilmiah. Menurut Riskawati (93:2017) mengatakan bahwa pengukuran atau pdenilaian secara garis besar dibagi menjadi penilaian proses belajar mengajar dan penilaian hasil belajar. Fisika terdiri atas konsep-konsep. Konsep pada dasarnya mengategorisasikan sesuatu kedalam penyajian non-verbal,

(30)

14

sehingga konsep cenderung bersifat abstrak sehingga kemampuan gambaran mental diperlukan. Konsep merupakan bayangan mental dan proses. Suatu konsep memiliki suatu organisasi kognitif yang berguna untuk memecahkan masalah baru yang ditemukan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika adalah ukuran yang diperoleh akibat proses belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika yang mencakup beberapa aspek seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami konsep fisika dan menyelesaikan atau memecahkan masalah-masalah yang diberikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

B. Kerangka Pikir

Rendahnya hasil belajar Fisika peserta didik salah satunya disebabkan oleh rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan konsep baru. Sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan baru cenderung berasal dari guru tanpa terlatih untuk menemukan sendiri pengetahuannya yang berkaitan dengan materi.

Untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik menemukan sendiri konsep atau pengetahuan tentang materi pembelajaran maka salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yakni metode pembelajaran guided discovery.

Dalam pembelajaran guided discovery diharapkan peserta didik mampu menemukan sendiri konsep baru yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga dengan mudah mereka memahami materi pembelajaran dan hasil belajar Fisika bisa mengikat.

(31)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir. Permasalahan Pembelajaran Fisika

Pendidik: Pembelajaran terpusat pada pendidik (menggunakan metode)

Peserta Didik:

Kurangnya peran aktif peserta didik sehingga pembelajaran kurang efektif yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar

Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery

Terciptanya pembelajaran efektif yang mengaktifkan peserta didik

(32)

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu Pre-Eksperimenta Design (Pra-Eksperimen)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMAN 9 Makassar Kelas XI MIA 4

B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas :Metode Pembelajaran Guided Discovery b. Variabel Terikat : Hasil Belajar Fisika

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest.

(Sugiyono, 2014:112).

dengan :

𝐎𝟏 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) 𝐎𝟐 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan) 𝐗 = Perlakuan yang diberikan

(33)

C. Definisi Oprasional Variabel 1. Variabel Bebas

Guided Discovery yaitu salah satu bentuk metode mengajar yang memungkinkan peserta didik lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan keinginan-keinginan yang bergerak lebih luas dan bebas sehingga peran guru dibatasi seminim mungkin sedangkan peranan peserta didik diberi kebebasan semaksimal mungkin.

2. Variabel Terikat

Hasil belajar yaitu kemampuan peserta didik menyelesaikan soal-soal yang dilihat dari skor perolehan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X1 MIA SMAN 9 Makassar Tahun ajaran 2019-2020 yang berjumlah 307 orang yang terdiri dari 9 kelas.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan penunjukan secara langsung, yakni kelas XI Mia 4 yang berjumlah 34 orang.

(34)

18

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu jenis instrument berupa tes hasil belajar fisika dengan ranah kognitif yang meliputi ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan tes tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pertama

Menyusun 30 item tes hasil belajar fisika peserta didik pada pokok bahasan Temodinamika yang ada dalam semester genap dalam bentuk pilihan ganda.

b. Tahap Kedua

Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reabilitas sebelum digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah tes kemampuan valid dan dapat dipercaya.

Kemudian instrument penelitian sebelum digunakan sebagai hasil tes belajar, terlebih dahulu diuji cobakan untuk menentukan validitas dan reabilitas tes. Untuk pengujian validasi digunakan rumus sebagai berikut:

𝛾

𝑝𝑏𝑖=𝑀𝑝−𝑀𝑡𝑆𝑡 √ 𝑝 𝑞

(35)

dengan :

𝛾𝑝𝑏𝑖 = Koefisien korelasi biseral

𝑀𝑝 = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul item 𝑀𝑡 = Rerata skor total

𝑆𝑡 = Standar deviasi dari skor total

p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q= 1-p)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai 𝛾𝑝𝑏𝑖 (i) dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

 Jika nilai 𝛾𝑝𝑏𝑖 (i) ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, item dinyatakan valid  Jika nilai 𝛾𝑝𝑏𝑖 (i) < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, item dinyatakan invalid

Item yang memahami kriteria valid dan mempunyai reabilitas tes yang tinggi selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika pada kelas eksperimen.

c. Tahap Ketiga

Untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, maka harus ditentukan reabilitasnya. Untuk perhitungan reabilitas didekati dengan rumus Kuder dan Richardson (KR-20) yang dirumuskan :

𝑟

11=[𝑛−1][𝑛 𝑆2 −∑ 𝑝𝑞𝑠2 ]

(36)

20

dengan :

𝑟11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya butir pertanyaan

s = standar deviasi tes

Untuk kategori relialibitas instrument, berdasarkan pada kategori berikut ini:

Tabel 3.1 Kategori Relialibitas Instrumen

Rentang Nilai Kategori

> 0,800-1,000 Tinggi

> 0,600- 0,800 Cukup Tinggi > 0,400- 0,600 Sedang > 0,200- 0,400 Rendah

>0,000 - 0,200 Sangat Rendah

Kasmadi dan Nia Siti Sunariah (2013:77)

Item yang memenuhi kriteria valid yang memenuhi reliabilitas tes yang tinggi dan selanjutnya digunakan tes hasil belajar fisika pada kelas eksperimen.

(37)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMAN 9 Makassar untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

d. Menyusun instrument penelitian dalam bentuk pilihan ganda untuk tes hasil belajar dengan penerapan metode Guided Discovery

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini mulai dilaksanakan proses pembelajaran pada kelas sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Proses mengajar dilaksanakan sendiri oleh peneliti dengan menerapkan metode Guided Discovery.

3. Tahap Akhir

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan metode pembelajaran Guided Discovery, maka dilakukan tes hasil belajar fisika sebagai hasil observasi.

(38)

22

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah diajar menggunakan metode pembelajaran Guided Discovery berbentuk pilihan ganda.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji N-Gain. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA 4 SMAN 9 Makassar yang diajar dengan menggunakan metode Guided Discovery. Sedangkan analisis uji N-Gain digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery.

1. Analisis Deskriptif

Dalam hal ini digunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor tertinggi (maksimum), skor terendah (minimum), serta distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik dalam ketiga aspek hasil belajar. a. Skor rata-rata diperoleh dari persamaan:

𝑋̅= ∑𝑓𝑖𝑥𝑖

∑𝑓𝑖

(39)

dengan:

𝑋̅ = skor rata-rata 𝑥i = tanda kelas interval

𝑓i = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas 𝑥i b. Standar deviasi, dengan rumus:

s = √∑𝑓𝑖𝑥𝑖 2(∑𝑓𝑖𝑥𝑖)2 𝑛 𝑛−1 Sugiyono (2016: 58) dengan: s = standar deviasi xi = titik tengah kelas

fi = skor rata-rata

n = banyaknya subjek penelitian

Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑁 =𝑆𝑆

𝑆𝐼 × 100

Sugiyono (2016: 35)

dengan:

N = Nilai peserta didik

SS = Skor hasil belajar peserta didik SI = Skor ideal

(40)

24

Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik

Interval Skor Kategori

0 – 3 Sangat Rendah 4 – 8 Rendah 9 – 12 Cukup 13 – 16 Tinggi 17 – 20 Sangat Tinggi Riduwan (2003: 48) c. Analisis Uji N-Gain

Uji gain dilakukan untuk mengetahui kategori peningkatan hasil belajar fisika peserta didik sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dalam pembelajaran Fisika. Dengan menggunakan rumus:

𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒−𝑡𝑒𝑠𝑡

𝑆(𝑚𝑎𝑘𝑠) − 𝑆𝑝𝑟𝑒−𝑡𝑒𝑠𝑡

dengan :

𝑔 = Gain

Smaks = Skor maksimum ideal

Spost = Skor tes akhir

(41)

Dengan Kategori tingkat indeks gain yang dikemukakan oleh Meltzer, yaitu:

Tabel 3.3 Kategori Tingkat N-gain

Meltzer (2003:153)

Disini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain), Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost adalah

skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya gain yang

dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jika g > 0,7, (kategori tinggi). 2. Jika 0,7 ≥ g ≥ 0,3, (kategori sedang). 3. Jika g < 0,3, (kategori rendah).

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

(42)

26 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menyajikan proses pengolahan data yang menggunakan hasil analisis statistik deskriptif dan hasil analisis uji N-Gain. Pengolahan statistik deskriptif digunakan untuk menyatakan karakteristik distribusi nilai responden dan analisis uji N-Gain untuk mengetahui peningkatan dari nilai pretest ke nilai posttest.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Ada pun gambaran hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery dan setelah diajar dengan menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery yaitu:

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Sebelum Dan Setelah Diajar Dengan Metode Pembelajaran Guided Discovery Pada Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar

Statistik Skor Statistik

Pretest Posttest Ukuran sampel 34 34 Skor tertinggi 16,00 19,00 Skor terendah 5,00 9,00 Skor ideal 20,00 20,00 Rentang skor 10,00 10,00 Skor rata-rata 10,82 15,06 Standar deviasi 3,94 2,52 Variansi 15,52 6,35

(43)

a. Hasil Penelitian Data Pretest

Dari Tabel 4.1 peserta didik yang menjadi sampel penelitian (Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar) memiliki jumlah peserta didik sebanyak 34 orang. Dilihat dari skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik pada Pretest dicapai sebesar 16,00 dan skor terendah yang dicapai peserta didik sebesar 5,00 dari skor ideal 20,00, dan skor rata-rata peserta didik sebesar 10,82 dengan standar deviasi 3,94.

Jika skor hasil belajar peserta didik kelas Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar Pada Pretest

Skor Frekuensi Presentase

5 - 6 5 15,00 7 - 8 8 24,00 9 – 10 6 18,00 11 – 12 2 5,00 13 – 14 1 3,00 15 – 16 12 35,00 Ʃ 34 100,00

(44)

28

Data distribusi Frekuensi Pretest pada Tabel 4.2 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar pada Pretest

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik diagram distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar pada pretest terlihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh peserta didik sebelum tindakan yaitu 16 dan skor terendahnya yaitu 5 dan skor rata-rata nya yaitu 10,82 dari skor ideal 20.

b. Hasil Penelitian Data Posttest

Adapun data yang diperoleh dari hasil belajar Fisika peserta didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery selama 6 kali pertemuan dengan materi Termodinamika, maka dapat dilihat pada Tabel 4.1. Skor tertinggi dari hasil belajar Fisika peserta didik pada Posttest dicapai sebesar 19,00 dan skor terendah yang dicapai yaitu 09,00

0 2 4 6 8 10 12 14 5--6 7--8 9--10 11--12 13--14 15--16 Fr ekuens i

Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

(45)

dari skor ideal 20,00 dan skor rata-rata peserta didik sebesar 15,06 dengan standar deviasi yang diperoleh sebesar 2,52.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery dengan menggunakan analisis distribusi Frekuensi dan persentase skor hasil belajar Fisika, maka dapat dilihat dari Tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar pada Posttest

Skor Frekuensi Persentase

9 – 10 3 6,25 11 – 12 2 9,38 13 – 14 3 37,50 15 – 16 17 25,00 17 – 18 7 15,62 19 – 20 2 6,25 Jumlah 34 100,00

Data distribusi Frekuensi Posttest pada Tabel 4.3 dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

(46)

30

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar pada Posttest

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa grafik diagram distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar pada posttest terlihat bahwa skor tertinggi yang diperoleh peserta didik setelah tindakan yaitu 19 dan skor terendahnya yaitu 9 dari skor ideal 20.

Tabel 4.4 Distribusi Interval Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Pada

Pretest dan Posttest

Interval Skor

Pretest Posttest

Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 – 3 0 0 0 0 Sangat Rendah 4 – 8 13 38,24 0 0 Rendah 9 – 12 8 26,47 5 17,65 Sedang 13 – 16 13 35,29 20 64,70 Tinggi 17 – 20 0 0,00 9 17,65 Sangat Tinggi Jumlah 34 100,00 34 100,00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 9--10 11--12 13--14 15--16 17--18 19--20 Fr ekuens i

Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Diagram Distribusi Frekuensi

Posttest

(47)

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa hasil belajar Fisika peserta didik sebelum diajar dengan menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery terdapat 13 peserta didik dalam kategori Rendah, dan terdapat 8 peserta didik yang memenuhi kategori Sedang, sedangkan pada kategori Tinggi terdapat 13 peserta didik. Sedangkan hasil belajar Fisika peserta didik setelah diajar dengan menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery tidak terdapat peserta didik dalam kategori Sangat Rendah juga dalam kategori Rendah, 5 peserta didik dalam kategori Sedang, dan 20 peserta didik dalam kategori Tinggi dan 9 peserta didik dalam kategori Sangat Tinggi. Jadi frekuensi yang lebih banyak pada Pretest berada pada interval 4 – 8 dengan kategori Rendah dan 13-16 dengan kategori tinggi sedangkan pada Posttest frekuensi yang lebih banyak juga berada pada interval 13 - 16 dengan kategori Tinggi, namun persentase kategori Tinggi posttest lebih besar dari pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini:

(48)

32

Gambar 4.3 Diagram Kategorisasi dan Frekuensi Hasil Belajar Fisika Peserta didik saat Pretest dan Posttest

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik diagram kategorisasi dan frekuensi hasil belajar peserta didik saat pretest dan posttest terlihat bahwa Kategori paling tinggi berada pada frekunsi posttest dan kategori rendah berada frekuensi pretest.

2. Hasil Analisis Uji N-Gain

Tabel 4.5 Distribusi Perolehan Gain Ternormalisasi Peserta Didik

Rentang Kategori Frekuensi Presentase (%) Rata-rata N-Gain g > 0,7 Tinggi 2 6,00 0,46 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang 19 56,00 g < 0,3 Rendah 13 38,00 Jumlah 34 100 0 5 10 15 20 25 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

F re k u en si Kategori

Diagram Kategori dan Frekuensi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik saat Pretest dan Posttest

Pretest Posttest

(49)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa peserta didik dikelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020 sebagai sampel penelitian sebelum dan setelah menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery memiliki skor rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,46 yang merupakan kategori sedang.

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini merupakan bentuk penelitian pra eksperimen dengan desain yang digunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam proses pembelajaran setiap pertemuan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam prosedur penelitian dan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan. Penelitian ini membandingkan skor hasil belajar Fisika peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery pada satu kelas sebagai sampel.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil belajar peserta didik dapat diperoleh dengan melakukan Pretest dan Posttest. Hasil dari Pretest dan Posttest tersebut di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan uji N-Gain. Dapat dikemukakan bahwa hasil belajar peserta didik terjadi peningkatan terhadap materi yang diberikan pada Teori Termodinamika yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Guided Discovery.

Dalam proses pembelajaran, peneliti menerapkan metode pembelajaran Guided Discovery dimana peserta didik terlihat aktif dalam proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, peserta didik membaca teks soal dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual. Pada

(50)

34

tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri. Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini peserta didik merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi peserta didik akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Kemudian peserta didik menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, berkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu, ditunjuk satu atau beberapa peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

Hasil analisis deskriptif yang didapat pada Posttest lebih besar daripada Pretest, hal ini dapat terlihat pada skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada pretest 10,82 dan standar deviasi 3,94 sedangkan Posttest rata-rata skor yang diperoleh peserta didik 15,06 dan standar deviasi 2,52. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar fisika kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar sebelum dan setelah diterapkan metode pembelajaran Guided Discovery

(51)

Dari hasil analisis N-gain diperoleh kategori peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dari 34 peserta didik terdapat 2 peserta didik atau (5,88%) yang memperoleh kategori tinggi, 19 peserta didik atau (55,88%) yang memperoleh kategori sedang dan 13 peserta didik atau (38,24%) yang memperoleh kategori rendah. Adapun indeks gain adalah 0,46 yang berada pada kategori sedang, hasil analisis ini menggambarkan bahwa setelah diterapkan metode pembelajaran Guided Discovery dikelas tersebut terjadi peningkatan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan alternatif untuk lebih mengefektifkan peserta didik karena dengan metode pembelajaran ini peserta didik dapat mengungkapkan pendapatnya, berdikusi dan bertukar pendapat dengan teman atau guru, bertanya pada guru, menanggapi pertanyaan dan mengungkapkan apa yang diketahui semaksimal mungkin.

Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa skor hasil belajar fisika peserta didik yang diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan menggunakan metode ceramah. Beberapa factor penyebabnya adalah peserta didik lebih tertarik belajar dengan metode Guided Discovery karna membantu peserta didik kebenaran yang pasti. Selain itu, metode Guided Discovery peserta didik lebih mudah dalam memahaami materi yang disajikan. Pembelajaran dengan metode Guided Discovery juga membuat peserta didik merasa proses belajar lebih nyata serta

(52)

36

lebih bermakna karna peserta didik menemukan suatu konsep dan melibatkan peserta didik secara aktif dan mandiri.

Motivasi peserta didik juga meningkat, hal ini terlihat antusias peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Sebelum diajar dengan metode Guided Discovery, pembelajaran yang berlangsung yaitu peserta didik cenderung menunggu penyampaian informasi dari pendidik, sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak sesuai dengan KBM yang ada. Tetapi dengan diajar dengan metode Guided Discovery peserta didik aktif dan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh tahan lama dalam ingatan, serta posisi pendidik sebagai fasilitator atau pembimbing dan mengarahkan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini tujuannya merubah kegiatan belajar mengajar yang aktif selama pembelajaran.

(53)

37 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9

Makassar sebelum diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery diperoleh skor rata-rata 10,82 dan standar deviasi 3,94.

2. Hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar setelah diajar dengan menggunakan metode pembelajaran Guided Discovery diperoleh skor rata 15,06 dan standar deviasi 2,52.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI Mia 4 SMAN 9 Makassar setelah diajar dengan metode pembelajaran Guided Discovery dalam hal ini hasil belajar fisika berada pada kategori sedang dengan indeks Gain sebesar 0,46.

B. Saran

1. Adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan maka disarankan kepada guru Fisika hendaknya dapat menggunakan metode pembelajaran Guided Discovery yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih baik untuk yang akan datang.

2. Diharapkan kepada para peneliti selanjutnya dibidang pendidikan khususnya pada pembelajaran Fisika apabila ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama agar penelitian lebih disempurnakan lagi dengan sampel yang berbeda.

(54)

38

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi dan Muhammad Fadhli. 2018. Statistik Pendidikan (Teori dan Praktik dalam Pendidikan). CV. Widya Puspita: Medan.

Hanna, D dkk. 2016. Model Pembelajaran Tema Konsep Disertai Media Gambar Pada Pembelajaran Fisika Di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, (Online), Vol 5. No 1. (https://media.neliti.com/media/publications/138422 -ID-modelpembelajaran-tema-konsep-disertai.pdf, diakses 1 Mei 2019).

Haspari, Amalia 2011. Pengaruh Pembejaran Guided Discovery Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X Pada Materi Kalor di SMA Negeri 3 Mojokerto.

Kasmadi dan Nia Siti Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuntitatif. Alfabeta. Bandung.

Meltzer, E David. 2003. The Relationship Between Mathemathics Preparation And Conceptual Learning Gains: A Possible ”Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Scores. Jurnal Departement Of Physics And Astronomy, Lowa State University, Ames, Lowa 50011.

Nurhaedah, 2017. Penerapan Metode Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 8 Makassar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar

Priansa, Donni J 2015.Manajemen peserta Didik dan Model Pembelajaran Bandung: Alfabeta

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

(55)

Riskawati, R. (2017). Pengaruh Pemberian Kuis Pada Proses Pembelajaran Fisika Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI SMKN 4 Bulukumba. Jurnal Pendidikan Fisika, 5 (1), 90-98

Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta: Bandung.

Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methode). Alfabeta: Bandung

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R D Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus.2015. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana Perdana Media Group

(56)

40

LAMPIRAN A

A.1 UJI GREGORY

A.2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP) A.3 BAHAN AJAR

A.4 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD

(57)

A.1 UJI GREGORY

1. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

No Aspek yang Dinilai

Validator Ket 1 2

1. Format

a. Kejelasan pembagian materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan alokasi waktu

3 4 D

b. Pengaturan ruang/tata letak 4 4 D

c. Jenis dan ukuran huruf sesuai 4 4 D

2. Bahasa

a. Kebenaran tata Bahasa 4 3 D

b. Kesederhanaan struktur kalimat 4 4 D

c. Kejelasan petunjuk atau arahan 4 3 D

d. Bersifat komunikatif 4 4 D

3. Isi

a. Kejelasan kompetensi yang harus dicapai 4 4 D b. Tujuan pembelajran dirumuskan dengan

jelas dan operasional

4 4 D

c. Kejelasan materi yang akan disampaikan 3 4 D

d. Kejelasan skenario pembelajaran 4 3 D

(58)

42

digunakan dengan kompetensi yang ingin diukur

4 3 D

f. Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan 4 3 D

2. Validasi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

No Aspek yang Dinilai

Validator Ket 1 2

1. Format

a. Kejelasan pembagian materi pembelajaran 3 4 D

b. Sistem penomoran jelas 3 4 D

c. Jenis dan ukuran huruf sesuai 4 4 D

d. Kesesuaian tata letak gambar, grafik,

maupun table 3 3 D

e. Teks dan ilustrasi seimbang 3 4 D

2. Isi

a. Kesesuaian dengan RPP dan bahan ajar 4 4 D b. Isi LKPD mudah dipahami dan kontekstual 4 4 D c. Aktivitas peserta didik dirumuskan dengan

jelas dan operasional 4 4 D

d. Kesesuaian isi materi dan tugas-tugas

dengan alokasi waktu yang ada 4 3 D

(59)

a. Bahasa dan istilah yang digunakan dalam LKPD mudah dipahami

4 4 D

b. Bahasa yang digunakan benarsesuai EYD dan menggunakan arahan/petunjuk yang jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda

4 4 D

4. Manfaat/Kegunaan

a. Pengunaan LKPD sebagai bahan ajar bagi guru

3 4 D

b. Penggunaan LKPD sebagai pedoman

belajar bagi peserta didik 3 4 D

3. Validasi Bahan Ajar Peserta Didik

No Aspek yang Dinilai

Validator Ket 1 2

1. Format

a. Kejelasan pembagian materi pembelajaran 4 4 D

b. Sistem penomoran jelas 3 4 D

c. Jenis dan ukuran huruf yang sesuai 4 3 D

d. Kesesuaian ruang/tata letak 4 4 D

e. Teks dan ilustrasi seimbang 4 4 D

(60)

44

2. Isi

a. Kebenaran konsep materi 4 3 D

b. Sesuai dengan K13 4 3 D

c. Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep

4 3 D

d. Mudah dipahami 4 3 D

e. Kontekstual, artinya ilustrasi/gambar yang dimuat berdasarkan konteks daerah/tempat tinggal/lingkungan peserta didik dan seringdijumpai dalam kehidupan sehari-hari

3 3 D

3. Bahasa

a. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baikdan benar

3 4 D

b. Menggunakan tulisan dan tanda baca sesuai dengan EYD

4 4 D

c. Mengunakan istilah-istilah secara tepat dan mudah dipahami

4 3 D

d. Menggunakan Bahasa yang komunikatif dan struktur kalimat yang sederhana, sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca dan usia peserta didik

4 4 D

e. Menggunakan arahan dan petunjuk yang

(61)

penafsiran ganda

4. Manfaat/Kegunaan

a. Dapat mengubah kebiasaan pembelajaran yang tidak terarah menjadi terarah dengan jelas

4 4 D

b. Dapat digunakan sebagai pegangan bagi

guru dan peserta didik dalam pembelajaran 4 3 D

1. Hasil Analisis Validasi RPP 𝑅 = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷𝐷

𝑅 = 0+0+0+1313

𝑅 = 1313= 1 (𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛)

𝑅 ≥ 0,75 → 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛

2. Hasil Analisis Validasi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 𝑅 = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷𝐷

𝑅 = 0+0+0+1313

𝑅 = 1313= 1 (𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛)

𝑅 ≥ 0,75 → 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛

3. Hasil Anlisis Validasi Bahan Ajar Peserta Didik 𝑅 = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷𝐷

(62)

46

𝑅 = 0+0+0+1818

𝑅 = 1818= 1 (𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛)

𝑅 ≥ 0,75 → 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛

A.1.1 Hasil Analisis Perangkat Pembelajaran

Kesimpulan dari validasi instrumen penelitian oleh dua orang validator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel A.1.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No Perangkat Uji Gregory ( r ) Ket

1 RPP 1.00 Layak digunakan

2 LKPD 1.00 Layak digunakan

3 Buku Peserta Didik 1.00 Layak digunakan

4 Instrumen Tes Hasil Belajar 1.00 Layak digunakan

Dari tabel di atas berdasarkan uji Gregory dengan syarat r ≥ 0,75, maka semua perangkat layak digunakan dalam penelitian.

(63)

LAMPIRAN A.2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMAN 9 Makassar

Mata Pelajaran : FISIKA Kelas / Semester : XI MIA 4 / 2 Materi : Termodinamika

Sub Pokok Bahasan : Sistem dan Proses Usaha Gas Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompetensi Inti

KI 1 dan KI 2 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

(64)

48

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

4.3 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum Termodinamika

C. Indikator

1) Mengidentifikasi pengertian system dan Proses

2) Mendeskripsikan dan memformulasikan usaha pada gas dengan berbagai proses

3) Mendeskripsikan dan memformulasikan energy dalam

D. Tujuan Pembelajaran

1) Peserta didik dapat mendeskripsikan pengertian system dan proses untuk menganalisis konsep termodinamika

2) Peserta didik dapat mendeskripsikan dan memformulasikan usaha pada gas dalam berbagai proses

3) Peserta didik dapat mendeskripsikan dan memformulasikan energy dalam

E. Materi Pembelajaran

Hukum Termodinamika (Sistem dan Proses Usaha Gas)

F. Pendekatan, Model dan Metode 1.Pendekatan : Saintifik

Gambar

Gambar             Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.
Tabel 3.1 Kategori Relialibitas Instrumen
Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang yang berasal dari perlakuan feces kambing mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Darma (2012) dengan judul pengetahuan lansia tentang andropause di Desa Alur Gadung Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat dengan

Sedangkan, sistem demineralisasi AP 1000 terdiri dari tiga tahap proses yaitu pengolahan awal, demineralisasi primer yang terdiri dari dua unit RO dan

Audit pengadaan selanjutnya harus mengacu pada pendekatan audit berbasis resiko, yang meliputi identifikas resiko, pengelolaan resiko dan pelaporan resiko..

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Aplikasi Reverse Engineering dalam Pengembangan Alat Penekuk (Bending) Manual guna Meningkatkan Aspek

Tambahan biaya yang terjadi dalam memperoleh ukuran yang andal untuk perolehan aset bersejarah pada periode berjalan dapat dijustifikasi dengan manfaat substansial

Dalam kerangka pertolongan bagi Pecandu/ korban Napza RBM yang dijumpai dari penelitian ini adalah (1) RBM yang pembentukannya diinisiasi Kementerian Sosial, yakni RBM Putra

intensitas orang tua berkomunikasi lewat saluran telepon atau dunia internet membuat kelekatan antara orang tua dengan remaja lebih rendah daripada berkomunikasi