• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I-1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Banjir Jakarta memiliki sejarah panjang. Fajar Yulianto,dkk dalam jurnal “Model Simulasi Luapan Banjir Sungai Ciliwung di Wilayah Kampung Melayu – Bukit Duri” terangkum pada tahun 1621,1654,1876 telah terjadi banjir namun dampak dan resiko banjir belum tercatat. Kemudian, pada 09 Januari 1932 terjadi banjir berdampak beberapa rumah di Jalan Dabang dan Thamrin tergenang. Tanggal 01 Februari 1976, lebih dari 200.000 orang dievakuasi akibat banjir. Selanjutnya pada tanggal 19 Januari 1977, lebih dari 100.000 orang dievakuasi. Diikuti pada tanggal 08 januari 1984, sekitar 291 wilayah dengan 39.729 tergenang. Pada tanggal 13 Februari 1989, 4400 keluarga dievakuasi. Pada tanggal 13 Januari 1997, 745 rumah tergenang dan 2.640 penduduk dievakuasi. Pada tanggal 26 Januari 1999, kejadian banjir bandang di Tangerang, Bekasi dan Jakarta, 6 orang meninggal dan 30.000 orang dievakuasi. Pada tanggal 29 Januari 2002, banjir besar di Jakarta, Tangerang dan Bekasi akibatnya 2 orang meninggal dan 40.000 orang dievakuasi. Pada tanggal 02-04 Februari 2007, 150.000 penduduk dievakuasi dan sekitar 60% kota Jakarta tergenang. Februari 2008 banjir besar di Jakarta dan Tangerang berdampak 26.000 rumah tergenang dan 1550 orang dievakuasi.

Melihat kecenderungan banjir di Jakarta yang semakin sering serta semakin banyak daerah yang tergenang, terindikasi bahwa penyebab banjir semakin beragam seperti yang terangkum dari berbagai informasi lewat media masa bahwa pada dasarnya banjir disebabkan oleh tiga hal. Pertama , perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, curah hujan sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai dan sebagainya. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah catchment area, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai. Dimana satu dan lainnya berpengaruh terjadinya genangan air semakin besar.

(2)

I-2

DAS di wilayah Jakarta yang berkontribusi terhadap terjadinya banjir yaitu

Ciliwung. DAS ciliwung meliputi areal 370,8 km2, panjang sungai utamanya

124,1 km. Menurut toposekuens-nya dibagi dalam tiga bagian, yaitu : hulu, tengah dan hilir. Adapun dalam SSOP Banjir dan Tanah Longsor, berdasarkan tipologi DAS, Ciliwung termasuk dalam DAS kecil memanjang dengan deskripsi DAS: > =50% wilayah, Lereng > 40% : potensi terjadi longsor sedang hingga tinggi, namun tergantung pada batuan dan struktur geologi; < 50% wilayah, lereng > 40% : potensi longsor sedang, potensi banjir genangan sedang terutama pada bagian hilir DAS. Deskripsi ini hanya berdasarkan tipologi DAS saja, lebih lanjut realitasnya ditambah dengan kondisi morfologi dan morfometri lebih lanjut akan menjelaskan bahwa DAS Ciliwung memang DAS kritis rawan banjir.

Aliran permukaan (run off) yang terjadi di DAS Ciliwung tidak hanya di daerah hulu DAS saja, tetapi terjadi di daerah hilir, diprediksi kontribusi run off dari daerah hulu sebesar 42,44% sedangkan di daerah hilir kontribusi run off sebesar 57,66%. Data tersebut menunjukan bahwa tidak semua penyebab banjir Jakarta adalah banjir kiriman dari daerah hulu Ciliwung (Bogor), tetapi fakta menunjukan bahwa 85% wilayah Jakarta (hilir Ciliwung) merupakan daerah terbangun yang relatif lebih kedap terhadap air, sehingga sedikit sekali resapan air yang terjadi

dan umumnya menjadi aliran permukaan yang ujungnya banjir.

Berikut beberapa data dan penelitian yang telah dilakukan terkait DAS Ciliwung : Dodi S Riyadi dalam jurnal Saint dan Teknologi BPPT, dikatakan bahwa “akibat pembangunan dan alih fungsi lahan di DAS Ciliwung dan Kawasan Bopunjur yang sangat pesat telah menyebabkan terjadinya penambahan debit air Sungai Ciliwung melampaui kapasitas maksimum sungai (menambah run off air)” (http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=269).

Silia Yuslim dan Nur Intan Mangunsong dalam jurnalnya, dikatakan bahwa terjadi penyempitan pada wilayah studi (Kec.Cimanggis), lebar badan sungai berkisar antara 6 meter – 30 meter dan beberapa lokasi telah terjadi penyempitan dan pendangkalan akibat erosi dan sedimentasi sehingga lebar saat ini rata – rata 3 meter – 10 meter saja. Garis sempadan sungai ditetapkan berkaitan dengan usaha

(3)

I-3

pencegahan banjir, longsor berkisar 50-100 meter dari as badan sungai. Sementara itu, lebar bantaran sungai bervariasi antara 1 - 15 meter bahkan ada penggunaan lahan langsung di tepi sungai tanpa perlindungan bantaran sungai.

Kompas,10 Februari 2007 dalam jurnal “Prioritas Penentuan Lokasi Waduk pada DAS Ciliwung untuk Pengendalian Banjir Jakarta” oleh Romy Mardiyanto tercatat pada 29 Januari – 03 Februari 2002 terjadi banjir dengan data : jangka waktu 5 hari, curah hujan 5288 mm, 32 orang korban tewas, 40.000 orang pengungsi, 132 gardu listrik padam, kerugian Rp. 5 triliun – 6,7 triliun dengan luas genangan 16.788 Ha. Kemudian banjir pada tanggal 02 – 08 Februari 2007 dengan data sebagai berikut: jangka waktu 7 hari, curah hujan 7065mm, 48 orang korban tewas, 316.825 orang pengungsi, sentral telepon Semanggi lumpuh serta telepon seluler dan internet terganggu, distribusi air bersih terganggu, kerugian Rp. 10 triliun – 12 triliun dengan luas genangan 45.500Ha.

Dari beberapa data dan penelitian tersebut dapat ditarik hubungan bahwa telah terjadi banjir di tahun 2002 dan 2007 yang dimungkinkan oleh kecilnya kapasitas tampungan sungai. Penyempitan ini diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan serta pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan di bagian hulunya. Terjadinya banjir pada periode 2002 -2007 salah satu penyebabnya adalah tidak adanya perbaikan kapasitas tampungan sungai sesuai dengan perencanaan awal. Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas perlu dilakukan kajian penyebab terjadinya banjir. Dalam kajian ini akan dilakukan evaluasi kapasitas tampungan sungai sebagai acuan untuk merevitalisasi kapasitas Sungai Ciliwung. Pertimbangan pengambilan kajian ini mengingat kejadian banjir selalu terjadi setiap tahun. Sehingga perlu diambil tindakan yang bersifat segera yaitu penanganan atau perbaikan kapasitas tampung sungai.

Kajian atau evaluasi tentang pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan kejadian alih fungsi lahan, sulit untuk dilakukan perbaikan dengan program jangka pendek. Oleh sebab itu kajian evaluasi kapasitas tampung sungai Ciliwung seperti tersebut diatas sudah tepat dilakukan.

(4)

I-4

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa akibat adanya penyempitan alur sungai sehingga kapasitas tampungan sungai Ciliwung semakin kecil, maka banjir selalu terjadi setiap tahun dan dampaknya semakin besar. Oleh sebab itu langkah utama dari masalah ini adalah mengevaluasi kapasitas tampungan sungai Ciliwung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini:

a. Melakukan pengambilan data curah hujan pada DAS Sungai Ciliwung Jakarta b. Menganalisa debit banjir rancangan dari data curah hujan yang tersedia pada

DAS Sungai Ciliwung Jakarta

c. Melakukan perhitungan kapasitas debit banjir dari data dimensi Sungai Ciliwung Jakarta.

d. Melakukan evaluasi kapasitas tampung Sungai Ciliwung Jakarta terhadap debit rancangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas tampung Sungai Ciliwung terhadap debit rencana, sehingga hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan revitalisasi kapasitas tampungan Sungai Ciliwung. .

Kemudian dari hasil tersebut dapat digunakan sebagai informasi atau wawasan mengenai analisis banjir di DAS Sungai Ciliwung, dan diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau dasar pemikiran untuk instansi terkait dalam penyelesaian kasus banjir di Sungai Ciliwung. Dan juga dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan kemampuan sungai – sungai lain (Sungai Citarum atau Sungai Cisadane) dalam menampung banjir.

1.4 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah proses evaluasi kapasitas tampung Sungai Ciliwung Hilir Jakarta. Penelitian ini mengacu pada data curah hujan yang terekam pada alat ukur hujan sekitar daerah Sungai Ciliwung Hilir Jakarta. Data

(5)

I-5

ini diambil dari pencatatan yang dilakukan oleh BMKG Pondok Betung, yang terletak di Jalan Raya Kodam Bintaro Jaya No.83 Jakarta Selatan, dan juga oleh Kementrian PU, Direktotar Bina PSDA Jalan patimura 20 Jakarta Selatan serta BBWS Ciliwung - Cisadane Jalan Inspeksi Saluran Tarum Barat No.58 Jakarta. Selain data curah hujan, ada juga data gambar desain Sungai Ciliwung dari BBWS Ciliwung Cisadane.

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah yaitu sebagai berikut :

a. Menganalisa kondisi existing Sungai Ciliwung Hilir Jakarta.

b. Dalam penelitian ini memperhitungkan banjir sebagai akibat dari curah hujan maksimum dari stasiun pengamat hujan yang ada dan kondisi existing di DAS Sungai Ciliwung Hilir Jakarta.

Balaraja TANGERANG K. Tahang Ci m an ce uri Ciledug Curug Ranca Sumur Ciputat Serpong Parung Ci m at u k Ci be ure u m ke Rangkasbitung ke Serang K. Kr uku t K. M am pan g C il iw u n g K. Ci pi nan g K. Bu ar an K. Caku n g K. Aban g Cileungsi DEPOK Cimanggis Gunung Putri Pondok Gede Cibeet KARAWANG Bdg.Cikarang Jonggol Cibarusa Katulampa BOGOR Empang ke Cianjur Gn. Pangrango LAUT JAWA U 024681012 km + 6.01 + 16.46 + 240.97 + 243.33 K. S e pak K. Bl enc on g K. M ar u nda K. Jat ikr am at K. Ci de ng JAKARTA C en gkar en g D rai n

PETA STASIUN PENGAMATAN WS CILIWUNG-CISADANE A. ZONE CISADANE

1. CIDURIAN a.1. Cigudeg, Bogor (ARR) a.2. Bendung Ranca Sumur (ARR + SG) 2. CIMANCEURI a.3. Kutruk, Tigaraksa (AWLR) 4. CIRARAB 3. CISADANE a.4. Passir Jaya, Kab. Bogor (ARR) a.5. Karacak – Kab. Bogor (ARR) a.6. Genteng , Cipaku (AWLR) a.7. Batu Belah, Cidokom (AWLR) a.8. Ranca Bungur (ARR) a.9. Serpong, Tangerang (AWLR) a.10. Babakan, Sukasari (AWLR) a.11. Bendung Ps. Baru (ALWR/ ARR)

B. ZONE CILIWUNG

5. SUNGAI ANGKE b.1. Jemb. Ciater – Pamulang (AWLR) b.2. Rawa Buaya, Jakarta Barat (AWLR) 6. SUNGAI PESANGGRAHAN b.3. Sawangan, Depok (AWLR) b.4. Ds. Bedahan – Sawangan (Klimat) b.5. Tanah Kusir (AWLR) b.6. Kebon Jeruk, Jakarta Barat (AWLR) 7. CENGKARENG DRAIN b.7. Pintu Air Cengkareng Drain, Jak. Bar. (ARR) 8. SEKRETARIS

9. SUNGAI GROGOL b.8. Palmerah, Jakarta Barat (SG) 10. SUNGAI KRUKUT

b.9. Jl. Marga Satwa, Pd. Labu, Jakarta Selatan (AWLR) b.10. Bendungan Hilir, Jakarta Pusat (AWLR) 11. SUNGAI CILIWUNG b.11. Perkeb. Gunung Mas, Kab. Bogor (ARR) b.12. Cilember, Ciesek, Kab. Bogor (ARR) b.13. Gadog, Megamendung Kab. Bogor (ARR) b.14. Bdg. Katulampa, Kab. Bogor (AWLR) b.15. Cibinong, Kab. Bogor (ARR) b.16. Kampung Kelapa, Kab. Bogor (AWLR) b.17. Ratu Jaya, Kody. Depok (AWLR) b.18. Jemb. Panus Depok (Babel) b.19. Sugutamu, Kodya. Depok (AWLR) b.20. Fak. Teknik Kampus UI (ARR) b.21. Jemb. MT Haryono (AWLR) b.22. PA. Manggarai (Babel + ARR) b.23. Karet Bivak, Jakarta Pusat (AWLR) 12. SUNGAI CIPINANG b.24. Kebon Pala Halim (AWLR) b.25. Cawang, Jakarta Timur (ARR) 13. SUNGAI SUNTER b.26. Jemb. Molek – Pondok Gede (AWLR) b.27. Cipinang Muara, Jakarta timur (AWLR) b.28. PA. Sunter/ Astra (Babel) 14 SUNGAI BUARAN 15. SUNGAI JATI KRAMAT 16. SUNGAI CAKUNG

C. ZONE BEKASI

17. CILEUNGSI

C.1.Cilengsi, Gunung Putri, Kab. Bogor (AWLR) 18. CIKEAS

C.2.Nagrak – Gunung Putri (AWLR) 19. SUNGAI BEKASI C.3. Perm. Pondok Mitra Lestari, Bekasi 20. CISADANG 21. CIKARANG C.4. Bdg. Cikarang, Cikarang (ARR)

Cigudeg

Pasir Jaya

Gadog

STASIUN PENGAMAT HIDROLOGI PDPP CILIWUNG CI SADANE Ciriu Bekasi Pd. Mitra Lestari Cipinang Muara PA. Manggarai Cawang Sugu Tamu Ratu Jaya AWLR ARR SG Klimatologi Kutruk Balaraja Balaraja Batu Belah Ranca Bungur Bdg. Ps. Baru Rawa Buaya PA.Cengkareng Keb. Jeruk Pal Merah Bend. Hilir Karet Bivak Cibinong Kp. Klapa Genteng Cilember Gunung Mas Babakan Kampus UI Karacak Nagra k Jem. Molek Marga Satwa Kota Wisata Mayor Oking

Peta jaringan terpasang

a.1 a.2 a.3 a.11 a.10 a.9 a.7 a.8 a.5 a.4 a.6 b.2 b.1 Ciater/ Pamulan g b.7 b.6 b.5 ` b.3 b.9 b.10 b.13 b.12 b.11 b.14 b.16 b.17 Jem. Panusb.18 b.19 b.20 b.21 b.22 b.23 b.24 b.26 b.25 b.27 b.28 c.1 Nagrak c.2 c.3 c.4 c.5/ c.6 b.8 Cibinong b.15

Gambar 1.1 Peta Stasiun Pengamat Hidrologi Sumber : Kementrian PU SDA

(6)

I-6

Gambar 1.2 Daerah Lokasi Penelitian

Batas – batas wilayah lokasi penelitian : Utara : Kelurahan Kebon Manggis Selatan : Kelurahan Bukit Duri Barat : Kelurahan Manggarai

Timur : Kelurahan Kampung Melayu

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan : pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, rumusan

masalah, maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah serta sistematika penulisan Sta 0 PA Manggarai Rencana akhir lokasi studi P59 Manggarai Bukit duri Kp.Melayu Kebon manggis Sumber : wikimapia

(7)

I-7

Bab II Tinjauan Pustaka: pada bab ini di uraikan prinsip dasar mengenai debit

air hujan, kapasitas tingkat daya tampung saluran dan prosedur perhitungan kapasitas dan curah hujan yang ada, ditinjau dengan data curah hujan stasiun terdekat.

Bab III Metodologi Penelitian : berisi tentang data – data awal penelitian dan

langkah – langkah penelitian

Bab IV Olahan Data dan Pembahasan : pada bab ini berisi hasil analisa data

dilapangan serta pembahasan hasil olahan data.

Bab V Kesimpulan dan Saran : beirisi kesimpulan dari hasil pembahasan

Gambar

Gambar 1.1 Peta Stasiun Pengamat Hidrologi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah, Ada hubungan antara

Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidak puasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum

Bentuk penanganan oleh Bapermas dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan sebagai bentuk perlindungan terhadap korban kekerasan. Perempuan karena kelemahan

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Hal tersebut sependapat dengan apa yang diteliti oleh Adam (2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kualitas

Sesuai dengan kualitas pulp yang dihasilkan untuk industri kimia kandungan selulosa harus lebih besar dari 80 %, maka pada waktu pemasakan 150 menit dengan

Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan penelitian bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan akan kematian pada remaja akhir yang telah mengalami kritis antara lain ;

Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mengetahui apa yang menjadi pandangan atau sikap gereja di Indonesia secara teologi Kristen berhubungan dengan pandemi Covid-19