ANALISIS ANGGAPAN REKAYASA DI BALIK PANDEMI COVID-19, VAKSIN COVID-19 BERKAITAN DENGAN MICROCHIP 666 DAN ANTIKRISTUS
Djone Georges Nicolas
Sekolah Tinggi Theologi (STT) IKAT Jakarta, Indonesia Email: djonealexandrenathanael@gmail
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Diterima 11 Januari 2021
Penelitian ini bertujuan mengetahui apa yang menjadi pandangan gereja di Indonesia secara teologi Kristen berhubungan dengan pandemi Covid-19 dan vaksinasi vaksin Covid-19 yang dikaitkan oleh sebagian pihak dengan rekayasa microchip 666 dan antiKristus selama krisis pandemi Covid-19, sehingga mengakibatkan kebimbangan dan ketakutan di dalam lingkungan jemaat Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan analisa literaturi. Hasilnya, teologi Kristen tidaklah bertentangan dengan ilmu sains sehingga pandemi Covid-19 merupakan pandemi murni sama seperti yang sudah pernah ada sebelumnya, sehingga tidaklah bijaksana apa bila dianggap rekayasa. Vaksinasi vaksin Covid-19 walaupun belum terbukti efisiensinya perlu diapresisasi sebagai upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19 dan tidak mengaitkannya dengan akhir zaman, penanaman microchip dan antiKristus. Kesimpulannya, gereja harus menjadi mitra bagi pemerintah dengan memberi dukungan penuh atas setiap upaya pemerintah dalam pelaksanaan vaksinasi sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, dengan cara setiap jemaat mengindahkan anjuran pemerintah untuk divaksinasi vaksin Covid-19. Kata kunci: rekayasa; pandemi covid-19; vaksin covid-19; microchip 666; antikristus Pendahuluan
Di akhir tahun 2019, kasus pneumonia mulai di kota Wuhan, provinsi Hubei di Cina. Penyakit ini diakibatkan oleh virus corona yang diketahui dengan sebutan COVID 19. Penyebaran virus ini sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat telah menjadi suatu ancaman global sehingga ditetapkan sebagai pandemi. Untuk mengatasi pandemi COVID 19, semua negara berjibaku melibatkan peneliti-peneliti di berbagai lembaga kajian, akademisi-akademisi dan perusahaan-perusahaan farmasi bekerja keras
supaya vaksin segera ditemukan. Seiring dengan upaya-upaya pemerintah mengatasi pandemi yang terus berkelanjutan, muncul juga berbagai informasi yang kurang sedap di tengah masyarakat mengenai vaksin Covid-19 yang sudah mulai dipraktekan. Bergulir informasi dikalangan warga gereja, khususnya dalam wawancara dengan Stevanus Widodo yang menyatakan bahwa sebagian jemaat gereja di mana dia mengabdi dalam pelayanan meyakini vaksin Covid-19 berhubungan dengan mikrochip dan angka 666 dalam Wahyu 13 (Wawancara). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ribka Tjiptaning menolak divaksinasi vaksin Covid-19 walaupun orang yang sudah berusia 63 tahun boleh divaksin, dan lebih memilih untuk membayar denda Rp. 5 Jt sebagai sanksi dari pemerintah dengan alasan tahap uji klinis ketiga dari pihak Bio Farma belum keluar mengenai vaksin Covid-19, sehingga menyoroti kejadian vaksin polio dan vaksin kaki gajah yang sebelumnya sempat memakan sejumlah korban di Indonesia (detik.news). Dengan demikian, dapat dianggap vaksin Covid-19 perlu pembuktian yang lebih lanjut apa bila hendak digunakan pada manusia.
Menurut Liu dkk, vaksin Covid-19 merupakan salah satu cara dalam mengatasi penyebaran virus Corona (Liu et al., 2020). Sebab orang-orang yang menerima vaksinasi vaksin Covid-19 sekaligus menerima maanfaat terlindungi dari Covid-19 , tetapi di sisi lain dengan demikian berkontribusi juga dalam melindungi orang lain di sekitar mereka sehingga dapat mengurangi perluasan dan penyebaran virus Covid-19 (Sari & Sriwidodo, 2020). Kehadiran virus Corona sejak awal sudah menjadi sumber bangkitnya sejumlah teori yang salah satunya secara teologis yang mengaitkan Cobid-19 dengan konsep apokaliptik Kristiani seperti ungkapan di dalam Kitab Wahyu. Berdasarkan penelitiannya, Fajar dkk. menyimpulkan bahwa jumlah masyarakat yang memberi respon yang bersentimen positif terhadap vaksin Covid-19 lebih banyak dari pada mereka yang memberi respon dengan bersentimen negatif (Rachman & Pramana, 2020).
Berdasarkan data yang dikemukan di atas, sebagian warga gereja menjadi bingung dan juga kuatir dengan adanya vaksinasi vaksin Covid-19. Apakah vaksin ini adalah berbahaya baik secara fisik maupun secara rohani berkaitan dengan isu rekayasa antiKristus di baliknya? Terlepas dari efisien atau tidaknya vaksin Covid-19 secara medis, penulis tertarik untuk menganalisa apa yang menjadi pandangan gereja secara teologis berkaitan dengan vaksinasi pandemi Covid-19 dan vaksin Covid-19 dan kaitannya dengan microchip dan antiKristus.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mengetahui apa yang menjadi pandangan atau sikap gereja di Indonesia secara teologi Kristen berhubungan dengan pandemi Covid-19 dan vaksinasi vaksin Covid-19 secara medis, yang dikaitkan oleh sebagian pihak dengan rekayasa microchip 666 dan antiKristus di tengah krisis pandemi Covid-19, sehingga mengakibatkan kebimbangan dan ketakutan di dalam lingkungan jemaat Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan analisa literatur, dengan pengumpulan data melalui sumber Alkitab, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel
digital, wawancara dan dokumen lain yang berkaitan dengan masalah yang dikaji dari sudut pandang yang lengkap dan komprehensif, maupun holistik.
Hasil dan Pembahasan
Melalui wawancara dengan Sriyati selaku salah satu tenaga medis di Puskesmas Kedaung Barat Kecamatan Sepatan Timur Tangerang, diperoleh informasinya bahwa cukup banyak warga yang mempertanyakan kredibilitas vaksin Covid-19 berkaitan dengan pernyataan anggota DPR yang sempat menjadi ramai di media sosial karena menolak divaksinasi (Wawancara). Menurut Armando Makmun, vaksin virus SARS-CoV-2 menjadi harapan bagi seluruh dunia agar pandemi Covid-19 dapat segera berakhir (Makmun & Hazhiyah, 2020). Namun bagi Muh Ali dkk... pendistribuan vaksin Covid-19 tidaklah mudah, sebab vaksin yang saat ini merupakan kebutuhan utama bagi semua orang jika dipandang dari perspektif ekonomi, merupakan komoditi yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi sehingga semua negara berlomba-lomba agar bisa menghasilkan vaksin Covid-19 oleh karena dengan demikian dapat memperoleh keuntungan yang melimpah (Masnun et al., 2021). Di balik Vaksin Covid-19 terdapat rekayasa, komersialisasi dan juga konspirasi yang besar yang berhubungan pada ujungnya dengan chip 666 dan antiKristus berdasarkan tayangan Youtube Channel Kalam Kristus (Youtube Kalam Kristus). Menurut Evangelist Etougou Marc Orland, vaksin Covid-19 patut dicurigakan oleh karena terlalu banyak keanehan, sebab di Afrika dimana medis kurang maju dan orang tetap tidak mempraktekkan protokol kesehatan karena keterbatasan dan kemiskinan, hampir tidak ada korban jiwa karena Covid-19 dan bahkan orang-orang menolak keras vaksin apa pun yang berkaitan dengan virus Covid-19 (Wawancara).
A. Teologi Kristen Tidaklah Bertentangan Dengan Sains Berkaitan Dengan Vaksinasi Vaksin Covid-19
1. Vaksin COVID 19: Kesehatan dan Distribusi
Untuk durasi yang lama, langkah medis dalam rangka mengatasi Covid-19 merujuk pada standar dan rekomendasi yang telah ditetapkan WHO. Vaksin COVID-19 dikerjakan serta diproduksi oleh ratusan perusahaan farmasi di seluruh dunia. Oleh karena kebutuhan akan vaksin Covid-19 bersifat sangat mendesak bagi semua orang. Pada dasarnya pemberian vaksin dilaksanakan dengan cara diinjeksi atau melalui suntikan. Terkait dengan hal tersebut Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo telah membuat keputusan penting yakni pemberian vaksin kepada seluruh warga negara Indonesia tanpa mengeluarkan biaya apa pun, alias gratis (KOMPAS.com). Langkah penting tersebut sejalan dengan pandangan sebagian besar para pakar kesehatan, yakni bahwa pemberian vaksin mutlak diberikan untuk mewujudkan ritme kehidupan di muka bumi ini dapat pulih kembali.
Dalam bidang kesehatan, sejumlah vaksin yang sebelumnya ditemukan dan diterapkan dalam menghadapi berbagai pandemi yang pernah dihadapi umat manusia, telah menunjukkan hasil yang memuaskan seperti salah satu contohnya
tuberkulosis (TBC). Oleh karena itu, kegunaan vaksin Covid-19 adalah supaya tubuh manusia dapat memproduksi imun terhadap untuk melawan virus Covid-19. Sekalipun demikian, yang harus diketahui adalah bahwa vaksin tidak menghapuskan penyakit, melainkan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menghasilkan antibodi (kekebalan tubuh) sehingga imun dapat berfungsi melawan penyakit. Di sisi yang lain, untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam usaha memperoleh dan mengaplikasikan vaksin Covid-19 bukanlah merupakan perkara yang mudah sehingga dibutuhkan suatu upaya pengelolaan yang akurat. Itu memerlukan tertib administrasi yang tinggi untuk hindari ada kesalahan sekecil apapun dalam penerimaan vaksin, dan ini membutuhkan pendataan yang cermat dan tepat. Semua ini tidak terlepas dari berbagai teori konspirasi yang coba mengaitkan pendataan setiap penerima vaksin dengan isu antiKris dan Chip 666. Menurut Endang Christina, teori konspirasi adalah teori yang berusaha mengartikan setiap kejadian tragis sebagai sebuah peristiwa hasil rancangan jahat segolongan orang yang sedang haus akan kekuasaan, sehingga teori tersebut menolak berbagai sumber resmi dan valid yang berhak memberi penjelasan tentang peristiwa itu.
Tidak ada informasi atau penjelasan resmi otoritas kesehatan/pemerintah yang mengaitkan vaksin Covid-19 dengan hal yang berhubungan dengan microchip atau hal-hal semacam itu. Yang ada adalah di beberapa tempat menggunakan gelang barcode/QR code seperti yang pada umumnya digunakan oleh pasien yang rawat inap di rumah sakit atau gelang penanda bayi yang baru lahir di rumah sakit. Ini untuk memastikan bahwa penerima yang sudah menerima injeksi vaksin pertama dan nanti akan menerima vaksin tahap yang kedua adalah yang sesuai sehingga mendata orang menjadi suatu keperluan. Upaya Vaksinasi menjadi opsi yang sangat penting dalam menanggulangi Covid-19. Faktanya adalah kebanyakan orang tidak menyadari dan tidak dapat memastikan bahwa mereka dalam kondisi bebas dan virus tanpa melakukan sebuah test, baik itu rapid atai antigen, maupun PCR. Oleh karena itu, selama warga belum divaksinasi, maka akan selalu terdapat resiko besar terjadinya penyebaran COVID-19. Jika vaksinasi telah berhasil dilakukan kepada semua orang, dapat dipastikan bahwa perasaan gelisah dan kuatir yang demikian dapat dihilangkan. Apabila penolakan itu dilakukan warga gereja, maka umat Tuhan dapat dikatakan gagal menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Sebab tanpa divaksinasi, gereja sangat berpotensi menjadi cluster penyebaran virus yang mematikan ini dan sudah jelas memakan banyak korban jiwa termasuk para hamba Tuhan, dan dengan demikian dapat menjadi beban bagi pemerintah. Vaksinasi yang merupakan ajuran pemerintah merupakan bagian tanggung-jawab gereja secara sosial.
B. Vaksinasi Vaksin 19 Sebagai Upaya Pemerintah Menanggulangi Covid-19
Bukan hal baru jika teknologi mikrochip dihubungkan dengan angka 666 dalam kitab Wahyu, sehingga berbagai penafsiran yang menghubungkan angka 666 dengan mikrochip tetap menjadi perdebatan yang seolah tidak ada hentinya. Terkait dengan pemahaman tentang mikrochip. Maka ada beberapa hal yang perlu dipahami antara lain: Pertama, teknologi mikrochip adalah semikonduktor kecil yang fungsinya menyampaikan informasi lewat karakteristik listrik tertentu. Kedua, penggunaan akal budi sebagai anugerah Tuhan merupakan tanggung jawab manusia ciptaan Allah dalam meresponi apapun juga. Berdasarkan hal ini, David Eko Setiawan dkk... menyampaikan bahwa hasil penelitian berkaitan dengan prsepsi para pejabat GBIS MD Jawa Tengah terhadap pandangan yang menyatakan terdapat ayat-ayat dalam Alkitab yang secara khusus membahas Covid-19 memprihatinkan, dikarenakan tampak sebagian besar responden belum memahami dengan benar hubungan pandemi Covid-19 dengan Alkitab: Yakni dari 53 responden 39,6% berkata setuju, kemudian 7,5% berkata sangat setuju (Purwoto et al., 2020).
Ketiga, mempersembahkan seluruh hidup termasuk tubuh kita demi kemuliaan Tuhan (Roma 12:1). Untuk itu diperlukan pertimbangan etis teologis agar berhati-hati dalam mengimplankan benda asing ke dalam tubuh yang harus didasari untuk tujuan dan kemanfaatan yang bertanggung jawab. Dengan demikian kita tidak merusak Gambar Allah dalam diri kita sebagai orang-orang percaya. Selanjutnya, meneliti Alkitab memerlukan perhatian khusus sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang sepadan di antara konteks penulisan Alkitab pada zamannya dengan konteks masa sekarang.
2. Pandangan Teologis Terhadap COVID 19
Penyakit itu sendiri tidak dapat dilepaskàn dari kehidupan ini selama di dunia. Sakit-penyakit merupakan akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, sehingga manusia rentan dan lemah secara fisik maupun mempunyai keterbatasan usia hidup. Penyakit kadang kala dikaitkan dengan hukuman dari Sang Mahakuasa, namun jika itu terjadi karena teguran atau hukuman Allah bagi manusia, maka itu memiliki tujuan pendisiplinan sehingga manusia bertobat, beribadah kepada Allah dan memuliakan-Nya. Menurut Abdon Amtiran, pandemi Covid-19 menjadi penyebab polarisasi pandangan serta perdebatan teologis di Indonesia, sehingga menampakkan mengkonfirmasi realitas bahwa terdapat berbagai mazhab-mazhab teologi Indonesia. Hal itu dipicu adanya pihak yang mengaitkan Covid-19 dengan akhir zaman, isu kartu chip pada vaksin yang akan digunakan sehingga tingkatan tersebut dapat dikategorikan dalam penafsiran agama yang cenderung misoginis dan juga apokaliptik (Atangana, 2020). Tema teologi yang dikaitkan dengan keberadaan pandemi Covid-19 ini adalah bahwa penyakit mungkin akibat perbuatan jahat Iblis, namun tidak setiap penyakit adalah akibat perbuatan jahat Iblis. Namun jika itu terjadi karena perbuatan jahat Iblis, maka yang harus diketahui adalah bahwa itu pun adalah atas seizin Allah dalam kedaulatan-Nya, sehingga Tuhan sudah pasti
menyediakan jalan keluar dan kesembuhan atas penyakit itu, sebab walaupun Covid-19 adalah virus yang menjangkiti banyak manusia bahkan telah merenggut banyak nyawa, namun Covid-19 ini tidak lepas dari kemahatahuan dan kedaulatan Allah. Orang yang sakit adalah orang yang menderita. Karenanya tidak boleh memperburuk keadaan mereka yang menderita penyakit Covid-19 seolah hal itu merupakan hukuman Tuhan atas mereka. Sebaliknya, kita justru harus menolong mereka yang menderita semaksimal mungkin yang dapat dilakukan. Pandemi Covid-19 seperti pandemi yang lain hadir tiba-tiba dan mengejutkan sehingga tidak relevan apa bila dikaitkan secara khusus dengan akhir zaman yang dianggap akan segera atau sudah tiba. Akhir zaman dan kedatangan Tuhan kembali yang dinantikan tidak dan diperkirakan, diduga ataupun ditebak oleh karena Tuhan sendiri mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu saatnya (Markus 13:32). Covid-19 hanya dapat dijadikan suatu peristiwa atau musibah yang menghampiri hidup manusia seperti gunung berapi , tsunami dan musibah-musibah lainnya.
Perbedaan pandangan dan pemahaman dalam menafsir kitab Wahyu bukanlah hal yang baru di kalangan gereja dan para teolog, sehingga apa yang menjadi rahasia Allah yang belum terungkap tidak perlu dipersoalkan, sebab perbedaan merupakan hal yang biasa, yang terpenting adalah saling menghargai keragaman pendekatan dan menunjukkan sikap dan kedewasaan baik dalam berteologi maupun keyakinan akan Kristus sebagai kepala gereja.
3. Pandangan Teologis Tentang Vaksinasi
Sebagai suatu upaya menanggulangi pandemi Covid-19, penerapan vaksinasi vaksin Covid-19 perlu respon yang menghargai dan menghormati upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 merupakan tindakan yang bijaksana dan seturut dengan firman Tuhan yang memerintahkan umat Tuhan untuk patuh kepada pemerintah yang juga telah ditetapkan oleh Allah di bumi (Roma 13:1-2). Pemerintah secara terus menerus beri arahan kepada seluruh warga bangsa agar tekun menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker demi terciptanya kesehatan individu dan kesehatan sosial, maka menjaga kesehatan itu merupakan tugas bersama. Vaksin adalah suatu produk antigen yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Oleh karenanya, niat dan usaha keras pemerintah agar tercapai pemulihan dalam segala area kehidupan rakyat, terutama dalam hal kesehatan terus menerus dilakukan dengan tentunya perhitungan yang masak. David Alinurdin menyampaikan bahwa meskipun naturalisme mencoba meniadakan Allah dari tengah dunia, teologi tidak bertentangan dengan sains di dalam hal memperlihatkan seperti apa Allah yang transenden dapat berkarya secara imanen di tengah dunia dalam mengarahkan selluruh ciptaan-Nya pada tujuan teleologis dan eskatologis yang seturut kehendakNya (Alinurdin, 2020).
Gereja membutuhkan kebijaksanaan dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil di tengah kondisi seperti saat ini. Untuk itu, senantiasa
diperlukan hikmat Tuhan agar tidak mudah diombang-ambingkan oleh informasi yang belum teruji kebenarannya. Gereja sebagai bagian dari warga bangsa Indonesia dipanggil untuk meresponi dengan benar isu yang berkembang berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang dihubungkan dengan berbagai sumber, termasuk dengan antiKristus dan microchip 666.
Kesimpulan
Gereja harus menjadi mitra bagi pemerintah dengan memberi dukungan atas setiap upaya pemerintah dalam pelaksanaan vaksinasi sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, dengan cara setiap jemaat mengindahkan anjuran pemerintah dengan memberi diri divaksinasi vaksin Covid-19. Gereja perlu mempunyai sikap yang bijaksanaka di tengah situasi krisis seperti sekarang ini. Untuk itu, hikmat Tuhan sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan apapun.
BIBLIOGRAFI
Alinurdin, D. (2020). COVID-19 Dan Tumit Achilles Iman Kristen. Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 19(1), 1–9.
Atangana, A. (2020). Modelling the spread of COVID-19 with new fractal-fractional operators: Can the lockdown save mankind before vaccination? Chaos, Solitons & Fractals, 136, 109860.
Liu, C., Zhou, Q., Li, Y., Garner, L. V, Watkins, S. P., Carter, L. J., Smoot, J., Gregg, A. C., Daniels, A. D., & Jervey, S. (2020). Research and development on therapeutic agents and vaccines for COVID-19 and related human coronavirus diseases. ACS Publications.
Makmun, A., & Hazhiyah, S. F. (2020). Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin Covid 19. Molucca Medica, 52–59.
Masnun, M. A., Sulistyowati, E., & Ronaboyd, I. (2021). Pelindungan Hukum Atas Vaksin Covid-19 Dan Tanggung Jawab Negara Pemenuhan Vaksin Dalam Mewujudukan Negara Kesejahteraan. DiH: Jurnal Ilmu Hukum, 17(1).
Purwoto, P., Setiawan, D. E., & Stevanus, K. (2020). Kristus dan Krisna: Upaya Menemukan Point of Contact Dalam Mendialogkan Injil. Jurnal Teologi Praktika, 1(2), 91–105.
Rachman, F. F., & Pramana, S. (2020). Analisis Sentimen Pro dan Kontra Masyarakat Indonesia tentang Vaksin COVID-19 pada Media Sosial Twitter. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM), 8(2), 100–109.
Sari, I. P., & Sriwidodo, S. (2020). Perkembangan Teknologi Terkini dalam Mempercepat Produksi Vaksin COVID-19. Majalah Farmasetika, 5(5), 204–217.