• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDDHA-AVATARA I. ARTI AVATARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDDHA-AVATARA I. ARTI AVATARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUDDHA-AVATARA

I. ARTI AVATARA

1. Avatara berarti Tuhan yang turun ke dunia fana atau alam material. Da-lam hubungan ini Tuhan Krishna berkata, “Yada yada hi dharmasya gla-nir bhavati bharata abhyuttanam adharmasya tadatmanam srjamyaham, kapanpun dan dimanapun terjadi kemerosotan dharma dan merajalela-nya adharma, O Keturunan Bharata, pada waktu itulah Saya turun ke du-nia fana (Bg.4.7).

2. Demikianlah, bilamana Tuhan turun dari dunia rohani ke dunia fana dan menjelma dalam suatu wujud makhluk hidup untuk menegakkan prinsip prinsip dharma dan menghancurkan adharma, maka Beliau disebut Ava-tara, Tuhan yang turun ke alam material dan tetap berhakekat spiritual. 3. Meskipun Tuhan turun ke dunia fana, namun pada saat yang sama

Be-liau tetap berada di tempat tinggalnya dunia rohani Vaikuntha-loka. Me-ngapa bisa begitu? Sebab, Beliau memiliki acintya guna svarupam, si-fat dan kemampuan tak terbatas yang tidak bisa dipahami dengan piki-ran dan indriya jasmani kasar dan terbatas (BS.5.38).

(2)

va-bhati aisvaryad rupam ekam ca suryavad bahudheyate, Tuhan adalah sa-tu, tetapi Beliau ada dimana-mana (sehingga Beliau disebut Visnu). Oleh karena kehebatannya tak terpahami pikiran material, meskipun Beliau sa-tu, tetapi Beliau hadir dimana saja bagaikan matahari yang bersinar di la-ngit terlihat ada dimana-mana pada saat yang sama” (Veda-smrti).

II. DISEBUTKAN DALAM VEDA

1. Buddha adalah salah satu dari 10 (sepuluh) Avatara utama Tuhan Krishna yang muncul pada masa Kali-yuga. Kemunculan Nya di-sebutkan dalam pustaka suci Veda sbb.

TATAH KALAU SAMPRAVRTTE SAMMOHAYA SURA-DVISAM BUDDHO NAM-NANJANA-SUTAH KIKATESU BHAVISYATI

(KEMUDIAN PADA MASA AWAL KALI-YUGA, TUHAN TURUN SEBAGAI SANG BUDDHA, PUTRA ANJANA, DI PROPINSI GAYA, DENGAN TUJUAN UNTUK ME-NIPU ORANG-ORANG YANG TERGOLONG ASURA, MEREKA YANG

MEMUSU-HI PARA SURA. BHAG.1.3.24).

2. Sang Buddha lahir sebagai putra Raja Suddhodhana dari permai-suri Mayadevi dengan nama Siddharta. Itu terjadi 560 th.SM. Tetapi si Ibu meninggal tak lama setelah si Bayi lahir. Kemudian Siddharta diasuh oleh ibu tiriNya, Anjana. Sedangkan Gaya adalah tempat dimana Siddharta men dapatkan pencerahan spiritual dan menjadi Buddha, Ia yang bijaksana.

(3)

III. KEADAAN MASYARAKAT SEBELUM BUDDHA MUNCUL

1. Sebelum sang Buddha muncul, masyarakat India memeluk ajaran Veda, Sanatana-dharma. Tetapi pada masa itu kegiatan berdosa menyembelih hewan/binatang untuk makanan semakim dan semakim merajalela. 2. Akibat pengaruh buruk Kali-Yuga, orang-orang ber-pendapat begitu

sa-ja bahwa membunuh binatang untuk makanan bukan dosa, karena Veda memperkenankan yajna kurban binatang.

3. Para pemimpin dan tokoh agama, tanpa perduli pada aturan dan panta-ngan melakukan yajna kurban binatang sebagaimana tercantum dalam Veda itu sendiri, dan tanpa mengenal belas kasihan kepada para

makh-luk yang lebih lemah dan bodoh, menyibukkan umat nya dalam kegiatan memuaskan lidah, perut dan kemaluan

de-ngan membunuh binatang sebagai makanan.

4. Akibatnya, orang-orang menjadi semakim tak perduli de-ngan prinsip-prinsip hidup suci yang diajarkan Veda.

Me-reka semakim sibuk dalam kegiatan memuaskan indriya jasmani. Mereka lebih suka makan daging dan makan hi-dangan rajasik dan tamasik lainnya.

5. Penduduk tidak perduli bahwa perbuatan bengis dan kejam seperti itu yang dilakukan rutin setiap hari, hanya membebani diri mereka dengan reaksi karma-buruk alias dosa.

(4)

IV. MISI BUDDHA-AVATARA

1. Telah dikutip (pada bagian II didepan) bahwa tujuan Tuhan Krishna turun kedunia fana (Bhumi) sebagai sang Buddha adalah untuk sammohaya sura-dvisam, menipu musuh-musuh Sura (Bhag.1.3.24). Musuh Sura di-sebut Asura. Lalu, siapakah yang tergolong Asura?

2. Orang-orang Asura adalah mereka yang hidup tidak berdasarkan prinsip-prinsip dharma yaitu: a. Saucam (kesucian diri), b. Tapasya (hidup seder-hana), c. Daya (berkasih sayang kepada semua makhluk), dan d. Satyam

(kejujuran). Atau, mereka berbuat adharma.

3. Mereka yang tergolong Asura memanfaatkan ajaran Karma-Kanda Veda (pravrtti-marga) dengan menafsir-kannya begitu rupa sehingga yajna kurban binatang dapat di jadikan alasan bagus agar mereka bisa

seca-ra leluasa membunuh binatang untuk dimakan.

4. Diliputi oleh watak rajasik (kenafsuan) dan tamasik (kegela-pan spiritual), mereka menganggap begitu saja bahwa bina-tang memang ditakdirkan untuk menjadi makanan sang ma-nusia. Mereka tak perduli pada hukum universal karma-pha-la yang mengikat segakarma-pha-la makhluk di akarma-pha-lam semesta material. 5. Benar, Veda sarat dengan petunjuk-petunjuk melaksanakan yajna kurban binatang dan supaya orang-orang Asura yang

(5)

jumlahnya sudah begitu banyak di planet Bhumi mau menghentikan kegi-atan rutinnya nan bengis dan kejam menyemblih binkegi-atang untuk dimakan, maka sang Buddha sammohaya sura-dvisam, secara halus menipu orang-orang Asura dengan menyatakan bahwa Veda tidak benar.

6. Sang Buddha melakukan taktik menipu secara halus demikian dengan ala-san bila adharma yang di-tandai oleh meluasnya himsa-karma terus saja merajalela, maka kemanusiaan akan runtuh. Akibatnya, setiap orang akan patanti narake’sucau, jatuh ke neraka karena kegiatan kotor (=berdosa me-nyemblih binatang) yang rutin dilakukan nya (perhatikan Bg.16.16).

7. Seperti halnya seorang Ayah terpaksa berkata bohong kepada si Anak kecil yang amat nakal agar ia ber-henti berbuat gaduh di rumah demi kebaikannya sendiri. Be-gitu pula, Sang Buddha berpura-pura menolak kebena-ran Veda agar mereka yang ber-tabiat Asurik tidak lagi ber-buat jahat di dunia material demi kebaikan dan ke-selamatan mereka sendiri.

8. Jadi misi sang Buddha adalah menghentikan himsa-kar-ma, kegiatan bengis dan kejam penyemblihan binatang yang telah begitu merajalela di masyarakat manusia. 9. Dalam hubungan ini Dasavatara-stotra 9 menyatakan

(6)

NINDASI YAJNA-VIDHER AHAHA SRUTI-JATAM SADAYA-HRDAYA DARSITA-PASU GHATAM KESAVA DHRTA-BUDDHA-SARIRA JAYA JAGADISA HARE

(O KESAVA (=KRISHNA), O PENGUASA SELURUH JAGAT, O SRI HARI YANG MENGAMBIL WU-JUD SEBAGAI SANG BUDDHA, SEGALA PUJIAN KEPADA ANDA. WAHAI SANG BUDDHS YANG AMAT BERKASIH-SAYANG, ANDA MENCELA PEMBANTAIAN BINATANG-BINATANG YANG

DI-LAKUKAN ATAS NAMA YAJNA VEDA)

10. Dalam bukunya ber-judul ALL ABOUT HINDUISM, Sivananda Svami me-nyatakan bahwa tujuan Buddha-Avatara adalah melarang pengorbanan binatang dan mengajarkan kesalehan.

V. MENGAJARKAN MORALITAS WELAS-ASIH

1. Sungguh tidak mudah menyadarkan mereka yang tergolong Asurik (jahat) bahwa ajaran Karma-kanda Veda yaitu jalan kenikmatan indriya terkendali yang disebut pravrtti-marga berupa pelaksanaan yajna kurban binatang, adalah amat riskan, rumit, mahal dan sulit dilaksanakan.

2. Sedikit saja terjadi kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaannya, yajna de-mikian tidak akan memberi phahala/manfaat apa pun, melainkan membe-bani si pelaku dengan reaksi dosa.

3. Karena itu, sang Buddha menganggap tidak praktis dan tidak bijaksana ji-kalau melarang begitu saja praktek yajna Veda yang sudah ada di

(7)

masya-rakat sejak jutaan abad yang lalu dengan lagi mengajarkan prinsip-prinsip Veda sebagaimana tercantum dalam kitab suci itu sendiri.

4. Sang Buddha juga menganggap tidak praktis mengajarkan pilsafat rohani Veda yang tinggi dan halus kepada orang-orang Asura yang berwatak ma-terialistik dan berkesadaran rendah.

5. Karena itu, sesuai dengan mentalitas mereka ya-ng materialistik, maka saya-ng Buddha memberikan kepada mereka “AJARAN MORALITAS WELAS-ASIH” yang berpondasi logika materialistik. 6. Ini dilakukan semata-mata dengan maksud agar

mereka yang tergolong Asura menyadari bahwa ugra-karma (= perbuatan jahat membunuh bina-tang) yang mereka lakukan adalah sumber mala petaka (penderitaan) hidupnya di dunia fana. 7. Kepada para murid dan pengikutnya, sang Buddha berkata, “Jangan

per-caya begitu saja terhadap apa yang Saya katakan hanya karena merasa harus hormat kepada Saya. Tetapi ujilah ajaranKu ini, teliti dengan seksa ma seperti halnya apabila anda hendak membeli emas”.

8. Sang Buddha menekankan ajarannya pada masalah penderitaan hidup di dunia fana dan cara melenyapkan penderitaan itu. Karena itu, Beliau min-ta kepada para pengikutNya agar mereka merenung dan meneliti

(8)

berda-sarkan akal-sehat: “Kenapa aku hidup menderita di alam material ini?” VI. BUDDHA-DHARMA

1. Ajaran MORALITAS WELAS-ASIH yang Sang Buddha ajarkan kemudian dikenal sebagai Buddha-Dharma atau Agama Buddha.

Ia berpondasi ahimsa dengan penalaran materialistik. 2. Karena itu, Beliau minta kepada para murid dan

pengi-kutNya agar tidak mempercayai cerita takhyul dan kea-jaiban. Tentu saja yang dimaksud adalah riwayat dan kejadian yang tercantum dalam kitab Veda: Purana dan Itihasa.

3. Dalam banyak peristiwa menyebarkan ajaran Ahimsa-dharmaNya, secara tidak langsung sang Buddha mengajak para murid dan pengikutNya agar tidak mempercayai Veda dan para penganutnya. Hal ini dapat kita simak dari ucapan-ucapan Beliau berikut.

a. KEPADA KALIAN, SAYA HANYA MENGAJARKAN TENTANG HAKEKAT PENDERITAAN (DUH-KHA) SAJA DAN CARA MELENYAPKANNYA. JANGAN PERCAYA KEPADA SESUATU KARENA ITU TERTULIS DALAM KITAB SUCI, ATAU KARENA DIKATAKAN OLEH ORANG SUCI.

b. TETAPI JIKA HAL ITU SESUAI DENGAN PENGALAMAN, TELAH DITELITI BERDASARKAN AKAL SEHAT, LALU TERBUKTI MEMBAWA KESEJAHTERAAN BAGI DIRI SENDIRI DAN SEMUA MAK-HLUK, TERIMALAH ITU SEBAGAI KEBENARAN.

(9)

-4. Dalam Buddha-dharma, sang Buddha mengajarkan 4 (empat) macam ke-sunyataan (kebenaran) yaitu:

a. HIDUP DI DUNIA FANA ADALAH PENDERITAAN.

b. SEBAB PENDERITAAN ADALAH KEINGINAN BERNAFSU (TANHA). c. PENDERITAAN SIRNA BILAMANA TANHA LENYAP.

d. TANHA YANG MENJADI SUMBER DERITA DAPAT DILENYAPKAN DENGAN MENURUTI JALAN BER-RUAS 8 (DELAPAN).

5. Jalan ber-ruas 8 (delapan) dimaksud adalah:

a. BERPENGETAHUAN YANG BENAR. b. BERPIKIR YANG BENAR. c. BERKATA YANG BENAR. d. BERBUAT YANG BENAR. e. BERPENCAHARIAN YANG BENAR.

f. BERUPAYA YANG BENAR.

g. MEMPERHATIKAN/MENGAMATI SECARA BENAR.

h. BERKONSENTRASI (MEMUSATKAN PIKIRAN) SECARA BENAR.

6. Dengan ajaran dharma welas-asihNya kepada semua makhluk, berangsur-angsur masyarakat manusia terbimbing ke-arah kebajikan. Himsa-karma (perbuatan bengis dan kejam) menyusut dan ahimsa-karma yang

(10)

berlan-daskan kasih-sayang kepada semua makhluk, berkembang. Orang-orang meninggalkan kebiasaan hidupnya yang kotor, bengis dan kejam.

7. Demikianlah keberhasilan sang Buddha dalam misiNya untuk sammoha-ya sura-dvisam, menipu orang-orang sammoha-yang tergolong Asura sehingga me-reka tidak lagi melakukan kegiatan adharma menyemblih binatang untuk dimakan.

8. Orang-orang Asurik yang tidak mengakui kekuasaan Kepribadian Tuhan YME Krishna, akhirnya mengakui kekuasaan Beliau dalam wujud Sang Buddha yang penuh kasih. Mereka berkata, “Buddham saranam gachcha-mi, aku berserah diri kepada Sang Buddha yang mulia”.

PENUTUP

Demikianlah saya telah uraikan secara singkat tentang Buddha-Avatara. Semo-ga bermanfaat. Haribol!

Denpasar, 2 Nopember 2008.

BAHAN BACAAN:

1. Srimad Bhagavata Purana, published by Bhaktivedanta Book Trust 1982.

2. Riwayat Hidup Buddha Gautama oleh E Swarnasanti, Penerbit Karaniya Bandung Th.1994.

3. Dhammapada, Sabda-Sabda Sang Buddha oleh Ven Narada Mahathera, Penerbit Karaniya Bandung Th. 1994.

4. Mengenal Buddha Gautama oleh Ven Narada Mahathera, Penerbit Karaniya Bandu-ng Th. 1992.

Referensi

Dokumen terkait

Sianida adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano yang umumnya diklasifikasikan sebagai sianida bebas, sianida sederhana dan kompleks sianida..

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. 2) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan agar

Dalam memperoleh analisis mengenai kesesuaian skema prioritas yang diusulkan, penelitian ini akan menggunakan 5 dimensi penilaian antara lain kepercayaan antar

1) Memastikan pelaksanaan jenis dan mutu serta penerima pelayanan dasar yang sudah ditetapkan dalam SPM yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan Kabupaten

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Hubungan antara remaja dengan keluarga, sekolah dan kelompok sebaya pada tahap ini masih tetap serupa dengan tahap sebelumnya. Sekolah dan kelompok sebaya mendapat

– Seleksi merupakan kegiatan memisahkan antara arsip rekaman suara / kaset yang baik dan akan diolah dengan kaset yang tidak akan diolah. – Kaset yang tidak diolah meliputi kaset

Perlu diperhatikan, bahwasanya jika field yang ditampilkan dikondisikan perbandingan angka maka nilai yang dibandingkan ini boleh tidak pakai petik, namun jika yang dibandingkan