PENGANTAR
MANAJEMEN
ARSIP AUDIO VISUAL
POKOK BAHASAN
•
Pengantar Arsip Audio Visual
•
Arsip Foto (Still Images)
a. Pengantar
b. Manajemen
• Arsip Rekaman Suara (Sound Recordings)
a. Pengantar
b. Manajemen
•
Arsip Film dan Video (Moving Images)
a. Pengantar
b. Manajeman
•
PENGANTAR
David Roberts “Records in
Special Formats”
• Arsip foto (photographs)
• Arsip Citra bergerak (cine film,
videotape, optical digital video disk)
• Sound recordings (magnetic tape recording, dan optical digital
recording)
• arsip peta dan arsip arsitektural • gambar (drawings)
• ephemara (poster, leaflet, kartu
ucapan selamat, kartu pos, dan tiket)
• art works
• electronik records
Gerald Ham "Special Classes of
Records"
• arsip elektronik atau arsip bacaan mesin
• arsip foto
• arsip citra bergerak • arsip rekaman suara • arsip grafik
• kombinasi arsip rekaman suara dan visual
Arsip Bentuk Khusus:
•
Arsip audio visual (audio-visual base records).
Termasuk dalam kelompok ini adalah arsip gambar
statik (still images), arsip citra bergerak (moving
images), dan arsip rekaman suara (sound records).
•
Arsip komputer atau elektronik (computer/electronic
base records).
•
Drawings dan Grafik
•
Ephemara (poster, leaflet, kartu ucapan selamat,
kartu pos, dan tiket)
•
Art works
AudioVisual di Public Information
Servicing:
1. Libraries:
• The basic unit of the library collection is the discrete
published book, periodical,
recording
, map,
picture
,
video
etc., for public servises
2. Archives
• An institution responsible for the acquisition, maintenance,
preservation, and communication of archives
included
audio visual records
3. Museums
• Museums may be said to deal in objects rather than
documents or publications per se: collecting, researching,
documenting, displaying.
Audivisual Records sebagai bahan
arsip:
• Sudah lama beberapa NGO memberlakukan audiovisual records sebagai bahan arsip.
• FIAF: Federation Internationale des Archives du Film (70 anggota) • FIAT: Federation International des Archives de la Television (50
anggota)
• IASA: International Association of Sound Archives (400 anggota)
Data UNESCO tahun 1987:
• 6100 Sound Broadcasting di 197 negara • 1200 TV Broadcasting di 139 negara • Film diproduksi lebih di 100 negara • 80 lembaga kearsipan di 80 negara
Standarisasi AV Archives:
• Apakah AV archives diintegrasikan dalam
lembaga arsip negara atau berdiri sendiri
sebagai lembaga independen?
Persoalan:
• Bahan AV belum dianggap sebagai bahan arsip
dan terkait dengan hak-hak intelektual
• Belum ada sistem dalam pengelolaan AV dari
sumber “official sector” dan “private sector”
• Untuk memecahkan persoalan tersebut,
lembaga-lembaga internasional seperti ICA,
UNESCO, FIAF, FIAT, dan IASA
menyelenggarakan diklat di berbagai negara.
Standarisasi:
• Metode deposit dan koleksi
• administrasi (desentraliasi atau sentralisasi) dan
hubungan antara produksi dan deposit
• bahan-bahan arsip AV sebagai dokumen
sejarah dan karya seni
• legalitas AV
• Access dan use
• Indek bahan
Kemudian disepakati Prinsip-Prinsip umum
pengelolaan arsip AV:
•
Collection: archival holding arsip AV dalam berbagai
bentuk dan format; published atau unpublished; donasi
atau pembelian; kebijakan institusi sesuai dengan
tujuan institusi
•
Creation: active dan passive
•
Classification: registered dan catalogued
(accessioned) Æ standarisasi: termasuk informasi
bagaimana menggunakannya, regulasi copyright,
kontrak kelembagaan antara donor dan penyimpan.
•
Disseminasi: publishing dengan berbagai cara
•
Preservation/conservation: preservation berkaitan
dengan prosedur penyimpanan dan perawatan.
Conservation atau restoration berkaitan dengan
perbaikan bahan-bahan arsip yang rusak.
TIPOLOGI LEMBAGA ARCHIVES
(1991): Grace Koch (Australia)
• 1. Broadcasting Archives (BA) • 2. National Archives (NA)
• 3. Research Archives (RA)
• 4. Audiovisual Collections within -Libraries (ACWL) • 5. Commercial Production Archives (CPA)
• BA: “Media”, holding: audio, film dan video yang digunakan untk program radio dan tv
• NA: biasanya AV merupakan sub-divisi dengan koleksi hampir semua jenis media AV
• RA: biasanya dengan subjek khusus seperti peristiwa-peristiwa sejarah, kepentingan regional, kelompok minat khusus budaya, academik research (musik, pariwisata, dll)
• ACWL: video dan audio
Kode etik Profesional AVA
(Ray Edmondson et al.)
Umum
• Semua profesi mempunyai codes of ethics (kode
etik) yang didalamnya mengatur al. kejujuran ,
kesamaan, keselamatan kerja, efisiensi, integritas,
diskriminasi, prilaku kriminal, dll
• Kode Etik AV bersumber: kode etik di banyak
negara terutama bidang perpustakaan, museum,
dan kearsipan
• Kode etik juga berkaitan dengan legalitas atau
peraturan resmi menyangkut kelembagaan dan
individu yang mengatur al copyright, depositor,
donor, dan lender
Institusional
• Dalam merawat koleksi merupakan tanggung jawab
institusi, kepala lnstitusi, dan para arsiparis.
Masing-masing pegawai harus mengetahui lingkup kerja dan
tanggung jawabnya
• Institusi bertanggung jawab terhadap integritas
profesional, kompetensi, dan pengembangan staf
berdasarkan standar dan etik profesionalisme
• Institusi wajib membuat kebijakan, guideline, dan
standar kerja, dan peraturan-peraturan lain agar temu
balik arsip tidak tergantung pada memori perorangan
• Bahan-bahan koleksi yang akan dipublikasikan,
institusi harus merencanakan sepraktis mungkin
tujuannya adalah agar audien dan client dapat
mengapresiasi selain isi juga keaslian, konteks,
rekonstruksi, restore, dll
• Institusi harus mampu mengatur koleksinya untuk ke
depan terutama AV heritage
Personal:
•
Ahli arsip AV harus menjaga dan merahasiakan
“confidential information”
•
Ahli arsip AV harus mengetahui bahan-bahan
koleksinya terutama yang berkaitan dengan
kontraktual dan copyright
•
Ahli arsip AV tidak menawarkan autentifikasi, opini,
atau penilaian terhadap arsip
•
Rekonstruksi, kompilasi, kutipan, penyingkatan,
format pemindahan atau cara-cara lain manipulasi
untuk tujuan memperkenalkan arsip AV kepada
audien komtemporer harus menjelaskan: a)
bagaimana preservasi dan perubahan itu dilakukan
b) alasan atau parameter rekonstruksi dilakukan.
Misalnya alasan teknik atau artistik, bahan dan
kondisi arsip sebelum direkonstruksi, dll
STILL IMAGES
GAMBAR STATIK
Pengantar
– Secara ethimologi, photography berasal dari
bahasa Yunani "photos“ (cahaya) dan
"graphier" (melukis).
– photography berarti melukis dengan cahaya
(“writing with light”)
– Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menyebut istilah foto, yaitu : potret, still
photography atau photogram.
– Tetapi orang lebih sering menyebutnya
dengan foto atau potret.
Kamera Obscura
• Kamera obscura yang digunakan untuk mengamati gerhana
matahari pada tahun 1544 • Teknologi ini kemudian
dimanfaatkan untuk
menggandakan gambar serupa oleh para pelukis di Eropa.
• Teknologi ini kemudian
dikembangkan menjadi proses fotografi yang disempurnakan
dengan ditambahkan penggunaan uap air raksa dan pelat tembaga peka untuk menghasilkan gambar yang lebih tajam.
Perkembangan
• Sejak ditemukannya proses fotografi, berbagai eksperimen dilakukan oleh kelompok amatir, profesional serta komersial.
• Berbagai lembaga pemerintah/swasta maupun individu juga memanfaatkan teknologi ini untuk memvisualisasi aktivitasnya maupun sekedar hobi. • Banyak yang mengabaikan manfaat
foto-foto tersebut, apalagi menyimpan dan merawat sebagai dokumentasi • 1839 that more practical methods for
producing lasting images were described by Talbot and Daguerre.
Arsip Foto:
• Informasi yang terekam dalam bentuk gambar statik
• Foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat
menvisualisasikan sesuatu dengan lebih konkret, realistis dan
lebih akurat.
• Foto dapat mengatasi ruang dan waktu.
• Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh seseorang
yang berada jauh dari tempat kejadian dalam bentuk foto
setelah kejadian itu berlalu.
• Bersifat unik dan realistis karena menggambarkan sesuatu apa
adanya tanpa rekayasa
• Hasil fotografi adalah bentuk rekaman penyaksian serta
motivasi pengambilan foto akan memberikan beragam
nilai
informasi
.
Arsip Foto belum banyak dimanfaatkan untuk
kajian khusus dengan menggunakan Semiotika
Nilai Informasi
a. Foto dapat merekam peristiwa atau kejadian untuk
pemberitaan, bahan bukti dan pelengkap pemberitaan.
Kumpulan daripadanya yang disusun selektif dan
kronologis dapat merupakan penggambaran fakta dan
dokumentasi dalam sejarah.
b. Foto tentang sesuatu atau keadaan setempat dapat
merupakan apresiasi budaya yang membimbing rasa
seni.
c. Foto dapat menerangkan detail suatu benda untuk
keperluan studi ilmiah.
d. Foto dapat merekam subyektifitas pandangan sekaligus
sebagai usaha eksperimental dalam bidang seni rupa.
MANAJEMEN
• Acquiring • Appraisal • Accessioning • Arrangement • Description a. Catalogued b. Registered - Main Entry - Daftar Koleksi - Index Cards - Daftar Indek • Conservation and Preservation • Storage• Copying photographs
• Seleksi
• Penilaian, identifikasi, dan Perjanjian Penggunaan • Klasifikasi • Deskripsi • Pemeliharaan, Perawatan dan Penyimpanan • Alih Media
Seleksi, Penilaian, Identifikasi, dan
Perjanjian
• Seleksi dan penilaian adalah kegiatan menyeleksi dan menilai arsip dalam rangka memisahkan arsip foto yang akan disimpan dan yang akan dimusnahkan.
• Seleksi dan penilaian arsip foto dilakukan oleh arsiparis dan atau petugas kearsipan dengan supervisi ahli atau yang berpengalaman. • Seleksi dan penilaian terdiri dari dua kategori, yakni: seleksi dan
penilaian bersifat teknis (Technical Handling) dan bersifat intelektual (Intelectual Handling).
• Seleksi dan penilaian bersifat teknis adalah seleksi dan penilaian terhadap:
a. Kualitas cetakan foto
Kualitas foto dilihat dari fokus lensanya, lingkup objek tembak
(shoot), frame, dan pencahayaannya. Foto yang berkualitas baik
layak disimpan, sedangkan foto yang kabur tidak perlu disimpan. b. kuantitas foto.
• Dipilih beberapa foto dengan kualtitas paling baik yang dapat mewakili suatu kegiatan.
• Foto yang dipilih untuk disimpan harus mempertimbangkan ukuran dan jumlahnya untuk efisiensi biaya pemeliharaan.
• Seleksi dan penilaian bersifat intelektual adalah seleksi
dan penilaian terhadap:
– Subjek kegiatan pemotretan
Subjek kegiatan mengenai peristiwa penting atau tidak, jika tidak penting, maka foto tidak perlu disimpan dan dilestarikan.
– Keunikan
Apabila informasi yang ada di dalamnya tidak terdapat pada arsip lain.
– Identifikasi
Semakin banyak informasi yang terekam pada setiap lembar foto, semakin tinggi nilai informasinya. Foto harus bisa
diidentifikasi objek, nama fotografer, lokasi, dan waktu pengambilan gambar.
– Hubungan dengan arsip lain
• Ketentuan Akses: terkait dengan institusi, perorangan
yang menyerahkan/donor ke lembaga kearsipan
SKEMA KLASIFIKASI
•
Terdapat beberapa standar Klasifikasi, diantaranya:
1. Prinsip asal-usul (principle of provenance)
2. Prinsip aturan asli (principle of original order)
3. Rekonstruksi: Subjek, Kronologis, geografis, dll.
•
Skema Pengaturan Arsip Foto digunakan sebagai
dasar penataan dan penyusunan model Daftar Koleksi
dan model Katalog, atau model Loose-Leaf.
•
Skema pengaturan disesuaikan dengan informasi
yang tercatat pada hasil seleksi dan penilaian.
•
Skema pengaturan disusun berdasarkan klasifikasi
masalah, serta disusun dalam pokok masalah dan
sub-masalah.
STRUKTUR KLASIFIKASI
(Principle of Provenance)
FAKULTAS ILMU BUDAYA
WAKIL DEKAN III WD II WD I
OLAHRAGA KESENIAN
KETOPRAK LESUNG
Deskripsi Model Loose-Leaf dan Katalog
• The elements in the
catalogue are structured in a model consisting of:
1. General data
• Data about the institution that is responsible for the catalogue and information about updates.
2. Identity statement area
• Mandatory information about the unit that is described – archives, collection, series or photograph its reference code, name and date. 3. Provenance and context
• Information about the creator of the unit. 4. Content and structure area
• Registered content description and keywords. 5. Conditions of access and use area
• Information about availability of the unit of description. Copyright issues are also included here.
6. Allied materials area
• Information about materials with an important relationship to the unit that is described. 7. Technical area
• Information about the photographic technique and size.
DESKRIPSI SEDERHANA
DESKRIPSI KOMPLEKS
Contoh MAIN ENTRY Katalog
Acc. No. 985.3
Mellon, Christopher, 1922-.
Photographs, 1947-1967.
Negatives, Prints, and Files, approx. 3,000 items.
Professional photographer.
Professional photographs taken by
ChristopherMellon in New Caledonia.
ACCESS RESTRICTED TO RESEARCH USE ONLY
See Inventory No. 985.3.
Contoh Kartu Indeks Katalog
ANDERSON, ALBERT (1927-), MAYOR OF NEW
CALEDONIA (1966-76)
Acc. No. 986.12/4
New Caledonia Community Pioneer Days
Celebration, 19661 colour print, 13 cm x 18 cm.
View of Front Street, facing south, during Pioneer
Days Parade, May 27, 1966. Mayor Albert
Anderson is in foreground, with New Caledonia
Volunteer Fire Department behind.
Model Registered
(banyak digunakan di
Indonesia)
• Keterangan foto dicatat pada formulir Daftar Koleksi Foto. • Keterangan foto dilakukan terhadap setiap lembar foto.
• Nomor dan kode dituliskan pada bagian belakang lembaran positif foto dan pada amplop positif dan negatif/klise foto.
• Nomor negatif/klise foto sama dengan nomor positifnya.
• Penomoran dilakukan secara berurutan dan kronologis dalam satu klasifikasi masalah.
Contoh penomoran dan pengkodean:
• Nomor: AF/OA.OK/80-1A
• Keterangan:
• AF : Arsip Foto
• OA : Official Archives (Pokok Masalah)
• OK : Kerja sama (sub-masalah)
• 80 : Tahun 1980
• 1A : Nomor Foto
Daftar Koleksi Foto
• Foto yang telah disusun, diberi nomor dan kode,
dibuatkan daftarnya yang disebut Daftar Koleksi Arsip
Foto.
• Daftar Koleksi Arsip Foto memuat informasi setiap
lembar identitas foto.
• Formulir Daftar Koleksi Foto sekurang-kurangnya berisi:
– Nomor dan kode– Pokok Kegiatan – Uraian kegiatan – Tanggal – Tempat – Asal arsip – Pemotret – Jenis – Keterangan
Penyimpanan dan
Pemeliharaan
• Foto yang telah didaftar kemudian disimpan dalam amplop kertas linen.
• Negatif foto disimpan dalam amplop kertas roti.
• Setiap amplop dugunakan untuk menyimpan satu lembar foto. • Amplop foto disimpan pada Box arsip foto.
• Pengelompokan arsip foto dipisahkan dengan sekat dan folder. • Pemeliharaan terhadap arsip foto dilakukan secara teratur dengan
membersihkan dari debu atau jamur yang menempel pada arsip foto dengan larutan alkohol 75%, kemudian dilap dengan kain halus dan bersih secara perlahan dan searah.
• Box arsip foto ditata dalam almari foto
• Almari foto diberi silicon gel untuk mengurangi kadar uap air. • Almari foto disimpan pada ruang dengan suhu 10-15° C dan
kelembaban 40%
• Foto disimpan pada ruang ber AC selama 24 jam.
PERAWATAN
• Hindari sentuhan langsung tangan pada obyek/gambar Foto
• Gunakan sarung tangan untuk memegang tepi Foto
• Meminimalisir cahaya langsung pada Foto • Hindari makanan/minuman di sekitar tempat
pengelolaan Foto
• Jangan menorehkan tulisan/goresan pada Foto • Pastikan foto dalam keadaan kering sebelum
disimpan
• Pisahkan foto negatif/positit dan berwarna/hitam putih
• Simpan foto dengan tisik rapuh, seperti: negatif kaca, slide dan sejenis pada raks khusus
• Jamur, debu dan bercak-bercak yang melekat pada negatit foto dapat dibersihkan dengan alkohol 75% dan dilap dengan kain katun bersih secara perlahan dan searah.
• Pengecekan ulang negatif foto dilakukan minimal 6 bulan sekali.
Pemusnahan
• Pemusnahan dilakukan oleh Arsiparis dan atau Petugas
Arsip
• Pemusnahan dilakukan setelah seleksi dan penilaian
terlaksana.
• Kriteria arsip yang dapat langsung dimusnahkan:
– Gambar rusak– Negatif dan positif foto tidak dapat dicetak ulang – Foto tidak terkait dengan misi instansi pencipta
– Jumlah foto dengan objek dan sudut pengambilan yang sama lebih dari dua lembar
– Tidak fokus
– Tidak memiliki nilai sekunder
• Pemusnahan dilakukan dengan seijin pimpinan Unit
Kerja.
• Pemusnahan disertai dengan Berita Acara Pemusnahan
dan Daftar Arsip Foto yang dimusnahkan.
Arsip Rekaman Suara
(Sound Recordings)
PENGANTAR
• 6 Desember 1877 Thomas Alfa Edison pertama kali
merekam suara manusia “Mary had a little lamb” pada media tinfoil cylinder phonographt. • Keberhasilan ini merupakan
pengembangan dari temuan pertama bulan Juli 1876 yang berhasil merekam suara
“halloo” dan tidak berhasil merekam suara “God in Heaven”.
• Tahun 1878 mendaftarkan hak paten media tinfoil itu yang
berkapasitas 2-3 menit.
Gramophone
EMILE BERLINER 1888
• Mau dengar rekaman
pertama?
A. 1894 ghostdance
B. 1897 stars
MAGNETIC TAPE RECORDER
• 1928 Dr. Fritz Pfleumer dari Jerman: Magnetic powders Æ rekaman suara dalam pita
magnetik (open reel-to-reel dan cassette) Æ1932: BASF
• 1950 Jak Mullin : Video Tape Recorder (VTR)
• Tahun 1950-an media piringan (disk) dipopulerkan lagi dalam bentuk yang lebih tipis dengan memanfaatkan laser. Bentuk ini yang kemudian dikenal dengan Compact Disc. Tahun 1970-an diperkenalkan kembali pita maknetik yang disebut DAT (Digital Audio Tapes)
FUNGSI SOUND RECORDS (KHUSUS):
• Internal organisasi
• Penambahan/pelengkap koleksi arsip
tektual
• Individu Æ publikasi
FUNGSI SOUND RECORDS
(umum/publik):
• Layanan Publik : penelitian, eksibisi,
publikasi, dll.
Jenis Arsip Rekaman Suara
Terdapat tiga Jenis Arsip Rekaman Suara yang umum dikoleksi lembaga-lembaga Kearsipan Dunia yakni:
• Individual/Institusional Research Archives (Arsip rekaman suara hasil dari
kegiatan penelitian)
• Contoh: penelitian etnografi berupa rekaman wawancara dengan suku terasing, dll.
• Oral Historical Project Archives (Arsip rekaman suara untuk mengungkap
masalah atau tema tertentu dan biografi) • Contoh:
• Tematik: Wawancara dengan topik “Penarik Becak Wanita”, dll. • Biografi: Wawancara biografi politik dengan Amin Rais, dll.
• Oral Archives (Arsip rekaman suara hasil dari kegiatan tertentu)
– Broadcasting Materials: misalnya hasil rekaman siaran langsung
pandangan mata sepak bola dunia, siaran langsung kampanye partai politik, dll.
– Educational Materials: hasil rekaman seminar, Workshop, kaset tentang “Membangun keluarga sakinah”, dll
– Jurnalism Material: misalnya hasil rekaman wawancara dengan artis, pejabat, dll
– Anniversary Materials: misalnya hasil rekaman pidato pembukaan Dies, sambutan pengangkatan pejabat baru, dll.
MANAJEMEN
• Acquiring • Appraisal • Accessioning • Arrangement • Description a. Catalogued b. Registered - Main Entry - Daftar Koleksi - Index Cards - Daftar Indek • Conservation and Preservation • Storage• Copying photographs
• Seleksi
• Penilaian, identifikasi, dan • Perjanjian Penggunaan • Klasifikasi
• Deskripsi
• Konservasi dan Preservasi • Penyimpanan
Seleksi, Penilaian, Identifikasi,
dan Perjanjian
– Seleksi merupakan kegiatan memisahkan antara arsip rekaman suara / kaset yang baik dan akan diolah dengan kaset yang tidak akan diolah. – Kaset yang tidak diolah meliputi kaset yang fisiknya rusak dan kaset
yang tidak ada isi rekamannya atau rekamannya tidak jelas. – Identifikasi kaset adalah proses pendataan kaset yang meliputi
pendataan fisik (technical handling) dan pendataan isi informasinya
(intellectual handling).
– Technical handling diketahui dari fisik kaset sedangkan intellectual
handling diketahui dengan cara mendengarkan rekaman kaset melalui tape recorder.
– Sebelum kaset diputar, pastikan kaset sudah “dimatikan” supaya tidak dapat digunakan merekam lagi. Caranya dengan menghilangkan dua penutup lubang di bagian bawah kaset dengan cara ditekan.
– Hasil identifikasi berupa data-data yang tertuang dalam
kartu identifikasi.
– Kaset yang sudah diidentifikasi diberi nomor sementara
di pojok kanan atas dengan cara menulis inisial nama
pengidentifikasi diikuti nomor urutan pengerjaan kaset.
Begitu juga kartu identifikasinya.
• Contoh: Zn/1 > artinya Zaenudin, kaset ke-1
dari pengerjaan
Zn/10 > artinya Zaenudin, kaset ke-10
dari pengerjaan. dst.
Pembuatan Indeks Interview
Content pada Sampul Kaset
•
Indeks interview content berisi topik wawancara /
rekaman, nama narator, kode/nomor kaset dan
subjek-subjek utama wawancara / rekaman dengan menunjuk
waktu.
•
Pembuatan indeks dilakukan dengan mendengarkan
rekaman dan menyimpulkan tiap kesatuan subjek utama
dari seluruh isi wawancara / rekaman serta mencatat
durasi waktu dari tiap-tiap kesatuan subjek-subjek
tersebut. Kolom kode/nomor pada indeks interview
content juga dituliskan nomor sementara.
•
Hasil dari kegiatan ini berupa pokok-pokok isi
wawancara/rekaman beserta waktunya yang sangat
membantu untuk penemuan kembali informasi dalam
rekaman kaset dan dipasang sebagai sampul kaset.
Lihat
Contoh
Pengelompokan dan Penomoran
•
Jika semua kaset sudah diidentifikasi dan
dibuatkan indeks interview content selanjutnya
kaset akan dikelompokan berdasarkan skema
pengaturan melalui manuver kartu identifikasi dan
kaset.
•
Skema pengaturan arsip kaset disusun
berdasarkan jenisnya diikuti perincian
masing-masing yang terdiri atas: pokok masalah, sub
masalah dan sub sub masalah. Lihat
contoh
•
Manuver kartu identifikasi merupakan proses
pengurutan kartu identifikasi berdasar skema.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memanggil
tiap item skema secara urut diikuti pengumpulan
dan penataan kartu secara kronologis.
• Penomoran/ pengkodean kartu identifikasi dilakukan untuk mengganti nomor/ kode sementara setelah dilakukan pengelompokan berdasar skema pengaturan. Tiap item skema dimulai dengan nomor satu. Lebih lanjut penomoran diatur sebagaimana contoh di bawah ini.
• AK/OH.HB/1
Keterangan: AK = Arsip Kaset
OH = Oral History (Pokok Masalah) HB = History Biografi (Sub Masalah)
1 = Nomor Urut (pada item history biografi) • AK/OA.AA.00/1
Keterangan AK = Arsip Kaset
OA = Oral Archives (Pokok Masalah)
AA = Anniversary Materials (Sub Masalah) 00 = Dies Natalis (Sub Sub Masalah)
1 = nomor urut kaset (pada item Dies Natalis) • Manuver dan penomoran kaset, dilaksanakan sama persis mengikuti
pengelompokan dan penomoran kartu identifikasi dengan cara
memanggil sesuai urutan kartu identifikasi. Nomor atau kode definitif ditulis pada kaset juga pada sampul kaset.
Penataan dan Penyimpanan
• Setelah Manuver dan penomoran kaset dilakukan berdasar penataan kartu identifikasi maka kaset langsung dapat ditata di dalam laci kaset.
• Kaset disusun secara vertikal dengan punggung kaset menghadap ke atas.
• Setiap pergantian pokok masalah, sub masalah dan sub sub
masalah diberi penyekat ( guide) dan diberi kode sesuai skema pada
tab-nya. Contoh Lihat
• Laci yang sudah terisi kaset dengan teratur dimasukan ke almari. • Laci dan almari diupayakan tidak dari bahan logam karena
menimbulkan medan magnet tetapi dari bahan kayu atau plastik seperti polypropylene. Laci dan Almari kaset seperti pada gambar Contoh Lihat
• Almari dimasukkan di dalam ruang yang aman, bersih, cukup ventilasi dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
• Suhu ruang simpan antara 18 – 22 o C dan kelembaban udara 45% - 55%
Pembuatan Daftar Koleksi Arsip
•
Kaset yang sudah ditata dalam laci/almari
dibuatkan
Daftar Koleksi Arsip Rekaman Suara
dengan berpedoman pada kartu identifikasi.
•
DKA Rekaman Suara berupa kolom-kolom yang
berisi:
–
Nomor / kode
–
Topik
–
Nama Narator
–
Nama Pewawancara
–
Tanggal Wawancara / Rekaman
–
Tempat Wawancara / Rekaman
–
Lokasi Simpan Kaset
Transkripsi
•
Transkrip adalah proses pengalihan rekaman
suara ke bentuk tulisan.
•
Proses transkrip meliputi:
–
mendengarkan dan menyalin seluruh isi rekaman;
–
memberikan penjelasan untuk istilah-istilah di luar
bahasa baku;
–
memperbaiki ejaan dan menulis kata-kata yang tepat
dalam satu kalimat atau satu alenia (memperbaiki
struktur kalimat).
•
Transkrip dilakukan dengan memutar kaset
melalui tape recorder atau transkiper,
mendengarkan rekaman suaranya dan menyalin
dalam bentuk tulisan sehingga menuntut
Perawatan dan Pemeliharaan
• Setiap laci kaset diberi silica gel untuk menjaga stabilitas kelembaban
• Membersihkan kaset dan tempat simpannya secara rutin
• Memutar dan membersihkan pita kaset minimal setahun sekali. • Tidak boleh meletakkan kaset di lantai dan dilarang menjatuhkan
kaset
• Menjauhkan kaset dari pengaruh medan magnet seperti meletakkan kaset di dekat barang elektronik dan benda logam.
• Tidak menyentuh permukaan kaset kecuali diperlukan
• Jika harus menyentuh kaset maka gunakan kain kasa atau sarung tangan berbahan kain kasa.
• Tidak diperkenankan menyambung pita kaset dengan isolatip tetapi menggunakan produk perekat khusus untuk kaset.
• Setelah digunakan, kaset harus dimasukkan kembali ke
container/box beserta sampulnya dengan posisi gulungan Cut Off.
DASAR DAN EMULSI
• Kaset atau film memiliki
struktur fisik inti yang
sama yakni Dasar dan
Emulsi
• Dasar: (1)Nitrate
(2)Acetate (3)Polyester
• Emulsi: lapis tipis tempat
berada sinyal
elektromagnetik (gelatin)
• Self destruction
DAMAGE AND DECOMPOSITION
• MECHANICAL DAMAGE
1. Tears
2. Scratches
• BIOLOGICAL DAMAGE: MOLD, MILDEW,
FUNGI
• CHEMICAL DAMAGE
1. Nitrate
KERUSAKAN MEKANIK
1. Tears
1. Tears
• Sobek dan putus
karena penanganan
yang salah atau
sambungan lama
lepas
• Perbaikan:
1. penyambungan
dengan lem khusus
2. penyambungan
2. Scratches
• Goresan dapat terjadi
karena head kotor
• Perawatan tidak perlu
menggunakan
pelindung lekuer
bahan kimia
• Minimalisasi goresan
melalui proses
duplikasi
BIOLOGICAL DAMAGE: Mold,
Bacteria, Insects
• Jamur akan hadir pada
suhu tertentu (lembab)
• Organisme ini merusak
emulsi
• Menyerang dari tepi
kemudian ke tengah
• Pencegahan memerlukan
metode penyimpanan
STANDAR REKOMENDASI
• Kaset harus disimpan hanya di ruang yang bersih, bebas asap rokok, dan bebas makanan.
• Jangan meletakkan kaset diatas lantai.
• Jangan menjatuhkan kaset dan hindari goncangan yang mendadak • Jauhkan kaset dari medan magnet dan jangan letakkan kaset di atas
barang-barang elektronik.
• Ruang simpan harus bersih dan kering serta tidak terkena sinar matahari langsung
• Hindarkan kaset dari perubahan suhu yang cepat.
• Suhu dan kelembaban penyimpanan dan mengoperasikan harus diatur • Penataan kaset secara vertikal (harus disimpan seperti buku di suatu rak
pustaka)
• Gunakan kaset bermutu tinggi termasuk boxes/containers, dan asesoris. • Kembalikan kaset di kontainer-kontainer ketika tidak digunakan.
• Posisikan gulungan kaset pada posisi Cut Off
• Jangan menggunakan isolatip untuk menyambung kaset yang putus tetapi menggunakan produk-produk perekat yang dirancang untuk penyambungan kaset
• Jangan menyentuh permukaan kaset kecuali jika diperlukan dan itupun harus memakai kain kasa atau sarung tangan berbahan kain kasa
• Gulungan kaset secara periodik dipindahkan ke sisi A atau B dan Bersihkan dulu head tape perekam
Pemusnahan
•
Pemusnahan kaset dilaksanakan setelah diadakan
seleksi dan penilaian.
•
Pemusnahan dilakukan terhadap arsip rekaman suara
/ kaset yang rusak fisiknya, tidak jelas rekamannya,
kaset duplikat dan kaset yang tidak memiliki nilai guna.
•
Pemusnahan dilakukan oleh Arsiparis atau Petugas
Arsip dengan penanggung jawab Arsip Sound
Recordings serta disaksikan oleh minimal 2 orang.
•
Pemusnahan harus disertai Berita Acara Pemusnahan
dan Daftar Arsip Rekaman Suara yang dimusnahkan.
M
otion Picture Film
Moving Images
PENGANTAR
• Dasar dan Emulsi
• Film gambar bergerak
memiliki struktur fisik inti
yang sama yakni Dasar
dan Emulsi
• Dasar: (1)Nitrate
(2)Acetate (3)Polyester
• Emulsi: lapis tipis tempat
gambar berada (gelatin)
• Self destruction
Nitrate
• 1889 Kodak’s Company memperkenalkan
Cellulose Nitrate (Nitrocellulose) untuk fotografi
film
• 1948 Cellulose triacetate untuk Motion Picture
Film (Stok film 55 mm)
• Mudah terbakar
• Mengandung bahan kimia yang berbahaya dan
tidak stabil
• Tahun 1920 ditemukan unsur kimia pengaman
• Bila disimpan dalam suhu dingin, dapat
Acetate
• 1935-60-an dikembangkan bahan dasar
plasticized cellulose acetate
• cellulose triacetate
• Untuk Stok film 18 mm
• Aman tidak mudah terbakar
• Untuk amatir (dipakai untuk perumahan, bukan
komersial)
• 1955 dikembangkan untuk film 35 mm
• Mudah mengelupas dan mudah rusak
Polyester
(Mylar atau Estar)
• Dikembangkan mulai tahun 1950-an Æ Polyethylene
terephthalate (Polyester)
• Untuk Stok film 16 mm dan Percetakan
• Kodak mengembangkan untuk film 8 mm secara
komersial
• Fuji mengembangkan juga untuk film 8 mm
• Lebih tipis dan kuat dibanding Asetate dan tidak dapat
sobek
• Stabilitas kimia
• Usia simpan 10 kali dibanding asetate
• Tidak dapat disambung secara manual tetapi
menggunakan ultrasonik
MOVING IMAGES
• 1877 John Isaac merekam gerakan kuda dengan 24 kamera
• 28 Desember 1895 Antoine dan Louis Lumiere memperkenalkan karya rekam gambar bergerak di Paris
• 1915 percobaan percobaan menggabungkan gambar bergerak dengan rekaman suara 1923 diperkenalkan film technicolor
• Bahan dasar tidak banyak mengalami evolusi: sampai tahun 1950-an Æ cellulose nitrate Æ cellulose acetate
• Peralatan tergantung ukuran (gauge) film: umumnya ada 3 bentuk: 1) 16 mm untuk berita dan dokumenter. 2) 35 mm untuk film cerita atau fiksi,dan 3) 8 mm dan 70 mm untuk keperluan khusus
Video Cassete Recorder (VCR)
• Merekam audio + video pada satu pita
magnetik
• Charles Ginsburg (1951) menciptakan video
tape recorder (VCR)
Jenis-jenis format:
• Pita format VHS
• Pita format Betamax
• Pita format V2000
Pita format VHS
• Diperkenalkan di AS (1976) oleh perusahaan RCA
• Merekam selama 2 jam
Pita format Betamax
• Diperkenalkan di Jepang (1975) oleh perusahaan
Sony
• Dipromosikan bersama peralatan rekaman betacam
Pita format V2000
• Diperkenalkan di Belanda (1978) oleh perusahaan
Phillips
MANAJEMEN
• Acquiring • Appraisal • Accessioning • Arrangement • Description a. Catalogued b. Registered - Main Entry - Daftar Koleksi - Index Cards - Daftar Indek • Conservation and Preservation • Storage • Copying photographs • Seleksi • Penilaian, identifikasi • Perjanjian Penggunaan • Klasifikasi • Deskripsi • Pemeliharaan dan Penyimpanan • Alih MediaSeleksi, Penilaian, Identifikasi,
dan Perjanjian
– Seleksi merupakan kegiatan memisahkan antara arsip
film/video yang baik dan akan diolah dengan yang tidak
akan diolah.
– Film/video yang tidak diolah fisik, sound, dan images-nya
rusak.
– Identifikasi adalah proses pendataan yang meliputi
pendataan fisik (technical handling) dan pendataan isi
informasinya (intellectual handling).
– Technical handling diketahui dari fisik sedangkan
intellectual handling diketahui dengan cara mendengarkan
– Hasil identifikasi berupa data-data yang
tertuang dalam kartu identifikasi.
Contoh
Formulir kartu identifikasi
– Film/video yang sudah diidentifikasi diberi
nomor sementara di pojok kanan atas dengan
cara menulis inisial nama pengidentifikasi diikuti
nomor urut pengerjaan. Begitu juga kartu
Pengelompokan dan Penomoran
(labeling)
•
Jika semua film/video sudah diidentifikasi dikelompokan
berdasarkan skema pengaturan melalui manuver kartu
identifikasi.
•
Skema pengaturan disusun berdasarkan jenisnya diikuti
perincian masing-masing yang terdiri atas: pokok masalah,
sub masalah dan sub sub masalah.
Contoh Klasifikasi
.
CONTOH UGM
•
Manuver kartu identifikasi merupakan proses pengurutan
kartu identifikasi berdasar skema. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara memanggil tiap item skema secara urut diikuti
pengumpulan dan penataan kartu secara kronologis.
• Penomoran/ pengkodean kartu identifikasi dilakukan untuk mengganti
nomor/ kode sementara setelah dilakukan pengelompokan berdasar skema pengaturan. Tiap item skema dimulai dengan nomor satu. .
• FA = FILM FV = VIDEO FC = CD/DVD • FA/AF.AK.2/1
Keterangan: FA = Arsip Film
AF = Arts (Pokok Masalah)
AK = Tari Kraton (Sub Masalah) 2 = Tarian Bedoyo Ketawang
1 = Nomor Urut (pada item Bedoyo Ketawang)
• Manuver dan penomoran dilaksanakan sama persis mengikuti
pengelompokan dan penomoran kartu identifikasi dengan cara memanggil sesuai urutan kartu identifikasi. Nomor atau kode definitif ditulis pada
Penataan dan Penyimpanan
• Setelah Manuver dan penomoran dilakukan berdasar penataan
kartu identifikasi maka film/video langsung dapat ditata di dalam penyimpanan kaset video atau film.