• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RUGI-RUGI LINTASAN GELOMBANG RADIO DARI LUAR KE DALAM GEDUNG ANTARA PADA SISTEM GSM1800 DAN 3G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RUGI-RUGI LINTASAN GELOMBANG RADIO DARI LUAR KE DALAM GEDUNG ANTARA PADA SISTEM GSM1800 DAN 3G"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RUGI-RUGI LINTASAN GELOMBANG RADIO

DARI LUAR KE DALAM GEDUNG ANTARA PADA SISTEM

GSM1800 DAN 3G

Panangian M S ihombing, Maksum Pinem

Konsentrasi Teknik T elekomunikasi, Departemen T eknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 Indonesia

e-mail: panangianmahadisihombing@gmail. com dan

maksumpinem@gmail.com

Abstrak

Rugi-rugi lintasan gelombang radio merupakan salah satu parameter yang berpengaruh dalam menentukan posisi pemancar baru yang akan di rancang. Di daerah perkotaan, terutama di daerah pusat kota jumlah pengguna komunikasi jaringan seluler di dalam bangunan melebihi di luar bangunan. Oleh karena itu, untuk memenuhi layanan komunikasi seluler maka diperlukan cakupan level daya dari luar hingga ke dalam bangunan menggunakan pemancar dari luar bangunan. Walaupun di pasaran telah tersedia perangkat komunikasi (repeater) yang berfungsi sebagai penguat daya gelombang radio sehingga cakupan level daya sampai ke dalam bangunan. Namun sebagian besar pengguna jaringan seluler di dalam bangunan masih bergantung pada cakupan gelombang radio dari pemancar di luar bangunan. Pada penelitian ini rugi-rugi lintasan yang terjadi dari luar hingga ke dalam bangunan ditentukan dengan menggunakan model Paulsen, kombinasi model COST 231 Walfisch –Ikegami (WI) dengan model COST 231 Multi W all (MW) serta kombinasi model COST231 W alfisch –Ikegami (WI) dengan model ITU-R. Setelah dilakukan perhitungan dan pengukuran maka diperoleh hasil bahwa kombinasi model COST231 WI dengan model COST231 MW lebih akurat dibandingkan dengan model Paulsen maupun kombinasi model COST 231 WI dengan model ITU-R. Kombinasi model COST231 WI dengan model COST231 MW memiliki rata-rata kesalahan (mean error) paling kecil yaitu sebesar -1,92 dB untuk sistem GSM1800 dan -0,75 dB untuk sistem 3G serta standar deviasi sebesar 9, 69 dB yang telah memenuhi standar ITU sebagai kelayakan model propagasi yaitu tidak lebih dari 10 dB.

Kata kunci : Rugi-Rugi Lintasan, Model Propagasi, Kombinasi Model Propagasi,

Rata-Rata Kesalahan, S tandar Deviasi.

1. Pendahuluan

Bert ambahnya pengguna jaringan komunikasi seluler di dalam bangunan yang memanfaat kan cakupan daya gelombang radio dari pemancar yang berada di luar bangunan menyebabkan penyediaan cakupan daya hingga sampai ke dalam bangunan menjadi sangat pent ing. Walaupun di pasaran telah tersedia perangkat komunikasi (repeater) yang berfungsi sebagai penguat daya sehingga cakupan gelombang radio sampai ke dalam bangunan namun sebagian besar pengguna jaringan seluler di dalam bangunan masih bergantung pada cakupan daya dari pemancar di luar bangunan.

Rugi-rugi lintasan di luar bangunan dapat berupa gedung dan pohon sedangkan pada dalam bangunan dapat berupa dinding, lantai dan perabot [1]. Beberapa model propagasi

yang digunakan unt uk memprediksi rugi-rugi lint asan dari luar hingga ke dalam bangunan adalah model Paulsen [1], model Miura [2], model K rner [3]. Namun pada tulisan ini hanya menggunakan model Paulsen sebagai model pembanding terhadap model kombinasi dengan pert imbangan bahwa model Paulsen merupakan model empiris yang mengasumsikan bahwa level daya gelombang radio yang sampai pada dinding terluar bangunan adalah sama kuat . Sehingga informasi mengenai besar sudut dat ang gelombang radio yang dibentuk terhadap dinding t erluar bangunan tidak diperlukan [1]. Hal ini dilakukan karena besar sudut dat ang gelombang radio ke bangunan merupakan paramet er det erminist ik yang nilainya belum tentu sama dengan bangunan-bangunan lain yang masih dalam satu cakupan daya dari

(2)

pemancar yang sama. Berbeda halnya dengan model Miura dan model K rner yang menggunakan besar sudut dat ang gelombang radio terhadap bangunan unt uk memprediksi rugi-rugi lint asan yang t erjadi [2] [3].

Model Paulsen membedakan prediksi rugi-rugi lintasan di luar bangunan dan di dalam bangunan. Untuk prediksi rugi-rugi lintasan di luar bangunan model ini memberikan kebebasan kepada perancang (designer) unt uk memilih model propagasi di luar bangunan yang telah ada sesuai dengan kecocokan terhadap lingkungan tempat penelitian [1]. Beberapa model propagasi di luar bangunan adalah model COST 231 Walfisch-Ikegami (WI), model COST 231 Hat a, model Hat a, model Okumura, model Walfisch, model Ikegami, model Bart oni dan lain sebagainya. Namun pada tulisan ini hanya menggunakan model COST 231 WI dengan pert imbangan bahwa model ini merupakan pengembangan dari model-model sebelumnya yaitu model COST 231 Hat a, model Hat a, model Okumura, model Walfisch, model Ikegami, model Bartoni [4]. Model COST 231 Hat a tidak digunakan dalam penulisan ini walaupun model ini merupakan pengembangan dari model sebelumnya yang sama dengan model COST 231 WI karena model ini tidak mempert imbangkan perubahan ketinggian bangunan sepert i pada model COST 231 WI [4] yang mana lokasi penelitian pada tulisan ini berada di pusat kota yang mengalami perubahan infrast rukt ur bangunan dengan cepat .

Beberapa model propagasi empiris di dalam ruangan adalah model COST 231 Multi Wall (MW) [4], model IT U-R [5], model Keenan-Motley [6], model Resolution Frequency Dom ain Parflow (MR-FDPF) [7]

dan lain sebagainya. Namun pada tulisan ini hanya digunakan model COST 231 MW dan model IT U-R. Dengan pert imbangan bahwa model-model ini merupakan model yang paling mutakhir pada saat ini dan model ini juga mengasumsikan bahwa propagasi yang terjadi di dalam bangunan adalah Line Of Sight (LOS) [4] [5] sehingga tidak memerlukan informasi mengenai kepadat an prabot di dalam bangunan yang selalu berubah dan berbeda dengan bangunan lain yang masih dalam sat u cakupan daya dari pemancar yang sama. Berbeda halnya dengan model MR-FDPF yang merupakan model stokastik yang memerlukan informasi yang spesifik di dalam bangunan [7]. Selain itu

model COST 231 MW merupakan pengembangan dari model sebelumnya yaitu model Keenan-Motley [4].

Rugi-rugi lint asan di dalam bangunan dapat dipengaruhi oleh strukt ur dan jenis dinding bangunan, kepadat an perabot sert a manusia yang berada di dalamnya. Pada model Paulsen, model COST 231 MW dan model ITU-R menyatakan bahwa rugi-rugi lintasan akibat kepadat an perabot dan manusia telah diperhitungkan secara implisit sehingga informasi mengenai kondisi di dalam bangunan tidak diperlukan. Pada model Paulsen rugi-rugi lint asan akibat dinding bangunan dibedakan berdasarkan jenis ketebalan dari berbagai material penyusun dinding [1]. Pada model COST 231 MW rugi-rugi lint asan akibat dinding dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu jenis dinding pert ama dan jenis dinding kedua [4]. Sedangkan pada model IT U-R rugi-rugi lint asan akibat dinding diperhitungkan secara implisit sehingga informasi mengenai dinding t idak diperlukan [5].

2. S tudi Pustaka

Bagian ini membahas mengenai model propagasi yang digunakan unt uk menent ukan rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam bangunan. model propagasi yang digunakan dalam penelitian ini adaah model P aulsen.

Model Paulsen adalah model propagasi empiris yang mempert imbangkan ketinggian bangunan dimana semakin tinggi posisi penerima di dalam bangunan maka akan semakin besar kuat sinyal yang diterima oleh penerima. Namun ketinggian bangunan tidak berlaku lagi jika ket inggian penerima di dalam bangunan melebihi ketinggian pemancar. Model ini diekspresikan menurut Persamaan 1 [1].

LPaulsen =L(d)+Lwe(vi)+nw.Lwi–nf.Gh (1) Dimana L(d) adalah rugi-rugi lint asan di luar gedung. Dalam penelitian ini variabel L(d) ditentukan menggunakan model COST 231 WI pada kondisi Non Line Of Sight (NLOS) karena sinyal yang sampai pada gedung bukan sinyal langsung (indirect signal). Model COST 231 WI dinyat akan menurut P ersamaan 2 [4].

LNLOS = LFSPLo + Lrts + Lmsd (2) Sehingga persamaan akhir dari model Paulsan diperlihat kan pada P ersamaan 3 [1].

(3)

LWI-Paulsen=LFSPLo+Lrts+Lmsd+Lwe(vi)+nw.Lwi–nf.Gh (3)

Dimana LFSPLo adalah rugi-rugi ruang bebas dari pemancar hingga tepat pada gedung. Lrts adalah rugi-rugi lint asan akibat difraksi tepi gedung terhadap jalan yang terjadi diantara pemancar dan gedung. Lmsd adalah rugi-rugi lint asan akibat difraksi jamak dari penghalang berupa dinding-dinding bangunan yang membentuk layar [4]. Gambar 1 merupakan ilustrasi beberapa paramet er dari model Paulsen [1].

Gambar 1. Ilustrasi Parameter Model Paulsen [5]

Lwe(vi) adalah rugi-rugi lint asan akibat gelombang radio menembus dinding terluar dari gedung. nw adalah jumlah dinding yang ditembus oleh gelombang radio di dalam gedung. Lwi adalah rugi-rugi lint asan akibat menembus dinding di dalam gedung. Gh adalah kenaikan gain di penerima tiap lantai. nf adalah jumlah kenaikan lantai di penerima dimana pada lantai dasar nf adalah nol [1]. Rugi-rugi LFSPLo ditentukan menggunakan Persamaan 4 [4].

LFSPLo = 32,4 + 20.log(dOut) + 20.log(fc) (4) dimana dOut jarak diantara pemancar hingga tepat pada gedung. Dan fc adalah frekuensi pembawa. Rugi-rugi Lrts ditentukan menggunakan Persamaan 5 [4].

Lrts =-16,9–10.log(w)+10.log(fc)+20.log(h-hm)+Lori (5)

Dimana w adalah lebar jalan (m). h adalah tinggi bangunan rat a-rat a (m). hm adalah tinggi antena penerima (m). Loriadalah fakt or orientasi jalan terhadap pemancar. Rugi-rugi Lmsd ditentukan menggunakan Persamaan 6 [4].

Lmsd=Lbs h+ka+kd.log(dOut)+kf.log(fc)–9.log(b) (6)

Dimana b adalah jarak rat a-rat a antar bangunan. Variabel-variabel Lbs h. ka dan kd dapat ditentukan pada refrensi [2].

3. Metodologi Penelitian

Bagian ini membahas mengenai kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW, kombinasi model COST 231 WI dengan model IT U-R dan objek penelitian.

3.1 Kom binas i Mode l C O ST23 1 W I de nga n Mode l C O ST23 1 MW

Langkah-langkah perolehan rumus kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW diperlihat kan pada Gambar 2.

Gambar 2.Diagram Alir Metode P erolehan Rumus

Kombinasi Model COST 231 W I dengan Model COST231 MW

Model COST 231 MW dinyat akan dengan Persamaan 7 [3].

= + + ∑ . + (7)

Dimana LMW merupakan rugi-rugi lint asan tot al di dalam bangunan. LFSPLi merupakan rugi-rugi ruang bebas yang tejadi antara

(4)

penerima dengan dinding terluar gedung (dinding yang paling dekat dengan pemancar). Rugi-rugi LFSPLi ditentukan menggunakan Persamaan 8. LC merupakan konst anta rugi-rugi. kwi merupakan jumlah dinding yang ditembus pada jenis ke-i. kf merupakan jumlah lantai yang ditembus pada jenis ke-i. Lwi merupakan rugi-rugi dinding jenis ke-i yang ditembus. Lf merupakan rugi-rugi lantai jenis ke-i yang ditembus. bmw merupakan faktor empiris. Dan I merupakan jumlah jenis dinding [4].

LFSPLi = 32,4 + 20.log(dIn) + 20. log(fc) (8) Dimana dIn adalah jarak diantara penerima dan dinding terluar gedung (dinding gedung yang paling dekat dengan pemancar) [4]. Kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW hanya dilakukan pada rugi-rugi ruang bebas saja t epat nya pada variabel jarak (d) dan frekuensi pembawa (fc) karena kedua variabel tersebut terdapat pada model COST 231 WI maupun pada model COST 231 MW. Persamaan 9 merupakan hasil kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW pada keadalan NLOS diant ara pemancar dan gedung [2].

= + + + + ∑ . + (9)

Dimana LWI-MW merupakan rugi-rugi lint asan hasil kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW. LFSPL adalah rugi-rugi ruang bebas dari pemancar hingga ke dalam gedung. Dimana rugi-rugi lint asan tersebut dinyat akan pada Persamaan 10 [2].

LFSPL = 32,4 + 20.log(dOut + dIn) + 20.log(fc) (10)

3.2 Kom binas i Mode l C O ST23 1 WI dengan Mode l ITU-R

Langkah-langkah perolehan rumus kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW diperlihat kan pada Gambar 3.

Gambar 3.Di agram Alir Metod e Peroleh an Rumus

Ko mbi nas i Model COST231 WI dengan Model ITU-R Model IT U-R dinyatakan dengan Persamaan 11 [5]. LITU-R = 20.log10(fc) + N.log10(dIn) + Lf(nf) – 28 (11) Dimana LITU-R adalah rugi-rugi lint asan tot al. N merupakan koefisien rugi-rugi daya terhadap jarak (distance power loss coefficient), Lf merupakan faktor rugi-rugi penyerapan oleh lantai [5].

Kombinasi model COST 231 WI dengan model IT U-R hanya dilakukan pada rugi-rugi ruang bebas saja tepat nya pada frekuensi pembawa (fc) karena hanya variabel tersebut yang terdapat pada model COST 231 WI maupun pada model IT U-R. Model kombinasi ini tidak mengkombinasikan parameter jarak seperti pada model kombinasi COST 231 WI dengan model COST 231 MW karena parameter jarak pada model IT U-R dipengaruhi oleh koefisien rugi-rugi daya terhadap jarak-N (distance power loss coefficient). Persamaan 12 merupakan hasil kombinasi model COST 231 WI dengan model IT U-R pada keadaan NLOS diant ara pemancar dan gedung [2].

LWI-ITUR=LFSPLo+Lrts+Lmsd+N.log10(dIn)+Lf(n)–28

(12)

(5)

Dimana LWI-ITUR merupakan rugi-rugi lint asan hasil kombinasi model COST 231 WI dengan model IT U-R.

3.3 O bje k Pe ne liti an

Objek penelitian dilakukan di Gedung Antara yang berlokasi di Jalan Putri Hijau no 12 Medan. Gedung ini memiliki dua lantai dimana lantai dasar memiliki dua sekt or sekat , yaitu Sektor A dan Sektor B yang tersusun dari sekat-sekat yang berbentuk rak besi dengan jumlah sekat pada masing-masing sekt or adalah 10 sekat dan 5 sekat . Sedangkan pada lantai ke dua tersusun dari tiga sektor sekat , yaitu Sektor C sebanyak 10 sekat sert a Sektor D dan Sektor E sebanyak 4. Gambar 4 adalah geometri Gedung Antara dan asumsi perambat an sinyal.

Gambar 4 Skematik Gedung Antara

Garis berwarna merah merupakan asumsi arah propagasi gelombang radio. Ilustrasi tiga dimensi Gedung Antara diperlihat kan pada Gambar 5. Secara spesifik hubungan peningkatan jarak dengan jumlah sekat lokasi pengukuran kuat sinyal pada gedung diperlihat kan pada T abel 1.

Gambar 5. Ilustrasi Tiga Dimensi Gedung Antara

Tabel 1 Hubungan Peningkatan Jarak dengan Jumlah Sekat pada Lokasi Pengukuran Jarak Penerima (Rx) Terhadap Dinding T erluar

din (m)

Lantai 1 Lantai 2 Jumla

h Sekat Sekto r A Sekto r B Sekto r C Sekto r D Sekto r E 1,80 12,6 19,8 - - 2 3,60 15,6 22,2 - - 3 6,00 20,4 24,0 - - 4 7,80 23,4 26,4 19,8 19,8 5 10,2 25,2 28,2 27,6 21,6 6 13,2 28,2 30,0 29,4 25,8 7 15,0 - 33,6 33,0 29,4 8 17,4 - 36,0 35,4 34,8 9 19,8 - 37,8 - - 10 22,8 - 39,6 - - 11 24,6 - 41,4 - - 12

T abel 1 memperlihat kan perubahan jarak penerima terhadap dinding terluar gedung akibat peningkatan jumlah sekat pada setiap sekt or. Pada pengukuran Sektor A dan Sektor B diawali dengan mengasumsikan bahwa gelombang radio datang dari pemancar di luar gedung menembus dua sekat , yaitu sekat pert ama adalah sekat terluar yang berbahan kaca dan sekat kedua adalah sekat yang berbentuk rak besi dengan kualitas sinyal yang sampai pada setiap bagian sekat t erluar adalah sama kuat . Pada Sektor C dan Sektor D diasumsikan bahwa gelombang radio secara berurutan menembus tiga jenis sekat , yaitu sekat terluar dan kedua berbahan kaca sert a sekat ketiga berbentuk rak besi. Sedangkan pada Sektor E gelombang radio diasumsikan menembus 5 jenis sekat , yaitu sekat terluar (kaca), gedung PT Logikreasi yang diasumsikan terdapat 2 sekat dinding bet on, sekat keempat (kaca) dan sekat kelima (rak besi) Hal ini disebabkan karena gelombang radio yang telah menembus dinding kaca bagian t erluar gedung pada lantai satu langsung menembus dinding kaca dan rak besi pada lantai dua tanpa ada halangan kecuali pada Sektor E yang dihalangi dengan gedung PT Logikreasi. P ada Sektor C dan Sektor D terjadi hal tersebut karena ketinggian rak besi pada lantai satu hanya 3 m sedangkan ketinggian sekat kaca pada lantai sat u adalah 6 m.

Gambar 6 merupakan kondisi daerah di sekit ar Gedumg Antara yang merupakan daerah kota kat egori pusat kot a. Sedangkan T abel 2 merupakan spesifikasi keadaan di sekit ar Gedung Antara.

(6)

Gambar 6. Lokasi BT S TVRI, Gedung Antara (Google Earth, diakses pada tanggal 04 April 2015

jam 13. 16 W IB)

Tabel 2. Spesifikasi Kondisi Linkungan di Sekitar Gedung Antara [9]

No Parameter Nilai (m)

1 Tinggi gedung rata-rata 36

2 Jarak gedung rata-rata 20

3 Lebar jalan 20

4 Jarak antara pemancar dan

Gedung Antara (dou t) 187

T abel 3 merupakan spesifikasi dari antena pemancar.

Tabel 3 S pesifikasi Antena P emancar [9] Frekuensi Kerja (MHz) Tinggi Antena (m) Daya (dBm) EIRP (dBm) Gain (dB) Loss Feeder (dBm) 1812,5 38 47,3 52,8735 18 42,4265 2140 37,5 47,3 52,8735 18 42,4265

T abel 4 merupakan spesifikasi antena penerima

Tabel 4 S pesifikasi Antena P enerima [10] Frekuensi Kerja Gain antena (dB) Loss antena (dB) Ketinggian antena di lantai satu - hm (m) Ketinggian antena di lantai dua - hm (m) 1812,5 1,5 0 2 5 2140 1,5 0 2 5

4

Hasil dan Pembahasan

Set elah dilakukan pengukuran dan perhitungan rugi-rugi lint asan yang terjadi diantara pemancar dan penerima menggunakan ketiga model propagasi yang t elah ditentukan maka diperoleh hasil perbandingan rugi-rugi lint asan di setiap titik pengukuran di setiap sekt or.pada lokasi penelitian, yaitu.

4.1 Se ktor A

Rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan menggunakan ketiga model propagasi di Sektor A unt uk sistem GSM1800 diperlihat kan pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor A Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800

dengan Ketirnggian Antena P enerima 2 m

Gambar 7 memperlihat kan bahwa grafik model Paulsan mengalami rugi-rugi lint asan yang jauh lebih besar daripada rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dibandingkan dengan kedua model propagasi yang lain. Sedangkan grafik kombinasi model WI dengan IT U-R memiliki nilai rugi-rugi lint asan paling kecil daripada kedua model propagasi lain karena model ini tidak mempert imbangkn rugi-rugi lint asan akibat penyerapan dinding. Grafik kombinasi WI dengan MW terlihat paling mendekat i dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Grafik regresi hasil pengukuran mengalami kenaikan karena semakin bert ambahnya jarak dan sekat yang dilalui oleh gelombang radio seperti yang diperlihat kan pada Gambar 4. Sedangkan hasil perhitungan dan pengukuran rugi-rugi lint asan unt uk sistem 3G diperlihat kan pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor A Terhadap F ungsi Jarak pada S istem 3G dengan

Ketirnggian Antena Penerima 2 m

0 .1 85 0 .19 0.19 5 0.2 0 .2 05 0 .2 1 0.21 5 100 120 140 160 180 200 220 240

Rugi-Rugi Lintasan pada Fr ekuensi 1812,5 MHz

Jarak antara BS dan MS, d (km)

Pa th Loss ( d B) 0.185 0 .1 9 0 .195 0.2 0.20 5 0.21 0.21 5 1 00 1 20 1 40 1 60 1 80 2 00 2 20

2 40 Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz

Jarak antara BS d an MS, d (km) Pa th Los s ( d B) Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i

(7)

Dari Gambar 8 memperlihat kan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lint asan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini dikarenakan frekuensi yang digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik kombinasi W I dengan MW terlihat paling mendekat i dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Grafik regresi hasil pengukuran mengalami kenaikan karena semakin bert ambahnya jarak dan sekat yang dilalui oleh gelombang radio seperti yang diperlihat kan pada Gambar 4.

4.2 Se ktor B

Rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan menggunakan ketiga model propagasi di Sektor B unt uk sistem GSM1800 diperlihat kan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor B Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800

dengan Ketirnggian Antena P enerima 2 m

Gambar 9 memperlihat kan bahwa grafik rugi-rugi lint asan di Sektor B lebih rendah daripada di sekt or A pada jarak yang sama unt uk sistem GSM1800. Hal ini disebabkan karena jumlah sekat yang dilalui gelombang radio pada Sektor B lebih sedikit daripada di Sektor A pada jarak pengukuran yang hampir sama. Selain itu, pada Sektor B terdapat empat buah rak besi sejajar yang tersusun secara vert ikal membentuk ngarai sehingga rugi-rugi lint asan yang terjadi lebih kecil daripada rak sejajar yang t ersusun secara horizontal.

Grafik model Paulsen tidak mengalami perubahan rugi-rugi lint asan dibandingkan dengan Sektor A seperti yang terlihat pada titik pert ama grafik Paulsen. Hal ini dikarenakan bahwa model Paulsan t idak memperhitungkan jarak di dalam ruangan.

Kombinasi model WI dengan MW hanya mengalami perubahan rugi-rugi lint asan sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan Sektor A. Hal ini dikarenakan bahwa kombinasi model WI dengan MW mempert imbangkan perubahan jarak di dalam ruangan.

Kombinasi model WI dengan IT U-R mengalami perubahan grafik rugi-rugi lint asan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sektor A. Hal ini dikarenakan bahwa kombinasi model WI dengan IT U-R mempert imbangkan perubahan jarak di dalam ruangan dengan mengalikan kont anta power pathloss (N).

Grafik hasil regresi dari hasil pengukuran memotong grafik kombinasi model WI dengan MW dan model Paulsan yang mana grafik regresi lebih mendekat i grafik kombinasi model WI dengan MW. Pada grafik pengukuran di titik ke-4 mengalami rugi-rugi lint asan yang lebih besar daripada titik ke-5 dan titik ke-6 walaupun jarak pada titik ke-5 dan t itik ke-6 lebih jauh daripada titik ke-4. Hal ini disebabkan karena pada titik ke-4 gelombang radio menembus sekat yang lebih banyak daripada titik ke-5 dan titik ke-6 sepert i yang diperlihat kan pada Gambar 4. P ada penelitian ini besar rugi-rugi lint asan gelombang radio akibat menembus sekat jauh lebih berpengaruh daripada rugi-rugi lint asan akibat menempuh jarak yang lebih jauh di dalam gedung. Sedangkan rugi-rugi lintasan hasil pengukuran dan perhitungan unt uk sistem 3G diperlihat kan pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor B Terhadap F ungsi Jarak pada S istem 3G dengan

Ketirnggian Antena Penerima 2 m

Gambar 10 memperlihat kan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lint asan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Pada grafik pengukuran di titik ke-4 mengalami rugi-rugi lint asan yang lebih besar daripada titik ke-5 dan titik ke-6 namun menghasilkan grafik regresi yang sedikit curam ke bawah pada titik ke-6 daripada Sistem GSM1800. 0 .1 98 0.2 0.20 2 0.20 4 0.206 0 .2 08 0.21 0 .2 12 0 .214 0.21 6 0.21 8 120 130 140 150 160 170

180 Rugi-Rugi Lintasan pada Fr ekuensi 1812,5 MHz

Jarak antara BS dan MS, d (km)

Pat h L o ss (d B ) 0.198 0.2 0.202 0 .2 04 0.206 0 .2 08 0 .2 1 0.21 2 0.214 0.216 0 .2 18 120 130 140 150 160 170 180

190 R ugi-Rugi Lintasan p ada Frek uens i 214 0 MH z

Jarak antara B S dan MS, d (km)

P a th Loss (d B) Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i

(8)

4.3 Se ktor C

Rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan menggunakan ketiga model propagasi di Sektor C unt uk sistem GSM1800 diperlihat kan pada Gambar 11.

Gambar 11. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor C Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800

dengan Ketirnggian Antena P enerima 5 m

Gambar 11 memperlihat kan bahwa grafik hasil pengukuran pada titik 7 hingga titik ke-11 mengalami rugi-rugi lintasan yang semakin kecil walaupun jarak t empuh gelombang radio semakin jauh sehingga menghasilkan grafik regresi yang melengkung ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada titik ke-7 hingga titik ke-11 gelombang radio menembus jumlah sekat yang semakin sedikit dengan bert ambahnya jarak tempuh gelombang seperti yang diperlihat kan pada Gambar 4. Grafik model Paulsan mengalami sedikit penurunan rugi-rugi lint asan dibandingkan dengan Sektor A dan Sektor B. Hal ini dikarenakan pada model Paulsan mempert imbangkan posisi ketinggian penerima dengan mengalikan faktor Gh terhadap kenaikan tingkatan pada posisi penerima. Grafik hasil regresi memotong grafik model Paulsen dan grafik kombinasi model WI dengan MW dimana grafik kombinasi model WI dengan model MW lebih mendekat i dengan grafik hasil regresi. Sedangkan rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan unt uk sistem 3G diperlihat kan pada Gambar 12.

Gambar 12. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor C Terhadap F ungsi Jarak pada S istem 3G dengan

Ketirnggian Antena Penerima 5 m

Gambar 12 memperlihat kan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lint asan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Dari grafik pengukuran pada titik ke-8 hingga titik ke-11 mengalami rugi-rugi lint asan yang semakin kecil. Berbeda halnya pada Sistem GSM1800 yang diawali dari sekat ke-7.

4.4 Se ktor D

Rugi-rugi lintasan hasil pengukuran dan perhitungan menggunakan ketiga model propagasi di Sektor D unt uk sistem GSM1800 diperlihat kan pada Gambar 13.

Gambar 13. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor D Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800

dengan Ketirnggian Antena Penerima 5 m

Gambar 13 memperlihat kan bahwa grafik hasil pengukuran pada titik ke-4 dan titik ke-5 mengalami rugi-rugi lint asan yang semakin kecil walaupun jarak t empuh gelombang radio semakin jauh sehingga menghasilkan grafik regresi yang melengkung ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada titik ke-4 dan titik ke-5 gelombang radio menembus jumlah sekat yang semakin sedikit dengan bert ambahnya jarak tempuh gelombang seperti yang diperlihat kan pada Gambar 4. Grafik model Paulsan mengalami sedikit penurunan rugi-rugi lint asan dibandingkan dengan Sektor A dan Sektor B. Hal ini dikarenakan pada model Paulsan mempert imbangkan posisi ketinggian penerima dengan mengalikan faktor Gh terhadap kenaikan tingkatan pada posisi penerima. Grafik hasil regresi hanya memotong grafik kombinasi model WI dengan model MW dimana grafik kombinasi model WI dengan model MW paling mendekat i dengan grafik hasil regresi. Sedangkan rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan unt uk sistem 3G diperlihat kan pada Gambar 14.

0.20 5 0.21 0 .21 5 0.22 0.225 0 .23 12 0 13 0 14 0 15 0 16 0 17 0 18 0 19 0 20 0 21 0 22 0

Rugi-Rugi Lintasa n pa da Fre kue nsi 181 2,5 MH z

Ja rak antara BS dan MS , d (km)

Path Loss (dB ) 0.2 05 0 .21 0.215 0 .22 0.225 0 .23 1 20 1 30 1 40 1 50 1 60 1 70 1 80 1 90 2 00 2 10 2 20

Rugi-Rugi Li ntas an p ada Freku ens i 21 40 MHz

Jarak antara B S dan MS, d (km )

Path Loss (dB ) 0 .2 06 0.208 0.21 0 .2 12 0.214 0.216 0.218 0.22 0.222 0.224 0.226 120 130 140 150 160 170 180

190 Rugi-R ugi Li ntasan p ada F rekuensi 1812,5 MHz

Jarak antara BS dan MS, d (km)

Path Loss ( dB) Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i

(9)

Gambar 14. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor D Terhadap F ungsi Jarak pada S istem 3G dengan

Ketirnggian Antena Penerima 5 m

Gambar 14 memperlihat kan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lint asan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Dari grafik pengukuran pada titik ke-3 hingga titik ke-4 mengalami rugi-rugi lint asan yang semakin kecil. Berbeda halnya pada Sistem GSM1800 yang diawali dari sekat ke-4.

4.5 Se ktor E

Rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan menggunakan ketiga model propagasi di Sektor E unt uk sistem GSM1800 diperlihat kan pada Gambar 15.

Gambar 15. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor E Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800

dengan Ketirnggian Antena P enerima 5 m

Gambar 15 memperlihat kan bahwa grafik rugi-rugi lint asan hasil regresi berpot ongan dengan grafik hasil kombinasi model WI dengan model Paulsan dan kombinasi model WI dengan MW . T erlihat pula bahwa seluruh grafik di Sektor E berada di bawah grafik Sektor C karena pada Sektor C t erdapat lebih banyak sekat yang menghalangi gelombang radio. Sedangkan rugi-rugi lint asan hasil pengukuran dan perhitungan unt uk sistem 3G diperlihat kan pada Gambar 16.

Gambar 16. Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor E Terhadap F ungsi Jarak pada S istem 3G dengan

Ketirnggian Antena Penerima 5 m

Gambar 16 terlihat bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan lebih tinggi dari pada seluruh grafik rugi-rugi lint asan unt uk sistem GSM1800. T erlihat pula bahwa grafik rugi-rugi lint asan hasil regresi hanya berpot ongan dengan grafik rugi-rugi lint asan hasil kombinasi model WI dengan P aulsan.

Besar rat a-rat a kesalahan (m ean error) rugi-rugi lint asan hasil perhitungan menggunakan masing-masing model propagasi terhadap hasil pengukuran ditentukan menggunakan Persamaan 13. Sedangkan besar standar deviasi ditentukan menggunakan Persamaan 14 [10].

( ) = ∑( ) (13 )

( ) = ∑ ( ) (14 )

Set elah dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 13 dan Persamaan 14 maka didapat hasil bahwa kombinasi model COST 231 WI dengan model COST 231 MW memiliki rat a-rat a kesalahan paling kecil yaitu sebesar -1,92 dB unt uk sistem GSM1800 dan -0,75 dB unt uk sistem 3G sert a standar deviasi sebesar 9,69 dB yang telah memenuhi standar IT U sebagai kelayakan model propagasi yaitu tidak lebih dari 10 dB

5

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Rugi-rugi lintasan yang terjadi di Sektor A pada jarak penerima 1,8 m dari dinding terluar lebih kecil daripada jarak 25,8 m dari dinding terluar karena jumlah sekat yang dilalui gelombang radio lebih banyak.

0.206 0 .2 08 0.21 0.21 2 0 .214 0.216 0.218 0.22 0.222 0.22 4 0 .2 26 130 140 150 160 170 180 190

200 Rugi-Rugi L intasan pada Frekuensi 2140 MHz

Jarak antara BS dan MS, d ( km)

Pa th Los s (dB) 0 .206 0.20 8 0 .2 1 0.21 2 0 .214 0.21 6 0 .2 18 0 .22 0 .2 22 0.22 4 120 130 140 150 160 170 180

190 Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812 ,5 MHz

Jarak antara BS dan MS, d (km)

Pat h L o ss (d B ) 0.20 6 0.20 8 0.21 0.21 2 0.214 0.216 0 .2 18 0.22 0 .2 22 0 .224 130 140 150 160 170 180 190

200 Rug i-Rugi Lintasan pada Fr ekue nsi 21 40 MHz

Jarak antara BS dan MS, d (km)

Pa th Los s (dB) Paul sen WI+ MW WI+ ITU-R Pengukuran Regres i Pauls en WI+MW WI+ITU-R Peng uk uran Regres i Paulsen W I+MW W I+ITU-R Pengukuran Regres i

(10)

Begitu juga pada Sektor B, Sektor C, Sektor D dan Sektor E.

2. Rugi-rugi lint asan yang terjadi pada jarak penerima 1,8 m dari dinding terluar di Sektor A lebih kecil dari pada jarak penerima 13,2 m dari dinding terluar di sekt or B pada jumlah sekat yang sama karena jarak penerima semakin jauh dari pemnacar.

3. Rugi-rugi lintasan yang terjadi di lantai dua, yaitu pada Sektor C, Sektor D dan Sektor E pada jarak penerima 19,8 m dari dinding terluar lebih kecil dari pada di lantai satu, yaitu Sektor A dan Sektor B pada jarak 20,4 m dari dinding terluar walaupun jarak sekt or-sekt or pada lantai satu lebih dekat dengan pemancar. Hal ini terjadi karena pada lantai dua ketinggian antena penerima lebih tinggi dari pada lantai sat u.

4. Rugi-rugi lintasan pada jenis sekat rak besi yang dibebani dengan alat -alat rumah tangga lebih besar dari pada jenis sekat kaca dengan ket ebalan 2 cm

5. Kombinasi model propagasi COST 231 WI dengan model propagasi MW paling cocok dan layak diterapkan unt uk memprediksi rugi-rugi lint asan gelombang radio yang terjadi dari luar bangunan hingga ke dalam bangunan di daerah urban kategori pusat kota daripada kombinasi model yang lain.

6

Daftar Pustaka

[1]. Jose M. Hernando and F. Perez Fontan, 1999 “ Introduction to Mobile Com m unication Engineering”, Art ech

House, Norwood.

[2]. Yuko M, Yasuhiro O and T okio T , 2002 “ Outdoor to Indoor Propagation Modeling with The Identification of Path

Passing Through Wall Openings”

Kanagawa, Japan, IEEE, pp. 239-8536. [3]. T homas K rner dan Alexander Meier, Apr

2002 “ Prediction of Outdoor to Indoor

Coverage in Urban Areas at 1,8 GHz”

IEEE vol. 20, no. 3, pp. 0733-8716. [4]. COST Act ion 231, 1999 “ Final Report

Digital Mobile Radio Towards Future Generation System s”, Direct orat e General

T elecommunicat ion, European Commission.

[5]. Recommendat ion IT U-R P.1238-7, Feb 2012 “ Propagation Data and Prediction

Methods for The Planning of Indoor Radiocom m unication Systems and Radio

Local Area Networks in The Frequency Range 900 MHz to 100 GHz”, Electronic

Publicat ion, Geneva.

[6]. Carlos Serodio, July 2012 “ A Lightweight

Indoor Localization Model based on Motley-Keenan and COST”, London, U.K.

[7]. G. de la Roche, P. Flipo, Z. Lai, Feb 2010 “ Com bine Model for Outdoor to Indoor

Radio Propagation Prediction”,

University of Bedfordshire, Luton, UK dan INSA-Lyon, Villeurbanne, France. [8]. Nining T riana, 2015 “ Analisis Model

Propagasi Path Loss Sem i-Determinstik untuk Aplikasi Triple Band di Daerah Urban”, Skripsi, Universitas Sumatera

Utara.

[9]. Kat i Sulonen dan Pert i Vainikainen, Des 2003 “ Performance of Mobile Phone

Antennas Including Effect of Environment Using Two Methods” IEEE vol. 52, no. 6,

pp. 1859-1864.

[10]. Sangtae and Jeffrey, July 2003 “ Standard

Errors of Mean, Variance, and Standard Deviation Estimatos”, T he University of

Gambar

Gambar  2. Diagram Alir Metode P erolehan Rumus  Kombinasi Model COST 231 W I dengan Model
Gambar 3. Di agram Alir Metod e Peroleh an Rumus   Ko mbi nas i Model  COST231 WI dengan  Model ITU-R
Tabel 1 Hubungan Peningkatan Jarak dengan  Jumlah Sekat pada Lokasi Pengukuran  Jarak  Penerima (Rx) Terhadap Dinding T erluar
Gambar  9.  Grafik Rugi-Rugi Lintasan S ektor B  Terhadap F ungsi Jarak pada S istem GSM1800
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

5D and show that the fraction of available To achieve deeper desensitization at higher concen- receptors decreased linearly as a function of the cumulative trations with the

[r]

Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana guru dalam melaksanakan tugasnya, yang terkait dalam indikator kinerja guru, yaitu kualitas kerja, kemampuan guru dalam

perusahaan terbesar yang ada di dunia. Perusahaan tersebut bergerak pada bidang infrastruktur, finansial, dan media. Perusahaan yang berumur 1 abad lamanya dan terus berjalan

Abstrak — Pada wireless body area network (WBAN), propagasi radio dari node sensor yang berada di permukaan tubuh manusia sangat kompleks dan unik bila

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah breakwater Pelabuhan Tanjung Adikarta Glagah jika dibangun sesuai desainnya yaitu tetrapod dengan berat 7 ton

Tegangan dan regangan pada struktur perkerasan tidak hanya dipengaruhi oleh beban lalu lintas yang terjadi di permukaan tetapi juga dipengaruhi oleh tebal setiap